Anda di halaman 1dari 22

PENGANTAR ILMU HUKUM

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian Ilmu Hukum dan Pengantar Ilmu Hukum


1. Pengertian Ilmu hukum
Menurut Satjipto Rahardjo Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang berusaha
menelaah hukum. Ilmu hukum mencakup dan membicarakan segala hal yang
berhubungan dengan hukum. Ilmu hukum objeknya hukum itu sendiri. Demikian luasnya
masalah yang dicakup oleh ilmu ini, sehingga sempat memancing pendapat orang untuk
mengatakan bahwa “batas-batasnya tidak bisa ditentukan” (Curzon, 1979 : v).
Selanjutnya menurut J.B. Daliyo Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang objeknya
hukum. Dengan demikian maka ilmu hukum akan mempelajari semua seluk beluk
mengenai hukum, misalnya mengenai asal mula, wujud, asas-asas, sistem, macam
pembagian, sumber-sumber, perkembangan, fungsi dan kedudukan hukum di dalam
masyarakat. Ilmu hukum sebagai ilmu yang mempunyai objek hukum menelaah hukum
sebagai suatu gejala atau fenomena kehidupan manusia dimanapun didunia ini dari masa
kapanpun. Seorang yang berkeinginan mengetahui hukum secara mendalam sangat perlu
mempelajari hukum itu dari lahir, tumbuh dan berkembangnya dari masa ke masa
sehingga sejarah hukum besar perannya dalam hal tersebut.

2. Pengertian Pengantar ilmu hukum


Pengantar Ilmu Hukum (PIH) kerapkali oleh dunia studi hukum dinamakan
“Encyclopaedia Hukum”, yaitu mata kuliah dasar yang merupakan pengantar
(introduction atau inleiding) dalam mempelajari ilmu hukum. Dapat pula dikatakan
bahwa PIH merupakan dasar untuk pelajaran lebih lanjut dalam studi hukum yang
mempelajari pengertian-pengertian dasar, gambaran dasar tentang sendi-sendi utama ilmu
hukum.

B. Tujuan dan Kegunaan Pengantar Ilmu Hukum


Tujuan Pengantar Imu Hukum adalah menjelaskan tentang keadaan, inti dan maksud
tujuan dari bagian-bagian penting dari hukum, serta pertalian antara berbagai bagian
tersebut dengan ilmu pengetahuan hukum. Adapun kegunaannya adalah untuk dapat
memahami bagian-bagian atau jenis-jenis ilmu hukum lainnya.

C. Kedudukan dan Fungsi Pengantar Ilmu Hukum


Kedudukan Pengantar Ilmu Hukum merupakan dasar bagi pelajaran lanjutan tentang ilmu
pengetahuan dari berbagai bidang hukum. Sedangkan kedudukan dalam kurikulum
fakultas hukum adalah sebagai mata kuliah keahlian dan keilmuan. Oleh karena itu
pengantar ilmu hukum berfungsi memberikan pengertian-pengertian dasar baik secara
garis besar maupun secara mendalam mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan
hukum. Selain itu juga pengantar ilmu hukum juga berfungsi pedagogis yakni
menumbuhkan sikap adil dan membangkitkan minat untuk denagan penuh kesungguhan
mempelajari hukum.

D. Ilmu Bantu Pengantar Ilmu Hukum


• Sejarah hukum, yaitu suatu disiplin hukum yang mempelajari asal usul terbentuknya
dan perkembangan suatu sistem hukum dalam suatu masyarakat tertentu dan
memperbanding antara hukum yang berbeda karena dibatasi oleh perbedaan waktu
• Sosiologi hukum, yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara empiris dan analitis
mempelajari hubungan timbal balik antara hukum sebagai gejala sosial dengan gejala
sosial lain (Soerjono Soekanto)
• Antropologi hukum, yakni suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari pola-pola
sengketa dan penyelesaiannya pada masyarakat sederhana, maupun masyarakat yang
sedang mengalami proses perkembangan dan pembangunan/proses modernisasi (Charles
Winick).
• Perbandingan hukum, yakni suatu metode studi hukum yang mempelajari perbedaan
sistem hukum antara negara yang satu dengan yang lain. Atau membanding-bandingkan
sistem hukum positif dari bangsa yang satu dengan bangsa yang lain
• Psikologi hukum, yakni suatu cabang pengetahuan yang mempelajari hukum sebagai
suatu perwujudan perkembangan jiwa manusia (Purnadi Purbacaraka).

E. Metode Pendekatan Mempelajari Hukum

1. Metode Idealis ; bertitik tolak dari pandangan bahwa hukum sebagai perwujudan
dari nilai-nilai tertentu dalam masyarakat
2. Metode Normatif Analitis ; metode yg melihat hukum sebagai aturan yg abstrak.
Metode ini melihat hukum sebagai lembaga otonom dan dapat dibicarakan
sebagai subjek tersendiri terlepas dari hal2 lain yang berkaitan dengan peraturan2.
Bersifat abstrak artinya kata-kata yang digunakan di dalam setiap kalimat tidak
mudah dipahami dan untuk dapat mengetahuinya perlu peraturan-peraturan
hukum itu diwujudkan. Perwujudan ini dapat berupa perbuatan-perbuatan atau
tulisan. Apabila ditulis, maka sangat penting adalah pilihan dan susunan kata-
kata.
3. Metode Sosiologis; metode yang bertitik tolak dari pandangan bahwa hukum
sebagai alat untuk mengatur masyarakat.
4. Metode Historis ; metode yang mempelajari hukum dengan melihat sejarah
hukumnya.
5. Metode sistematis; metode yang melihat hukum sebagai suatu sistem
6. Metode Komparatif; metode yang mempelajari hukum dengan membandingkan
tata hukum dalam berbagai sistem hukum dan perbandingan hukum di berbagai
negara.

BAB II
MANUSIA, MASYARAKAT DAN KAIDAH SOSIAL

A. Hubungan antara manusia, masyarakat dan kaidah sosial


• Manusia sebagai makhluk monodualistik :
Artinya adalah manusia selain sbg makhluk individu (perseorangan) mempunyai
kehidupan jiwa yg menyendiri namun manusia juga sebagai makhluk sosial tidak dapat
dipisahkan dari masyarakat. Manusia lahir, hidup dan berkembang dan meninggal dunia
di dalam masyarakat.
• Menurut Aristoteles (Yunani, 384-322 SM), bahwa manusia itu adalah ZOON
POLITICON artinya bahwa manusia itu sbg makhluk pada dasarnya selalu ingin bergaul
dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya, jadi makhluk yg suka bermasyarakat.
Dan oleh karena sifatnya suka bergaul satu sama lain, maka manusia disebut makhluk
sosial.
• Terjadilah hubungan satu sama lain yang didasari adanya kepentingan, dimana
kepentingan tsb satu sama lain saling berhadapan atau berlawanan dan ini tidak menutup
kemungkinan timbul kericuhan. Kepentingan adalah suatu tuntutan perorangan atau
kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. Disinilah peran hukum mengatur kepetingan2
tersebut agar kepentingan masing-masing terlindungi, sehingga masing-masing
mengetahui hak dan kewajiban. Pada akhirnya dengan adanya hukum masyarakat akan
hidup aman, tentram, damai, adil dan makmur.
• Kesimpulan : dimana ada masyarakat disitu ada hukum (ubi societes ibi ius). Hukum
ada sejak masyarakat ada. Dapat dipahami disini bahwa hukum itu sesungguhnya adalah
produk otentik dari masyarakat itu sendiri yang merupakan kristalisasi dari naluri,
perasaan, kesadaran, sikap, perilaku, kebiasaan, adat, nilai, atau budaya yang hidup di
masyarakat.
Bagaimana corak dan warna hukum yang dikehendaki untuk mengatur seluk beluk
kehidupan masyarakat yang bersangkutanlah yang menentukan sendiri.
Suatu masyarakat yang menetapkan tata hukumnya bagi masyarakat itu sendiri dalam
berlakunya tata hukum itu artinya artinya tunduk pada tata hukum hukum itu disebut
masyrakat hukum.

Mengapa masyarakat mentaati hukum karena bermacam-macam sebab (Menurut Utrecht)


:
• Karena orang merasakan bahwa peraturan2 itu dirasakan sebagai hukum. Mereka benar-
benar berkepentingan akan berlakunya peraturan tersebut
• Karena ia harus menerimanya supaya ada rasa ketentraman. Ia menganggap peraturan
hukum secara rasional (rationeele aanvaarding). Penerimaan rasional ini sebagai akibat
adanya sanksi hukum. Agar tidak mendapatkan kesukaran2 orang memilih untuk taat saja
pada peraturan hukum karena melanggar hukum mendapat sanksi hukum.

B. Masyarakat dan Lembaga Kemasyarakatan (Kaidah Sosial)


1. Definisi masyarakat :
• Menurut Ralph Linton, masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang hidup
dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan
menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang
dirumuskan dengan jelas.
• Menurut Selo Soemarjan, masyarakat adalah orang yang hidup bersama, yang
menghasilkan kebudayaan.
• Menurut CST. Kansil, SH, masyarakat adalah persatuan manusia yang timbul dari
kodrat yang sama. Jadi masyarakat itu terbentuk apabila ada dua orang atau lebih hidup
bersama sehingga dalam pergaulan hidup timbul berbagai hubungan yang mengakibatkan
seorang dan orang lain saling kenal mengenal dan pengaruh mempengaruhi.
Unsur masyarakat :
- manusia yang hidup bersama
- berkumpul dan bekerja sama untuk waktu lama
- merupakan satu kesatuan
- merupakan suatu sistem hidup bersama.
Dalam masyarakat terdapat pelbagai golongan dan aliran. Namun walaupun golongan itu
beraneka ragam dan masing-masing mempunyai kepentingan sendiri-sendiri akan tetapi
kepentingan bersama mengharuskan adanya ketertiban dalam kehidupan masyarakat itu.
Adapun yang memimpin kehidupan bersama, yang mengatur tingkah laku manusia dalam
masyarakat ialah peraturan hidup.
Agar supaya dapat memenuhi kebutuan-kebutuhannya dengan aman dan tentram dan
damai tanpa gangguan, maka tidap manusia perlu adanya suatu tata (orde – ordnung).
Tata itu berwjud aturan yang menjadi pedoman bagi segala tingkah laku manusia dalam
pergaulan hidup, sehingga kepentingan masing-masing dapat terpelihara dan terjamin.
Setiap anggota masyarakat mengetahui hak dan kewajiban.
Tata tersebut sering disebut kaidah atau norma.

2. Kaidah/norma Sosial :
Adalah patokan-patokan atau pedoman-pedoman perihal tingkah laku dan perikelakuan
yang diharapkan.
Kaidah berasal dari bahasa Arab atau Norma berasal dari bahasa Latin
Kaidah/Norma berisi :
Perintah, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh karena
akibat2nya dipandang baik.
Larangan, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh
karena akibat-akibatnya dipandang tidak baik.
Guna kaidah/norma tersebut adalah untuk memberi petunjuk kepada manusia bagaimana
seorang harus bertindak dalam masyarakat serta perbuatan-perbuatan mana yang harus
dijalankan dan perbuatan-perbuatan mana pula yang harus dihindari.

Kaidah sosial dibedakan menjadi :


1. Kaidah yang mengatur kehidupan pribadi manusia yang dibagi lebih lanjut menjadi :
a. Kaidah kepercayaan/agama, yang bertujuan untuk mencapai suatu kehidupan yang
beriman (Purnadi Purbacaraka 1974 : 4). Kaidah ini ditujukan terhadap kewajiban
manusia kepada Tuhan. Sumbernya adalah ajaran-ajaran kepercayaan/agama yang oleh
pengikut-pengikutnya dianggap sebagai perintah Tuhan, misalnya :
- Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang
keji dan suatu jalan yang buruk (Al Isra’ : 32).
- Hormatilah orang tuamu agar supaya engkau selamat (Kitab Injil Perjanjian Lama :
Hukum yang ke V).
b.Kaidah kesusilaan, yang bertujuan agar manusia hidup berakhlak atau mempunyai hati
nurani. Kaidah ini merupakan peraturan hidup yang dianggap sebagai suara hati nurani
manusia (insan kamil). Sumber kaidah ini adalah dari manusia sendiri, jadi bersifat
otonom dan tidak ditujukan kepada sikap lahir tetapi ditujukan kepada sikap batin
manusia juga, misalnya :
- Hendaklah engkau berlaku jujur.
- Hendaklah engkau berbuat baik terhadap sesama manusia.
Dalam kaidah kesusilaan tedapat juga peraturan-peraturan hidup seperti yang terdapat
dalam norma agama misalnya :
- Hormatilah orangtuamu agar engkau selamat diakhirat
- Jangan engkau membunuh sesamamu

2. Kaidah yang mengatur kehidupan antara manusia atau pribadi yang dibagi lebih lanjut
menjadi :
a.Kaidah kesopanan, bertujuan agar pergaulan hidup berlangsung dengan menyenangkan.
Kaidah ini merupakan peraturan hidup yang timbul dari pergaulan segolongan manusia,
misalnya :
- Orang muda harus menghormati orang yang lebih tua
- Janganlah meludah dilantai atau disembarang tempat.
- Berilah tempat terlebih dahulu kepada wanita di dalam kereta api, bis dll (terutama
wanita tua, hamil atau membawa bayi)
b. Kaidah hukum, bertujuan untuk mencapai kedamaian dalam pergaulan hidup antar
manusia. Kaidah ini adalah peraturan-peraturan yang timbul dari norma hukum, dibuat
oleh penguasa negara. Isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaannya dapat
dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat negara misalnya “Dilarang
mengambil milik orang lain tanpa seizin yang punya”.

Perbedaan antara kaidah hukum dengan kaidah sosial lainnya :


1. Perbedaan antara kaidah dengan kaidah agama dan kesusilaan dapat ditinjau dari
berbagai segi sbb :
• Ditinjau dari tujuannya, kaidah hukum bertujuan untuk menciptakan tata tertib
masyarakat dan melindungi manusia beserta kepentingannya. Sedangkan kaidah agama
dan kesusilaan bertujuan untuk memperbaiki pribadi agar menjadi manusia ideal.
• Ditinjau dari sasarannya : kaidah hukum mengatur tingkah laku manusia dan diberi
sanksi bagi setiap pelanggarnya, sedangkan kaidah agama dan kaidah kesusilaan
mengatur sikap batin manusia sebagai pribadi. Kaidah hukum menghendaki tingkah laku
manusia sesuai dengan aturan sedangkan kaidah agama dan kaidah kesusilaan
menghendaki sikap batin setia pribadi itu baik.
• Ditinjau dari sumber sanksinya, kaidah hukum dan kaidah agama sumber sanksinya
berasal dari luar dan dipaksakan oleh kekuasaan dari luar diri manusia (heteronom),
sedangkan kaidah kesusilaan sanksinya berasal dan dipaksakan oleh suara hati masing2
pelanggarnya (otonom).
• Ditinjau dari kekuatan mengikatnya, pelaksanaan kaidah hukum dipaksakan secara
nyata oleh kekuasaan dari luar, sedangkan pelaksanaan kaidah agama dan kesusilaan
pada asasnya tergantng pada yang bersangkutan.
• Ditinjau dari isinya kaidah hukum memberikan hak dan kewajiban (atribut dan
normatif) sedang kaidah agama dan kaidah kesusilaan hanya memberikan kewajiban saja
(normatif).
2. Perbedaan antara kaidah hukum dengan kaidah kesopanan
- Kaidah hukum memberi hak dan kewajiban, kaidah kesopanan hanya memberikan
kewajiban saja.
- Sanksi kaidah hukum dipaksakan dari masyarakat secara resmi (negara), sanksi kaidah
kesopanan dipaksakan oleh masyarakat secara tidak resmi.
3. Perbedaan antara kaidah kesopanan dengan kaidah agama dan kaidah kesusilaan
- Asal kaidah kesopanan dasri luar diri manusia, kaidah agama dan kaidah kesusilaan
berasal dari pribadi manusia
- Kaidah kesopanan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap lahir manusia, kaidah
agama dan kaidah kesusilaan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap batin manusia
- Tujuan kaidah kesopanan menertibkan masyarakat agar tidak ada korban, kaidah agama
dan kaidah kesusilaan bertujuan menyempurnakan manusia agar tidak menjadi manusia
jahat.
Ciri-ciri kaidah hukum yang membedakan dengan kaidah lainnya :
- Hukum bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara kepentingan
- Hukum mengatur perbuatan manusia yang bersifat lahiriah
- Hukum dijalankan oleh badan-badan yang diakui oleh masyarakat
- Hukum mempunyai berbagai jenis sanksi yang tegas dan bertingkat
- Hukum bertujuan untuk mencapai kedamaian (ketertiban dan ketentraman)

Mengapa kaidah hukum masih diperlukan, sementara dalam kehidupan masyarakat sudah
ada kaidah yang mengatur tingkah laku manusia dalam pergaulan hidupnya ?
Hal ini karena :
- Masih banyak kepentingan-kepentingan lain dari manusia dalam pergaulan hidup yang
memerlukan perlindungan karena belum mendapat perlindungan yang sepenuhnya dari
kaidah agama, kesusilaan dan kaidah sopan santun, kebiasaan maupun adat.
- Kepentingan-kepentingan manusia yang telah mendapat perlindungan dari kaidah-
kaidah tersebut diatas, dirasa belum cukup terlindungi karena apabila terjadi pelanggaran
terhadap kaidah tersebut akibat atau ancamannya dipandang belum cukup kuat.

BAB III
PENGERTIAN, UNSUR DAN SIFAT-SIFAT HUKUM

A. Aneka arti hukum


1. Hukum dalam arti ketentuan penguasa
Disini hukum adalah perangkat-peraturan peraturan tertulis yang dibuat oleh pemerintah
melalui badan-badan yang berwenang
2. Hukum dalam arti para petugas
Disini hukum adalah dibayangkan dalam wujud petugas yang berseragam dan bisa
bertindak terhadap orang-orang yang melakukan tindakan-tindakan yang membahayakan
warga masyarakat, seperti petugas Polisi patroli, Jaksa dan hakim dengan toganya. Disini
hukum dilihat dalam arti wujud fisik yg ditampilkan dalam gambaran orang2 yang
bertugas menegakkan hukum.
3. Hukum dalam arti sikap tindak
Yaitu hukum sebagai perilaku yang ajeg atau sikap tindak yang teratur. Hukum ini tidak
nampak seperti dalam arti petugas yang patroli, yang memeriksa orang yang mencuri atau
hakim yang mengadili, melainkan menghidup bersama dengan perilaku individu terhadap
yang lain secara terbiasa dan senantiasa terasa wajar serta rasional. Dalam hal ini sering
disebut hukum sebagai suatu kebiasaan (hukum kebiasaan). Contoh seorang mahasiswa
“A” numpang sewa kamar kepada keluarga “Z”, ia tiap bulan bayar uang yg menjadi
kewajibannya kepada “Z” sedangkan “Z” menerima haknya, disamping melakukan
kewajibannya menyediakan segala sesuatu yang diperlukan “A”. Tiap pagi “A” ke
kampus naik becak, tawar menawar, ia naik sampai ke tempat tujuan tanpa pikir ia
membayarnya. Lama kelamaan “A” mengenal tukang becak dengan baik, maka untuk
kuliah begitu melihat tukang becak segera naik tanpa pikir-pikir ia bayar, malahan
kadang2 ia hanya berkata bayarnya nanti saja sekalian seminggu. Ini dilihat dari “A” dan
masyarakat sekelilingnya dan apabila pengalaman2 semacam ini digabungkan maka
hubungan menjadi luas dan rumit, namun tetap terwujud keteraturan karena bekerjanya
hukum yang mewarnai sikap tindak atau perilaku masing2 individu dalam masyarakat
secara biasa. Disini hukum bekerja mengatur sikap tindak warga masyarakat sedemikian
rupa sehingga hukum terlihat sebagai sikap tindak yang tanpak di dalam pergaulan
sehari2, ia merupakan suatu kebiasaan (Hukum kebiasaan).

4. Hukum dalam arti sistem kaidah


adalah :
a. Suatu tata kaidah hukum yang merupakan sistem kaidah-kaidah secara hirarkis
b. Susunan kaidah-kaidah hukum yang sangat disederhanakan dari tingkat bawah ke atas
meliputi :
- Kaidah-kaidah individual dari badan2 pelaksana hukum terutama pengadilan
- Kaidah-kaidah umum didalam UU hukum atau hukum kebiasaan
- Kaidah-kaidah konstitusi
c. Sahnya kaidah2 hukum dari golongan tingkat yang lebih rendah tergantung atau
ditentukan oleh kaidah2 yang termasuk golongan tingkat yang lebih tinggi.
5. Hukum dalam arti jalinan nilai
Hukum dalam artian ini bertujuan mewujudkan keserasian dan kesinambungan antar
faktor nilai obyektif dan subyektif dari hukum demi terwujudnya nilai-nilai keadilan
dalam hubungan antara individu di tengah pergaulan hidupnya. Nilai objektif tsb
misalnya ttg baik buruk, patut dan tidak patut (umum), sedangkan nilai subjektif
memberikan keputusan bagi keadilan sesuai keadaan pada suatu tempat , waktu dan
budaya masyarakat (khusus). Inilah yg perlu diserasikan antara kepentingan publik,
kepentingan privat dan dengan kepentingan individu.
6. Hukum dalam arti tata hukum
Hukum disini adalah tata hukum atau kerapkali disebut sebagai hukum positif yaitu
hukum yang berlaku disuatu tempat, pada saat tertentu (sekarang misalnya di Indonesia).
Hukum positif tsb misalnya hukum publik (HTN, HAN, Pidana, internasional publik),
hukum privat (perdata, dagang, dll)
7. Hukum dalam ilmu hukum
Disini hukum berarti ilmu tentang kaidah atau normwissenschaft atau sallenwissenschaft
yaitu ilmu yang menelaah hukum sebagai kaidah atau sistem kaidah-kaidah, dengan
dogmatik hukum dan sistematik hukum. Dalam arti ini hukum dilihatnya sebagai ilmu
pengetahuan atau science yang merupakan karya manusia yang berusaha mencari
kebenaran tentang sesuatu yang memiliki ciri-ciri, sistimatis, logis, empiris, metodis,
umum dan akumulatif.
• Normwissenschaft adalah ilmu pengetahuan tentang kaidah/norma
• Sollenwissenschaft adalah ilmu pengetahuan tentang seharusnya.

8. Hukum dalam arti disiplin hukum atau gejala sosial


Dalam hal ini hukum sebagai gejala dan kenyataan yang ada ditengah masyarakat. Secara
umum disiplin hukum menyangkut ilmu hukum ((ilmu pengertian, ilmu kaidah dan ilmu
kenyataan), politik hukum dan filsafat hukum (ketiganya akan dibicarakan dimuka).
Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menelaah hukum. Ilmu hukum
mencakup dan membicarakan segala hal yang berhubungan dengan hukum. Ilmu hukum
objeknya hukum itu sendiri.
Politik hukum adalah mencakup kegiatan2 mencari dan memilih nilai2 dan menerapkan
nilai2 tersebut bagi hukum dalam mencapai tujuannya.
Filsafat hukum adalah perenungan dan perumusan nilai2, juga mencakup penyesuaian
nilai2, misalnya penyerasian antara ketertiban dengan ketentraman, antara kebendaan
dengan keakhlakan dan antara kelanggengan dan pembaharuan.
Ilmu tentang pengertian hukum (begriffeissenschaft) yg dibahas adalah :
1. Masyarakat hukum
2. Subyek hukum
3. Objek hukum
4. Hubungan hukum (peristiwa hukum)
5. Hak dan kewajiban
Ilmu tentang kaidah (Normwiseenschaft) yg dibahas adalah
1. Perumusan norma/kaidah hukum
2. Apa yg dimaksud kaidah abstrak dan konkret
3. Isi dan sifat kaidah hukum
4. Esensialia kaidah hukum
5. Tugas dan kegunaan kaidah hukum
6. Pernyataan dan tanda pernyataan kaidah hukum
7. Penyimpangan terhadap kaidah hukum
8. Berlakunya kaidah hukum
Ilmu tentang kenyataan (taatsashenwissenschaft) hukum yang dibahasa adalah :
1. Sejarah hukum
2. Sosiologi hukum
3. Psikologi
4. Perbandingan hukum
5. Antropologi hukum
Nilai2 dasar hukum (Radbruch) :
1. Keadilan
2. Kemamfaatan/kegunaan
3. Kepastian hukum

B. Berbagai Definisi Hukum :

Begitu banyak definisi hukum dikemukakan oleh ilmuan hukum yang tentu saja sangat
berguna dalam hal berikut :
1. Berguna sebagai pegangan awal bagi orang yang ingin mempelajari hukum,
khususnya bagi kalangan pemula.
2. Berguna bagi kalangan yang ingin lebih jauh memperdalam teori hukum, ilmu
hukum, filsafat hukum dan sebagainya.

Arnold (Achmad Ali, 1996 : 27) salah seorang sosiolog, mengakui bahwa dalam
kenyataan hukum memang tidak akan pernah dapat didefinisikan secara lengkap, jelas
dan tegas. Sehingga sampai sekarang ini tidaka da kesepakatan bersama tentang definisi
hukum. Namun Arnold juga menyadari bahwa bagaimanapun para juris tetap akan terus
berjuang mencari bagaimana hukum didefinisikan sebab definisi hukum merupakan
bagian yang substansial dalam meberi arti keberadaan hukum sebagai ilmu. Hukum juga
merupakan sesuatu yang rasional dan dimungkinkan untuk dibuatkan definisi sebagai
penghormatan para juris terhadap eksistensi hukum.

Sebagai pegangan bagi mahasiswa atau bagi orang yang baru belajar hukum, perlu ada
definisi hukum sebagai pegangan dalam mencoba mengetahui dan memahami hukum
baik secara praktis maupun secara formil

Berikut beberapa definisi hukum yang dikemukakan para ahli hukum (juris) berdasarkan
aliran atau paham yang dianutnya :

1. Van Apeldoorn, hukum itu banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak
mungkin menyatakanya dalam (satu) rumusan yang memuaskan.

2. I Kisch, oleh karena hukum itu tidak dapat ditangkap oleh panca indera maka sukarlah
untuk membuat definisi tentang hukum yang memuaskan.

3. Lemaire, hukum yang banyak seginya dan meliputi segala macam hal itu
menyebabkan tak mungkin orang membuat suatu definisi apapun hukum itu sebenarnya.

4. Grotius, hukum adalah aturan-aturan tingkah laku yang dibuat menjadi kewajiban
melalui sanksi-sanksi yang djatuhkan terhadap setiap pelanggaran dan kejahatan melalui
suatu otoritas pengendalian.

5. Aristoteles, hukum adalah sesuatu yang berbeda daripada sekadar mengatur dan
mengekpresikan bentuk dari kontitusi dan hukum berfungsi untuk mengatur tingkah laku
hakim dan putusannya di pengadilan untk menjatuhkan hukuman terhadap pelangggar.

6. Schapera, hukum adalah setiap aturan tingkah laku yang mungkin diselenggarakan
oleh pengadilan.

7. Paul Bohannan, hukum adalah merupakan himpunan kewajiban yang telah


dilembagakan kembali dalam pranata hukum.
8. Pospisil, hukum adalah aturan-aturan tingkah laku yang dibuat menjadi kewajiban
melalui sanksi-sanksi yang dijatuhkan terhadap setiap pelanggaran dan kejahatan melalui
suatuotoritas pengendalian.

9. Karl von savigny, hukum adalah aturan yang tebentuk melalui kebiasaan dan perasaan
kerakyatan, yaitu melalui pengoperasian kekuasaan secara diam-diam. Hukum berakar
pada sejarah manusia, dimana akarnya dihidupkan oleh kesadaran, keyakinan dan
kebiasaan warga masyarakat.

10. Marxist, hukum adalah suatu pencerminan dari hubungan umum ekonomis dalam
masyarakat pada suatu tahap perkembangan tertentu.

11. John Austin, melihat hukum sebagai perangkat perintah, baik langsung maupun tidak
langsung dari pihak yang berkuasa kepada warga rakyatnya yang merupakan masyarakat
politik yang independen, dimana otoritasnya (pihak yang berkuasa) meruipakan otoritas
tertinggi.

Kelemahan pandangan John Austin sebagai berikut :

1. Hukum dilihat semata-mata sebagai kaidah bersanksi yang dibuat dan diberlakukan
oleh negara, padahal di dalam kenyataannya kaidah tersebut belum tentu berlaku.

2. Undang-undang yang dibuat oleh negara, hanya salah satu sumber-sumber hukum

3. Hanya warga masyarakat yang dilihat sebagai subjek hukum, padahal dalam
kenyataannya dikenal pula adanya hukum tata negara, hukum administrasi negara, dsb.

12. Hans Kelsen, hukum adalah suatu perintah terhadap tingkah laku manusia. Hukum
adalah kaidah primer yang menetapkan sanksi-sanksi. 13 Paul 13. Scholten, hukum
adalah suatu petunjuk tentang apa yang layak dilakukan dan apa yang tidak layak untuk
dilakukan yang bersifat perintah.

14. van Kan, hukum adalah keseluruhan aturan hidup yang bersifat memaksa untuk
melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat.

15. Eugen Ehrlich (Jerman), sesuatu yang berkaitan denagan fungsi kemasyarakatan
dan memandang sumber hukum hanya dari legal history and jurisprudence dan living
law (hukum yang hidup didalam masyarakat).

16. Bellefroid, hukum adalah kaidah hukum yang berlaku dimasyarakat yang mengatur
tata tertib masyarakat dan didasarkan atas kekuasaan yang ada di dalam masyarakat.

17. Holmes (HakimAmerika Serikat), hukum adalah apa yang dikerjakan dan diputuskan
oleh pengadilan.
18. Salmond, hukum adalah kumpulan-kumpulan asas-asas yang diakui dan diterapkan
oleh negara di dalam pengadilan.

19. Roscoe Pound, hukum itu dibedakan dalam arti :

1. Hukum dalam arti sebagai tata hukum, mempunyai pokok bahasan :

- hubungan antara manusia denagan individu lainnya

- tingkah laku para individu yang mempengaruhi individu lainnya.

2. Hukum dalam arti kumpulan dasar-dasar kewenangan dari putusan-putusan pengadilan


dan tindakan administrasi. Pandangan Roscoe Pound tergolong dalam aliran sosiologis
dan realis.

20. Liwellyn, hukum adalah apa yang diputuskan oleh seorang hakim tentang suatu
persengketaan adalah hukum itu sendiri.

21. Drs. E. Utrecht, SH, Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah


dan larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus
ditaati oleh masyarakat itu.

22. SM. Amin, SH, Hukum adalah kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma
dan sanksi-sanksi.

23. J.C.T. Simorangkir, SH & Woerjono Sastroparnoto, Hukum adalah peraturan-


peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam
lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran
mana terhadap peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan yaitu hukuman
tertentu

24. M.H. Tirtaatmidjaja, SH

Hukum adalah semua aturan (norma yang harus diturut dalam tingkah laku tindakan-
tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian —- jika
melanggar aturan-aturan itu akan membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya
orang akan kehilangan kemerdekaannya, di denda dsb.

25. Van Vollenhoven (Het adatrecht van Nederlandsche Indie), Hukum adalah suatu
gejala dalam pergaulan hidup yang bergejolak terus menerus dalam keadaan bentur
membentur tanpa henti-hentinya dengan gejala lainnya.

26. Wirjono Prodjodikoro, hukum adalah rangkaian peraturan2 mengenai tingkah laku
orang-orang sebagai anggota suatu masyarakat.
27. Soerojo Wignjodipoero, hukum adalah himpunan peraturan2 hidup yang bersifat
memaksa, berisikan suatu perintah, larangan atau perizinan untuk bebruat tidak bebruat
sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

C. Isi kaidah hukum :

Ditinjau dari segi isinya kaidah hukum dapat dibagi menjadi tiga :
1. Berisi tentang perintah, artinya kaidah hukum tersebut mau tidak mau harus dijalankan
atau ditaati, misalnya ketentuan syarat sahnya suatu perkawinan, ketentuan wajib pajak
dsb.
2. Berisi larangan, yaitu ketentuan yang menghendaki suatu perbuatan tidak boleh
dilakukan misalnya dilarang mengambil barang milik orang lain, dilarang bersetubuh
dengan wanita yang belum dinikahi secara sah dsb.
3. Berisi perkenan, yaitu ketentuan yang tidak mengandung perintah dan larangan
melainkan suatu pilihan boleh digunakan atau tidak, namun bila digunakan akan
mengikat bagi yang menggunakannya, misalnya mengenai perjanjian perkawinan, pada
waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan kedua belah pihak atas persetujuan
bersama dapat mengadakan perjanjian tertulis yang disahkan oleh pegawai pencatat
perkawinan. Ketentuan ini boleh dilakukan boleh juga tidak dilaksanakan.

Unsur-unsur kaidah hukum :


Dari beberapa perumusan tentang hukum yang diberikan para sarjana hukum Indonesia
diatas, dapatlah disimpulkan bahwa kaidah hukum itu meliputi beberapa unsur yaitu :
a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
b. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
c. Peraturan itu bersifat memaksa
d. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas

BAB IV

TUJUAN, FUNGSI DAN SUMBER-SUMBER HUKUM

A. Tujuan hukum menurut teori

1. Teori etis (etische theorie)

Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan.
Menurut teori ini, isi hukum semata-mata harus ditentukan oleh kesadaran etis kita
mengenai apa yang adil dan apa yang tidak adil. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh
Aristoteles filsuf Yunani dalam bukunya Ethica Nicomachea dan Rhetorica yang
menyatakan ”hukum mempunyai tugas yang suci yaitu memberi kepada setiap orang
yang berhak menerimanya”. Selanjutnya Aristoteles membagi keadilan dalam 2 jenis,
yaitu :

1. Keadilan distributif, yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah
menurut jasanya. Artinya, keadilan ini tidak menuntut supaya setiap orang
mendapat bagian yang sama banyaknya atau bukan persamaannya, melainkan
kesebandingan berdasarkan prestasi dan jasa seseorang.
2. Keadilan komutatif, yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah
yang sama banyaknya tanpa mengingat jasa masing-masing. Artinya hukum
menuntut adanya suatu persamaan dalam memperoleh prestasi atau sesuatu hal
tanpa memperhitungkan jasa masing-masing.

Keadilan menurut Aristoteles bukan berarti penyamarataan atau tiap-tiap orang


memperoleh bagian yg sama.

2. Teori utilitas (utiliteis theorie)

Menurut teori ini, tujuan hukum ialah menjamin adanya kemamfaatan atau kebahagiaan
sebanyak-banyaknya pada orang sebanyak-banyaknya. Pencetus teori ini adalah Jeremy
Betham. Dalam bukunya yang berjudul “introduction to the morals and legislation”
berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-mata apa yang
berfaedah/mamfaat bagi orang.

Apa yang dirumuskan oleh Betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang
berfaedah dan tidak mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit. Sulit bagi kita
untuk menerima anggapan Betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas,
bahwa apa yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain
apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka dia akan menggeser nilai keadilan
kesamping, dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum
itu, hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan.

3. Teori campuran

Teori ini dikemukakan oleh Muckhtar Kusmaatmadja bahwa tujuan pokok dan pertama
dari hukum adalah ketertiban. Di samping itu tujuan lain dari hukum adalah tercapainya
keadilan yang berbeda-beda isi dan ukurannya menurut masyarakat dan zamannya.

4.Teori normatif-dogmatif, tujuan hukum adalah semata-mata untuk menciptakan


kepastian hukum (John Austin dan van Kan). Arti kepastian hukum disini adalah adanya
melegalkan kepastian hak dan kewajiban.

Van Kan berpendapat tujuan hukum adalah menjaga setiap kepentingan manusia agar
tidak diganggu dan terjaminnya kepastiannya.

5. Teori Peace (damai sejahtera)

Menurut teori ini dalam keadaan damai sejahtera (peace) terdapat kelimpahan, yang kuat
tidak menindas yang lemah, yang berhak benar-benar mendapatkan haknya dan adanya
perlindungan bagi rakyat. Hukum harus dapat menciptakan damai dan sejahtera bukan
sekedar ketertiban.
B. Tujuan hukum menurut pendapat ahli :
1. Purnadi dan Soejono Soekanto, tujuan hukum adalah kedamaian hidup antar pribadi
yang meliputi ketertiban ekstern antar pribadi dan ketenangan intern pribadi
2. van Apeldoorn, tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup manusia secara damai.
Hukum menghendaki perdamaian. Perdamain diantara manusia dipertahankan oleh
hukum dengan melindungi kepentingan-kepentingan hukum manusia tertentu,
kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta benda terhadap pihak yg merugikan.
3. R. Soebekti, tujuan hukum adalah bahwa hukum itu mengabdi kepada tujuan negara
yaitu mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan para rakyatnya. Hukum melayani
tujuan negara tersebut dengan menyelenggarakan “keadilan” dan “ketertiban”.
4.Aristoteles, hukum mempunyai tugas yang suci yaitu memberi kepada setiap orang
yang ia berhak menerimanya. Anggapan ini berdasarkan etika dan berpendapat bahwa
hukum bertugas hanya membuat adanya keadilan saja.
5. SM. Amin, SH tujuan hukum adalah mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia,
sehingga keamanan dan ketertiban terpelihara.

6.Soejono Dirdjosisworo, tujuan hukum adalah melindungi individu dalam hubngannya


dengan masyarakat, sehingga dengan demikian dapat diiharapkan terwujudnya keadaan
aman, tertib dan adil

7. Roscoe Pound, hukum bertujuan untuk merekayasa masyarakat artinya hukum sebagai
alat perubahan sosial (as a tool of social engeneering), Intinya adalah hukum disini
sebagai sarana atau alat untuk mengubah masyarakat ke arah yang lebih baik, baik secara
pribadi maupun dalam hidup masyarakat.

8.Bellefroid, tujuan hukum adalah menambah kesejahteraan umum atau kepentingan


umum yaitu kesejahteraan atau kepentingan semua anggota2 suatu masyarakat.
9.Van Kant, hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap2 manusia supaya kepentingan itu
tidak dapat diganggu
10.Suharjo (mantan menteri kehakiman), tujuan hukum adalah untuk mengayomi
manusia baik secara aktif maupun secara pasif. Secara aktif dimaksudkan sebagai upaya
untuk menciptakan suatu kondisi kemasyarakatan yang manusia dalam proses yang
berlangsung secara wajar. Sedangkan yang dimaksud secara pasif adalah mengupayakan
pencegahan atas upaya yang sewenang-wenang dan penyalahgunaan hak secara tidak
adil.
Usaha mewujudkan pengayoman ini termasuk di dalamnya diantaranya :
- mewujudkan ketertiban dan keteraturan
- mewujudkan kedamaian sejati
- mewujudkan keadilan bagi seluruh masyarakat
- mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat

Kesimpulan Tujuan Hukum :


1. Tujuan hukum itu sebenarnya menghendaki adanya keseimbangan kepentingan,
ketertiban, keadilan, ketentraman, kebahagiaan,damani sejahtera setiap manusia.
2. Dengan demikian jelas bahwa yang dikehendaki oleh hukum adalah agar kepentingan
setiap orang baik secara individual maupun kelompok tidak diganggu oleh orang atau
kelompok lain yang selalu menonjolkan kepentingan pribadinya atau kepentingan
kelompoknya.
3. Inti tujuan hukum adalah agar tercipta kebenaran dan keadilan

C. Fungsi Hukum
1. Hukum berfungsi sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat. Hukum sbg
petunjuk bertingkah laku untuk itu masyarakat harus menyadari adanya perintah dan
larangan dalam hukum sehingga fungsi hukum sebagai alat ketertiban masyarakat dapat
direalisir.
2. Hukum sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin. Hukum yg
bersifat mengikat, memaksa dan dipaksakan oleh alat negara yang berwenang membuat
orang takut untuk melakukan pelanggaran karena ada ancaman hukumanya (penjara, dll)
dan dapat diterapkan kepada siapa saja. Dengan demikian keadilan akan tercapai.
3. Hukum berfungsi sebagai alat penggerak pembangunan karena ia mempunyai daya
mengikat dan memaksa dapat dimamfaatkan sebagai alat otoritas untuk mengarahkan
masyarakat ke arah yg maju.
4. Hukum berfungsi sebagai alat kritik. Fungsi ini berarti bahwa hukum tidak hanya
mengawasi masyarakat semata-mata tetapi berperan juga untuk mengawasi pejabat
pemerintah, para penegak hukum, maupun aparatur pengawasan sendiri. Dengan
demikian semuanya harus bertingkah laku menurut ketentuan yg berlaku dan masyarakt
pun akan merasakan keadilan.
5. Hukum berfungsi sebagai sarana untuk menyelesaikan pertingkaian. Contoh kasus
tanah.

D. Sumber-sumber hukum :
1.Pengertian sumber hukum
Sumber hukum adalah segala apa saja (sesuatu) yang menimbulkan aturan-aturan yg
mempunyai kekuatan mengikat dan bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau
dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya.
Yang dimaksud dengan segala apa saja (sesuatu) yakni faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap timbulnya hukum, faktor-faktor yang merupakan sumber kekuatan berlakunya
hukum secara formal, darimana hukum itu dapat ditemukan. dsb.
Kansil , SH sumber hukum adalah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang
mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa yakni aturan2 yang kalau dilanggar
mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.
Meskipun pengertian sumber hukum dipahami secara beragam, sejalan dengan
pendekatan yang digunakan dan sesuaio dengan latar belakang dan pendidikannya, secara
umum dapat disebutkan bahwa sumber hukum dipakai orang dalam dua arti. Arti yang
pertama untuk menjawab pertanyaan “mengapa hukum itu mengikat ?” Pertanyaan ini
bisa juga dirumuskan “apa sumber (kekuatan) hukum hingga mengikat atau dipatuhi
manusia”. Pengertian sumber dalam arti ini dinamakan sumbe hukum dalam arti materiil.
Kata sumber juga dipakai dalam arti lain, yaitu menjawab pertanyaan “dimanakah kita
dapatkan atau temukakan aturan-aturan hukum yanmg mengatur kehidupan kita itu ?”
Sumber dalam arti kata ini dinamakan sumber hukum dalam arti formal”. Secara
sederhana, sumbe rhukum adalah segala ssuatu yangd apat menimbulkan aturan hukum
serta tempat ditemukakannya aturan-aturan hukum.
2. Macam-macam sumber hukum
Sebagaimana diuraikan diatas ada 2 sumber hukum yatu sumber hukum dalam arti
materil dan formil.
a. Sumber hukum materiil
Sumber hukum materiil adalah faktor yg turut serta menentukan isi hukum. Dapat
ditinjau dari berbagai sudut misalnya sudut ekonomi, sejarah, sosiologi, filsafat, agama,
dll. Dalam kata lain sumber hukum materil adalah faktor-faktor masyarakat yang
mempengaruhi pembentukan hukum (pengaruh terhadap pembuat UU, pengaruh terhadap
keputusan hakim, dsb). Atau faktor yang ikut mempengaruhi materi (isi) dari aturan-
aturan hukum, atau tempat darimana materi hukum tiu diambil. Sumber hukum materil
ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum.
Faktor tersebut adalah faktor idiil dan faktor kemasyarakatan.
Faktor idiil adalah patokan-patokan yang tetap mengenai keadilan yang harus ditaati oleh
para pembentuk UU ataupun para pembentuk hukum yang lain dalam melaksanakan
tugasnya.
Faktor kemasyarakatan adalah hal-hal yang benar-benar hidup dalam masyarakat dan
tunduk pada aturan-aturan yang berlaku sebagai petunjuk hidup masyarakat yang
bersangkutan. Contohnya struktur ekonomi, kebiasaan, adat istiadat, dll
Dalam berbagai kepustakan hukum ditemukan bahwa sumber hukum materil itu terdiri
dari tiga jenis yaitu (van Apeldoorn) :
1) sumber hukum historis (rechtsbron in historischezin) yaitu tempat kita dapat
menemukan hukumnya dalam sejarah atau dari segi historis. Sumber hukum ini dibagi
menjadi :
a) Sumber hukum yg merupakan tempat dapat ditemukan atau dikenal hukum secara
historis : dokumen-dokumen kuno, lontar, dll.
b) Sumber hukum yg merupakan tempat pembentuk UU mengambil hukumnya.
2) sumber hukum sosiologis (rechtsbron in sociologischezin) yaitu Sumber hukum dalam
arti sosiologis yaitu merupakan faktor-faktor yang menentukan isi hukum positif, seperti
misalnya keadaan agama, pandangan agama, kebudayaan dsb.
3) sumber hukum filosofis (rechtsbron in filosofischezin) sumber hukum ini dibagi lebih
lanjut menjadi dua :
a) Sumber isi hukum; disini dinyatakan isi hukum asalnya darimana.
Ada tiga pandangan yang mencoba menjawab pertanyaan ini yaitu :
- pandangan theocratis, menurut pandangan ini hukum berasal dari Tuhan
- pandangan hukum kodrat; menurut pandangan ini isi hukum berasal dari akal manusia
- pandangan mazhab hostoris; menurut pandangan isi hukum berasal dari kesadaran
hukum.
b). Sumber kekuatan mengikat dari hukum yaitu mengapa hukum mempuyai kekuatan
mengikat, mengapa kita tunduk pada hukum

b. Sumber hukum formal


Sumber hukum formal adalah sumber hukum dengan bentuk tertentu yang merupakan
dasar berlakunya hukum secara formal. Jadi sumber hukum formal merupakan dasar
kekuatan mengikatnya peraturan-peraturan agar ditaati oleh masyarakat maupun oleh
penegak hukum.
Apa beda antara undang-undang dengan peraturan perundang-undangan ? Undang-
undang dibuat oleh DPR persetujuan presiden, sedangkan peraturan perundang-undangan
dibuat berdasarkan wewenang masing-masing pembuatnya, seperti PP, dll atau
Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga
negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum (Pasal 1 ayat 2 UU No.
10 tahun 2004)

Macam-macam sumber hukum formal :

A. Undang-undang, yaitu suatu peraturan negara yang mempunyai kekuatan hukum


yang mengikat diadakan dan dipelihara oleh penguasa negara

Menurut Buys, Undang-Undang itu mempunyai 2 arti :

• Dalam arti formil, yaitu setiap keputusan pemerintah yang merupakan UU karena
cara pembuatannya (misalnya, dibuat oleh pemerintah bersama-sama dengan
parlemen)
• Dalam arti material, yaitu setiap keputusan pemerintah yang menurut isinya
mengikat setiap penduduk.

Menurut UU No. 10 tahun 2004 yang dimaksud dengan UU adalah peraturan perundang-
undangan yang dibentuk oleh DPR dengan persetujuan bersama Presiden (pasal 1 angka
3)

Syarat berlakunya ialah diundangkannya dalam lembaran negara (LN = staatsblad) dulu
oleh Menteri/Sekretaris negara. Sekarang oleh Menkuhham (UU No. 10 tahun 2004).
Tujuannya agar setiap orang dapat mengetahui UU tersebut (fictie=setiap orang dianggap
tahu akan UU = iedereen wordt geacht de wet te kennen, nemo ius ignorare consetur= in
dubio proreo, latin).

Konsekuensinya adalah ketika seseorang melanggar ketentuan hukum tidak boleh


beralasan bahwa ketentuan hukum itu tidak diketahuinya. Artinya apabila suatu ketentuan
perundang-undangan itu sudah diberlakukan (diundangkan) maka dianggap (difiksikan)
bahwa semua orang telah mengetahuinya dan untuk itu harus ditaati.

Berakhirnya/tidak berlaku lagi jika :


a. Jangka waktu berlakunya telah ditentukan UU itu sudah lampau
b. Keadaan atau hal untuk mana UU itu diadakan sudah tidak ada lagi .
c. UU itu dengan tegas dicabut oleh instansi yang membuat atau instansi yang lebih
tinggi.
d. Telah ada UU yang baru yang isinya bertentangan atau berlainan dgn UU yg dulu
berlaku.

Lembaran negara (LN) dan berita negara :


LN adalah suatu lembaran (kertas) tempat mengundangkan (mengumumkan) semua
peraturan negara dan pemerintah agar sah berlaku. Penjelasan daripada suatu UU dimuat
dlm tambahan LN, yg mempunyai nomor urut. LN diterbitkan oleh Menteri sekretaris
negara, yg disebut dgn tahun penerbitannya dan nomor berurut, misalnya L.N tahun 1962
No. 1 (L.N.1962/1)
Berita negara adalah suatu penerbitan resmi sekretariat negara yg memuat hal-hal yang
berhubungan dengan peraturan-peraturan negara dan pemerintah dan memuat surat-surat
yang dianggap perlu seperti : Akta pendirian PT, nama orang-orang yang dinaturalisasi
menjadi WNI, dll,
Catatan : Jika berkaitan dengan peraturan daerah diatur dalam lembaran daerah

Kekuatan berlakunya undang-undang :


• UU mengikat sejak diundangkan berarti sejak saat itu orang wajib mengakui
eksistensinya UU.
• Sedangkan kekuatan berlakunya UU berarti sudah menyangkut berlakunya UU secara
operasional.
• Agar UU mempunyai kekuatan berlaku ahrus memenuhi persyaratan yaitu 1). Kekuatan
berlaku yuridis, 2). Kekuatan berlaku sosiologis dan, 3) kekuatan berlaku fiolosofis.
• Hal ini akan dibahas pada bab selanjutnya.

Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut (Pasal 7 UU No.
10/2004) :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
3. Peraturan Pemerintah;
4. Peraturan Presiden;
5. Peraturan Daerah (propinsi, kabupaten, desa)

B. Kebiasaan (custom)
Kebiasaan adalah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal
yang sama. Apabila suatu kebiasaan tertentu diterima oleh masyarakat dan kebiasaan itu
selalu berulang-ulang dilakukan sedemikan rupa, sehingga tindakan yang berlawanan
dengan kebiasaan itu dirasakan sebagai pelanggaran perasaan hukum, maka dengan
demikian timbullah suatu kebiasaan hukum, yang oleh pergaulan hidup dipandang
sebagai hukum.
Contoh apabila seorang komisioner sekali menerima 10 % dari hsil penjualan atau
pembelian sebagai upah dan hal ini terjadi berulang dan juga komisioner yg lainpun
menerima upah yang sama yaitu 10 % maka oleh karena itu timbul suatu kebiasaan yg
lambat laun berkembang menjadi hukum kebiasaan.
Namun demikian tdk semua kebiasaan itu pasti mengandung hukum yg baik dan adil oleh
sebab itu belum tentu kebiasaan atau adat istiadat itu pasti menjadi sumber hukum
formal.
Adat kebiasaan tertentu di daerah hukum adat tertentu yg justru sekarang ini dilarang
untuk diberlakukan karena dirasakan tidak adil dan tidak berperikemanusiaan sehingga
bertentangan denagan Pancasila yang merupakan sumber dari segala sumber hukum,
misalnya jika berbuat susila/zinah, perlakunya ditelanjangi kekeliling kampung.

Untuk timbulnya hukum kebiasaan diperlukan beberapa syarat :


1. Adanya perbuatan tertentu yg dilakukan berulang2 di dalam masyarakat tertentu
(syarat materiil)
2. Adanya keyakinan hukum dari masyarakat yang bersangkutan (opinio necessitatis =
bahwa perbuatan tsb merupakan kewajiban hukum atau demikianlah seharusnya) = syarat
intelektual
3. Adanya akibat hukum apabila kebiasaan itu dilanggar.
Selanjutnya kebiasaan akan menjadi hukum kebiasaan karena kebiasaan tersebut
dirumuskan hakim dalam putusannya. Selanjutnya berarti kebiasaan adalah sumber
hukum.
Kebiasaan adalah bukan hukum apabila UU tidak menunjuknya (pasal 15 AB =
(Algemene Bepalingen van Wetgeving voor Indonesia = ketentuan2 umum tentang
peraturan per UU an untuk Indonesia
Disamping kebiasaan ada juga peraturan yang mengatur tata pergaulan masyarakat yaitu
adat istiadat. Adat istiadat adalah himpunan kaidah sosial yang sudah sejak lama ada dan
merupakan tradisi serta lebih banyak berbau sakral, mengatur tata kehidupan masyarakat
tertentu. Adat istiadat hidup dan berkembang di masyarakat tertentu dan dapat menjadi
hukum adat jika mendapat dukungan sanksi hukum. Contoh Perjanjian bagi hasil antara
pemilik sawah dengan penggarapnya. Kebiasaan untuk hal itu ditempat atau wilayah
hukum adat tertentu tidak sama dengan yang berlaku di masyarakat hukum adat yang
lain. Kebiasaan dan adat istiadat itu kekuatan berlakunya terbatas pada masyarakat
tertentu.

C. Jurisprudensi (keputusan2 hakim)


Adalah keputusan hakim yang terdahulu yag dijadikan dasar pada keputusan hakim lain
sehingga kemudian keputusan ini menjelma menjadi keputusan hakim yang tetap
terhadap persoalan/peristiwa hukum tertentu.
Seorang hakim mengkuti keputusan hakim yang terdahulu itu karena ia sependapat dgn
isi keputusan tersebut dan lagi pula hanya dipakai sebagai pedoman dalam mengambil
sesuatu keputusan mengenai suatu perkara yang sama.
Ada 2 jenis yurisprudensi :

1. Yurisprudensi tetap keputusan hakim yg terjadi karena rangkaian keputusan yang


serupa dan dijadikan dasar atau patokanuntuk memutuskan suatu perkara (standart
arresten)
2. Yurisprudensi tidak tetap, ialah keputusan hakim terdahulu yang bukan standart
arresten.

D.Traktat (treaty)
Traktat adalah perjanjian yang diadakan oleh 2 negara atau lebih yang mengikat tidak
saja kepada masing-masing negara itu melainkan mengikat pula warga negara-negara dari
negara-negara yang berkepentingan.
Macam-macam Traktat :
a. Traktat bilateral, yaitu traktat yang diadakan hanya oleh 2 negara, misalnya perjanjian
internasional yang diadakan diadakan antara pemerintah RI dengan pemerintah RRC
tentang “Dwikewarganegaraan”.
b.Traktat multilateral, yaitu perjanjian internaisonal yang diikuti oleh beberapa negara,
misalnya perjanjian tentang pertahanan negara bersama negara-negara Eropa (NATO)
yang diikuti oleh beberapa negara Eropa.

E. Perjanjian (overeenkomst) adalah suatu peristiwa dimana dua orang atau lebih saling
berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan tertentu. Para pihak yang telah
saling sepakat mengenai hal-hal yang diperjanjikan, berkewajiban untuk mentaati dan
melaksanakannya (asas (pact sunt servanda).
F. Pendapat sarjana hukum (doktrin)
Pendapat sarjanan hukum (doktrin) adalah pendapat seseorang atau beberapa orang
sarjana hukum yang terkenal dalam ilmu pengetahuan hukum. Doktrin ini dapat menjadi
dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusannya.

Sumber hukum menurut Algra :


1. Sumber materiil, yaitu tempat darimana materi hukum itu diambil. Sumber hukum
materiil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum, misalnya hubungan
sosial, hubungan kekuatan politik, situasi sosial ekonomi, kebudayaan, agama, keadaan
geografis, dsb.
2. Sumber hukum formil, yaitu tempat atau sumber dari mana suatu peraturan
memperoleh kekuatan hukum. Ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan
peraturan hukum itu formal berlaku, misalnya UU, perjanjian antar negara, yurisprudensi
dan kebiasaan.

Sumber hukum menurut Ahmad Sanusi :


1. Sumber hukum normal :
a.Sumber hukum normal yang langsung atas pengakuan UU yaitu, UU, perjanjian antar
negara dan kebiasaan.
b. Sumber hukum normal yang tidak langsung atas pengakuan UU, yaitu perjanjian
doktrin dan yurisprudensi.
2. Sumber hukum abnormal yaitu :
a. Proklamasi
b. Revolusi
c. Coup d’etat

Sumber hukum menurut van Apeldoorn :


1. Sumber hukum dalam arti historis, yaitu tempat kita dapat menemukan hukumnya
dalam sejarah atau dari segi historis. Sumber hukum ini dibagi menjadi :
a. Sumber hukum yg merupakan tempat dapat ditemukan atau dikenal hukum secara
historis : dokumen-dokumen kuno, lontar, dll.
b. Sumber hukum yg merupakan tempat pembentuk UU mengambil hukumnya.
2. Sumber hukum dalam arti sosiologis yaitu merupakan faktor-faktor yang menentukan
isi hukum positif, seperti misalnya keadaan agama, pandangan agama, kebudayaan dsb.
3. Sumber hukum dalam arti filosofis, sumber hukum ini dibagi lebih lanjut menjadi dua :
a. Sumber isi hukum; disini dinyatakan isi hukum asalnya darimana.
Ada tiga pandangan yang mencoba menjawab pertanyaan ini yaitu :
- pandangan theocratis, menurut pandangan ini hukum berasal dari Tuhan
- pandangan hukum kodrat; menurut pandangan ini isi hukum berasal dari akal manusia
- pandangan mazhab hostoris; menurut pandangan isi hukum berasal dari kesadaran
hukum.
b. Sumber kekuatan mengikat dari hukum yaitu mengapa hukum mempuyai kekuatan
mengikat, mengapa kita tunduk pada hukum
4. Sumber hukum dalam arti formil, yaitu sumber hukum dilihat dari cara terjadinya
hukum positif merupakan fakta yang menimbulkan hukum yang berlaku yang mengikat
hakim dan penduduk.

,,,BERSAMBUNG ke V tentang PENGERTIAN DASAR / KONSEP DALAM


HUKUM

DAFTAR BACAAN / LITERATUR

- Kansil, SH, Drs “ Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia”, Balai Pustaka

- Soerojo Wignjodipoero, SH. Dr. Prof “Pengantar Ilmu Hukum”, Alumni Bandung

- Soedjono Dirdjosisworo, SH. Dr. “Pengantar Ilmu Hukum” Rajagrafindo, Jakarta

- Sudarsono, SH. Drs. “ Pengantar Ilmu Hukum”, Rineka Cipta, Jakarta

- Riduan Syahrani, SH. “Rangkuman Intisari Ilmu Hukum” Citra Aditya Bakti, Bandung

- Satjipto Rahardjo, SH.,Dr. Prof. “Ilmu Hukum”, Alumni Bandung.

- Peter Mahmud Marzuki, SH, MS, LLM, Dr, Prof, “Pengantar Ilmu Hukum”, Kencana
Pranada Media Group, Jakarta

- Van Apeldooren, Prof. Mr.L.j, “Pengantar Ilmu Hukum”, Pradnya Paramita, Jakarta

- Van Kan, Prof. Mr. J & Prof. Mr. J.H. Beckhuis, “Pengantar Ilmu Hukum”, PT
Pembangunan, Jakarta

- Sudikno Mertokusumo, SH, Dr. Prof. “Mengenal Hukum”, Liberty, Yogyakarta

- Ramli Zein, SH., MS, “Pengantar Ilmu Hukum”, UIR Press, Pekanbaru

- J.B. Daliyo, SH, 2001, “Pengantar Ilmu Hukum : panduan untuk mahasiswa”,
Prenhalindo, Jakarta

- Marwan M as, SH, MH, Pengantar Ilmu Hukum, Ghalia Indonesi

- Abdurraoef, Dr, SH, “Alquran dan Ilmu Hukum”, Bulan Bintang, Jakarta

- Algra, Mr, N.E, en K. van Duyvendijk Mr, “Mula Hukum”, Binacipta


- Subhi Mahmasani, Dr, 8”, Filsafat Hukum Dalam Islam”, PT Al Ma’arif, Bandung

- Utrecht, Mr, E, “Pengantar Dalam Hukum Indonesia”, Ichtiar, Jakarta

- Burggink Mr, Drs, Alih Bahasa Arief Sidharta, SH, “Refleksi Tentang Hukum”, PT.
Aditya Bakti, Bandung,

- HR. Otje Salman. S. SH, Dr. Prof dan Anton F. Susanto, SH., M.Hum “Teori
Hukum”, Refika Aditama, Bandung

- Chainur Arrasjid, SH, 1988, “Pengantar Ilmu Hukum”, Yani Coprporation, Medan

- Yulies Triana Masriani, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar grafika

- Ishaq, SH, M.Hum, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinargrafika

- As’ad Sungguh, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinargrafika

- R. Soroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinargrafika

Anda mungkin juga menyukai