ABSTRACT
Leaf Rust Disease Attack on the Peanut Plants. Peanut (Arachis hypogaea L.) is the
second important pod-shaped legume after soybean in Indonesia. Productivity of this
commodity has not maximum. This is caused by several factors, one of the factors is plant
diseases. Rust disease on the leaves of peanut caused by fungi Puccinia arachidis Speg. The
results of this study indicate that leaf rust disease attacks on three varieties of peanut can
decreased yield with the equality line V1: y = -6.9691x + 69.892 and R2 = 0.3738, V2: y = -
7.2411x + 69.654 and R2 = 0.4222, V3: y = -7.0057x + 66.87 and R2 = 0.4191. The results
achieved in the V1 = 2,2 tons/ha, V2 = 1,9 tons/ha and V3 = 1,5 tons/ha.
1. PENDAHULUAN
Komoditas kacang tanah (Arachis hypogeae, L) mempunyai nilai ekonomis yang cukup
tinggi dan potensi yang besar untuk dikembangkan. Komoditas ini merupakan sumber protein
maupun lemak nabati yang penting, merupakan tanaman pangan yang berbentuk polong-
polongan atau legum kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia.
Sampai saat ini produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil
yang maksimum. Produktivitas kacang tanah di Indonesia berkisar antara 0,6 – 1,5 ton/ha
(Harsono, dkk, 1993). Sedangkan produktivitas kacang tanah di Lampung pada tahun 2005
hanya 1,07 ton/ha (Lampung Dalam Angka, 2006). Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor
antara lain faktor tanah yang makin keras (rusak) dan miskin unsur hara terutama unsur hara
mikro serta hormon pertumbuhan. Disamping itu juga karena faktor hama dan penyakit
tanaman, faktor iklim, serta faktor pemeliharaan lainnya.
Penurunan hasil kacang tanah akibat penyakit amat bervariasi dan sangat tergantung
pada jenis penyakit yang menyerang, varietas yang ditanam, interaksi dengan lingkungan yang
mendukung perkembangan penyakit di lapangan dan berapa besar peranan manusia sebagai
pengelola ekosistem. Dilaporkan bahwa kehilangan hasil pada tanaman kacang tanah akibat
serangan penyakit berkisar antara 40-60% (Saleh dan Yuliantoro, 1992).
Penyakit karat daun pada kacang tanah disebabkan oleh cendawan Puccinia arachidis
Speg. Gejalanya terlihat pada daun terdapat bercak-bercak coklat muda sampai coklat (warna
karat) yang dapat mengakibatkan daun gugur sebelum waktunya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa jauh pengaruh serangan penyakit karat daun dapat menurunkan hasil
kacang tanah.
Intensitas serangan karat daun pada tanaman kacang tanah antar ketiga varietas tidak
berbeda nyata. Intensitas serangan karat daun pada V1 = 54,16%; pada V2 = 52,79% dan pada
V3 = 50,52% (Tabel1).
Hasil kacang tanah pada ketiga perlakuan ada perbedaan yang nyata, yang tertinggi pada V1,
menyusul kemudian pada V2 dan V3. Serangan penyakit karat daun menurunkan hasil kacang
tanah pada semua varietas. Hubungan serangan penyakit karat daun terhadap hasil ditunjukkan
oleh persamaan garis (Gambar 1) sebagai berikut: V1: y = -6.9691x + 69.892 dan R2 = 0.3738,
R = 0,611; V2: y = -7.2411x + 69.654 dan R2 = 0.4222, R = 0,649; V3: y = -7.0057x + 66.87
dan R2 = 0.4191, R = 0,647. Nilai koefisien korelasi linier (R) masing-masing varietas >0,6. Hal
ini menunjukkan serangan penyakit karat daun berpengaruh kuat menurunkan hasil kacang
tanah (Anonimous, 2008). Menurut Kasno (1993) dalam Kasno et al.(2002), intensitas serangan
penyakit karat 5% telah nyata menurunkan hasil kacang tanah, yakni sekitar 10-15%
Pada penelitian ini intensitas serangan penyakit karat pada ketiga varietas rata-rata
diatas 50%, namun produktivitas ketiga varietas kacang tanah lokal yang diteliti menunjukkan
jumlah yang lebih tinggi dari rata-rata produktivitas kacang tanah di Propinsi Lampung yaitu
1,07 ton/ha (Lampung Dalam Angka, 2006). Varietas unggul kacang tanah atau varietas lokal
umumnya memiliki ketahanan/toleransi yang baik terhadap penyakit (Kasno et al.,2002).
Varietas yang toleran meskipun terserang penyakit, namun masih dapat memberikan hasil pada
taraf yang tidak terlalu merugikan dibandingkan dengan varietas yang peka. Selain itu pada
penelitian ini dilakukan penyemprotan fungisida dan insektisida pada saat tanaman berumur 50
hari sehingga tidak banyak polong kacang tanah yang berjamur atau berlubang. Kasno (1993)
dalam Kasno et al. (2002), melaporkan bahwa penyemprotan fungisida dua kali pada umur 7
minggu dan 9 minggu dapat mencegah kehilangan hasil 30%.
70 R2 = 0.3738 R2 = 0.4222
60 V1
50 V2
40 V3
30 Linear (V1)
V3: y = -7.0057x + 66.87
20 Linear (V2)
R2 = 0.4191
10 Linear (V3)
0
1 2 3 4 5 6
Hasil (ton/ha)
Gambar 1. Hubungan serangan penyakit karat daun dengan hasil kacang tanah.
Gejala penyakit karat daun akan tampak saat tanaman berumur 50 hari atau setelah tanaman
berbunga, berupa bintik karat pada bagian bawah daun (Kasno et al., 2002 ; Yulianto et al,
2008). Bagi varietas peka gejala tersebut akan bertambah berat seiring dengan bertambahnya
umur tanaman.
4. KESIMPULAN
Serangan penyakit karat daun menurunkan hasil kacang tanah pada semua varietas.
Hubungan serangan penyakit karat daun terhadap hasil ditunjukkan oleh persamaan garis
sebagai berikut: V1: y = -6.9691x + 69.892 dan R2 = 0.3738, R = 0,611; V2: y = -7.2411x +
69.654 dan R2 = 0.4222, R = 0,649; V3: y = -7.0057x + 66.87 dan R2 = 0.4191, R = 0,647. Hasil
yang dicapai pada V1 = 2,2 ton/ha, V2 = 1,9 ton/ha dan V3 = 1,5 ton/ha.
DAFTAR PUSTAKA
Harsono, A., Adisarwanto, T., dan Salen, N. 1993. Keragaan Teknologi Budidaya Kacang
Tanah di Lahan Kering. Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III. Buku
5. Puslitbangtan. Bogor. Hal: 1515-1526.
Kasno, A., Trustinah, J. Purnomo, Novita N, dan Moedjiono. Varietas Kacang Tanah Adaptif di
Ultisol. Prosiding Seminar Nasional. Inovasi Teknologi Palawija. Buku 2. Badan
Litbang Pertanian. Lampung, 17-18 Oktober 2002. hal: 239-251
Saleh, N. Dan Yuliantoro Baliadi. 1992. Penyakit Virus Belang Kacang Tanah (Peanut Stripe
Virus) dan Usaha pengendaliannya. Monograf Balittan Malang No.8. Balai Penelitian
Tanaman Pangan Malang. 22 hal.