Anda di halaman 1dari 6

RANGKAIAN PENYULUT

A. Metode Penyulutan
Penyulutan (triggering) atau penyalaan (firing) adalah peristiwa mengkonduksikan
thyristor. Metode penyulutan ini ada beberapa macam, diantaranya adalah :
1. Memberikan Tegangan Breakover
Jika tegangan yang diberikan kepada SCR melebihi rating tegangan breakdown, SCR
akan diswitch dari keadaan tidak konduksi menjadi konduksi karena mengalami ovalanche
breakdown. Hal ini dapat merusak SCB.
2. Laju Perubahan Tegangan
Apabila tegangan yang diberikan pada Anoda lebih positif dari Katoda, sambungan J 2
pada struktur SCR akan dibias mundur dan pada sambungan akan terbentuk kapasitansi. Jika
suatu tegangan diaplikasikan dengan tiba – tiba, arus pengisian akan mengalir dan cenderung
mengkonduksikan komponen. Jika muatan yang terdapat pada kapasitansi sambungan C j
dinyatakan dengan Q dan tegangan yang diberikan dinyatakan dengan V, maka :
dQ d d dCj
ic = = ( C j . V )=C j +V
dt dt dt dt

Laju perubahan kapasitansi sambungan dapat diabaikan karena kapasitansi


sambungan hamper konstan. Konstribusi arus pengisian pada suku terakhir dapat diabaikan,
sehingga persamaan dapat direduksi menjadi :

dV
ic =C j
dt

Dengan demikian, laju perubahan tegangan (dV/dt) yang terjadi pada komponen
besar dapat mengakibatkan switching dari keadaan off menjadi on.

3. Temperatur
Jika temperatur naik, arus bocor pada sambungan yang dibias mundur akan naik.
Pada temperature yang tinggi, akan menyebabkan SCR konduksi.
4. Cahaya
Aksi turn-on karena pengaruh cahaya diperoleh karena radiasi komponen. Ini dapat
digunakan bergantian dengan penyulutan gate. Penyulutan semacam ini mungkin diaplikasikan
dimana rangkaian memerlukan tanggapan cahaya atau isolasi secara kelistrikan antara sinyal
penyulut dan beban.
5. Penyulutan Gate
Ini adalah metode yang paling umum digunakan untuk mengkonduksi thyristor.
Penyulutan gate memerlukan penguatan penyulutan yang tinggi yang merupakan perbandingan
arus anoda dan arus gate , sehingga pengaturan hanya akan menggunakan daya yang rendah. Jika
arus gate yang diberikan pada komponen diperbesar, tegangan breakover SCR akan turun,
sehingga memungkinkan SCR konduksi pada tegangan rendah.
Terdapat tiga kondisi yang harus dipenuhi agar SCR dapat konduksi, yakni :
a. SCR harus dalam kondisi bias maju.
b. Pulsa gate yang diaplikasikan harus lebih positif terhadap katoda.
c. Impedansi beban sepatutnya jangan terlalu tinggi sehingga saat SCR
dikonduksikan, dapat mencapai arus latchingnya.
B. Prinsip – Prinsip Perencanaan Rangkaian Penyulut
Dari beberapa methoda mengkonduksikan SCR seperti yang disebutkan tadi, memberikan
pulsa tegangan gate untuk mengatur penyulutan merupakan methode yang paling umum
digunakan. Rangkaian pengatur gate ini umumnya disebut dengan rangkaian penyulut,
yang umumnya merupakan rangkaian elektronika berdaya rendah. Rangkaian pengatur
gate ini harus dapat memenuhi dua fungsi umum, yaitu :
1. Untuk menghasilkan pulsa tegangan untuk tiap thyristor pada saat yang tepat secara
periodic dengan urutan tertentu tergantung pada tipe rangkaian dayanya. Pulsa
penyulut dengan urutan yang dikehendaki dapat dibangkitkan dengan
mempergunakan rangkaian – rangkaian elektronika yang terdiri atas gerbang -
gerbang logika, flip – flop, counter dan lain – lain. Penggunaan komponen –
komponen tersebut dalam bentuk rangkaian terintegrasi akan sangat meyederhanakan
rangkaian pengatur.
2. Pulsa yang dihasilkan oleh rangkaian pengatur biasanya memiliki daya yang rendah,
sehingga mungkin tidak mampu menyulut thyristor jika diaplikasikan langsung. Oleh
karena itu, pulsa ini perlu dikopel ke terminal gate-katoda thyristor melalui rangkaian
pengendali (driver circuit). Rangkaian pengendali umumnya berupa penguat pulsa
dan trafo pulsa. Rangkaian penyulut terdiri atas suplai dc, pembangkit pulsa, penguat
pulsa dan beberapa trafo pulsa yang disesuaikan dengan rangkaian dayanya. Suplai
daya dc berfungsi untuk memberikan sumber daya pada rangkaian pembangkit pulsa
serta penguat pulsa.
Rangkaian penyulut biasanya diisolasi dari rangkaian daya. Pulsa yang dibangkitkan,
setelah dikuatkan dilewtkan melalui trafo pulsa dan rangkaian clamping, sehingga diperlukan
tegangan sumber dc yang terpisah. Trafo pulsa berfungsi mengisolasi tegangan rendah dari
rangkaian penyulut dan tegangan tinggi dari rangkaian anoda. Rangkaian clamping pada
dasarnya terdiri atas diode yang dihubung seri dengan terminal gate.
Pulsa yang dihasilkan rangkaian penyulut ada tiga jenis, yakni :
1. Penyulut pulsa tunggal. Pada penyulutan ini, lebar pulsa harus dipertahankan hingga
arus anoda mampu mencapai arus latching dari thyristor. Pada beban yang memiliki
induktansi yang sangat tinggi, penyulut ini kemungkinan gagal.
2. Penyulut pulsa dc kontinyu. Pada penyulut ini, tegangan dc diaplikasikan pada
terminal gate selama periode konduksi. Penggunaan pulsa dc ini menjamin
keberhasilan penyulutan sekalipun induktansi beban cukup tinggi, namun dengan
konsekuensinya terjadi didipasi daya yang besar.
3. Penyulut pulsa berantai. Penyulut ini banyak digunakan karena akan menjamin arus
anoda SCR dapat mencapai arus latchingnya sekalipun beban memiliki induktansi
yang tinggi, juga disipasi daya pada gate yang relatif rendah.
C. Jenis – Jenis Rangkaian Penyulut
1. Rangkaian Penyulut dengan menggunakan Resistor
Pada rangkaian penyulut ini Resistor pembatas Rmin ditempatkan antara anoda dan
gate. Hal ini dilakuan agar dapat mencegah dilewatinya arus gate maksimum, sehingga ketika
tegangan suplai mencapai puncaknya (Vm), maka :
Vm
Rmin >
Ig
fm
Resistor penstabil Rb dipilih agar tegangan yang diaplikasikan tidak melewati
tegangan gate maju Vgfm. Dari pembagi tegangan :
( R v + R min ) V gfm
Rb ≤
E−V gfm
SCR akan tersulut apabila nilai saat tegangan anoda e mencapai :
e=V d +V g + I ¿ ( R v + R min )

Dimana Vd adalah tegangan jatuh dioda D, Igt adalah arus gate untuk menyulut SCR dan Vgt
adalah tegangan gate untuk menyulut yang berkaitan dengan nilai Igt.

Rv yang diserikan dengan Rmin digunakan untuk mengatur arus gate untuk
mendapatkan sudut penyulutan yang diinginkan. Pada saat Rv = 0, arus yang mengalir adalah
arus gate maju puncak saat tegangan anodanya mencapai V m, yaitu pada saat ω t=90o. Namun
SCR akan konduksi pada saat arus gate mencapai nilai I gt dan SCR akan konduksi. Selanjutnya
nilai Rv dapat ditentukan dengan persamaan :

V m −V d −V ¿
R v=
Ig fm

Pada saat nilai Rv dicapai, arus gate adalah Igt yang terjadi pada saat t=90 o. dengan
demikian, rangkaian penyulut ini dapat mengatur sudut penyulutan SCR dari 0< α <90 o.

2. Rangkaian Penyulut UJT

Dengan penyulut UJT, daya yang didisipasikan pada terminal gate-katoda menjadi
rendah, karena dihasilkan pulsa penyulut yang pendek. Pada penyulut ini, UJT dioperasikan
sebagai osilator relaksasi untuk memperoleh pulsa yang tajam penyulut ini juga memiliki
stabilitas frekuensi yang baik terhadap perubahan tegangan sumber dan temperatur.

UJT akan breakdown bila tegangan antara emitter-basis mencapai tegangan puncak
Vp, yang dinyatakan dengan V p=ηV z +V d , dimana  adalah intrinsic standoff ratio dari UJT
yang besarnya antara 0,54 – 0,7. Kemudian C akan melepaskan muatan melalui emiter sehingga
pulsa yang terjadi akan menyulut SCR untuk konduksi melalui trafo pulsa.
Zener digunakan untuk mengklip tegangan yang telah diserahkan ke level standard
untuk mencegah penyulutan yang berlebihan. Karena Vz menuju nol pada tiap awal setengah
siklus, sinkronisasi pulsa penyulut dengan tegangan suplai dapat dicapai. Trafo pulsa dengan dua
belitan sekunder memberikan pulsa ke kedua SCR dari suatu converter terkontrol satu fasa atau
pengatur tegangan AC satu fasa. Karena pulsa muncul pada tiap siklus, maka hanya SCR yang
dibias maju saja yang akan konduksi. Pengaturan sudut penyulutan dapat dilakukan dengan
memvariasi nilai Rc.

3. Penyulut IC TCA 785


IC TCA 785 merupakan jenis rangkaian terintegrasi yang khusus dirancang untuk
SCR atau TRIAC. IC ini dapat memberikan pulsa penyulutan dari 0 – 180o. Sinyal sinkronisasi
diperoleh dari sumber tegangan ACyang akan diatur dengan melewatkannya pada suatu resistor
ke pin 5. Zero Crossing Detector (ZCD) mendeteksi saat tegangan fasa melalui titik ), yang
selanjutnya disimpan pada penyimpan data sinkronisasi. Sinyal dari ZCD ini kemudian
mengendalikan sebuah pembangkit sinyal ram. Kapasitor C10dari generator ram dimuati dengan
arus konstan yang besarnya tergantung dari nilai R9. Selanjutnya sinyal ram ini dibandingkan
dengan tegangan pengatur Vc pada pin 11 melalui suatu komparator, maka pembanding akan
memberikan sinyal keluaran yang diteruskan rangkaian logika. Sudut penyulutan dapat diatur
dari 0 – 180o dengan mengatur tegangan pengatur Vc.Pada pin 14 dan 15 akan dihasilkan
tegangan pulsa positif selama 30s untuk setiap setengah gelombang tegangan sumber. Lebar
pulsa dapat diatur tergantung dari nilai C12.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai