Anda di halaman 1dari 2

TRAGEDI WASIOR ADALAH TRAGEDI KITA SEMUA

Sebuah pengingkaran dan penisbian alasan atas penyebab bencana nasional ini… Apaka
h kita terlalu naïf untuk mengakui kesalahan kita sendiri? Atau kita sudah merasa
terlalu hebat untuk memahami dan mengerti rintihan Alam Semesta?
Salah satu kawan saya di organisasi lingkungan hidup, WALHI di Papua, berkata ba
hwa banjir bandang yang meluluhlantakkan daerah Wasior, Papua Barat, adalah sebu
ah tragedi ekologis yang utamanya disebabkan oleh kesalahan manajemen yang “diseng
aja” dalam pengelolaan kawasan hutan lindung produktif di daerah tersebut. Memang,
mata tak mungkin salah melihat...aktivitas perusahaan pemegang HPH telah secara
sporadis dan eksploitatif membuka usaha pertambangan dan praktek illegal loggin
g yang telah mengakibatkan penggundulan hutan parah dan mengakibatkan saudara-sa
udara kita yang tak berdosa ikut menanggung akibatnya. Sebuah tragedi Alam Semes
ta menimpa salah satu saudara kita di ujung timur Indonesia. Salah siapa kah?
Meskipun sudah banyak sekali temuan-temuan di lapangan yang mengatakan bahwa tra
gedi Wasior adalah murni akibat kserakahan manusia yang mengagungkan materialist
is di atas kelestarian lingkungan, akan tetapi Pemerintah kita sendiri, yang kat
anya melindungi hak setiap rakyatnya untuk dapat hidup aman dan sejahtera ,secar
a tegesa-gesa berusaha “menutupi muka sendiri” dan mencoba mencari seribu alasan aga
r tidak dituding sebagai pihak yang paling bersalah dalam hal ini.
Di satu pihak, Menteri Kehutanan RI, Zulkifli Hasan, menduga terjadinya banjir d
i Wasior karena disebabkan illegal logging atau pembalakan secara liar. Akan tet
api di lain pihak, Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto, mengungkapkan bahwa b
anjir wasior yang terjadi di Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, terny
ata disebabkan karena adanya evolusi morfologi.
Menurut Pak Djoko, peristiwa evolusi morfologi merupakan peristiwa yang wajar. E
volusi morfologi terjadi karena adanya perubahan bentuk permukaan bumi secara la
mbat namun secara rutin terjadi dalam periode waktu yang lama. Daerah yang terja
l, lanjutnya, kemudian perlahan-lahan menjadi daerah yang datar. Masih menurut b
eliau, evolusi morfologi ini merupakan keseimbangan alam dan selalu terjadi. Nam
un ia mengakui, peristiwa itu akan diperparah dengan kerusakan lingkungan. Ia me
negaskan, tidak terjadi illegal logging di daerah Wasior. Ia mengklaim telah mel
akukan peneropongan dari udara, dan tidak menemukan adanya pengurangan hutan. Ap
alagi, lanjutnya, di sekitar Wasior merupakan hutan konservasi, yang dilindungi
negara. “Jadi tidak akan terjadi illegal logging,” tegasnya lagi.
Terlepas dari apakah Pemerintah Pusat tidak mempercayai akar penyebab tragedi Al
am Semesta di daerah karena aksi pembalakan liar yang brutal, selayaknya kita se
mua, terutama masyarakat yang bermukim di daerah hutan yang rusak, mulai berhati
-hati dan mulai waspada akan potensi bencana alam yang akan menghampiri tiba-tib
a. Dan seharusnya, Pemerintah Pusat mulai membangun koordinasi yang kuat dengan
Pemerintah Daerah dalam menerbitkan surat kuasa HPH, agar ke depannya tidak teru
lang lagi bencana alam yang merenggut ribuan nyawa saudara-saudara kita semua ya
ng tak berdosa.
Memang, tak dapat dipungkiri, pembukaan lahan hutan baru untuk proses pembanguna
n industri baru merupakan sebuah langkah fenomenal untuk mendorong peningkatan p
erekonomian daerah. Akan tetapi, pemberian ijin investasi yang tidak menurut atu
ran dan lupa daratan justru akan menambah beban biaya pemulihan jika nanti telah
terjadi bencana alam. Seperti kita tahu semua, pola pikir pejabat Pemerintah ki
ta, baik di pusat maupun di daerah, adalah sama semua. Mereka baru akan bertinda
k jika sudah terjadi sebuah tragedi. Artinya, pejabat kita lebih suka responsif
daripada preventif. dan ini sangatlah costly.
Saat ini, pihak Kementerian PU terus melakukan langkah-langkah tanggap darurat u
ntuk menangani korban banjir Wasior. Rekonstruksi dan rehabilitasi juga tengah d
ilakukan di tempat pengungsian korban banjir Wasior, termasuk dalam pemenuhan ke
butuhan air minum dan sanitasi. Memang, saat ini bantuan fisik dan material sang
at dibutuhkan oleh saudara-saudara kita di Papua Barat. Akan tetapi, yang lebih
penting lagi adalah kesadaran kita semua untuk bertindak lebih arif dalam berint
eraksi dan “berbisnis” dengan Alam Semesta. Janganlah habis manis sepah dibuang. Jan
ganlah mengabaikan dan melupakan Alam Semesta jika kita sudah tidak mendapatkan
manfaat lagi darinya. Karena, Alam Semesta akan berbalik memusuhi kita. Dan, kit
a pun akan membayar lebih mahal lagi !
Iwan Budhiarta, CMT, CHFA, CPM, BBA, MSc, PhD (Candidate)
Green Capitalism Advisor
- Doing Business With Earth Wisely -

Anda mungkin juga menyukai