Anda di halaman 1dari 3

Khusyu’ dalam sholat

Hakim As

Allah Swt berfirman: "Sungguh berbahagialah orang-orang mukmin yang khusyu'


(tenang) dalam shalatnya" (QS. al Mukminun: 1-2)
Dari segi bahasa khuyu’ adalah tunduk dan patuh. Sedangkan secara langsung khusyu'
dalam shalat dapat diartikan melakukan shalat dengan sikap ta'at dan tunduk kepada perintah
Allah, takut shalatnya tidak diterima, mengharapkan ampunannya dan selalu merasa diawasi
oleh-Nya, sehingga timbul semangat untuk shalat dengan sempurna supaya menjadi dekat
kepada-Nya. Keadaan khusyu' dalam shalat merupakan suatu keharusan, karena shalat yang
tidak dilaksanakan secara khusyu' tidaklah ada artinya dihadapan Allah kecuali gerakan-
gerakan yang melelahkan. Secara sederhana khusyu' dalam shalat dapat dibagi menjadi tiga
kategori: Pertama, lahiriah, yaitu melakukan gerakan-gerakan shalat dan ucapan-ucapan yang
sesuai dengan tuntunan dan ajaran Rasulullah Saw. Kedua, batiniah, yaitu melakukan shalat
dengan hati penuh rasa harap, cemas, takut, diawasi dan mengagungkan Allah Swt. Dan
ketiga, Tempat dan suasana mendukung terciptanya pelaksanaan lahir batin dalam melakukan
shalat. Kalaulah kita sudah melaksanakan shalat dengan khuyu’ insya Allah kita sudah
mendapatkan jaminan amalan yang diterima, tetapi apabila kita belum melaksanakan shalat
kita dengan khuyu’ adalah hal yang wajib diusahakan.
Dari sini timbul suatu pertanyaan, mengapa hati kita susah untuk khusyu' di dalam
melaksanakan shalat? Jawabannya sebenarnya mudah, apabila kita sudah bisa menyelami arti
khusyu’ tersebut. Dan hal yang lebh penting lagi adalah khusyu' dalam shalat itu bermula dari
khusyu' di luar shalat. Kalau di luar shalat hati tidak khusyu' kepada Allah swt, tentu sulit
untuk khusyu' dalam shalat. Ibarat kita hendak membuat suatu pekerjaan yang berat, kalau
kita tidak terbiasa melakukannya pekerjaan tersebut akan terasa berat, namun bagi mereka
yang tiap hari telah terbiasa bekerja seperti itu tentulah tidak merasakan keberatan. Jadi, tidak
khusyu'nya kita didalam shalat adalah dimulai dari hati yang tidak khusyu' di luar shalat,
kalau diluar shalat tidak khusyu' maka tidak mudah untuk memaksa hati untuk khusyu' di
dalam shalat. Biarlah hati kita senantiasa dengan Allah swt dimanapun kita berada. Firman
Allah Swt: "Mereka yang senantiasa mengingat Allah waktu berdiri, duduk dan baring" (QS.
Ali Imran: 191). Kalau kita dapat merasakan kehadiran Allah walau dimanapun kita berada,
maka di waktu shalat kita hanya menyambung atau memperhalus rasa tersebut. Artinya benih
sudah ada tinggal tumbuh kembangkan saja. Tapi bila hati tidak berhubungan dengan Allah
swt, tiba-tiba dalam shalat baru hendak kita hubungkan tentulah sulit. Inilah rahasianya
mengapa kita susah untuk khusyu' dalam shalat. Kenapa kita menunggu dalam shalat untuk
khusyu'? seharusnya dalam apapun hati kita selalu khusyu' dan mengingat Allah Swt.
Dalam ajaran Islam, dimanapun kita berada dan kapanpun kita tidak boleh lupa dengan
Allah Swt, hati senantiasa ada hubungan dengan-Nya, dalam arti mengingat Allah tidak hanya
dengan menyebut Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar namun lebih dari itu hati kita
selalu mengingatnya walau lidah tidak menyebut nama-Nya. Melihat kejadian ciptaan-Nya
hati merasakan kebesaran-Nya hal tersebut akan semakin menyuburkan ingatan kita kepada
sang pencipta. Bila mendapat nikmat, hati akan tersentuh dan timbul rasa malu bila tidak
mensyukuri nikmat tersebut, bila ditimpa musibah atau ujian, hati merasa berdosa "dosa
apakah yang telah aku perbuat"?, dengan demikian hati kita selalu mengingat Allah swt.
Sayyidina Ali Karamallahu Wajhahu merasakan kekhusyu'an dalam shalatnya hingga
sewaktu orang mencabut panah di betisnya dia tidak terasa apa-apa, karena benih-benihnya
sudah ada di luar shalat dan ia bukan suatu perasaan yang dibuat-buat. Pernah seseorang
melakukan wirid/berdzikir dengan menundukkan kepala, lalu datang Sayyidina Umar bin
Khattab menegurnya dan berkata: "khusyu' itu bukan dengan menunduk kepala akan tetapi
khusyu' itu ada dalam hati". Bukan berarti menundukkan kepala tidak boleh, hal tersebut sah-
sah saja kalau memang bisa membuat kekhusyuan yang lebih, namun yang lebih penting dari
itu adalah hati seseorang tersebut merasakan kewujudan dan kehadiran Allah swt.
Jadi, khusyu’ bermula dari luar sholat dan juga merupakan salah satu keadaan dalam shalat
yang paling baik, setelah memahami pengertian khuyu’, sekarang bagaimana supaya kita bisa
khusyu’ dalam shalat kita? Secara teoritis khusyu’ dalam sholat harus berdasarkan khuyu’ diluar
sholat tetapi dalam prakteknya ada beberapa petunjuk praktis yang sekiranya bisa menuntun kita
untuk mencapai keadaan khusyu’ dalam shalat, diantaranya:

1. Adanya kehadiran hati dalam shalat, yaitu dengan mengosongkan hati dari hal-hal yang
mengusiknya
Jika muncul hasrat yang hendak mengusik ketika shalat, maka kembalikanlah pada niat
untuk shalat itu sendiri. Dan ketahuilah bahwa bila kamu merasa hatimu tidak hadir ketika kamu
shalat, itu disebabkan karena iman yang lemah.

2. Memahami makna-makna/arti ucapan dalam shalat


Hal ini termasuk mendukung kehadiran hati, karena kita akan lebih bisa berkosentrasi
dalam shalat kita kalau kita mengetahui apa arti dan tujuan do’a yang kita baca dalam shalat.

3. Mengagungkan Allah SWT dan takut kepada-Nya


Hal ini mempunyai dua manfaat, pertama: mengetahui kebesaran Allah dan keagungann-
Nya. Kedua: mengetahui kehinaan diri sendiri sebagai seorang hamba. Dan kedua hal ini akan
menimbulkan ketenangan dan kekhusyu’an dalam shalat.

4. Mengadakan persiapan untuk shalat dengan sebaik-baiknya


Jika anda akan shalat, maka hendaklah anda mempersiapkan diri secara lengkap dan baik;
seperti wudhu, kesucian pakaian, tempatnya serta sunnah-sunnah shalat. Dan tak kalah pentingnya
adalah niat yang ikhlas.

5. Mengingat kematian pada waktu shalat


Sebagaimana dalam sabda Rasulullah: “Ingatlah kematian dalam shalatmu. Karena
sesungguhnya seorang jika mengingat kematian dalam shalatnya, niscaya dia akan memperbaiki
shalatnya. Dan lakukanlah shalat sebagaimana seseorang yang tak pernah mengira bahwa dia
akan melakukan shalat selain shalat yang ia lakukan itu.” (lihat As-Silsilah As-Shalihah, Al-Bani
nomor hadits 1421). Maksudnya seorang yang melakukan shalat sedangkan ia mengira ia tidak
shalat lagi selain shalat yang dilakukan, karena dia sadar kematian itu akan menimpa seseorang
kapan saja.

6. Mengetahui bahwasanya Allah akan menerima shalatnya


Jika seseorang shalat dan ia merasakan kehadiran Allah dihadapannya (ihsan) niscaya ia
akan mencapai tingkatan kekhusyu’an yang paling puncak. Dan di dalam shalat dia berbicara
dengan rabbnya dan rabbnya akan memberikan permintaannya.

7. Memandang tempat sujud


Rasulullah dalam shalatnya tidak memejamkan mata, melainkan pandangannya tertuju
ketempat sujud. Karena pandangan yang tertuju pada satu tempat akan menambahkan keseriusan
seseorang dalam melakukan shalatnya.

8. Memohon perlindungan Allah dari godaan Syetan


Di antara godaan Syetan kepada manusia adalah bisikan dan gangguan pada saat seseorang
shalat, agar shalatnya menjadi tidak khusyu’. Untuk itu Nabi menganjurkan dalam rakaat pertama
sebelum membaca surat al-Fatihah kita membaca ta’awudz terlebih dahulu.

9. Tidak melaksanakan shalat dalam keadaan mengantuk


Dari sahabat Anas bin Malik, dia berkata: Rasulullah pernah bersabda: “Jika seseorang
diantara kamu mengantuk di dalam shalat, hendaknya dia tidur, sehingga mengetahui apa yang
ia ucapkan.”

10.Tidak melaksanakan shalat dalam keadaan ingin buang hajat


Tidak dapat disangkal lagi, bahwa keinginan untuk buang hajat adalah mengganggu
kekhusyu’an dalam shalat, jika demikian hendaknya dia ke kamar kecil dahulu, meskipun ia harus
ketinggalan shalat berjamaah. Rasulullah bersabda: “Jika seseorang diantara kamu berkeinginan ke
kamar kecil dan pada saat itu shalat telah didirikan, maka hendaknya dia memulai dengan pergi ke
kamar kecil.” (HR. Abu Daud).
Sepuluh hal diatas bukan lantas menjadi acuan pasti untuk mencapai keadaan khusyu’ dalam
shalat, melainkan beberapa hal praktis yan sekiranya bila kita mengamalkannya dalam shalat kita,
insya Allah kita akan bisa merasakan rasa khusyu’ alam sholat. Dan perlu diingat bahwa khusyu’ itu
bukan hanya ketika kita shalat saja, melainkan diluar shalat pun kita perlu khusyu,. Contohnya ketika
kita belajar, bermain dan lain sebagaimnya. Dan inilah implementasi dari ayat: inna sholaati tanha
‘ani fakhsyaai wal munkari. Wallahu ‘alamu bishowab.

Anda mungkin juga menyukai