Anda di halaman 1dari 5

Fenomena MLM di ITB

Saat ini bisnis dengan tipe MLM telah menjalar luas di kampus ini. Tidak hanya mahasiswa bahkan dosen-pun
telah turut serta dalam rantainya. Bahkan promosinya telah dilakukan hingga ke ruang-ruang kelas. Kita
sering mendengar di sejumlah kelas seusai jeda kuliah dosen mengatakan secara terbuka ‘ada tawaran
bisnis, dan kepada mahasiswa yang tertarik agar tetap tinggal di kelas’, lalu sang dosen-pun mulai
berceramah dan memberikan iming-iming masa depan yang cerah, uang yang gampang didapat, dengan
usaha yang tidak terlalu sulit jika mereka masuk ke lingkaran bisnis ini. Entah itu akibat sang dosen yang jago
berbicara, atau karena tawarannya yang begitu menggiurkan hingga begitu banyak orang yang mulai
terkena, bahkan mungkin teman-teman dekat kita sendiri. Untuk itu, artikel ini mencoba memberikan
berberapa analisa tentang apa itu MLM, mekanisme dan strategi yang ada didalamnya, hingga ke dampak
dan bahaya yang ditimbulkanya.

Apa Itu MLM

Pada mulanya produk-produk industri dijual dijual lintas negara melalui agen-agen, kemudian berkembang
strategi (Multi-Level Distribution) untuk mem-push penjualan, salah satu caranya adalah dengan memberikan
kompensasi kepada penjual 1. Akan tetapi teknik ini belum disebul MLM, hingga William Penn Patrick dengan
Holiday Magic Cosmetics mengadopsikan teknik untuk pemasaran produk kosmetik langsung ke konsumen.
Produk yang dijualnya ketika itu yaitu Raleigh, Fuller, Watkins, dan Avon Cosmetic 2. Prinsip MLM yang
digunakan oleh William Penn Patrick adalah dengan
Level mengubah konsumen menjadi sales dalam penjualan
A 1 produknya. Konsumen yang dijadikan sales akan membentuk
suatu jaringan pemasaran yang dibangun sesuai dengan
konsep piramida (pyramidal scheme)3, seperti pada gambar
Level disamping :
B
1 2 3 Orang pada level A (A1), membuat jaringan dibawahnya
(downline) yang akan menjadi level berikutnya (B) misalnya
B1, B2 dan B3. Kemudian orang di level ini (B) harus mencari
Level orang untuk level berikutnya, demikian seterusnya. Hingga
C membentuk suatu jaringan besar. Orang-orang didalam
1 2 3 4 5 6 7 jaringan ini akan nantinya akan menjadi konsumen sekaligus
distributor produk-produk yang ditawarkan produsen (yang
membuat jaringan). Dalam praktinya nanti akan ada suatu
sistem kompensasi (reward) yang akan diberikan produsen
Level kepada semua level distribusi yang bersinggungan, mulai
D dari end-user (pembeli dan pemakai produk) hingga upline
yang ada diatasnya. Misalnya D1 membeli produk, maka yang
1 2 3 4
akan diberikan reward adalah ia sendiri (D1), C3, B2 dan A1.

Artinya konsep MLM adalah suatu konsep distribusi bertingkat (multiple layer) dimana orang yang berada
dilapisan paling bawah ikut berkontribusi memberikan pendapatan kepada level diatasnya (upline). Orang
yang berada dilapisan bawah jaringan ini ini terdiri atas 3 buah tipe yaitu orang yang murni sebagai pemakai,
sebagai seorang penjual (sales), atau sebagai seorang yang membangun jaringan. Kompensasi reward yang
diberikan tentu tidak seragam. Seorang yang berhasil menjual produk hanya akan mendapat kompensasi
yang sangat sedikit (kurang dari 10 %), kompensasi yang lebih besar akan didapatkan oleh orang yang
berada pada level berikutnya (10-40%) 4. Motif mendapatkan kompensasi yang lebih besar inilah mendorong
orang untuk terus membuat jaringan sebanyak-banyaknya. Hingga dengan berlakunya sistem kompensasi

1
J.F. (Jim) Straw dalam artikelnya MLM What It was, What It Became bisa didapat dalam
www.businesslyceum.com
2
Ibid
3
Jon M. Taylor, Ph.D., Consumer Awareness Institute, 2000, http://www.PyramidSchemeAlert.org
4
NETWORK MARKETING PAYOUT DISTRIBUTION STUDY oleh Jon M. Taylor, Ph.D. MLM, Payout Distribution
Study Consumer Awareness Institute) http://www.PyramidSchemeAlert.org
2

yang kelihatan menggiurkan ini sejumlah MLM tumbuh subur dibanyak negara termaksud di Indonesia seperti
Forever Young, CNI, DXN, Zhulian, Avon, sara lee, Herbalife dan sebagainya.

Apa Yang Salah Dengan MLM …?

Lalu yang menjadi pertanyaan kita, apasih yang salah dengan MLM …..? Untuk menjawab pertanyaan ini kita
sebagai seorang mahasiswa yang katanya intelektual tentu saja harus menganalisa secara rasional dan
ilmiah.

Tentu saja yang harus kita bahas dibagian awal adalah bagaimana aliran uang didalam bisnis MLM. Dalam
bisnis MLM uang reward yang di berikan oleh perusahaan sekitar 20-50% 5 dari nilai produk, dan sekitar 10%
akan diberikan kepada end-user dan 10-40% kepada upline-nya. Lalu akibat konsekuensi ada cost lebih yang
dikeluarkan produsen sebesar 20-50%, otomatis produk yang ditawarkan akan naik 20-50% (dengan asumsi
laba produsen konstan). Produk yang tadi harganya X dalam bisnis MLM akan dijual sekitar 1,2X sampai 1,5X.
Dengan logika yang sangat sederhana kita dapat melihat hal ini sebagai suatu penipuan massal. Contoh
sederhananya begini : misalnya produk yang dijual itu harganya Rp. 10.000, sekitar Rp. 2.000 sampai dengan
Rp. 5.000 akan diberikan kepada jaringan yang terkait dengan komposisi Rp. 1.000 akan diberikan langsung
kepada konsumen yang membeli (end-user) sementara itu Rp. 1.000 sampai dengan Rp. 4.000 (10-40%)
akan diberikan kepada upline-nya. End-user sebenarnya telah dirugikan, karena jika ia membeli secara
langsung produk yang sama dipasar tanpa lewat MLM ia cuma perlu mengeluarkan uang sebesar Rp. 5.000
sampai dengan Rp. 8.000. Akan tetapi end-user ini akan sangat jarang sekali (bahkan mungkin tidak pernah)
menyadari bahwa ia ditipu. Hal ini terjadi karena ia telah terlena menerima kompensasi Rp. 1.000 (yang tentu
saja tidak sebanding dengan kerugiannya), karena ia merasa telah masuk dalam jaringan (rasa ikut memiliki
bisnis ini) dan tentu akibat doktrin untuk bisa kaya secara secara cepat dan mudah, yang telah membutakan
kesadarannya.

Pada mulanya istana kardus dan beton mungkin kelihatan sama dikejauhan,
akan tetapi setelah hujan, angin dan badai barulah kita bisa membedakannya.
- NN -

Jika suatu bisnis memberikan hasil yang real, tentu saja akan ada banyak orang yang bertahan dalam jangka
waktu yang lama. Akan tetapi akibat diatas (hanya bersandar pada permainan aliran uang), bisnis MLM tentu
saja memiliki pondasi yang lemah. Hingga banyak sekali orang yang keluar dari bisnis ini dengan hasilnya
tentu saja kegagalan. Hal ini bisa kita lihat dari hasil penelitian Jon M. Taylor, Ph.D dengan mengambil
sejumlah data empirik yang berkaitan dengan bisnis ini yang hasilnya dapat kita lihat pada table berikut 6:

*) data yang digunakan pada


% who % lose
Option Reference profit money kedua gambaran tersebut adalah
dari ABC News - Prime Time,
No-Product Pyramid Scheme Pyramid-One Time* 11.81 88.19
(4 generation)* 2/22/01) dan dari buku The
Pyramid-Reinvest* 6.57 93.43
Airplane Game 7 yang membahas
CRAPS** CRAPS** 3.23 96.77 tentang bisnis piramida yang tidak
ROULETTE** ROULETTE** 2.86 97.14 ada produknya jika ia berdasarkan
MELALEUCA*** MELALEUCA*** 0.13 99.87 prinsip temporer (one-time) /
NU SKIN*** NU SKIN*** 0.06 99.94 hanya sekali, maka orang yang
AMWAY*** AMWAY*** 0.01 99.99 sukses setelah 4 generasi adalah
11,81% sedangkan orang yang
menginvestasikan kembali dan suksek itu sebesar 6,67 %. Akan tetapi bisnis dengan skema piramida tanpa
produk ini dinyatakan illegal di Amerika Serikat. Di Indonesia praktik bisnis seperti ini dapat kita temui pada
bisnis tipe investasi jangka pendek dengan bunga yang gila-gilaan (misalnya 10% sebulan). Kasus QSAR
(Qurnia Segar Alam Raya) yang sempat marak beberapa waktu lalu adalah bisnis yang setipe dengan ini,
sedangkan kata agrobisnis yang digunakan hanyalah sebagai kamuplase saja.

5
Ibid
6
No-product Pyramid Schemes vs. Gambling vs. Sample Multi-level Marketing (MLM) Programs, WHICH DOES
THE GREATER HARM ? Oleh Jon M. Taylor, Ph.D.
7
False Profits , by Robert Fitzpatrick, 1997
3

**) Jumlah orang yang sukses jika ia berjudi di Caesars Palace, Las Vegas jika ia bertaruh dalam satu kali
kesempatan ABC News - Prime Time, 4/26/01
***) Data Melaleuca & Nu Skin didasarkan pada analisis laporan keuangan tahun 1998 tentang distributor
yang masih aktif setelah 10 tahun yang menyebutkan bahwa 95% distributor menghilang. Sedangkan data
mengenai Amway dalam laporan bisnisnya 8 mengakui secara terbuka ada banyak distributor yang keluar,
hanya 9% yang bertahan dan sekitar 50% distributor berganti tiap tahunnya. Dalam perhitungannya Jon M.
Taylor, Ph.D menyimpulkan sekitar 99,5 % orang kehilangan uangnya (gagal) dalam bisnis MLM 9.

Dalam artikel tersebut Jon M. Taylor, Ph.D membandingkan antara orang berjudi di La Vegas dengan orang
yang ikut MLM ternyata peluang orang yang berjudi di La Vegas jauh berkali-kali lipat lebih besar. Secara tak
langsung ia ingin mengatakan bahwa MLM itu memiliki dampak yang jauh lebih merugikan dari judi sekalipun.

120
Selain masalah aliran uang yang
merupakan penipuan, masih ada
sejumlah masalah lain dalam bisnis
100
MLM. Salah satu masalah tersebut
adalah penjualan produk yang sangat
rendah standarnya. Kita dapat
80
%who melihatnya dari sejumlah kasus, standar
profit kesehatan yang tidak terpenuhi dalam
Percent

obat-obatan yang dijual dengan cara


60
%who MLM di www.quackwatch.org atau di
lose www.mlmwatch.org. Salah satu
money contohnya pada kasus James
40 Cummiskey tentang peredaran produk
kecantikan dan suplemen tambahan dari
Wellness International Network (WIN)
20 yang menggunakan cara MLM. Hal ini
dapat terjadi karena suatu sistem
distribusi langsung seperti MLM itu
0 Pyramid-One Time Pyramid-Reinvest CRAPS ROULETTE MELALEUCA NU SKIN AMWAY
memiliki kontrol dan pengawasan yang
Category sangat lemah, hingga rawan dengan
penjualan produk yang tidak lolos
standar.

Dalam membangunan jaringannya MLM hampir selalu disertai doktrin baik itu doktrin
untuk bisa kaya secara secara cepat dan mudah hingga kepenggunaan buku
manajemen dan psikologi popular seperti John Naisbitt dengan Megatrends, Rich
Dad Poor Dad, hingga ke Seven Habiths. Dan kebanyakan buku-buku popular itu
dimanipulasi menjadi retorika untuk penarik orang menjadi anggota jaringan.
Misalnya buku John Naisbitt (Megatrends) yang katanya menyebutkan ‘n etwork
marketing is the wave of the future’ adalah suatu kebohongan besar. Karena John
Naisbitt tidak pernah mengatakan apapun tentang network marketing. Anda tidak akan menemukan kata
‘network marketing’ dalam indek buku tersebut10. Lalu bagaimana dari sisi keilmuan manajemen sendiri..?
Professor Thomas Bonora dari Harvard 'B' School mengatakan:

We do not teach such methods [MLM] at the Harvard Business School;


they are not part of the curriculum; to my knowledge,
they are not taught at this or any other reputable business school in the country11

8
Publikasi Amway dalam laporan bisnisnya (July/Aug, 2000)
9
Jon M. Taylor dalam MLMvsNPSvsVegas-Where'sThe Harm, 2000
10
www.mlmwatch.org
11
Ibid
4

Jelas sekali MLM secara keilmuan manajemen bukanlah merupakan suatu strategi yang establish. Hingga dari
kita dapat mengatakan bahwa penggunaan buku manajemen dan psikologi popular tersebut hanyalah suatu
retorika sesat yang tidak ilmiah demi kepentingan penjualan semata.

Fenomena bisnis MLM saat ini sudah sangat meluas mulai dari perkantoran elit hingga ke warung kopi
sebelah rumah kita. Jenisnyapun sangat variatif seperti AMWAY, CNI dan masih banyak lagi. Lalu bagaimana
dengan perluasanya di ITB. Memang belum ada data yang fix. Akan tetapi dari selentingan yang beredar
dalam forum interen Amway sering disebutkan distributor mereka dikampus ini sudah mencapai angka 700
orang, sungguh suatu jumlah yang luar biasa. MLM juga mulai merasuk dengan berbagai bentuk bahkan
sudah ada yang mengklaim dirinya sebagai MLM syariah seperti Ahadnet, jumlah anggotanya saat ini sudah
mencapai angka 150.000 orang, dan diperkirakan akan menjadi 300.000 orang pada tahun
2003 12. Padahal dari sudut pandang islam bisnis ini masih kontroversial ada yang
mengatakan ia syah namun juga banyak yang menentang, seperti fatwa Dewan Syariah
Partai Keadilan13 yangmengeluarakan keputusan tentang syubhatnya Amway salah satu
jaringan perusahaan Amerika yang menggunakan sistem MLM.

Dampak Meluasnya MLM Bagi Individu dan ITB

Lalu apakah dampak meluasnya MLM di ITB…..? Ada dua hal yang terpengaruh, yaitu dari sudut pandang
inidividu maupun dari sudut pandang ITB secara institusi.

Ada perubahan besar dalam strategi penjualan MLM di Indonesia. Seperti pada kasus AMWAY. Ketika Amway
masuk ke Indonesia tahun 1992 a masih menggunakan strategi MLM konvesional, yaitu MLM sebagi bisnis
murni. Akan tetapi sejak diperkenalkan sistem Network-21 arah dan strategi pemasaran Amway berubah
total. Akibatnya pemasaran Amway di Indonesia meroket pesat. Indikatornya dapat kita lihat dari jumlah
orang yang mencapai level Diamond. Sejak tahun 1992 hingga tahun 1998 orang yang mencapai level ini
jumlah hanya 3 orang. Akan tetapi dengan sistem Network-21 jumlah diamond di Indonesia meningkat pesat
hingga mencapai jumlah 39 orang pada tahun 2003. Dengan sistem Network-21 seseorang mungkin
mencapai level diamond dalam waktu yang kurang dari 2 tahun. Lalu apakah sistem Network-21 itu……?
Sistem Network-21 adalah sistem perluasan jaringan dengan menyertai pembentukan karakter baru pada
orang orang yang ada di dalam jaringan ini. Seseorang yang mengikuti sistem ini harus mengikuti sejumlah
prosedur yang ada seperti pertemuan mingguan, pertemuan bulanan, harus mendengarkan kaset 1-3 buah
perhari, harus membaca majalah yang dikeluarkan perusahaan, membaca sejumlah buku yang dianjurkan,
harus membuat catatan teman-teman yang dikenalnya, dan masih banyak lagi.

Artinya dalam sistem Network-21 ada upaya sistematis memberikan doktrin kepada orang
yang masuk kebisnis ini. Kita dapat melihat jelas hal ini dengan mengamati sejumlah teman
kita yang telah masuk secara intens dalam lingkarannya. Mereka seperti dibuatkan suatu
karakter baru, orang yang dulunya kita kenal kini telah berbeda. Mereka akan suka senyum,
pede, berpakaian rapi. Ya.. mungkin sekilas sifat itu kelihatan baik. Akan tetapi sifat-sifat itu
bukan lahir secara alamiah, melainkan lahir melalui upaya doktrinasi sistematis guna
menciptakan mesin-mesin penjual bagi perusahaan.

Hal lain yang ditimbulkan oleh MLM gaya baru ini adalah sistem kekerabatan kita yang berubah.
Gambarannya begini. Misalkan kita memiliki seorang teman yang selama ini tidak perduli, kita juga tidak
menghiraukannya, tiba-tiba ia jadi sering tersenyum, sering basa-basi lalu ia presentasi ke kita. Seseorang
teman bukan lagi dianggap sebagai seorang teman, melainkan sebagai potensi yang harus dikeruk. Apa
perasaan kita ketika tahu bahwa nama kita telah masuk kedalam daftar nama orang yang ‘diburu’ oleh
sahabat dekat kita selama ini…? Bisnis ini juga berpengaruh ke sistem kekeluargaan. Saudara, orang tua,
anak, pacar yang yang selama ini kita sayangi karena landasan afeksi telah berubah menjadi landasan baru,
keterikatan bisnis pada perusahaan. Saudara, orang tua, anak, pacar tidak lagi dipandang sebagai kerabat
yang kita sayangi, tetapi hanya dipandang sebagai potensi bisnis yang harus dikeruk.

12
www.mitraniaga.com/ahadnet
13
BISNIS MLM ( MULTI LEVEL MARKETING )DALAM TINJAUAN SYARIAH ISLAM DR. SETIAWAN BUDI
UTOMO, LC, MA www.educomnet.org
5

Aktivitas di dalam MLM tenyata juga memiliki pengaruh terhadap kegiatan lain diluarnya, seperti aktivitas
kemahasiswaan dan akademik. Kita dapat temui sejumlah fakta mahasiswa yang DO, karena lebih memilih
untuk berkonsentrasi di bisnis MLM. Ketika ditanya mereka akan menjawab ‘kita kuliah buat apasih …? Untuk
cari duitkan. Hasilnyapun belum pasti dan perlu keringatan belajar, mending gue konsen di MLM, sekarang
penghasilan gue da sekian, loe harus kerja sekian lama baru bisa ngimbangi penghasilan gue’. Fakta lain bisa
kita temui adalah adanya sejumlah profesional seperti karyawan, pilot dan dokter yang juga keluar dari
profesinya karena masuk dalam bisnis MLM.

Lalu apakah dampak perkembangan MLM bagi ITB secara institusional…? Kasus promosi
MLM yang telah masuk hinggga keruang kuliah, kantor dosen hingga ke ruang tamu
seorang profesor terkenal di ITB adalah suatu tamparan besar bagi kita. Hal ini jelas akan
berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas penelitian dan pengajaran di ITB. Bagaimana
bisa seseorang dosen mengajar dan membuat penelitian dengan baik jika sebagian waktu
mereka habis untuk presentasi MLM. Jika sebagian dosen kita terus sibuk di MLM, maka
lupakanlah impian kita untuk mendapat pengajaran dan meneliti secara lebih baik. Jika
sebagian dosen kita terus sibuk di MLM, maka lupakanlah impian kita akan adanya
penelitian yang bisa mendapatkan hadiah setaraf Nobel ataupun yang lain. Jika presentasi
MLM dengan fasilitas ITB (seperti ruangan, dan yang lainnya) masih
terus dibiarkan, maka jangan heran jika suatu saat nanti akan ada
sejumlah MLM yang akan presentasi di ITB secara formal. Jika hal ini
terus dibiarkan, mungkin saja suatu saat nanti sejumlah kegiatan yang
ada di ITB akan disponsori secara terang-terangan oleh sejumlah MLM.
Jika hal ini terus dibiarkan, jangan heran suatu saat nanti jika akan ada
spanduk besar bertuliskan “Sidang Senat Guru Besar ITB, disponsori
oleh AMWAY” serta ada spanduk lain disebelahnya bertuliskan “Ikuti
Presentasi Pengembangan Karir Dalam Stadium General Khusus TPB,
disponsori oleh CNI”, jika hal ini terjadi maka…….selamat malam ITB.

Oleh :
Institut Sosial Humaniora ‘tiang bendera’ ITB

Anda mungkin juga menyukai