MUQADDIMAH
Setelah hijrahnya Rasulullah dari Makkah ke Madinah bersama-sama para sahabat-
nya dan diterima baik oleh orang-orang anshar, Islam telah berkembang, tersebar luas dan
diterima oleh banyak kabilah-kabilah arab. Kekuatan dan ekonomi Madinah telah menjadi
kukuh. Orang-orang arab Quraisy Makkah tidak senang hati dengan kemajuan ini.
Perang Badar merupakan perang pertama yang dilalui oleh umat Islam di Madinah. Ia
merupakan isyarat betapa mulianya umat Islam yang berpegang teguh pada tali agama
Allah. Kemenangan besar kaum muslimin tidak terletak pada jumlah tentara yang ikut serta
tetapi terkandung dalam kekuatan iman yang tertanam disanubari mereka. Dengan
Keyakinan mereka pada Allah yang sangat kukuh itu, Allah telah menurunkan bantuan ibarat
air yang mengalir menuju lembah yang curam. Tidak ada sesiapa yang dapat menahan
betapa besarnya pertolongan Allah terhadap umat yang senantiasa menjalankan perintahnya
dan menjauhi larangannya.
PERTEMPURAN BADAR
Abstraksi Perang Badar :
Perang Badar terjaddi pada tanggal 17 Maret 624 M/17 Ramadhan 2 H di Kota Badar,
80 Mil Barat Daya Madinah – pada perang tersebut Umat Islam memperoleh kemenangan
yang gemilang. Pihak yang terlibata dalam peperangan tersebut – dari pihal muslim berasal
dari umat Islam Madinah dan dari Makkah berasal dari Suku Qurais Makkah. Pasukan muslim
dipimpin oleh Nabi Muhammad SW, Hamzah bin Abdul Muthallib dan Ali Bin Abi Thalib, se-
dangkan dari pihak Kafir Quraisy dipimpin oleh Abu Jahal dan Abu Lahab bin Abdul Muthallib.
Jumlah pasukan yang teerlibat sebanyak 1.350 pasukan – 350 dari pasukan muslim
dan 1000 dari pasukan kafir Quraisy, dengan jumlah pasukan yang menjadi kurban sebanyak
14 orang syahid (Muslim) dan 50-70 pasukan Quraisy tewas, sedangkan 70 orang lainnya
menjadi tawanan pasukan muslim.
Pertempuran Badar (غزوة بدر, ghazawāt badr), adalah pertempuran besar pertama
antara umat Islam melawan musuh-musuhnya. Perang ini terjadi pada 17 Maret 624 Masehi
atau 17 Ramadhan 2 Hijriah. Pasukan kecil kaum Muslim yang berjumlah 313, orang
bertempur menghadapi pasukan Quraisy[1] dari Mekkah yang berjumlah 1.000 orang.
Setelah bertempur habis-habisan sekitar dua jam, pasukan Muslim menghancurkan barisan
pertahanan pasukan Quraisy, yang kemudian mundur dalam kekacauan.
Sebelum pertempuran ini, kaum Muslim dan penduduk Mekkah telah terlibat dalam
beberapa kali konflik bersenjata skala kecil antara akhir 623 sampai dengan awal 624, dan
konflik bersenjata tersebut semakin lama semakin sering terjadi. Meskipun demikian,
Pertempuran Badar adalah pertempuran skala besar pertama yang terjadi antara kedua
kekuatan itu. Muhammad saat itu sedang memimpin pasukan kecil dalam usahanya
melakukan pencegatan terhadap kafilah Quraisy yang baru saja pulang dari Syam, ketika ia
dikejutkan oleh keberadaan pasukan Quraisy yang jauh lebih besar. Pasukan Muhammad
yang sangat berdisiplin bergerak maju terhadap posisi pertahanan lawan yang kuat, dan
berhasil menghancurkan barisan pertahanan Mekkah sekaligus menewaskan beberapa
pemimpin penting Quraisy, antara lain ialah Abu Jahal alias Amr bin Hisyam.
Serangan yang dilakukan oleh Abdullah Ibn Jahshin terhadap angkatan perdagangan
kaum Quraisy pada bulan Rejab yang diharamkan berperang telah dianggap oleh mereka
sebagai tamparan dan cabaran hebat kepada mereka. Kaum Quraisy merasakan kematian
Al-Hadhrami seharusnya dibela dan memusnahkan semua pihak yang bersangkutan dengan
Pada saat itu telah sampai kabar kepada pasukan Muslim mengenai keberangkatan
pasukan dari Mekkah. Muhammad segera menggelar rapat dewan peperangan, disebabkan
karena masih adanya kesempatan untuk mundur dan di antara para pejuang Muslim banyak
yang baru saja masuk Islam (disebut kaum Anshar atau "Penolong", untuk membedakannya
dengan kaum Muslim Quraisy), yang sebelumnya hanya berjanji untuk membela Madinah.
Berdasarkan pasal-pasal dalam Piagam Madinah, mereka berhak untuk menolak berperang
serta dapat meninggalkan pasukan. Meskipun demikian berdasarkan tradisi Islam ( sirah),
dinyatakan bahwa mereka pun berjanji untuk berperang. Sa'ad bin Ubadah, salah seorang
kaum Anshar, bahkan berkata "Seandainya engkau (Muhammad) membawa kami ke laut itu,
kemudian engkau benar-benar mengarunginya, niscaya kami pun akan mengikutimu." Akan
tetapi, kaum Muslim masih berharap dapat terhindar dari suatu pertempuran terbuka, dan
terus melanjutkan pergerakannya menuju Badar.
Pada tanggal 15 Maret, kedua pasukan telah berada kira-kira satu hari perjalanan
dari Badar. Beberapa pejuang Muslim (menurut beberapa sumber, termasuk Ali bin Abi
Thalib) yang telah berkuda di depan barisan utama, berhasil menangkap dua orang
pembawa persedian air dari pasukan Mekkah di sumur Badar. Pasukan Muslim sangat
terkejut ketika mendengar para tawanan berkata bahwa mereka bukan berasal dari kafilah
dagang, melainkan berasal dari pasukan utama Quraisy. Karena menduga bahwa mereka
berbohong, para penyelidik memukuli kedua tawanan tersebut sampai mereka berkata
bahwa mereka berasal dari kafilah dagang. Akan tetapi berdasarkan catatan tradisi,
Di sisi lain, meskipun tidak banyak yang diketahui mengenai perjalanan pasukan Kafir
Quraisy sejak saat mereka meninggalkan Mekkah sampai dengan kedatangannya di
perbatasan Badar, beberapa hal penting dapat dicatat: adalah tradisi pada banyak suku Arab
untuk membawa istri dan anak-anak mereka untuk memotivasi dan merawat mereka selama
pertempuran, tetapi tidak dilakukan pasukan Mekkah pada perang ini. Selain itu, kaum
Quraisy juga hanya sedikit atau sama sekali tidak menghubungi suku-suku Badui sekutu
mereka yang banyak tersebar di seluruh Hijaz. Kedua fakta itu memperlihatkan bahwa kaum
Quraisy kekurangan waktu untuk mempersiapkan penyerangan tersebut, karena tergesa-
gesa untuk melindungi kafilah dagang mereka .
Ketika pasukan Quraisy sampai di Juhfah, sedikit di arah selatan Badar, mereka
menerima pesan dari Abu Sufyan bahwa kafilah dagang telah aman berada di belakang
pasukan tersebut, sehingga mereka dapat kembali ke Mekkah. Pada titik ini, menurut
penelitian Karen Armstrong, muncul pertentangan kekuasaan di kalangan pasukan Mekkah.
Amr bin Hisyam ingin melanjutkan perjalanan, tetapi beberapa suku termasuk Bani Zuhrah
dan Bani 'Adi, segera kembali ke Mekkah. Armstrong memperkirakan suku-suku itu khawatir
terhadap kekuasaan yang akan diraih oleh Amr bin Hisyam, dari penghancuran kaum
Muslim. Sekelompok perwakilan Bani Hasyim yang juga enggan berperang melawan saudara
sesukunya, turut pergi bersama kedua suku tersebut. Di luar beberapa kemunduran itu, Amr
bin Hisyam tetap teguh dengan keinginannya untuk bertempur, dan bersesumbar "Kita tidak
akan kembali sampai kita berada di Badar". Pada masa inilah Abu Sufyan dan beberapa
orang dari kafilah dagang turut bergabung dengan pasukan utama.
Hari pertempuran :
Peta pertempuran. Pasukan Mekkah (Hitam) mendekati dari arah barat, sedangkan
pasukan Muslim (Merah) mengambil posisi-posisi di depan sumur-sumur Badar.
Di saat fajar tanggal 17 Maret, pasukan Quraisy membongkar kemahnya dan ber-
gerak menuju lembah Badar. Telah turun hujan di hari sebelumnya, sehingga mereka
mereka harus berjuang ketika membawa kuda-kuda dan unta-unta mereka mendaki bukit
'Aqanqal (beberapa sumber menyatakan bahwa matahari telah tinggi ketika mereka berhasil
mencapai puncak bukit). Setelah menuruni bukit 'Aqanqal, pasukan Mekkah mendirikan
kemah baru di dalam lembah. Saat beristirahat, mereka mengirimkan seorang pengintai,
yaitu Umair bin Wahab, untuk mengetahui letak barisan-barisan Muslim. Umair melaporkan
Dampak selanjutnya :
Pertempuran Badar sangatlah berpengaruh atas munculnya dua orang tokoh yang
akan menentukan arah masa depan Jazirah Arabia di abad selanjutnya. Tokoh pertama
adalah Muhammad, yang dalam semalam statusnya berubah dari seorang buangan dari
Mekkah, menjadi salah seorang pemimpin utama. Menurut Karen Armstrong, "selama
bertahun-tahun Muhammad telah menjadi sasaran pencemoohan dan penghinaan; tetapi
setelah keberhasilan yang hebat dan tak terduga itu, semua orang di Arabia mau tak mau
harus menanggapinya secara serius." Marshall Hodgson menambahkan bahwa peristiwa di
Badar memaksa suku-suku Arab lainnya untuk "menganggap umat Muslim sebagai salah
satu penantang dan pewaris potensial terhadap kewibawaan dan peranan politik yang
dimiliki oleh kaum Quraisy." Kemenangan di Badar juga membuat Muhammad dapat mem-
perkuat posisinya sendiri di Madinah. Segera setelah itu, ia mengeluarkan Bani Qainuqa' dari
Madinah, yaitu salah satu suku Yahudi yang sering mengancam kedudukan politiknya. Pada
saat yang sama, Abdullah bin Ubay, seorang Muslim pemimpin Bani Khazraj dan penentang
Muhammad, menemukan bahwa posisi politiknya di Madinah benar-benar melemah, ia
hanya mampu memberikan penentangan dengan pengaruh terbatas kepada Muhammad.
Tokoh lain yang mendapat keberuntungan besar atas terjadinya Pertempuran Badar
adalah Abu Sufyan. Kematian Amr bin Hisyam, serta banyak bangsawan Quraisy lainnya
telah memberikan Abu Sufyan peluang, yang hampir seperti direncanakan, untuk menjadi
pemimpin bagi kaum Quraisy. Sebagai akibatnya, saat pasukan Muhammad bergerak
memasuki Mekkah enam tahun kemudian, Abu Sufyan menjadi tokoh yang membantu
merundingkan penyerahannya secara damai. Abu Sufyan pada akhirnya menjadi pejabat
berpangkat tinggi dalam Kekhalifahan Islam, dan anaknya Muawiyah kemudian
melanjutkannya dengan mendirikan Kekhalifahan Umayyah.
Keikutsertaan dalam pertempuran di Badar di masa-masa kemudian menjadi amat di-
hargai, sehingga Ibnu Ishaq memasukkan secara lengkap nama-nama pasukan Muslim ter-
sebut dalam biografi Muhammad yang dibuatnya. Pada banyak hadits, orang-orang yang be-
tempur di Badar nyatakan dengan jelas sebagai sebentuk penghormatan, bahkan kemung
kinan mereka juga menerima semacam santunan di tahun-tahun belakangan. Meninggalnya
veteran Pertempuran Badar yang terakhir, diperkirakan terjadi saat perang saudara Islam
pertama. Menurut Karen Armstrong, salah satu dampak Badar yang paling berkelanjutan
kemungkinan adalah kegiatan berpuasa selama Ramadhan, yang menurutnya pada awalnya
Menurut Yusuf Ali, istilah "syukur" dapat merujuk kepada disiplin. Di Badar, barisan-
barisan Muslim diperkirakan telah menjaga disiplin secara ketat; sementara di Uhud mereka
keluar barisan untuk memburu orang-orang Mekkah, sehingga membuat pasukan berkuda
Mekkah dapat menyerang dari samping dan menghancurkan pasukan Muslim. Gagasan
bahwa Badar merupakan "pembeda" (furqan), yaitu menjadi kejadian mukjizat dalam Islam,
disebutkan lagi dalam surah yang sama.
"Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu
(bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang
dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang Muslimin dua kali jumlah
mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang
mempunyai mata hati." al-Qur'an: Surah 3: 13
Badar juga merupakan pokok pembahasan Surah 8: Al-Anfal, yang membahas mengenai
berbagai tingkah laku dan kegiatan militer. "Al-Anfal" berarti "rampasan perang" dan
merujuk pada pembahasan pasca pertempuran dalam pasukan Muslim mengenai bagaimana
membagi barang rampasan dari pasukan Quraisy. Meskipun surah tersebut tidak menyebut
Badar, isinya menggambarkan pertempuran tersebut, serta beberapa ayat yang umumnya
dianggap diturunkan pada saat atau segera setelah pertempuran tersebut terjadi.
B. The Message
Adegan film The Message yang menggambarkan pasukan Muslim dalam Pertempuran
Badar. Pertempuran Badar ditampilkan dalam film layar lebar berjudul The Message,
yang diproduksi tahun 1976. Meskipun pada umumnya film ini sesuai dengan jalannya
kejadian, terdapat beberapa perubahan yang nyata. Pasukan Quraisy digambarkan
mengikut-sertakan barisan kaum wanita, sedangkan keberadaan mereka sesungguhnya
jelas tidak ada. Demikian pula tidak ditampilkan adanya kelompok yang tidak bersedia
ikut bertempur, meskipun dalam film digambarkan Abu Sufyan menolak turut serta. Para
pejuang di depan sumur Badar digambarkan melakukan tiga pertarungan satu lawan
satu, dan bukannya pertarungan berkelompok tiga lawan tiga. Selain itu, karena
Muhammad dan Ali tidak ditampilkan (hanya pedang Ali yang terlihat) karena alasan-
alasan religius, maka Hamzah lah yang menjadi pemimpin resmi pasukan Muslim.
Penampilan pertempurannya sendiri tampaknya menyerupai adegan pertempuran dalam
film Zulu, yang memperlihatkan pasukan Quraisy melancarkan serangan habis-habisan
terhadap barisan-barisan Muslim, yang dalam kenyataannya penyerangan seperti itu
umumnya akan dapat menghancurkan pasukan yang lebih kecil. Baik Amr bin Hisyam
maupun Umayyah digambarkan tewas dalam pertempuran, dan kematian mereka
merupakan klimaks dari pertarungan tersebut. Kejadian setelah peperangan
digambarkan dengan sangat selektif menurut versi film ini, yang tidak menampilkan
pembunuhan pasca pertempuran dan perdebatan di kalangan Muslim mengenai para
tawanan.
Kesimpulan :
Pengajaran dari peperangan ini menunjukkan bahwa kaum Quraisy tidak bersatu padu. Ini
terbukti apabila ada beberapa puak yang menarik diri sebelum perang terjadi. Dengan ini
sebagai orang Islam kita harus bersatu demi untuk mencapai kemenangan.
Kaum Quraisy terlalu yakin yang mereka akan berjaya memusnahkan Islam yang memang
sedikit dari jumlah tetapi tidak dari semangat. Mereka tidak dapat menga-lahkan tentera
Islam kerana semangat tentera Islam begitu kukuh kerana Rasulullah telah berjaya menjalin
Pendahuluan
Tanggal : 23 Maret 625
Lokasi : Di lembah yang terletak di depan Gunung Uhud, sekitar 5 mil dari Madinah
Hasil : kemenangan Quraisy
Pihak yang terlibat : Kaum muslim dan persekutuan pimpinan Quraisy Makkah
Komandan : Nabi Muhammad dan Abu Sufyan
Kekuatan : 700 infanteri dan 2 kavaleri (muslim) 3.000 Infanteri dan 200 Kavaleri (Kafir
Quraisy Makkah)
Jumlah korban : 75 dari pihak Islam dan 27 dari pihak kafir Quraisy Makkah.
Pertempuran Uhud adalah pertempuran yang pecah antara kaum muslimin dan
kaum kafir Quraisy pada tanggal 22 Maret 625 M (7 Syawal 3 H). Pertempuran ini terjadi
kurang lebih setahun lebih seminggu setelah Pertempuran Badr. Tentara Islam berjumlah
700 orang sedangkan tentara kafir berjumlah 3.000 orang. Tentara Islam dipimpin langsung
oleh Rasulullah sedangkan tentara kafir dipimpin oleh Abu Sufyan. Disebut Per-tempuran
Uhud karena terjadi di dekat bukit Uhud yang terletak 4 mil dari Masjid Nabawi dan mem-
punyai ketinggian 1000 kaki dari permukaan tanah dengan panjang 5 mil.
Rasulullah menempatkan pasukan Islam di kaki bukit Uhud di bagian barat. Tentara
Islam berada dalam formasi yang kompak dengan panjang front kurang lebih 1.000 yard.
Sayap kanan berada di kaki bukit Uhud sedangkan sayap kiri berada di kaki bukit Ainain
(tinggi 40 kaki, panjang 500 kaki). Sayap kanan Muslim aman karena terlindungi oleh bukit
Uhud, sedangkan sayap kiri berada dalam bahaya karena musuh bisa memutari bukit Ainain
dan menyerang dari belakang, untuk mengatasi hal ini Rasulullah menempatkan 50
pemanah di Ainain dibawah pimpinan Abdullah bin Jubair dengan perintah yang sangat tegas
dan jelas yaitu "Gunakan panahmu terhadap kavaleri musuh. Jauhkan kavaleri dari belakang
kita. Selama kalian tetap di tempat, bagian belakang kita aman. jangan sekali-sekali kalian
meninggalkan posisi ini. Jika kalian melihat kami menang, jangan bergabung; jika kalian
melihat kami kalah, jangan datang untuk menolong kami."
Di belakang pasukan Islam terdapat 14 wanita yang bertugas memberi air bagi yang
haus, membawa yang terluka keluar dari pertempuran, dan mengobati luka tersebut. Di
antara wanita ini adalah Fatimah, putri Rasulullah yang juga istri Ali. Rasulullah sendiri
berada di sayap kiri. Posisi pasukan Islam bertujuan untuk mengeksploitasi kelebihan
pasukan Islam yaitu keberanian dan keahlian bertempur. Selain itu juga meniadakan keun-
tungan musuh yaitu jumlah dan kavaleri (kuda pasukan Islam hanya 2, salah satunya milik
Rasulullah). Abu Sufyan tentu lebih memilih pertempuran terbuka dimana dia bisa bermanu-
ver ke bagian samping dan belakang tentara Islam dan mengerahkan seluruh tentaranya
untuk mengepung pasukan tersebut. Tetapi Rasulullah menetralisir hal ini dan memaksa Abu
Sufyan bertempur di front yang terbatas dimana infantri dan kavalerinya tidak terlalu
berguna. Juga patut dicatat bahwa tentara Islam sebetulnya menghadap Madinah dan
bagian belakangnya menghadap bukit Uhud, jalan ke Madinah terbuka bagi tentara kafir.
Tentara Quraish berkemah satu mil di selatan bukit Uhud. Abu Sufyan mengelompok-
kan pasukan ini menjadi infantri di bagian tengah dan dua sayap kavaleri di samping. Sayap
kanan dipimpin oleh Khalid bin Walid dan sayap kiri dipimpin oleh Ikrimah bin Abu Jahl,
masing-masing berkekuatan 100 orang. Amr bin Al Aas ditunjuk sebagai panglima bagi
kedua sayap tapi tugasnya terutama untuk koordinasi. Abu Sufyan juga menempatkan 100
pemanah di barisan terdepan. Bendera Quraish dibawa oleh Talha bin Abu Talha.
PERJANJIAN HUDAIBIYYAH
Perjanjian Hudaibiyyah ( )صلح الحديبيةadalah sebuah perjanjian yang di adakan di
sebuah tempat diantara Madinah dan Mekkah pada bulan Maret 628 M (Dzulqaidah, 6 H)
Pada tahun 628 M, sekitar 1400 Muslim berangkat ke Mekkah untuk melaksanakan
ibadah haji. Mereka mempersiapkan hewan kurban untuk dipersembahkan kepada kaum
Quraisy. Quraisy, walaupun begitu, menyiagakan pasukannya untuk menahan Muslim agar
tidak masuk ke Mekkah. Pada waktu ini, bangsa Arab benar benar bersiaga terhadap
kekuatan militer Islam yang sedang berkembang. Nabi Muhammad mencoba agar tidak
terjadi pertumpahan darah di Mekkah, karena Mekkah adalah tempat suci. Akhirnya kaum
Muslim setuju, bahwa jalur diplomasi lebih baik daripada berperang. Kejadian ini dituliskan
pada surah Al-Fath ayat 4 : هو الذي انزل السكينة في قلوب المؤمينينyang bermakna bahwa
Allah telah memberikan ketenangan bagi hati mereka agar iman mereka bisa bertambah .
Garis besar Perjanjian Hudaibiyah berisi : "Dengan nama Tuhan. Ini perjanjian antara
Muhammad (SAW) dan Suhail bin 'Amru, perwakilan Quraisy. Tidak ada peperangan dalam
jangka waktu sepuluh tahun. Siapapun yang ingin mengikuti Muhammad (SAW),
diperbolehkan secara bebas. Dan siapapun yang ingin mengikuti Quraisy, diperbolehkan
secara bebas. Seorang pemuda, yang masih berayah atau berpenjaga, jika mengikuti
Muhammad (SAW) tanpa izin, maka akan dikembalikan lagi ke ayahnya dan penjaganya. Bila
seorang mengikuti Quraisy, maka ia tidak akan dikembalikan. Tahun ini Muhammad (SAW)
akan kembali ke Madinah. Tapi tahun depan, mereka dapat masuk ke Mekkah, untuk
melakukan tawaf disana selama tiga hari. Selama tiga hari itu, penduduk Quraisy akan
mundur ke bukit-bukit. Mereka haruslah tidak bersenjata saat memasuki Mekkah "
Manfaat Hudaibiyah bagi kaum Muslim adalah pertama Bebas dalam menunaikan
agama Islam; Kedua tidak ada teror dari Quraisy dan ketiga Mengajak kerajaan-kerajaan
luar seperti Ethiopia untuk masuk Islam
Sedangkan hasil Perjanjian Hudaibiyah ternyata dilanggar oleh Quraisy, tapi kaum
Muslim bisa membalasnya dengan penaklukan Mekkah (Fathul Makkah) pada tahun 630 M.
Kaum Muslim berpasukan sekitar 10000 tentara. Di Mekkah, mereka hanya menemui sedikit
rintangan. Setelah itu, mereka meruntuhkan segala simbol keberhalaan di depan Ka'bah
PERTEMPURAN MU'TAH
Pertempuran Mu'tah adalah dari perang antara arab dan Bizantium (Kerajaan Romawi
di Timur). Perang Mu'tah terjadi pada tahun 629 dengan mengambil lokasi di Karak
Yordania. Pada perang tersebut masing-masing memiliki kekuatan yang berimbang artinya
Romawi tidak dapat mengalahkan umat Islam – yang pada waktu itu memilih mundur dari
medan perang, sedangkan pihak Romawi tidak lagi memiliki kekuatan untuk mengejar
pasukan Islam yang menarik diri.
Pihak-pihak yang terlibat pada perang tersebut adalah pasukan Islam Madinah
berhadapan dengan pasukan Romawi Timur dan Arab Kristen. Pasukan Islam berangkat ke
Yordania dibawah komanda Zaid bin Harits, Ja'far bin Abu Thalib, Abdullah bin
Rawahah dan Khalid bin Walid dengan membawa 3.000 pasukan (HR. Ibnu Qoyyim dan
Ibnu Hajar) menghadapi pasukan musuh yang berjumlah 200.000 pasukan dibawah
pimpinan Heraclius, Theodorus dan Shurahbil bin Amr al-Ghassani.
Pertempuran Mu'tah ( غزوة مؤتة, )معركة مؤتةterjadi pada 629 M/5 Jumadil Awal 8 H,
dekat kampung yang bernama Mu'tah, di sebelah timur Sungai Jordan dan Al Karak, antara
pasukan Muslim yang dikirim oleh Nabi Muhammad dan tentara Kekaisaran Romawi Timur
Dalam sejarah Islam, pertempuran ini merupakan upaya Muslim untuk memberikan
pembalasan terhadap kepala suku Ghassaniyah yang mengeksekusi seorang utusan kaum
Muslim. Menurut sumber-sumber Islam, pertempuran ini berakhir dengan kedua pihak
mundur dari medan perang. Menurut sumber-sumber Barat modern, pertempuran ini adalah
upaya penaklukan yang gagal terhadap bangsa Arab di sebelah timur Sungai Jordan.
PEMBEBASAN MEKKAH
Muhammad bergerak ke kota Makkah pada Tanggal 630 dengan diiringi oleh 10.000
orang. Bersama dengan Rasulullah adalah komandan perang Khalid bin Walid dan Zubair bin
Awwam, sedangkan pasukan quraisy yang bertahan di Makkah dibawah komando Abu
Pemimpin pasukan :
Tanggal 10 Ramadhan 8 H, Nabi Muhammad beserta 10.000 pasukan bergerak dari
Madinah menuju Mekkah, dan kota Madinah diwakilkannya kepada Abu Ruhm Al-Ghifary.
Ketika sampai di Dzu Thuwa, Nabi Muhammad membagi pasukannya, yang terdiri dari tiga
bagian, masing-masing adalah:
1. Khalid bin Walid memimpin pasukan untuk memasuki Mekkah dari bagian bawah,
2. Zubair bin Awwam memimpin pasukan memasuki Mekkah bagian atas dari bukit Kada',
dan menegakkan bendera di Al-Hajun,
3. Abu Ubaidah bin al-Jarrah memimpin pasukan dari tengah-tengah lembah hingga sampai
ke Mekkah.
Dari Al-Hajun Nabi Muhammad memasuki Mesjid Al-Haram dengan dikelilingi kaum
Muhajirin dan Anshar. Setelah thawaf mengelilingi Ka'bah, Nabi Muhammad mulai
menghancurkan berhala dan membersihkan Ka'bah. Dan selesailah pembebasan Mekkah.
Mekkah atau Makkah Al Mukarromah, bahasa Arab: ( )مكة المكرمةatau juga
dikenal dengan nama Makkah adalah kota utama di Arab Saudi yang merupakan kota
tujuan utama kaum Muslimin dalam menunaikan ibadah haji. Di sana terdapat bangunan
utama Ka'bah yang merupakan patokan arah kiblat untuk sholat kaum muslimin di seluruh
dunia serta prosesi Ibadah haji. Keutamaan kota Mekkah selain tempat lahirnya Nabi
Muhammad SAW juga terdapat Masjidil Haram dengan Ka'bah di dalamnya di mana sabda
Nabi:
"Shalat di masjidil Haram memiliki pahala 100000 x"
Profil Makkah :
1. Geografis
Posisi Mekkah di Semenanjung Arab. Kota Mekkah terletak sekitar 600 km sebelah selatan
kota Madinah, kurang lebih 200 km sebelah timur laut kota Jeddah tepatnya pada
koordinat 21°25′24″LU,39°49′24″BT. Koordinat: 21°25′24″LU,39°49′24″BT Kotanya
meru-pakan lembah sempit yang dikelilingi gunung gunung dengan bangunan Ka'bah
sebagai pusatnya. Dengan demikian, pada masa dahulu kota ini rawan banjir bila di
2. Ekonomi
Kota Mekkah dikenal sebagai kota dagang, pada masa lalu dikenal dengan jalur
perdagangan antara Yaman-Mekkah-Madinah-Damsyiq (Damaskus) dengan penghasilan
sekali pemberangkatan kafilah mencapai 600.000 pound. Selain dikenal kota dagang,
ekonomi juga bertumpu dengan pertanian dan peternakan serta pelayanan jasa untuk
jemaah haji diantaranya usaha perhotelan dan penginapan.
3. Pendidikan : Sebagai pusat agama Islam selain Madinah, kota ini memiliki pusat pusat
pendidikan dan pengajaran agama Islam.
4. Sejarah
Perkembangan kota Mekkah tidak terlepas dari keberadaan Nabi Ismail dan Hajar
sebagai penduduk pertama kota ini yang ditempatkan oleh Nabi Ibrahim atas perintah
Allah. Pada perkembangannya muncul orang orang Jurhum yang akhirnya tinggal di sana.
Pada masa berikutnya kota ini dipimpin oleh Quraisy yang merupakan kabilah atau suku
yang utama di Jazirah Arab karena memiliki hak pemeliharaan terhadap Ka'bah. Suku ini
terkenal dalam bidang perdagangan bahkan pada pasa itu aktivitas dagang mereka
dikenal hingga Damaskus, Palestina dan Afrika. Tokoh sebagai kepala kabilah quraisy
adalah Qussai yang dilanjutkan oleh Abdul Muthalib. Nabi Muhammad adalah keturunan
langsung dari Nabi Ismail serta Qussai.
Pada tahun 671, Nabi Muhammad lahir di kota ini dan tumbuh dewasa. Pertama kali
menerima wahyu dari Allah namun ajarannya ditolak kaumnya yang saat itu masih berada
dalam kegelapan pemikiran (Jahilliyah) sehingga berpindah ke Madinah. Setelah Madinah
berkembang, akhirnya nabi Muhammad kembali ke Mekkah dalam misi membebaskan
kota mekkah tanpa pertumpahan darah.
Pada masa selanjutnya Mekkah berada di bawah administrasi khalifah yang berpusat
di Madinah, serta para raja yang saat itu berkuasa di Damaskus (Dinasti Ummayyah),
Baghadad (Dinasti Abbasiyah) dan Turki (Usmaniyah) yang ketika itu di bawah Syarif
Hussein. Kemudian disatukan di bawah pemerintahan Arab Saudi oleh Abdul Aziz ibnu
Saud sampai sekarang yang merupakan pelayan kedua kota suci.
Sebutan: Um Al-Qura
Lokasi Mekkah
Negara Arab Saudi
Provinsi Provinsi Mekkah
Konstruksi Ka'bah +2000 SM
Didirikan Tidak diketahui
PERTEMPURAN AUTAS
Pertempuran Autas adalah pertempuran antara umat Muslim dan suku-suku
penyembah berhala di Arab pada tahun 630 di Autas atau Awtas, sebuah lembah di
pegunungan yang terletak di timur laut Tha'if, Arab Saudi.[1] Pertempuran ini terjadi setelah
Pertempuran Hunain, dan sebelum Pengepungan Thaif. Pasukan Muslim berhasil
mengalahkan musuhnya setelah melalui pertempuran sengit.[1] Sisa pasukan yang
dikalahkan lalu melarikan diri ke perbukitan disekitar.
PENGEPUNGAN THA'IF
Pengepungan Tha'if terjadi pada 630 M, saat kaum Muslimin pimpinan Muhammad
mengasingkan dan mengepung kota Tha'if, yang dikuasai oleh suku Hawazin dan Tsaqif,
yang dikalahkan dalam pertempuran Hunain. Penduduk Tha'if berhasil bertahan dari
pengepungan ini, dan baru masuk Islam menyatakan kesetiaannya pada Muhammad setelah
Ekspedisi Tabuk (630 M).[1] Salah seorang kepala suku Tha'if Urwah bin Mas'ud tidak ada
pada saat pengepungan ini, dan nantinya ia-lah yang memimpin kaumnya masuk Islam.
Sedikit sekali yang diketahui mengenai jalannya pengepungan ini. Namun, dalam
pengepungan ini diketahui bahwa Abu Sufyan, yang bertempur di pihak muslim, kehilangan
salah satu matanya. Ketika Muhammad bertanya kepadanya "Yang manakah yang engkau
lebih inginkan, sebuah mata di surga, atau aku berdoa kepada Allah agar matamu
dikembalikan sekarang?" Abu Sufyan menjawab ia lebih memilih sebuah mata di surga.
Nantinya, ia kehilangan matanya yang lain pada Pertempuran Yarmuk (636 M
EKSPEDISI TABUK
Ekspedisi Tabuk (atau Perang Tabuk/Pertempuran Tabuk), adalah ekspedisi yang
dilakukan umat Islam pimpinan Muhammad pada 630 M atau 9 H, ke Tabuk, yang sekarang
terletak di wilayah Arab Saudi barat laut.
HAJI WADA'
Haji Wada' atau haji perpisahan adalah ibadah haji terakhir yang dilakukan oleh
Rasulullah S.A.W sebelum akhirnya ia wafat.
Kisah Wahyu Terakhir Kepada Rasulullah s.a.w.
"Diriwayatkan bahawa surah AI-Maa-idah ayat 3 diturunkan pada sesudah waktu asar iaitu
pada hari Jumaat di padang Arafah pada musim haji penghabisan [Wada*].
Pada masa itu Rasulullah s.a.w. berada di Arafah di atas unta. Ketika ayat ini turun
Rasulullah s.a.w. tidak begitu jelas peneri-maannya untuk mengingati isi dan makna yang
terkandung dalam ayat tersebut. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersandar pada unta beliau,
dan unta beliau pun duduk perlahan-lahan. Setelah itu turun malaikat Jibril a.s. dan berkata:
"Wahai Muhammad, sesungguhnya pada hari ini telah disempurnakan urusan agamamu,
maka terputuslah apa yang diperintahkan oleh Allah s.w.t.dan demikian juga apa yang
terlarang olehnya. Oleh itu kamu kumpulkan para sahabatmu dan beritahu kepada mereka
bahawa hari ini adalah hari terakhir aku bertemu dengan kamu."
Sebaik sahaja Malaikat Jibril a.s. pergi maka Rasulullah s.a.w. pun berangkat ke
Mekah dan terus pergi ke Madinah.Setelah Rasulullah s.a.w. mengumpulkan para sahabat
beliau, maka Rasulullah s.a.w. pun menceritakan apa yang telah diberitahu oleh malaikat
Jibril a.s.. Apabila para sahabat mendengar hal yang demikian maka mereka pun gembira
sambil berkata: "Agama kita telah sempurna. Agama kila telah sempuma."
Apabila Abu Bakar r.a. mendengar keterangan Rasulullah s.a.w. itu, maka ia tidak