Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi

suatu negara untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan sejahtera. Upaya

peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak bisa terpisah dengan masalah

pendidikan bangsa. Menurut Mulyasa, setidaknya terdapat tiga syarat utama

yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat

berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)

yakni: (1) sarana gedung, (2) buku yang berkualitas, (3) guru dan tenaga

kependidikan yang yang professional.

Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan

pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu

perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara

optimal. Di dalam kelas guru malaksanakan dua kegiatan pokok yaitu kegiatan

1
mengajar dan kegiatan mengelola kelas. Kegiatan mengajar pada hakikatnya

adalah proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa.

Semua komponen pengajaran yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan

belajar-mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi diperankan secara

optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum

pengajaran dilaksanakan.

Pengelolaan kelas tidak hanya berupa pengaturan kelas, fasilitas fisik dan

rutinitas. Kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan dan

mempertahankan suasana dan kondisi kelas. Sehingga proses belajar mengajar

dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Misalnya memberi penguatan,

mengembangkan hubungan guru dengan siswa dan membuat aturan kelompok

yang produktif.

Di kelaslah segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan berproses.

Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan

sifat-sifat individualnya. Kurikulum dengan segala komponennya, dan materi

serta sumber pelajaran dengan segala pokok bahasanya bertemu dan berpadu

dan berinteraksi di kelas. Bahkan hasil dari pendidikan dan pengajaran sangat

ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh sebab itu sudah selayaknyalah

kelas dikelola dengan baik dan terorganisir.

Djamaroh menyebutkan ” Masalah yang dihadapi guru, baik pemula

maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Aspek yang

sering didiskusikan oleh penulis professional dan pengajar adalah juga

pengelolaan kelas”. Mengingat tugas utama dan paling sulit bagi pengajar

2
adalah pengelolaan kelas, sedangkan tidak ada satu pendekatan yang

dikatakan paling baik. Sebagian besar guru kurang mampu membedakan

masalah pengajaran dan masalah pengelolaan. Masalah pengajaran harus

diatasi dengan cara pengajaran dan masalah pengelolaan harus diatasi dengan

cara pengelolaan.

Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari ke hari bahkan dari waktu ke

waktu tingkah laku dan perbuatan siswa selalu berubah. Hari ini siswa dapat

belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu. Kemarin terjadi

persaingan yang sehat dalam kelompok, sebaliknya dimasa mendatang boleh

jadi persaingan itu kurang sehat. Kelas selalu dinamis dalam bentuk perilaku,

perbuatan, sikap, mental, dan emosional siswa.

Demikian pentingnya manajemen kelas telah semakin diakui

keberadaannya, sebab kemampuan dalam memberikan pelajaran di kelas tanpa

disertai dengan kemampuan manajemen, hal ini akan kurang memberikan

hasil yang berarti bagi kelancaran proses belajar mengajar. Hal ini masih dapat

dilihat pada kesenjangan antara apa yang seharusnya dilaksanakan guru dalam

tugas dan fungsinya sehari-hari dengan apa yang ada dalam kenyataan, yakni

masih ada sebagian guru belum menyadari dan melaksanakan salah satu

kewajibannya, yaitu melakukan manajemen kelas. Mereka masih beranggapan

bahwa tugas utamanya hanyalah mengajar dengan sebaik-baiknya. Kemudian

hal ini harus ditanggulangi dan dicarikan alternatif pemecahannya sehingga

guru dapat meningkatkan peran dan fungsinya.

Namun demikian, peranan dan fungsi guru yang sangat penting tersebut

3
belum sepenuhnya dapat dijalankan oleh para guru. Hal ini dibuktikan dengan

masih buruknya kinerja para guru. Mulyasa menyebutkan tujuh indikator yang

menunjukkan lemahnya kinerja guru, yaitu : (1) rendahnya pemahaman

tentang strategi pembelajaran, (2) kurangnya kemahiran dalam mengelola

kelas, (3) rendahnya kemampuan melakukan dan memanfaatkan penelitian

tindakan kelas, (4) rendahnya motivasi berprestasi, (5) kurang disiplin, (6)

rendahnya komitmen profesi, dan (7) rendahnya kemampuan manajemen

waktu.

Indikator pertama adalah strategi pembelajaran. Guru berkualitas wajib

mengetahui dan memahami strategi pembelajaran yang berbeda-beda.

Minimnya pengetahuan dan pemahaman tentang strategi pembelajaran

menyebabkan guru tidak mampu mempergunakan strategi pembelajaran yang

berbeda-beda, sehingga kegiatan belajar-mengajar berlangsung dengan

monoton dan membosankan.

Indikator kedua adalah pengelolaan kelas. Guru harus terampil dalam

mengelola kelas, karena pengelolaan kelas yang baik merupakan salah satu

syarat berlangsungnya proses belajar-mengajar yang efektif. Sebaliknya,

pengelolaan kelas yang buruk menyebabkan proses belajar-mengajar menjadi

tidak berjalan secara efektif.

Dari tujuh indikator tersebut, indikator pengelolaan kelas merupakan salah

satu indikator yang sangat penting. Meskipun indicator pertama juga penting,

tetapi indikator pertama tersebut tidak akan berfungsi apabila guru tidak

memiliki keterampilan dalam pengelolaan kelas. Misalnya adalah, guru

4
menerapkan strategi pembelajaran berupa ceramah dan diskusi untuk satu

mata pelajaran. Pemakaian strategi pembelajaran ini akan berhasil apabila

didukung oleh keterampilan guru dalam mengelola kelas, misalnya mengatur

tata ruang dan kursi, membuat kelompok diskusi yang tepat, memotivasi siswa

dengan memberi penguatan atau menegur, dan keterampilan pengelolaan kelas

lainnya.

Demikian halnya dengan indikator kinerja guru yang lain, seperti

kedisiplinan, manajemen waktu, motivasi berprestasi, dan komitmen profesi.

Indikator-indikator tersebut tercakup dan terlibat dalam pengelolaan kelas.

Kedisiplinan guru yang tinggi akan mendukung kemampuan guru dalam

mengelola kelas, tetapi kedisiplinan yang tinggi tidak akan bermanfaat banyak

apabila tidak disertai dengan kemampuan dalam mengelola kelas. Hal ini

disebabkan karena proses belajar-mengajar yang dijalankan oleh guru

sebagian besar berlangsung di dalam kelas. Kinerja guru yang rendah dalam

hal pengelolaan kelas dapat mengakibatkan siswa tidak mampu belajar secara

efektif, karena kondisi kelas yang tidak memungkinkan untuk belajar. Kondisi

tersebut pada gilirannya menyebabkan ketidakberhasilan pendidikan. Dengan

demikian, upaya perbaikan pendidikan harus dimulai melalui perbaikan

kualitas guru, terutama perbaikan dalam hal kemampuan guru dalam

mengelola kelas.

Menurut Depdiknas seorang guru disebut memiliki kompetensi profesional

apabila telah menguasai 12 keterampilan dasar guru yaitu : (1) memahami

standar nasional pendidikan, (2) mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan

5
Pendidikan, (3) menguasai materi standar, (4) mengelola program

pembelajaran, (5) mengelola kelas, (6) menggunakan media dan sumber

pembelajaran, (7) menguasai landasan kependidikan, (8) memahami dan

melaksanakan pengembangan peserta didik, (9) memahami dan

menyelenggarakan administrasi sekolah, (10) memahami penelitian dalam

pembelajaran, (11) menampilkan keteladanan dan kepemimpinan dalam

pembelajaran, (12) memahami dan melaksanakan konsep pembelajaran

individual.

Salah satu aspek dalam keterampilan dasar tersebut adalah keterampilan

pengelolaan kelas. Aspek ini merupakan aspek yang paling mendasar yang

harus dimiliki oleh guru karena aspek ini berpengaruh terhadap pelaksanaan

11 keterampilan dasar yang lain. Dengan kata lain, kesebelas keterampilan

dasar terwujud dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar di dalam kelas.

Misalnya adalah keterampilan dasar yang pertama, yaitu memahami standar

nasional pendidikan. Pemahaman terhadap standar pendidikan nasional tidak

akan memberikan kontribusi yang berarti apabila guru yang bersangkutan

tidak memiliki kemampuan mengelola kelas dengan baik. Demikian halnya

dengan keterampilan-keterampilan dasar yang lain seperti keterampilan

mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, keterampilan

menguasai materi standar, keterampilan menggunakan media dan sumber

pembelajaran, atau keterampilan menguasai landasan kependidikan.

Keterampilan keterampilan tersebut terkait dengan proses pembelajaran di

dalam kelas.

6
Apabila guru mampu mengelola kelas dengan baik, maka ketrampilan-

keterampilan dasar tersebut akan berfungsi dengan baik dalam menunjang

proses belajar-mengajar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa proses

belajar-mengajar siswa dapat terselenggara secara efektif apabila pelaksanaan

kegiatan pengelolaan kelas dapat berjalan dengan baik.

Demikian halnya yang banyak terjadi di berbagai lembaga pendidikan

(sekolah) di Indonesia, termasuk khususnya sekolah yang menjadi wilayah

penelitian penulis yaitu SMK Nusantara Ciputat, berdasarkan pengamatan dari

realita yang terjadi menunjukkan bahwa kompetensi guru-gurunya secara

kualifikasi keguruan memenuhi syarat-syarat professional, tapi dalam hal

kemampuan mengelola kelas kurang terampil. Hal ini didasarkan pada

pengamatan langsung penulis di mana kondisi kelas dan proses belajar-

mengajar di jurusan Bisnis Manajemen berjalan monoton, beku, tidak

interaktif, dan siswa/i-nya susah diatur. Dengan demikian mengindikasikan

bahwa kemampuan guru di sana dalam melaksanakan manajemen kelas belum

optimal serta belum berjalan dengan baik.

Berdasarkan konsep di atas dan realita yang ada, penulis terdorong untuk

melakukan kajian ilmiah yang didasarkan penelitian terhadap pelaksanaan

manajemen kelas oleh guru pada suatu lembaga pendidikan dengan judul

“KEMAMPUAN GURU DALAM MANAJEMEN KELAS Di SMK

Nusantara Ciputat.”

B. Identifikasi Masalah

7
a) Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola kelas?

b) Langkah-langkah apa saja yang dilakukan guru untuk

meningkatkan kemampuan/ kompetensi mengajarnya?

c) Apakah dengan meningkatkan kemampuan mengelola kelas dapat

menjawab masalah-masalah kualitas pendidikan secara umum?

d) Bagaimana guru mencapai perubahan afektif dan psikomotor siswa

di samping kognitif?

e) Bagaimana guru menciptakan sikap kooperasi antarsiswa?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi di atas, untuk lebih memperjelas dan

memberi arah yang tepat dalam pembahasan skripsi ini, maka manajemen

kelas di sini dibatasi pada “Kemampuan Guru Kelas 1, 2 & 3 Jurusan

(Bisnis Manajemen) dalam Pengelolaan Siswa di dalam Kelas ” di SMK

Nusantara Ciputat.

Kemampuan Guru ini meliputi :

1) Kompetensi Pedagogik

2) Kemampuan Kepribadian

3) Kemampuan Sosial

4) Kemampuan Profesional

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, dapatlah

8
dirumuskan masalahnya sebagai berikut:

1. Kompetensi apa saja yang harus dicapai

guru dalam melaksanakan manajemen kelas?

2. Bagaimana pelaksanaan manajemen/

pengelolaan kelas yang baik dan

terorganisir?

3. Bagaimana seorang guru menciptakan

suasana proses belajar- mengajar yang

efektif, efisien dan menyenangkan?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui kemampuan guru SMK Nusantara Ciputat tentang apa saja

yang harus dicapai dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan/

manajemen kelas.

2. Mengetahui kemampuan guru SMK Nusantara Ciputat dalam

melaksanakan kegiatan pengelolaan/ manajemen kelas yang baik dan

terorganisir

3. Mengetahui kemampuan guru SMK Nusantara Ciputat dalam menciptakan

dan memelihara suasan/kondisi belajar yang optimal.

9
E. Manfaat Penelitian

1. Guru, untuk dijadikan bahan masukan dalam pengembangan

pengetahuan dan keterampilan tentang efektivitas dan kualitas

manajemen kelas.

2. Kepala sekolah, untuk dapat digunakan sebagai tolak ukur secara

normatif dalam perencanaan, pengelolaan dan pengawasan

pendidikan.

3. Para penanggung jawab keguruan dalam rangka mengambil

kebijakan-kebijakan pendidikan.

4. Peneliti, sebagai pengalaman dan referensi cakrawala pengetahuan

untuk kepentingan masa mendatang.

10
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Kemampuan Guru

Broke dan Stoine (dalam Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, menjelaskan

bahwa kemampuan merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru atau

tenaga kependidikan yang tampak sangat berarti.1 Sedangkan Robins (dalam Sitio

2006), mendefinisikan kemampuan adalah kapasitas individu melaksanakan

berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.2

Charles E. Jhonsons et al (1974:3) (dalam Wijaya dan A. Tabrani Rusyan

1992:8), mendefinisikan bahwa kemampuan merupakan perilaku yang rasional

untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang

diharapkan.3 Kemampuan merupakan salah satu hal yang harus dimiliki dalam

jenjang apapun karena kemampuan memiliki kepentingan tersendiri dan sangat

penting untuk dimiliki oleh guru. Berhasil tidaknya pendidikan pada sebuah

sekolah salah satu komponennya ialah guru itu sendiri.

Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas

guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk

penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai

guru.
1 Sigit Pamukti. Diambil dari http//:www. Google.com. Skripsi Kemampuan Guru Dalam
Mengintegrasikan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) Dengan Mata
Pelajaran Sains dan Pengetahuan Sosial Di- SD Negeri Se- Kecamatan Semarang Selatan Kota
Semarang Tahun 2006-2007. Kamis, 13 Mei 2009. h. 10
2 Op cit. hal.10
3 Op cit. hal.10

11
Sedangkan dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun

2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa: “kompetensi adalah seperangkat

pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan

dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.4

Dari uraian di atas, nampak bahwa kompetensi mengacu pada pendidikan

kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan;

kompetensi guru menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional

untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas- tugas

pendidikan. Dikatakan rasional karena mempunyai arah dan tujuan, sedangkan

performance merupakan perilaku nyata dalam arti tidak hanya dapat diamati,

tetapi mencakup sesuatu yang tidak kasat mata.

Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi di samping

kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang ditetapkan dalam prosedur dan

sistem pengawasan tertentu, kompetensi diartikan dan dimaknai sebagai perangkat

perilaku efektif yang terkait dengan eksplorasi dan investigasi, menganalisis dan

memikirkan, serta memberikan perhatian, dan untuk mencapai tujuan tertentu

secara efektif dan efesien. Kompetensi bukanlah suatu titik akhir dari suatu upaya

melainkan suatu proses yang berkembang dan belajar sepanjang hayat (lifelong

learning process).

Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal,

keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk

4 Dr. E. Mulyasa, M.Pd. Standar Kompetensi Sertifikasi Guru. PT Remaja Rosdakarya Bandung.
Cet. Pertama, Januari 2007. hal. 25

12
kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman

terhadap peserta didik pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan

profesionalisme.

a. Karakteristik Kemampuan Guru

Menurut Wijaya dan A. Tabrani Rusyan (1992:9), guru yang professional

akan senantiasa melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya dan

pendidikan pada umumnya dan sudah barang tentu memiliki kemampuan sesuai

dengan tuntutan yang dibutuhkan.

Karakteristik kemampuan guru seperti diungkapkan oleh Wijaya dan A.

Tabrani Rusyan (1992:9-10), terbagi menjadi 2 (dua) hal yaitu tanggung jawab

dan fungsi peran guru sebagai berikut.5

a. Tanggung jawab guru

Guru sebagai pendidik bertanggung jawab untuk mewariskan nilai-nilai

dan norma-norma kepada generasi berikutnya sehingga terjadi proses konservasi

nilai karena melalui proses pendidikan diusahakan terciptanya nilai-nilai baru.

Setiap tanggung jawab memerlukan sejumlah kemampuan untuk menjalankannya,

sedangkan tanggung jawab guru dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Tanggung jawab moral, yaitu sebagai guru harus memiliki kemampuan

menghayati perilaku dan etika yang sesuai dengan moral Pancasila dan

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2) Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah, yaitu setiap guru

harus menguasai cara belajar mengajar yang efektif, mampu membuat


5 Op cit. hal. 10-12

13
satuan pelajaran, mampu dan memahami kurikulum dengan baik, mampu

mengajar di kelas, mampu menjadi model bagi siswa, mampu memberikan

nasihat, menguasai teknik-teknik pemberian bimbingan dan layanan,

mampu membuat dan melaksanakan evaluasi dan lain-lain.

3) Tanggung jawab dalam bidang kemasyarakatan, yaitu turut serta

menyukseskan pembangunan dalam masyarakat,

4) Tanggung jawab guru dalam bidang keilmuan, yaitu guru bertanggung

jawab dan turut serta memajukan ilmu, terutama ilmu yang telah menjadi

spesialisasinya, dengan melaksanakan penelitian dan pengembangan.

b. Fungsi dan peran guru

Fungsi dan peran guru berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan di

sekolah. Untuk itu fungsi dan peran guru adalah sebagai berikut: 1) guru sebagai

pendidik dan pengajar, 2) guru sebagai anggota masyarakat, 3) guru sebagai

pemimpin, 4) guru sebagai pelaksana administrasi, dan 5) guru sebagai pengelola

proses belajar mengajar.

b. Dimensi-dimensi Kompetensi Guru

Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen

pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh

melalui pendidikan profesi.

14
a. Kompetensi Pedagogik

Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola

pembelajaran peserta didik”.6

Sedangkan dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat


(3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan
mengelola pembelajaran peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.7

Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program

belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses

belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian. Merencanakan program

belajar mengajar merupakan proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus

dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung, yang mencakup: merumuskan

tujuan, menguraikan deskripsi satuan bahasan, merancang kegiatan belajar

mengajar, memilih berbagai media dan sumber belajar, dan merencanakan

penilaian penguasaan tujuan.

6 Diambil dari http//: www. Google. Com. Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran
Universitas Pendidikan Indoensia, Kompetensi Guru. Kamis 13 Mei 2009.
7 Dr. E. Mulyasa, M.Pd. Standar Kompetensi Sertifikasi Guru. PT Remaja Rosdakarya Bandung.
Cet. Pertama, Januari 2007. hal. 75

15
b. Kompetensi Pribadi

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b,

dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah

kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa,

menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.8

Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki

karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan

pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok

seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun

masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu”

(ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (di contoh sikap dan-

perilakunya). Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan

belajar anak didik.

Sehubungan dengan uraian di atas, etiap guru dituntut untuk memiliki

kompetensi kepribadian yang memadai, bahkan kompetensi ini akan melandasi

atau menjadi landasan bagi kompetensi-kompetensi lainnya. Dalam hal ini, guru

tidak hanya dituntut untuk mampu memaknai pembelajaran, tetapi dan yang

paling penting adalah bagaimana ia menjadaikan pembelajaran sebagai ajang

pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik.

Dalam kaitan ini, Zakiah Darajat dalam Syah menegaskan bahwa

kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan

pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau

8 Dr. E. Mulyasa, M.Pd. Standar Kompetensi Sertifikasi Guru. PT REMAJA ROSDAKARYA


BANDUNG. Cet. Pertama, Januari 2007. hal. 117

16
penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih

kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa

(tingkat menengah). Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan

keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya adalah meliputi fleksibilitas

kognitif dan keterbukaan psikologis. Fleksibilitas kognitif atau keluwesan ranah

cipta merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara

simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada umumnya

ditandai dengan adanya keterbukaan berpikir dan beradaptasi. Selain itu, ia

memiliki resistensi atau daya tahan terhadap ketertutupan ranah cipta yang

prematur dalam pengamatan dan pengenalan.

c. Kompetensi Sosial

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d


9
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah

kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan

bargaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Guru adalah makhluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak bisa terlepas

dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya, oleh karena itu, guru

dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai terutama dalam

kaitannya dengan pendidikan, yang tidak terbatas pada pembelajaran di sekolah

tetapi juga pada pendidikan yang terjadi di masyarakat.

Untuk dapat melaksanakan peran sosial kemasyarakatan, guru harus

memiliki kompetensi (1) aspek normatif kependidikan, yaitu untuk menjadi guru
9 Op cit. hal 173.

17
yang baik tidak cukup digantungkan kepada bakat, kecerdasan, dan kecakapan

saja, tetapi juga harus beritikad baik sehingga hal ini bertautan dengan norma

yang dijadikan landasan dalam melaksanakan tugasnya, (2) pertimbangan sebelum

memilih jabatan guru, dan (3) mempunyai program yang menjurus untuk

meningkatkan kemajuan masyarakat dan kemajuan pendidikan. Arikunto

(1993:239)10 mengemukakan kompetensi sosial mengharuskan guru memiliki

kemampuan komunikasi sosial baik dengan peserta didik, sesama guru, kepala

sekolah, pegawai tata usaha, bahkan dengan anggota masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, kompetensi sosial guru tercermin melalui

indikator (1) interaksi guru dengan siswa, (2) interaksi guru dengan kepala

sekolah, (3) interaksi guru dengan rekan kerja, (4) interaksi guru dengan orang tua

siswa, dan (5) interaksi guru dengan masyarakat.

d. Kompetensi Profesional

Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,

kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran secara

luas dan mendalam”.11 Surya (2003:138) mengemukakan kompetensi profesional

adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya

sebagai guru profesional. Kompetensi profesional meliputi kepakaran atau

keahlian dalam bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus diajarkannya

beserta metodenya, rasa tanggung jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan

dengan sejawat guru lainnya.

10 Diambil dari http//:www.google.com. Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran


Universitas Pendidikan Indoensia, Kompetensi Guru. Kamis 13 Mei 2009.
11 Op cit.

18
Depdiknas (2004:9)12 mengemukakan kompetensi profesional meliputi (1)

pengembangan profesi, pemahaman wawasan, dan penguasaan bahan kajian

akademik.Pengembangan profesi meliputi (1) mengikuti informasi perkembangan

iptek yang mendukung profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah, (2)

mengalihbahasakan buku pelajaran/karya ilmiah, (3) mengembangkan berbagai

model pembelajaran, (4) menulis makalah, (5) menulis/menyusun diktat pelajaran,

(6) menulis buku pelajaran, (7) menulis modul, (8) menulis karya ilmiah, (9)

melakukan penelitian ilmiah (action research), (10) menemukan teknologi tepat

guna, (11) membuat alat peraga/media, (12) menciptakan karya seni, (13)

mengikuti pelatihan terakreditasi, (14) mengikuti pendidikan kualifikasi, dan (15)

mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.Pemahaman wawasan meliputi (1)

memahami visi dan misi, (2) memahami hubungan pendidikan dengan pengajaran,

(3) memahami konsep pendidikan dasar dan menengah, (4) memahami fungsi

sekolah, (5) mengidentifikasi permasalahan umum pendidikan dalam hal proses

dan hasil belajar, (6) membangun sistem yang menunjukkan keterkaitan

pendidikan dan luar sekolah. Penguasaan bahan kajian akademik meliputi (1)

memahami struktur pengetahuan, (2) menguasai substansi materi, (3) menguasai

substansi kekuasaan sesuai dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan siswa.

Berdasarkan uraian di atas, kompetensi profesional guru tercermin dari

indikator (1) kemampuan penguasaan materi pelajaran, (2) kemampuan penelitian

dan penyusunan karya ilmiah, (3) kemampuan pengembangan profesi, dan (4)

pemahaman terhadap wawasan dan landasan pendidikan.

12 Diambil dari http//:www.google.com. Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran


Universitas Pendidikan Indoensia,Kompetensi Guru. Kamis 13 Mei 2009.

19
Guru yang memiliki kompetensi profesional harus mampu memilah dan

memilih serta mengelompokkan materi pembelajaran yang akan disampaikannya

kepada peserta didik sesuai dengan jenisnya. Tanpa kompetensi tersebut, dapat

dipastikan bahwa guru tersebut akan menghadapi berbagai kesulitan dalam

membentuk kompetensi peserta didik, bahkan akan gagal dalam melaksanakan

pembelajaran.

B. Manajemen/ Pengelolaan Kelas

Manajemen kelas merupakan salah satu dari kemampuan dasar guru,

sedangkan kelas adalah tempat para siswa belajar, dimana sebagian besar

waktu belajar formal siswa berlangsung dalam ruangan kelas. Agar kegiatan

belajar dapat berlangsung dengan efektif dan efisien, maka kelas harus

dikelola secara baik oleh guru. Tugas utama seorang guru adalah menciptakan

suasana yang kondusif di dalam kelas agar terjadi interaksi belajar-mengajar

yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan mencapai hasil

yang baik pula . Maka untuk itu seorang guru perlu memiliki kemampuan

dalam memanajemen kelas (mengelola kelas). Pentingnya kemampuan guru

dalam manajemen kelas ini salah satunya diungkap oleh Brophy dan

Everstone, sebagaimana dikutip oleh Achsin yaitu.

“Efektif atau tidaknya peran guru dalam proses belajar-mengajar ialah

melalui adanya atau tidaknya kemampuan mengelola kelas. Karena

manajemen kelas sangat penting dalam keberhasilan pengajaran. Seorang guru

yang tidak cukup memiliki kemampuan dalam mengelola kelas, maka tidak

20
banyak yang dapat dilakukan”.

1. Pengertian Manajemen/

Pengelolaan Kelas

Manajemen berasal dari kata managemen, tapi kata ini telah

diindonesiakan menjadi “manajemen”. Manajemen dibutuhkan oleh setiap

organisasi, lembaga, sekolah, karena tanpa manajemen semua usaha yang

dilakukan akan sia-sia dan sulit untuk mencapai suatu tujuan atau hasil yang-

baik. Menurut Mary Parker Follet mendefinisikan manajemen sebagai “seni

dalam menyelesaikan masalah”.13 Pengertian lain menjelaskan manajemen

adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan

usaha para anggota organisasi dan pengguna sumber-sumber daya organisasi

lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetakan.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen

adalah sebagai proses kepengurusan untuk menentukan, menginterpretasikan

dan mencapai tujuan yang baik dengan pelaksanaan fungsi manajemen.

Kelas (class) adalah “a set or category of things having some property

in common and differentiated from others by kind or quality” (Oxford). (suatu

kumpulan atau kelompok dari berbagai hal yang mempunyai beberapa sifat

umum dan dibedakan dari yang lainnya berdasarkan jenis dan kualitas).14

Kelas adalah sekelompok siswa/peserta didik yang pada waktu dan

tempat yang sama menerima pelajaran dari guru yang sama.

13 T. Hani Handoko. Pengantar Manajemen. (Yogyakarta: BPFE, 1995), Jilid I, h. 8


14 Diambil dari http//: www. Google.com. Konsep Dasar dan Ruang Lingkup Manajemen Kelas.
Kamis 13 Mei 2009

21
Kelas merupakan taman belajar bagi siswa dan menjadi tempat

mereka, bertumbuh dan berkembang baik secara fisik, intelektual maupun

emosional.”15 Oleh karena itu kelas harus dikelola sedemikian rupa sehingga

benar-benar merupakan taman belajar yang menyenangkan.

Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai

pengertian kelas, yaitu:

a. Menurut Suharsimi Arikunto kelas adalah “sekelompok siswa yang ada

pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang

sama.”16

b. Menurut Hadari Nawawi kelas dapat dipandang dari dua sudut, yaitu:

1) Kelas dalam artian sempit yaitu ruangan yang dibatasi

oeh 4 (empat) dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul

untuk mengikuti proses belajar- mengajar.

2) Kelas dalam artian luas yaitu suatu masyarakat kecil yang

merupakan bagian dari masyarakat sekolah yang sebagai

kesatuan diorganisir menjadi unit kerja secara dinamis

menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar yang

kreatif untuk mencapai suatu tujuan.17

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelas adalah suatu

ruangan di mana guru bersama-sama dengan siswa yang merupakan unit

kerja dalam melakukan proses belajar- mengajar.


15 Kurnia Septa. http:// sekolah-dasar.blogspot.com. Sabtu, 07 Februari 2009. Kelas Yang
Nyaman dan Menyenangkan.
16 Suharsimi Arikunto. Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif. (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada 1996), ad. 1. Cet. 4. h. 17
17 Hadari Nawawi. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas. (Jakarta: Gunung Agung, 1988),
Cet. Ke-1, h. 116

22
Setelah mengetahui manajemen dan kelas, maka baru dapat

dikemukakan beberapa pendapat menurut para ahli mengenai manajemen

kelas, diantaranya:

a.Pengelolaan kelas dalam bahasa Inggris

diistilahkan sebagai Classroom Management, itu

berarti istilah pengelolaan identik dengan

manajemen.

Pengertian pengelolaan atau manajemen pada umumnya yaitu

kegiatan-kegiatan meliputi perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, dan penilaian.

b. Pengelolaan kelas ( classroom management ) berdasarkan pendekatan

menurut Weber diklasifikasikan ke dalam dua pengertian, yaitu

berdasarkan pendekatan otoriter dan pendekatan permisif.18 Berikut

dijelaskan pengertian dari masing-masing pendekatan tersebut ;

Pertama, berdasarkan pendekatan otoriter pengelolaan

kelas adalah kegiatan guru untuk mengkontrol tingkah laku siswa,

guru berperan menciptakan dan memelihara aturan kelas melalui

penerapan disiplin secara ketat.

Bagi sekolah atau guru yang menganut pendekatan otoriter,

maka dalam mengelola kelas guru atau sekolah tersebut

menciptakan iklim sekolah dengan berbagai aturan atau ketentuan-

ketentuan yang harus ditaati oleh warga sekolah/ kelas. Walaupun

menggunakan pendekatan otoriter, berbagai aturan yang


18 Yahya Nursidik. http//: www. Google. Com. Hakekat Pengelolaan Kelas. Rabu 18 juni 2008.

23
dirumuskan tentu saja tidak hanya didasarkan pada kemauan

sepihak dari pengelola sekolah /kelas saja, melainkan dengan

memasukan aspirasi dari siswa. Hal ini penting mengingat aturan-

yang dibuat diperuntukan bagi kepentingan bersama, yaitu untuk

menunjang terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Kedua, pendekatan permisif mengartikan pengelolaan kelas

adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk memberi kebebasan

untuk siswa melakukan berbagai aktivitas sesuai dengan yang

mereka inginkan. Pengertian kedua ini tentu saja bertolak belakang

dengan pendapat pertama. Menurut pandangan permisif, fungsi

guru adalah bagaimana menciptakan kondisi siswa merasa aman

untuk melakukan aktivitas di dalam kelas, tanpa harus merasa takut

dan tertekan.

c. Pengelolaan kelas adalah serangkaian tindakan guru yang


ditujukan untuk mendorong munculnya tingkah laku yang
diharapkan dan menghilangkan tingkah laku yang tidak
diharapkan, menciptakan hubungan interpersonal yang baik dan
iklim sosio-emosional yang positif, serta menciptakan dan
memelihara organisasi kelas yang produktif dan efektif.19
d. Pengelolaan kelas merupakan aspek penting dalam proses

pembelajaran. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat

bagi terciptanya proses pembelajaran yang efektif.20

e. Menurut Jonson dan Mary dalam buku Classroom management,21

meninjau berdasarkan- konsepsi lama dan konsepsi modern.

19 Andyarto Surjana. http//: www. Google. Com.. Jurnal Pendidikan Penabur - No.01 / Th.I /
Maret 2002, Efektifitas Pengelolaan Kelas.
20 Yahya Nursidik. http//: www. Google.com. Hakekat Pengelolaan Kelas. 18 Maret 2008
21 Sri Anitah Wiryawan dan Noorhadi. Op. cit., h. 5

24
Menurut konsepsi lama manajemen kelas diartikan sebagai

mempertahankan ketertiban kelas, sedangkan konsepsi modern

diartikan adalah proses seleksi yang menggunakan alat-alat yang

tepat terhadap problem dan situasi pengelolaan kelas. Peran guru

dalam hal ini bertugas mengelola kelas dengan menciptakan,

memperbaiki, dan memelihara sistem kelas, sehingga individu

dapat melaksanakan memanfaatkan kemampuannya dalam proses

belajar.

f. Menurut Amir Achsin, manajemen kelas adalah “suatu

kemampuan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi

belajar yang optimal dan mengembalikan kondisi belajar apabila

terdapat gangguan dalam proses belajar-mengajar.

g. Menurut Ametembun, dkk., manajemen kelas adalah kemampuan


atau ketatalaksanaan guru dalam penyelenggaraan kelasnya,
mencakup kegiatan-kegiatan dalam menciptakan dan memelihara
kondisi yang optimal bagi terselenggaranya proses belajar-
mengajar yang efektif.”22
i.Sedangkan menurut Made Pidarta (dalam

Djamarah, 2005:172) “Pengelolaan kelas adalah

proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang

tepat terhadap problem dan situasi kelas.” Guru

bertugas menciptakan, memperbaiki, dan

memelihara sistem atau organisasi kelas.

Sehingga anak didik dapat memanfaatkan

kemampuannya, bakat, dan energinya pada

22 Amir Achsin. Op. cit., h. 30

25
tugas-tugas individual. Pengelolaan dapat dilihat

dari dua segi, yaitu pengelolaan yang

menyangkut siswa dan pengelolaan fisik

(ruangan, perabot, alat pelajaran).23

Dari berbagai definisi di atas, dapatlah kiranya

disimpulkan bahwa manajemen kelas merupakan suatu usaha yang

dilakukan oleh seorang pendidik di dalam proses belajar-mengajar

yang berupa penataan siswa dalam kelas, penataan ruang kelas,

penataan alat pembelajaran, penguasaan materi pelajaran dan

pemahamannya dalam mengajar guna membantu menciptakan dan

mempertahankan situasi dan kondisi yang memungkinkan kegiatan

pengelolaan pengajaran dapat berlangsung dengan baik sehingga

tujuan pengajaran dapat tercapai.

2. Tujuan Manajemen Kelas

Menurut Ahmad (1995:2) bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai

berikut:24

23 Kurnia Septa. http://sekolah-dasar.blogspot.com. Pengertian Pengelolaan Kelas. Kamis, 22


Januari 2009.
24 Kurnia Septa. http:// sekolah-dasar.blogspot.com. Tujuan Pengelolaan Kelas. Kamis 22 januari
2009.

26
a. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar

maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk

mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.

a. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya

interaksi belajar mengajar.

b. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung

dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial,

emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.

c. Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi,

budaya serta sifat-sifat individunya.

Tujuan pengelolaan kelas menurut Sudirman (dalam Djamarah

2006:170) pada hakikatnya terkandung dalam tujuan pendidikan. Tujuan

pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi macam-macam

kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual

dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar

dan bekerja. Terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan,

suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta

apresiasi pada siswa.

3. Prinsip- Prinsip Pengelolaan Kelas

“Secara umum faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas dibagi

menjadi dua golongan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern siswa.” Faktor

intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku.

27
Kepribadian siswa denga ciri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan siswa

berbeda dari siswa lainnya secara individual. Perbedaan sacara individual ini

dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.

Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar,

penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan sebagainya.

Masalah jumlah siswa di kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semakin

banyak jumlah siswa di kelas, misalnya dua puluh orang ke atas akan

cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya semakin sedikit jumlah

siswa di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik.

Djamarah (2006:185) menyebutkan “Dalam rangka memperkecil masalah

gangguan dalam pengelolaan kelas dapat dipergunakan beberapa prinsip.”

Prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh Djamarah adalah

sebagai berikut :25

a. Hangat dan Antusias

Hangat dan Antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar.

Guru yang hangat dan akrab pada anak didik selalu menunjukkan antusias

pada tugasnya atau pada aktifitasnya akan berhasil dalam

mengimplementasikan pengelolaan kelas.

b. Tantangan

Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang

menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga

mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.

25 Kurnia Septa. http://sekolah-dasar.blogspot.com. Prinsip- Prinsip Pengelolaan Kelas. Jum’at


30 Januari 2009.

28
c. Bervariasi

Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi

antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan,

meningkatkan perhatian siswa. Kevariasian ini merupakan kunci untuk

tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.

d. Keluwesan

Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi

mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa

serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. Keluwesan

pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan siswa,

tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.

e. Penekanan Pada Hal-Hal yang Positif

Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus

menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan

perhatian pada hal-hal yang negative. Penekanan pada hal-hal yang positif

yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku siswa yang

positif daripada mengomeli tingkah laku yang negatif.

Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang

positif dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat

mengganggu jalannya proses belajar mengajar.

f. Penanaman Disiplin Diri

Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat

mengembangkan dislipin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi

29
teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru

harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin

dalam segala hal.

4. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi

terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor

utama yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan

kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun secara individual.

Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama

di antara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang

optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka

pengelolaan kelas.

Kurnia Septa menguraikan beberapa pendekatan dalam

pengelolaan kelas di antaranya yaitu:26

a. Pendekatan Kekuasaan

Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol

tingkah laku anak didik. Peranan guru di sini adalah menciptakan dan

26 Kurnia Septa. http:// sekolah-dasar.blogspot.com. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas. Sabtu


07 Februari 2009.

30
mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah

kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Di

dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota

kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.

b. Pendekatan Ancaman

Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas

adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak

didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan

cara memberi ancaman, misalnya melarang ejekan, sindiran, dan

memaksa.

c. Pendekatan Kebebasan

Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu anak

didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan

dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin

kebebasan anak didik.

d. Pendekatan Resep

Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu

daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak

boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi

yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa

yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti

petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.

31
e. Pendekatan Pengajaran

Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu

perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah

laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah.

Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk

mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik.

Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran

yang baik.

f. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku

Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu

proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah

mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah

tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah

laku (behavior modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan

psikologi behavioral.

Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya

tingkah laku yang kurang baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai

penguatan negatif yang pada suatu saat akan hilang dari tingkah laku siswa

atau guru yang menjadi anggota kelasnya. Untuk itu, menurut pendekatan

tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan

pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas.

Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan

program kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan

32
perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan

dihindari.

g. Pendekatan Sosio-Emosional

Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal

apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas.

Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan siswa serta

hubungan antar siswa. Di dalam hal ini guru merupakan kunci

pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu seharusnya guru

mengembangkan iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan

antar pribadi di kelas. Untuk terrciptanya hubungan guru dengan siswa

yang positif, sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap melindungi.

h. Pendekatan Kerja Kelompok

Dalam pendekatan ini, peran guru adalah mendorong

perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses

kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-

kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif,

dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik.

Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan

semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-

masalah pengelolaan.

i. Pendekatan Elektis atau Pluralistik

Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada

potensialitas, kreatifitas, dabn inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih

33
berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya.

Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan

salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dan

atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga

pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha

menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk

dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan

proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan

menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan

kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan

kelas disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan

dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses

belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.

5. Kelas Yang Nyaman dan Menyenagkan

“Kelas merupakan taman belajar bagi siswa dan menjadi tempat mereka,

bertumbuh dan berkembang baik secara fisik, intelektual maupun emosional.”

Oleh karena itu kelas harus dikelola sedemikian rupa sehingga benar-benar

merupakan taman belajar yang menyenangkan.

Beberapa syarat yang perlu diupayakan agar kelas nyaman dan

34
menyenangkan menurut Ahmad (1997:35) adalah sebagai berikut:27

1. Tata Ruang Kelas

Pada prinsipnya sistem belajar yang kita anut di SD adalah sistem klasikal.

Tetapi ada beberapa metode mengajar yang tidak selalu memakai sistem

klasikal, misalnya metode eksperimen, diskusi kelompok, dan lain sebagainya.

Dalam penataan ruang kelas, almari kelas dapat ditempatkan disamping

papan tulis atau disamping meja guru. Jika ada almari kelas tambahan dapat

ditaruh dibelakang kelas, sebaiknya almari tersebut terbuat dari kaca untuk-

penyimpan piagam,vandel, dan kepustakaan kelas. Pengaturan tempat perabot

kelas dapat dipindah-pindahkan sesuai dengan keadaan atau kondisi setempat.

2. Menata Perabot Kelas

Ahmad (2004:19) menyatakan “ perabot kelas adalah segala sesuatu

perlengkapan yang harus ada dan diperlukan kelas”28 Menurut Djauzak

Ahmad (2004:20) perabot kelas meliputi : (a) papan tulis, (b) meja kursi guru,

(c) meja kursi siswa, (d) almari kelas, (e) jadwal pelajaran, (f) papan absensi,

(g) daftar piket kelas, (h) kalender pendidikan, (i) gambar-gambar, (j) tempat

cuci tangan, (k) tempat sampah, (l) sapu dan alat pembersih lainnya, dan (m)

27 Kurnia Septa. http:// sekolah-dasar.blogspot.com. Kelas yang Nyaman dan Menyenangkan.


Sabtu, 07 Februari, 2009
28 Kurnia Septa. http:// sekolah-dasar.blogspot.com. Kelas yang Nyaman dan Menyenangkan.
Sabtu, 07 Februari, 2009

35
gambar-gambar alat peraga.

Dari pendapat Ahmad dapat diuraikansebagai berikut:

a. Papan Tulis

Papan tulis harus cukup besar dan permukaan dasarnya harus

rata.Warna dasar papan tulis yang mulai menipis atau belang harus segera di

cat ulang. Papan tulis harus ditempatkan di depan dancukup cahaya.

Penempatannya tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, sehingga siswa

yang duduk dibelakang masih melihat atau membaca tulisan yang paling

bawah.

b. Meja kursi Guru

Meja kursi guru ukurannya disesuaikan dengan standart yang ada,

meja guru berlaci dan ada kuncinya, meja kursi guru ditempatkan di tempat

strategis, misalnya di kanan atau di kiri papan tulis, supaya tidak menghalangi

pandangan siswa ke papan tulis.

c. Meja kursi Siswa

Meja kursi siswa ditata sedemikian rupa sehinggga dapat menciptakan

kondidsi kelas yang menyenangkan, ukuran mejadan kursi disesuaikan dengan

ukuran badan siswa dan dilengkapi dengan tempat tas atau buku.

d. Alamari Kelas

Alamari kelas dapat ditempatkan di samping papan tulis atau sebelah

36
kiri atau kanan dinding bisa juga diletakkan di sebelah meja guru.

e. Jadwal Pelajaran

Jadwal pelajaran ditempatkan di tempat yang mudah dilihat.

f. Papan Absensi

Papan absensi ditempatkan di sebelah papan tulis atau di dinding

samping kelas. Guru juga harus memiliki catatan daftar hadir siswa di buku

khusus, karena daftar hadir di papan diganti setiap hari sesuai keadaan.

g. Daftar Piket kelas

Daftar piket kelas ditempatkan di samping papan absensi.

h. Kalender Pendidikan

Kalender pendidikan ditempel pada tempat yang mudah dilihat.

i. Gambar-Gambar

Gambar Presiden, Wakil Presiden, dan lambing burung Garuda

Pancasila ditempatkan di depan kelas di atas papan tulis, posisi

penempatannya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.

j. Tempat Cuci Tangan dan Lap Tangan

Tempat cuci tangan dan lap tangan diletakkan di depan kelas dekat

pintu masuk.

k. Tempat sampah

Tempat sampah diletakkan di sudut kelas. Besar kecilnya tempat

sampah disesuaikan dengan kebutuhan.

37
6. Guru dalam Manajemen Kelas

Dalam perannya sebagai manajer kelas (learning manajer), guru

hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta

merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasikan. Dengan

melihat peranan tersebut maka guru harus benar-benar mempunyai keahlian

khusus seperti yang dikemukakan Moh. Uzer Usman dalam bukunya

“Menjadi Guru Profesional” menurutnya: “guru merupakan suatu jabatan atau

profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru.29

Sebagai manajer guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik

kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau

membimbing proses-proses intelektual dan social di dalam kelasnya. Peran

guru sangat besar dalam manajemen kelas, karena guru sebagai penanggung

jawab kegiatan belajar-mengajar di kelas.

Dalam kaitanya dengan guru dalam manajemen kelas, maka ada beberapa

peran guru yang harus dilakukan diantaranya :

1. Guru sebagai demonstrator

Sebagai demonstrator guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau

materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya

dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya

karena hal ini akan sangat mennetukan hasi belajar yang dicapai oleh siswa.

Guru sendiri juga seorang pelajar. Hal ini berarti bahwa guru juga harus

terus menerus belajar. Sebagai pengajar, guru juga harus membantu


29 Moh Uzer Usman. Menjadi Guru Profesional. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), h. 5

38
perkembangan anak didik untuk dapat menerima, memahami, serta menguasai

ilmu pengetahuan.

2. Guru sebagai manajer kelas

Kualitas dan kuantitas belajar siswa di dalam kelas tergantung kepada

banyak faktor di antaranya adalah guru, hubungan pribadi antara siswa di

dalam kelas, serta kondisi umum dan suasana di dalam kelas. Dalam

peranannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu mengelola kelas

sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah

yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-

kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan

terhadap lingkungan belajar ini turut menentukan sejauh mana lingkungan

tersebut dapat menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik

adalah lingkungan yang bersifat menantang dan merangsang siwa untuk

belajar, memberikan rasa aman, dan kepuasan dalam mencapai tujuan.

3. Guru sebagai mediator dan fasilitator

Sebagai mediator, guru menjadi perantara dalam hubungan antar manusia.

Oleh karena itu guru harus terampil menggunakan pengetahuan tentang

bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi. Tujuannya adalah agar guru

dapat menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang interaktif.

Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar

yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar-

mengajar, baik berupa nara sumber, buku teks, majalah, maupun surat kabar.

4. Guru sebagai evaluator

39
Guru juga berperan sebagai evaluator, maksudnya guru hendaknya dapat

berperan dalam melakukan penilaian atas hasil yang telah dicapai, baik oleh

pihak terdidik maupun oleh pendidik.

Penilaian itu dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah

dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah

cukup tepat.

Guru hendaknya mampu melaksanakan penilaian karena dengan penilaian

guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai siswa setelah ia melaksanakan

proses belajar. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi merupakan umpan

balik yang akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan

proses belajar-mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar-

mengajar akan terus menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang

optimal.

Berdasarkan penjelasan tersebut diketahui bahwa guru memiliki peran

penting dalam pendidikan. Pelaksanaan peranan tersebut sangat ditentukan

oleh keterampilan masing-masing guru. Misalnya adalah peran guru sebagai

motivator. Dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar, terdapat sebagian guru

yang tidak memiliki kemampuan dalam memotivasi siswa. Sebaliknya, guru

bahkan dapat mematikan motivasi siswa untuk belajar, misalnya seorang guru

mempergunakan metode pembelajaran yang sama terus menerus sehingga

siswa bosan, guru menyamaratakan kemampuan siswa, atau guru memberikan

motivasi yang salah.

40
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Ditinjau dari sifatnya, penelitian penulis adalah penelitian yang bersifat

analisis kualitatif dengan tujuan untuk mengetahui tentang Bagaimana

Kemampuan Guru dalam Manajemen Kelas di SMK Nusantara Ciputat.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini adalah di SMK Nusantara Ciputat. Proses

penelitian dilakukan secara bertahap mulai dari perencanaan dan persiapan

41
instrumen, uji coba instrumen penelitian yang dilanjutkan dengan

pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian, rentang waktu

yang dibutuhkan secara keseluruhan selama 3 (tiga) bulan, mulai pada bulan

Maret sampai Mei 2009.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-

langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenan dengan

masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, dan diambil kesimpulan.30 Untuk

memperoleh data, peneliti menggunakan jenis penelitian berdasarkan pada

pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendeskripsikan-

atau menggambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai faktor-

faktor, sifat, serta hubungan antara fenomena yang diteliti

Untuk memperoleh hasil penelitian yang refresentatif dan akurat,

penulis menggunakan beberapa metode penelitian yang terdiri dari :

1. Library Research

(penelitian kepustakaan)

yaitu penelaahan

kepustakaan yang terdiri

dari :

b. Buku-buku primer, yaitu

kepustakaan yang menjadi acuan

utama dalam pembahasan penelitian.


30 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta : Logos, 1999), h.1

42
c. Buku-buku sekunder, yaitu

kepustakaan yang sifatnya penunjang

buku primer.

2. Field Research (penelitian lapangan), yaitu meneliti dan

mempelajari langsung objek yang diteliti.

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang terdiri dari manusia,

tumbuhan, peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu

dalam sebuah penelitian.31 Sedangkan populasi menurut Suharsimi Arikunto

adalah keseluruhan subjek penelitian.32 Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh guru jurusan bisnis manajemen (BM) di SMK Nusantara Ciputat.

Populasi menurut Suharsimi Arikunto adalah “Keseluruhan subyek

penelitian”33. Populasi diambil dalam penelitian ini adalah seluruh guru

jurusan Bisnis Manajemen (BM) SMK Nusantara Ciputat yang berjumlah 20

guru.

Sedangkan sampel adalah “sebagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut”34. Karena jumlah gurunya kurang dari 100

maka penulis mengambil semuanya. Menurut Suharsmi Arikunto mengatakan

bahwa apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semuanya

31 Hermawan Rasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama, 1992), h. 42.
32 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian;Sebuah Pendekatan Praktek, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2002), h. 130.
33 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.Rineka
Cipta, 1998) cet ke-2
34 Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung : CV.Alfabeta, 2002) Cet keIV, h.72

43
sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian sampai penuh35.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini

digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Studi Literatur yaitu mencari informasi

dari buku-buku primer maupun sekunder

dengan membaca, mempelajari dan

menelaah sejumlah referensi yang

relevan dengan judul penelitian.

b. Observasi yaitu pengamatan dan

pencatatan yang dilakukan secara

sistematis dari fenomena yang diteliti.36

Penulis melakukan pengamatan dan

pencatatan yang sistematis terhadap

objek yang dipandang dapat- dijadikan

sumber data. Instrumen yang digunakan

dalam teknik ini adalah pedoman

observasi berupa daftar catatan atau cek

list.

c. Angket yaitu pengumpulan data dengan

memberikan beberapa pertanyaan berupa

35 Suharsini Arikunto, Op.cit, h. 118.


36 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian., h. 117 .

44
angket kepada guru, untuk mengetahui

tanggapan guru terhadap bagaimana

kompetensinya dalam melaksanakan

manajemen kelas.

F. Teknik Pengolahan Data

Setelah data diperoleh maka selanjutnya data tersebut akan diolah

dengan menggunakan teknik pengolahan data sebagai berikut :

a. Editing, yaitu

meneliti, mengedit

dan mengoreksi

data yang sudah

didapatkan.

b. Coding yaitu data

yang sudah diedit

kemudian

dikelompokkan

dan diberikan

kode sesuai

dengan

karakteristik yang

sudah ditentukan.

c. Tabulating yaitu

45
data yang sudah

dibekelompokkan

dan diberi kode

kemudian akan

dimasukkan ke

dalam table yang

berbentuk table

frekuensi.

G. Teknis Analisis Data

Teknik analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk

yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan agar data yang terkumpul itu

dapat dianalisa kemudian diambil kesimpulan. Dalam proses penelitian ini

penulis menggunakan analisa secara deskriptif untuk memaparkan hasil yang

diperoleh. Dalam menghitung data-data yang didapatkan penulis

menggunakan rumus prosentase, yaitu sebagai berikut :

P = F/N X 100%

Keterangan :

P = Angka Persentase

F = Frekuensi Jawaban

N = Jumlah Responden

TABEL 1

KISI-KISI INSTRUMEN

46
Variabel Nomor
Dimensi Indikator
Penelitian Item
Kemampuan 1. Kompetensi
Guru dalam Pedagogik o Menyusun indikator
Manajemen o Mengelola pencapaian belajar
Kelas di SMK Rancangan o Menyediakan
Nusantara Pembelajaran kesempatan
Ciputat keaktifan belajar
siswa
o Menilai dan
o Pemahaman terhadap menghargai
peserta didik berpikir kreatif
1-8
o Penilaian kelas
o Evaluasi Hasil o Melaksanakan
Belajar ulangan harian dan
pre tes
o Kegiatan ekstra,
o Pemgembangan pengayaan dan
Peserta didik remidial,
bimbingan dan
konseling.

2. Kompetensi
Kepribadian o Disipli
o Sikap atau n 9-12
prilaku o Menjad
o Penampila i
n teladan
o Berprila
ku baik
o Berpak

47
aian
rapi dan
sopan
3. Kompetensi 13- 25
Profesional o Mampu
o Mengelola mengorganisasikan
program dan Melaksanakan
Pembelajaran program
pembelajaran
o Memilih dan
menggunakan
o Penggunaan media dan alat
media dan alat pembelajaran
pembelajaran o Kemampuan
menggunakan
metode yang
o Penggunaan bervariasi
berbagai metode o Menciptakan iklim
pembelajaran pembelajaran yang
kondusif dan
dinamis
o Mengelola kelas o Membangun
budaya belajar yang
kreatif dan
menyenangkan
o Mengatur tata
ruang kelas dan
siswa untuk
pembelajaran

o Melakukan

48
interaksi dengan
peserta didik,
4. Kemampuan Sosial sesama guru dan
o Interaksi masyarakat.
sosial o Berpartisipasi
dalam kegiatan
sosial.

49

Anda mungkin juga menyukai