I. PENDAHULUAN
keadaan ke arah yang lebih maju. Dalam pembangunan tersebut, selain dapat
memajukan kehidupan manusia, tidak disadari juga ada banyak yang harus
melestarikan lingkungan.
kehidupan manusia karena air merupakan kebutuhan utama bagi hidup manusia.
Perairan merupakan tempat berinteraksi baik secara fisik dan kimia dari
Salah satu wilayah pengolahan emas adalah Desa Tatelu dan sekitarnya yang
dilakukan pada sekitar Desa Kecamatan Mapanget yang aliran sungainya menuju
estuari (daerah pertemuan antara air laut dengan air sungai) sungai Kima Bajo dan
Sungai Talawaan.
Sungai Kima Bajo dan Sungai Talawaan maka perlu dilakukan penelitian. Dalam
penelitian ini akan diteliti kandungan merkuri (Hg), arsen (As), dan sianida (CN)
1.3. Tujuan
1. Mengetahui konsentrasi logam merkuri (Hg), logam arsen (As), dan sianida
Kima Bajo dan Sungai Talawaan dengan batas aman yang mengacu pada PP.
Penelitian ini selain diperlukan untuk pengontrolan terhadap kualitas air sungai
yang digunakan oleh masyarakat yang berada di sepanjang Sungai Kima Bajo dan
Sungai Talawaan juga sebagai masukan bagi pihak yang berkaitan dengan
kesehatan lingkungan.
4
Tercemarnya suatu lingkungan oleh logam berat selalu menjadi masalah, sehingga
2003). Diantara logam berat yang berbahaya bagi kesehatan adalah merkuri dan
arsen. Kedua logam ini merupakan logam yang cukup berperan pada polusi
lingkungan perairan. Hal ini disebabkan oleh sifat toksik senyawa Arsenik dan
et.al. dalam Ismail dan Suheryanto, 1998). Menurut Palar (1994) secara alami
keberadaan logam dalam badan air dapat berasal dari pengikisan batu mineral
Arsen dan merkuri merupakan logam berat yang mempunyai afinitas sangat besar
terhadap belerang (Achmad, 2004). Merkuri dan arsen dapat mengikat gugus
sulfida dari enzim atau sisi reseptor yang membentuk ikatan kovalen dan
HS S
R As O + R As
HS S
5
HS S
H+ ++ Hg
R Hg X Hg +
HS S
Gambar 1. Reaksi logam As dan Hg dengan suatu enzim yang mengandung gugus
SH (Siswandono dan Sukohardjo, 1996)
2.1. Merkuri
Merkuri atau raksa merupakan alih bahasa dari bahasa Latin “Hydragyrum” yang
adalah logam cair yang berwarna putih keperakan pada suhu biasa dan
mempunyai rapatan 13,534 g/ml pada suhu 25 0C (Vogel, 1990). Merkuri adalah
unsur dengan nomor atom 80, berat atom 200,5 g. Titik lebur -34,87 0C, titik didih
358,58 0C dan masuk dalam golongan IIB dalam periodik unsur memiliki dua
valensi yaitu Hg+ sama dengan ion merkuro dan Hg++ sama dengan ion merkuri
(Daintith, 1994). Secara alami Hg dihasilkan dari biji Sinabar, HgS, yang
HgS + O2 → Hg + SO2
Gambar 2. Reaksi Pembentukan Hg (Palar, 1994)
6
Kadar merkuri dalam sungai dan danau berkisar 0,08 – 0,12 ppb. Secara alamiah
merkuri ini juga terlepas dan berasosiasi dengan air sungai (Masloman, 2005).
Sumber alami merkuri yang paling umum adalah HgS. Selain itu, mineral sulfida
mengandung Hg. HgS sukar larut dalam air, namun pelapukan bermacam-macam
2003).
dapat menjadi merkuri organik melalui kerja bakteri anaerobik tertentu misalnya
Metil kobalamin dan senyawa ini secara lambat berdegradasi menjadi merkuri
logam dari bijih tambang sulfidanya), pembakaran bahan bakar fosil dan produksi
Arsen adalah zat padat yang berwarna abu-abu seperti baja, getas dan memiliki
kilap logam, As adalah unsur dengan logam atom 33, berat atom 79,42, rapatan
5,72 g/ml, titik didih 6130C, titik lebur 8170C dan termasuk golongan VA pada
7
sistem periodik (Daintith, 1994). Jika dipanaskan akan bersublimasi dan timbul
bau seperti bawang putih yang khas; ketika dipanaskan dalam aliran udara yang
bebas, arsen terbakar dengan nyala biru dan menghasilkan asap berwarna putih
dan semua senyawa arsen beracun (Vogel, 1990). Karena sangat beracun logam
ini tidak begitu banyak kegunaannya seperti logam-logam yang lain juga sifat-
sifatnya yang kurang menguntungkan. Kegunaan arsen antara lain adalah sebagai
bahan pengawet kayu mewarnai kertas yang dibuat untuk dinding (Darmono,
1995).
Dalam kerak bumi, arsen terdapat pada konsentrasi rata-rata 2-5 ppm. Sumber As
di perairan adalah arsenida dan sulfida misalnya niccolite (NiAs) dan arsenopyrite
(FeAsS). Selain itu, pelapukan batuan juga melepaskan arsen dalam bentuk oksida
(As2O3) dan senyawa sulfur (AsS dan As2S3) (Effendi, 2003). Pembakaran bahan
bakar fosil, terutama batu bara, mengeluarkan sejumlah arsen (As2O3) lingkungan
arsenik, biasanya berkisar pada 1-5 ppb. Konsentrasi tertinggi dijumpai pada
batuan beku dan sedimen. Tanah hasil pelapukan batuan biasanya mengandung
arsenik 0,1-40 ppb. Air yang berinteraksi dengan batuan atau tanah tadi dapat
Sumber utama lainnya adalah hasil akhir pertambangan tembaga, emas dan
sangat toksik dengan adanya bakteri dan melewati beberapa proses, yaitu :
Sianida merupakan suatu senyawa yang secara kimia sangat bersifat toksik dan
berada dalam air dalam bentuk Hidrogen Sianida (HCN). Sianida dapat ditemukan
O C 6H 10O 4 O C 6H 10O 5
C H
C N
Bangsa Romawi kuno memperoleh CN dari sumber biji-bijian alami seperti biji
apel, apricot dan ceri. Sianida dapat larut dalam air karena hanya sianida alkali
yang terikat pada logam yang memiliki sifat kelarutan tersebut. Dalam larutan
murni, CN- adalah bentuk yang paling stabil diatas pH kira-kira 10,5. Sianida
bersifat toksik yang letal dan sub letal terhadap organisme. Sianida dalam air
bersih yang akan digunakan untuk minum tidak boleh melewati batas 0,05 ppm
Sianida dalam bentuk ion sianida (CN-) membentuk berbagai ikatan kompleks
dengan ion-ion transisi logam misalnya emas (Au(CN)2), perak (Ag(CN)2) dan
komersil (Manahan, 1992). Sianida juga banyak digunakan secara luas dalam
industri terutama pembersih logam dan pengelasan listrik. Sianida juga banyak
Sianida yang terdapat di perairan berasal dari limbah industri, misalnya industri
pelapisan logam, pertambangan emas, pertambangan perak, pupuk dan besi dan
baja. Kadar sianida yang digunakan dalam pertambangan emas dan perak dapat
dimasukkannya makhluk hidup, zat energi dan komonen lain ke dalam air
olehkegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas air turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan air tersebut tidak berfungsi lagi sesuai
a. Kelas I, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum atau peruntukan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
b. Kelas II, yaitu air yang dapat digunakan untik rekresi air, pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau
kegunaan tersebut.
c. Kelas III, yaitu air yang dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
d. Kelas IV, yaitu air yang dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan
untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
11
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah merkuri (II) Kklorida (HgCl2),
larutan asam nitrat (HNO3) pekat, aquades, larutan asam sulfat (H2SO4), larutan
(K2S2O8), arsen (III) oksida (As2O3), Larutan asam klorida (HCl), larutan natrium
DR/2400.
Bajo. Lokasi pengambilan sampel dari hulu sampai hilir sungai Talawaan dan
sungai Kima Bajo dimana tiap sungai diambil 4 titik. Untuk sungai Talawaan
yaitu Desa Tatelu, Desa Wasian, Desa Talawaan dan Desa Budo Kima Bajo.
Untuk sungai Kima Bajo yaitu kompleks perumahan AURI, bawah jembatan
12
perbatasan Kima dan Mapanget, bawah jembatan Kima, bawah jembatan Wori.
Sampel air diambil dari sungai Talawaan dan sungai Kima Bajo dengan
Penyakit Menular (BTKL PPM) Manado. Dimulai pada tanggal 25 Maret 2006
Sebelum sampel diuji, dibuat larutan Hg dengan konsentrasi 100 ppm dari larutan
induk 1000 ppm. Dengan menggunakan pipet mikro dibuat larutan standar 0
mL SnCl2 kemudian diukur dengan alat AAS. Data hasil pengukuran dibuat kurva
Sampel yang telah disediakan dikocok terlebih dahulu dan diambil sebanyak 20
erlenmeyer ditambahkan 5 mL larutan asam sulfat pekat; 2,5 mL asam nitrat pekat
8 mL larutan kalium tiosulfat 5%, dipanaskan pada suhu 950 C di atas penangas
air selama 2 jam kemudian didinginkan. Larutan ini diencerkan lagi dengan air
suling sampai volumenya 100 mL. Sampel siap diuji di alat AAS.
Sampel yang telah siap diuji diperlakukan serupa dengan perlakuan terhadap
standar, yakni ditambahkan 5 mL larutan asam sulfat pekat; 2,5 mL asam nitrat
pekat; 5 mL SnCl2, kemudian diukur dengan alat AAS. Kadar Hg dalam sampel
Sebelum sampel diuji, dibuat larutan induk As dengan konsentrasi 1000 ppm.
ukur 1000 mL lalu ditambahkan dengan aquades sehingga diperoleh kadar logam
0;0,01; 0,02; 0,03 ppm. Larutan standar diukur dengan alat AAS. Hasil yang
Sampel yang telah disiapkan dikocok terlebih dahulu dan diambil sebanyak 50
nitrat pekat, lalu dipanaskan. Kemudian ditambahkan lagi 2 mL asam nitrat dan
dikocok selama 30 detik, diamkan selama 30 detik. Jika ada sianida larutan akan
berwarna merah muda. Selanjutnya sampel diukur dengan alat spektro DR/2400.
16
Sedangkan batas ambang beberapa logam dan sianida yang diperbolehkan untuk
air menurut PP No. 82 tahun 2001 dapat dilihat pada Tabel 4.3
17
Tabel 4.3 Batas ambang beberapa logam dan sianida menurut PP No. 82 tahun
2001
Kelas
No Parameter Satuan
I II III IV
Dari Tabel 4.1 dan 4.2 dapat dilihat bahwa kandungan logam merkuri, arsen dan
sianida yang terdapat di kedua sungai ini belum melewati batas ambang baku
mutu air bersih kelas II yang sesuai dengan PP No. 82 Tahun 2001.
Pada Kima Bajo I konsentrasi arsen yang sedikit tinggi disebabkan oleh di sekitar
digunakan sebagai pestisida, misalnya merkuri dimetil ditio karbonat; etil merkuri
18
Sianida yang ditemukan di Perumahan AURI ini diduga juga berasal dari alam
Konsentrasi arsen yang sangat kecil bahkan hampir tidak ada di perbatasan Kima
sianida di perbatasan Kima Bajo dan Mapanget lebih kecil dibandingkan dengan
di Perumahan AURI adalah badan air sungai yang makin membesar di Kima Bajo
Kandungan arsen yang masuk di Jembatan Kima diduga berasal dari pestisida
yang digunakan oleh masyarakat. Sedangkan kandungan sianida berasal dari alam,
yaitu berasal dari tumbuh-tumbuhan atau juga hasil pembakaran kayu. Untuk
merkuri diduga berasal dari penggunaan pestisida karena disekitar daerah ini tidak
Kandungan arsen di Desa Wori sangat kecil karena tidak adanya areal pertanian
dan badan sungai yang sangat besar. Sedangkan merkuri dan sianida yang masuk
ke sungai diduga di Desa Wori ini pernah dijadikan tempat pengolahan emas
Arsen yang terdapat di sungai yang berada di jalan Pinili Desa Tatelu berasal alam
kandungan merkuri dan sianida yang sedikit tinggi diduga warga sekitarnya
menggunakan merkuri dan sianida yang tidak sedikit. Diperkirakan limbah dari
hasil kegiatan ini langsung dibuang ke sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Untuk sungai di Desa Wasian konsentrasi arsen sangat kecil dan diduga arsen
berasal dari alam. Di sungai di Desa Wasian konsentrasi merkuri dan sianida
sedikit tinggi tapi tidak ada kegiatan pertambangan. Jadi mekuri dan sianida
Untuk air sungai di Desa Talawaan yang disekitarnya ada kegiatan pertambangan,
seharusnya konsentrasi merkuri dan sianida lebih besar dibandingkan di air sungai
di Desa Wasian dan di jalan Pinili, tapi kenyataannya lebih kecil. Mungkin
disebabkan badan air sungai lebih besar selain itu juga pengambilan sampel
dilakukan pada saat hujan. Konsentrasi arsen di air sungai di Desa Talawaan lebih
besar dibandingkan dengan air sungai di Desa Wasian dan di jalan Pinili, diduga
Konsentrasi arsen dan sianida yang lebih besar di Desa Budo dibandingkan
dengan air sungai di ketiga tempat diatas karena disekitarnya ada areal
kemungkinan berasal dari kegiatan perkebunan tersebut. Selain itu juga secara
Dari hasil rangkuman uji t untuk Arsen sungai Talawaan dan sungai Kima Bajo
tidak berbeda nyata kandungan arsennya dan kedua sungai ini belum melewati
batas ambang air bersih sesuai dengan PP No. 82 Tahun 2001. Dimana t hitung
adalah - 0,31 sedangkan t tabel adalah 1,94. Hasil berbeda nyata jika t hitung lebih
besar dari t tabel. Tapi hasil yang didapat adalah t hitung lebih kecil dari t tabel.
Untuk kandungan Merkuri kedua sungai ini juga tidak berbeda nyata karena
didapat t hitung (-0,49) lebih kecil dari t tabel (1,94). Sehingga kedua sungai ini
belum melewati batas ambang air bersih yang sesuai dengan PP No. 82 Tahun
2001.
Kandungan Sianida kedua sungai ini juga tidak berbeda nyata karena t hitung (-
0,69) lebih kecil dari t tabel (1,94). Kandungan Sianida kedua sungai ini juga
belum melewati batas ambang air bersih yang sesuai dengan PP No. 82 Tahun
2001.
21
5.1. Kesimpulan
1) Untuk Sungai Kima Bajo konsentrasi rata-rata untuk As untuk adalah 1,1 ppb,
10,5 ppb.
3) Dari hasil ini dapat dilihat kandungan Hg, As dan CN di kedua sungai ini
belum melewati ambang batas air bersih sesuai dengan PP No. 82 Tahun 2001
5.2. Saran
yang terakumulasi di air sungai Kima Bajo dan Talawaan, dan juga penelitian
Talawaan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Ismail, S. dan Suheryanto. 1998. Analisis Arsen dan Merkuri di Perairan Sungai
Musi dengan Metode Spektrofotometer Serapan Atom. Jurnal Sains dan
Teknologi, Volume 4, No. 1.
Lu, C.F. 1995. Toksikologi Dasar. Penerjemah: Edi Nugroho. UI Press. Jakarta.
Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta.
Romaire, R.P. 1985. Crustaceae and Mollusca Aquaculture in the United State
Water Quality. Van Norstan Reinhold. New York.
Suci, K. 2005. Analisis Kadar Merkuri, Arsen dan Sianida pada Makrozoobentos
di Sungai Talawaan Sulawesi Utara [Skripsi]. FMIPA. UNSRAT.
I II III IV
Kimia
= 4,986 mmol Hg
= 30,3 mmol As