Anda di halaman 1dari 2

Diare pada Anak, Bagaimana Menanganinya ?

Diare merupakan salah satu penyakit paling sering menyerang anak di seluruh dunia, termasuk
Indonesia. Diperkirakan, anak berumur di bawah lima tahun mengalami 203 episode diare per tahunnya
dan empat juta anak meninggal di seluruh dunia akibat diare dan malanutrisi. Kematian akibat diare
umumnya disebabkan dehidrasi (kehilangan cairan). Lebih kurang 10% episode diare disertai dehidrasi
akibat kehilangan cairan dan elektrolit tubuh secara berlebihan. Bayi dan anak kecil lebih mudah
mengalami dehidrasi dibanding anak yang lebih besar.

Karena itu, penanganan awal sangat penting pada anak dengan diare adalah mencegah dan mengatasi
keadaan dehidrasi. Pemberian cairan pengganti (cairan rehidrasi) baik yang diberikan secara oral
(diminumkan) maupun parenteral (melalui infus) telah berhasil menurunkan angka kematian akibat
dehidrasi pada ribuan anak yang menderita diare.

Oralit merupakan cairan rehidrasi oral (CRO) yang mengandung elektrolit (Na, K, CI, HC03) dan glukosa
telah terbukti dapat mengganti kehilangan cairan saluran secara efektif dan memberikan dehidrasi. Saat
ini telah banyak cairan rehidrasi oral di pasaran dengan berbagai nama.

Pengamatan klinis merupakan langkah awal yang penting dalam serangkaian penanganan diare pada
anak, terutama dalam hal penentuan derajat dehidrasi. Kita mengenal 3 status dehidrasi pada seorang
anak yang mengalami diare, yaitu: (1) tanpa dehidrasi, (2) dehidrasi ringan-sedang, dan (3) dehidrasi
berat. Tetapi cairan yang diberikan pun disesuaikan dengan derajat dehidrasi yang ada.

Pada keadaan tanpa dehidrasi, secara klinis anak masih terlihat aktif dan buang air kecil masih
berlangsung normal. Pada keadaan ini tidak perlu membatasi pemberian makanan dan minuman
termasuk susu formula. ASI diteruskan pemberiannya.

Untuk mencegah dehidrasi dapat diberikan CRO sebanyak 5-10 cc/kg BB setiap buang air besar dengan
tinja cair. Pada bayi, oralit dapat diberikan dengan cara berselang-selang dengan cairan yang tidak
mengandung kadar Na seperti air putih atau ASI.

Rehidrasi dengan menggunakan clear fliud (air putih, cairan rumah tangga, sari buah, dsb) akan
memberikan hasil tidak optimal. Karena, kandungan natriumnya kurang. Sebaiknya, pemberian jus buah
dan coal dapat memperbesar keadaan diare, karena mengandung osmolaritas tinggi di samping kadar
Na yang rendah.

Dehidrasi ringan-sedang

Pada keadaan dehidrasi ringan-sedang, anak terlihat gelisah, rewel, sangat haus, dan buang air kecil
mulai berkurang. Mata agak cekung, tidak ada air mata, turgor (kekenyalan kulit) menurun, dan mulut
kering. Rehidrasi dilaksanakan dengan memberikan CRO sebanyak 75ml/kg BB yang diberikan dalam 3-
4 jam.

Apabila telah tercapai rehidrasi dapat segera diberikan makan dan minum, ASI diteruskan, pemberian
CRO rumatan (5-10 ml/kg BB) setiap buang air besar cair. Minuman, seperti cola, gingerale, aple juice,
dan minuman olah raga sports drink umumnya mengandung kadar Na yang rendah sehingga tidak dapat
mengganti kehilangan elektrolit yang telah terjadi.

Makanan tidak perlu dibatasi, karena meneruskan pemberian makanan (early feeding) akan
mempercepat penyembuhan. Bila disertai muntah, CRO dapat diberikan secara bertahap; 1 atau 2
sendok teh setiap 1 atau 2 menit dengan peningkatan jumlah sesuai dengan kemajuan daya terima anak.
Tindakan ini perlu di bawah pengawasan, sehingga dapat dilaksanakan pada suatu ruang observasi yang
dikenal dengan ruang Upaya Rehidrasi Oral atau Ruang Rawat Sehari.
Pada akhir jam ke 3-4, pasien dapat dipulangkan untuk mendapat terapi rumatannya di rumah, atau tetap
diobservasi untuk mendapat terapi lebih lanjut bila dehidrasi masih berlangsung. Suatu hal yang paling
penting sebelum memulangkan pasien adalah orangtua harus paham betul dalam menyiapkan dan
memberikan CRO dengan benar. Seorang anak tidak boleh hanya diberikan CRO saja selama lebih dari
24 jam. Early feeding harus segera diberikan. Makanan sehari-hari dapat dicapai secara bertahap dalam
24 jam. Memuaskan anak yang menderita diare hanya akan memperpanjang durasi diarenya.

Dehidrasi berat

Pada dehidrasi berat, selain tanda klinis pada dehidrasi ringan-sedang, juga terlihat kesadaran anak
menurun, lemas, malas minum, mata sangat cekung, mulut sangat kering, pola napas yang sangat cepat
dan dalam, denyut nadi cepat, dan kekenyalan kulit sangat menurun. Pada keadaan ini, anak harus
segera dirawat untuk mendapat terapi rehidrasi parenteral (malalui infus).

Pemberian susu formula khusus pada bayi diare hanya pada kasus yang terindikasi. Pemberian susu
yang mengandung rendah atau bebas laktosa hanya diberikan kepada anak yang secara klinis jelas
memperlihatkan gejala intoleransi laktosa (tidak dapat mencerna laktosa yang terdapat di dalam susu).

Sebagian besar diare pada anak terutama pada bayi disebabkan oleh virus, karena itu antibiotik pada
bayi dengan diare hanya diberikan pada kasus tertentu saja. Pemberian obat antidine yang banyak
beredar saat ini meskipun dari beberapa laporan memperlihatkan hasil yang baik dalam hal lama dan
frekuensi diare. Tetapi, hal ini belum dimasukkan ke dalam rekomendasi penanganan diare pada anak.
Secara singkat, pemahaman gejala dehidrasi dan penanganan yang benar merupakan kunci
keberhasilan terapi anak dengan diare.

Anda mungkin juga menyukai