Anda di halaman 1dari 2

BAHASA DAN SASTRA

CERITA PENDEK POPULER DALAM DUNIA SASTRA INDONESIA

Tuty Fudensia

1. Istilah Fiksi Populer

Untuk sampai pada pengertian fiksi popular, kita harus memahami istilah seni populer
terlebih dahulu. Seni populer timbul sebagai akibat dari teknologi modern yang menyebabkan
majunya penerbitan, kapitalisme yang mengakibatkan kesusastraan dianggap sebagai barang
komoditi , dan demokrasi yang mementingkan selera pembaca terbanyak.

Kaplan menjelaskan tentang ciri- ciri seni populer ( 1967: 319- 42). Ciri yang pertama ini
yang dilihat dari segi bentuk adalah stereotip. Tokoh stereotip adalah tokoh yang memiliki sifat
atau watak yang dianggap secara umum dimiliki oleh tokoh itu. Ciri ini dapat dilihat, misalnya
pada tokoh fiksi populer. Shaw (1972: 356- 7) mengatakan bahwa stereotip artinya suatu bentuk
yang sudah pasti. Dalam sastra populer, stereotip dapat mengacu pada suatu klise, tokoh cetakan,
atau kebiasaan yang sudah pasti dan dipegang teguh. Ciri kedua adalah sistem bintang. Dalam
karya populer selalu ada unsur tertentu yang ditonjolkan dan dipakai sebagai pendukung makna.
Ciri selanjutnya yang dikemukakan adalah pengharaman makna ganda. Ciri lain ditinjau dari
segi perasaan, yaitu adanya sentimentalitas yang terdapat dalam seni populer.

Fiksi adalah cabang seni yang mendapat banyak perhatian dalam karya Kaplan di atas.
Karena itu, teori tentang seni populer dari Kaplan dipakai sebagai dasar analisis,

2. Pengembangan Cerita Pendek

Sumardjo (1974a: 5) mengatakan bahwa cerpen Indonesia timbul setelah bentuk roman atau
novel berkembang, yaitu pada tahun 1936. Pada masa itu, cerpen tidak dapat berkembang baik
karena masih ada anggapan bahwa seseorang belum dianggap sebagai pengarang bila hanya
menulis cerpen. Barulah pada zaman Jepang, cerpen mendapat perhatian khusus. Chin ( 1975:
15- 6, 142) mengatakan bahwa cerpen tumbuh subur pada zaman Jepang karena cerpen
merupakan bentuk yang cocok dengan situasi waktu itu, yaitu sebagai alat propaganda Jepang.
Kepadatan dan keringkasan yang terkandung di dalamnya memudahkan pembaca untuk
menemukan pesan yang sebenarnya diinginkan oleh pemerintah Jepang melalui pengarangnya.
Pada masa itu yang diutamakan adalah karya yang dapat membimbing rakyat dan berisi
semboyan- semboyan untuk kemakmuran bersama. Karya yang berisi kebimbangan dan
keraguan tentang kemakmuran bersama harus dijauhkan karena dianggap membahayakan
(Jassin, 1975:9).

Perkembangan selanjutnya, kira- kira tahun 1945 digambarkan oleh Chung( 1971: 16-7, 20-
4) sebagai berikut. Pada tahun 1945-53 ada usaha dari beberapa penerbit untuk menerbitkan
kumpulan cerpen. Pada tahun sebelum 1955, cerpen dimuat dalam berbagai majalah dan surat
kabar. Pada bulan Juli 1953, majalah memegang peranan penting dan memberikan sumbangan
yang besar dalam hal perkembangan cerpen. Puncak perkembangan cerpen Indonesia dapat
dikatakan tercapai pada 1955 melalui berbagai majalah.

Sedangkan untuk cerpen populer belum diketahui dengan pasti kapankah yang disebut cerpen
populer itu mulai ada. Akan tetapi, cerpen populer mulai terlihat mantap perkembangannya
dalam dunia kesusastraan pada tahun 50-an. Dan pada tahun 70-an, cerpen populer rupanya
sudah merupakan syarat mutlak bagi setiap majalah, terutama majalah hiburan ( Darmono,
1975; 291-2).

Dan menurut Wellek (1963: 29) mengatakan bahwa jenis dan fungsi sastra berhubungan satu
sama lain. Jadi, fungsi sastra tergantung pada jenis atau macamnya. Fungsi karya sastra adalah
untuk memberikan sesuatu kepada pembacanya untuk dipikirkan, sedangkan fungsi fiksi populer
terutama untuk memberikan hiburan kepada pembacanya. Di Indonesia, fiksi populer sudah
dikenal sejak zaman Balai Pustaka, yang bermaksud untuk menyajikan bacaan yang dapat
dimengerti oleh kebanyakan rakyat kita. Bahkan sebelum Balai Pustaka ada, sudah ada kegiatan
penerbitan hasil sastra Indonesia Cina yang ditulis dalam bahasa Melayu Pasar yang ditulis oleh
orang- orang Cina peranakan.

Sejak awal fiksi populer dipersiapkan untuk kepentingan pembacanya. Selera atau keinginan
pembaca lebih diperhitungkan, sehingga anasir cerita yang seharusnya dipertahankan keutuhan
dan kerja samanya seringkali dikorbankan demi memenuhi selera pembaca itu.

Banyaknya cerpen populer yang beredar akhir- akhir ini disertai pula oleh perkembangan
jumlah penulis baru yang muncul dan dimaksudkan untuk mengisi waktu luang dan tujuannya
terutama untuk menghibur.

Adys Aprilia

02/ XII IPA G

SMA Negeri 1 Pamekasan

Anda mungkin juga menyukai