Anda di halaman 1dari 4

Distilasi Sampah dan Biomassa(Sbio) untuk Energi

Thursday, 04 December 2008 20:54


OlehYayan Iyan Berlian

Abstrak

Sampah dan biomassa terdiri dari berbagai jenis senyawa hidrokarbon. Pemisahan komponen-
komponen pembentuk sampah dapat dilakukan dengan cara distilasi.

Proses distilasi dilakukan dengan cara pemanasan hingga mencapai suhu 400oC, selanjutnya
asap yang terjadi dipisah beradasarkan titik didih masing-masing komponen.

Hasil pemisahan merupakan bahan bakar berkualitas tinggi dan siap diambil energinya
menggunakan peralatan atau mesin pembakar.

A. Latar Belakang

Ketertarikan penulis terhadap pengolahan sampah dan bio massa, dimulai sejak terjadi
permasalahan sampah di Bandung.

Kebanyakan peneliti menyarankan untuk melakukan pemusnahan sampah secara biologis, yaitu
dengan membuat biogas. Tetapi menurut pengamatan penulis, pemusnahan sampah secara
biologis tidak dapat memusnahkan sampah secara tuntas. Terlebih lagi pemusnahan sampah
berbahan dasar plastik.

Belum lagi terselesaikan masalah sampah, muncul masalah asap akibat kebakaran hutan.

Selanjutnya masalah yang cukup menarik adalah kasus Flu burung. Virus dan berbagai mikroba
mati jika dipanaskan.

Dengan alasan tersebut, penulis berkeyakinan bahwa pemusnahan sampah akan lebih efektif
jika dilakukan dengan cara kimia, yaitu dengan cara dibakar(insinerator).

Kasus berikutnya yang cukup menarik perhatian adalah krisis energi. Setelah melakukan
berbagai experimen dan penelaahan teori. Sampailah pada kesimpulan seperti dituangkan dalam
tulisan ini dan tulisan lainnya yang masih berhubungan.

Pada saat terjadi permasalahan sampah, banyak anggota masyarakat yang berinisiatif
melakukan pemusnahan sampah dengan cara dibakar. Namun tata cara yang dilakukan terkesan
kurang mengerti dengan hakekat pembakaran, sehingga proses pembakaran hanyalah
membuang bahan bakar minyak.

Sebelumnya penulis telah melakukan berbagai experiment, diantaranya yaitu:

1. Pembuatan tungku bertingkat untuk memasak.

2. Pembuatan pupuk cair dari bahan tumbuhan.

3. Hidrolisa bahan organik dengan tujuan mempercepat proses pembusukan pada pembuatan
pupuk cair.

Keseluruhan experimen tersebut dilakukan hanya untuk menambah pengetahuan penulis , tidak
ada niat untuk mempublikasikannya. Dari hasil experimen, penulis mendeteksi kemajuan yang
cukup berarti .
Experimen dimulai dengan membuat tungku sederhana dari batu-bata. Selanjutnya dilakukan
modifikasi dengan penambahan kipas angin. Dari experiment tersebut penulis menyadari, bahwa
pokok permasalahan pembakaran sampah adalah terjadinya asap.

Dengan mengingat kembali teori dasar pembakaran hidro-karbon. Penulis berkeyakinan bahwa,
terjadinya asap adalah akibat pembakaran yang tidak sempurna.

Jika pembakaran dilakukan secara sempurna, tidak mungkin terjadi asap.

Dengan mengabaikan adanya unsur-unsur lain, maka pembakaran sempurna senyawa hidro-
karbon akan menghasilkan gas CO2 dan uap air (H2O). Gas CO2 tidak berwarna dan tidak
berbau.

Dengan membuat assumsi yang sederhana tersebut. Penulis berpendapat bahwa penghilangan
asap dan bau dapat dilakukan dengan cara membakar kembali asap yang terbentuk.

Selanjutnya dilakukan serentetan experimen. Experimen dimulai dengan membuat perangkat


yang sederhana. Hasilnya kurang baik, namun terlihat adanya penurunan jumlah asap.

Karena penasaran, maka dilakukan modifikasi-modifikasi. Modifikasi terakhir dari sistem


pembakar sampah adalah menggunakan teknik yang sering dipelajari penulis di PLTU dan
PLTG. Pada akhirnya, diperoleh hasil yang menggembirakan yaitu:

1. Asap sama sekali tidak terlihat secara kasat mata.

2. Api di ruang bakar berwarna biru.

3. Bau tidak sedap dari sampah menurun drastis.

4. Suhu ruang bakar diketahui yaitu antara 450-500 derajat Celsius.

Dengan diperolehnya warna api biru, maka suhu pembakaran kira-kira sebesar 1400oC, ditaksir
berdasarkan pendekatan suhu Kelvin, sesuai dengan hukum pergeseran Wien. Dengan demikian
spesifikasi yang ditentukan oleh para ahli lingkungan telah tercapai. Syarat dari ahli lingkungan
hanya pada batas 1000oC. Warna api untuk suhu tersebut adalah kuning muda.

Sedangkan kabar buruknya yaitu:

1. Harga peralatan menjadi mahal (Target semula ditujukan untuk rumah-tangga, sedangkan
untuk sampah masal, kemungkinan cukup ekonomis).

2. Keuangan menipis.

Dengan alasan no. 2 Terpaksa experiment dihentikan!!!!!!!

Informasi lebih lengkap mengenai experiment ini dapat dibaca pada tulisan penulis berjudul
“Experiment Incinerator”.

Dari experimen tersebut penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

- Tanda-tanda pembakaran senyawa karbon yang baik adalah:

1. Menghasilkan api berwarna biru.

2. Tidak menghasilkan asap.

3. Tidak berjelaga.

4. Tidak berbau

- Tanda-tanda tersebut dapat kita temukan pada kompor gas.

- Membakar bahan bakar yang terdiri dari berbagai fase sulit untuk mendapatkan hasil
pembakaran yang sempurna.

Memang inilah suatu kesimpulan yang bodoh. Hanya untuk mendapatkan hasil seperti itu,
mengapa harus berputar-putar membuang biaya dan waktu. Namun penulis tidak menyesal,
karena dari experimen tersebut diperoleh pengalaman berharga. Suatu hal yang tidak kalah
pentingnya yaitu diperolehnya kesederhanaan berfikir dan rasa percaya diri untuk melakukan
langkah berikutnya .

Setelah melalui jalan berbelit dan melelahkan dalam usaha menghilangkan asap, sampailah
pada pilihan distilasi. Pilihan ini adalah hipotesis cadangan, sebelumnya dihindari karena
dianggap rumit.

Keuntungan menggunakan teknik distilasi adalah: Tidak perlu melakukan modifikasi yang
berlebihan pada peralatan atau mesin pembakar yang telah ada sekarang.

Teknik distilasi, pada dasarnya sama dengan penyulingan minyak bumi.

B. Prinsip dasar Disitalasi Sampah dan Biomassa(Sbio) Mengapa Perlu Didistilasi ?

Ilustrasi sederhana berikut, dapat menjelaskan bagaimana perlunya Sbio didistilasi sebelum
digunakan sebagai bahan bakar.

Pembakaran kayu bakar, sampah daun, sampah plastik secara langsung tanpa melalui proses
terlebih dahulu adalah tidak efisien, karena lebih banyak mebuang material bahan bakar.
Pembuangan material tersebut berbentuk asap dan jelaga.

Selanjutnya kita bandingkan pembakaran kayu dengan arang. Pembakaran arang lebih baik dan
lebih bersih dibandingkan pembakaran kayu bakar, apalagi dibandingkan dengan pembakaran
plastik. Hal ini disebabkan oleh karena arang telah dipisahkan dari material lain yang mempunyai
titik didih lebih rendah.

Sebagian energi dari pembakaran kayu digunakan untuk menguapkan material bertitik didih
rendah. Akibat penguapan tersebut, suhu pembakaran menurun. Sehingga pembakaran tidak
berlangsung dengan baik.

Contoh lain, kompor minyak tanah yang menggunakan tabung(smawar), mempunyai boiler kecil
untuk mengubah minyak cair menjadi gas. Setelah menjadi gas, minyak tanah terbakar menjadi
api berwarna biru. Jika solar digunakan pada kompor tersebut, boiler tersebut tidak cukup panas
untuk mengubah solar cair menjadi gas. Sehingga kompor minyak tanah tidak cocok untuk
membakar solar.

Demikian pula halnya pada mesin. Motor bensin tidak cocok jika menggunakan solar.

Gas LPG tidak perlu dipanaskan karena sudah berbentuk gas.

Keseluruhan bahan bakar tersebut yaitu kayu bakar, arang, solar, aspal dan LPG adalah
senyawa hidro-karbon. Tetapi cara membakarnya sangat berlainan.

Dengan demikian, bahan bakar perlu dipilah berdasarkan titik didihnya.

Proses Pemilahan

Proses pengolahan Sbio yang telah dikeringkan terdiri dari dua tahap,yaitu:

1. Proses pembentukan asap.

2. Proses pemisahan berdasarkan titik didih.

Pada proses pembentukan asap, Sbio dipisahkan antara bagian yang menguap dengan bagian
yang tidak menguap. Bagian terbesar dari material yang tidak menguap adalah arang. Proses
pemisahan dilakukan dengan memanaskan Sbio hingga 400oC.

Selanjutnya asap yang terbentuk memasuki proses berikutnya, yaitu proses pemilahan
berdasarkan titik didih.

Proses ini pada dasarnya adalah pendinginan. Sisa material setelah melalui pendinginan masih
tetap berbentuk gas.

Proses Setengah Jadi

Dalam prakteknya, masing-masing pabrik atau industri tidak perlu mengikuti keseluruhan alur
proses diatas. Hal ini mungkin disebabkan mahalnya biaya investasi.

Pada proses setengah jadi, pemilahan Sbio hanya dilakukan menjadi 3 komponen, yaitu:

1. Arang.

2. Tar

3. Gas

Pemisahan tar menjadi bahan bakar jadi dilakukan oleh industri hilir yang lain. Demikian pula
dengan proses Arang dan gas.

Anda mungkin juga menyukai