Anda di halaman 1dari 4

Wawasan Nusantara

1. Pengertian Wawasan Nusantara

Kata wawasan mengandung arti pandangan, tinjauan, pengelihatan, atau tangkap


inderawi. Selain menunjukkan kegiatan untuk mengetahui isi serta arti pengaruh –
pengaruhnya dalam kehidupan berbangsa, juga melukiskan cara pandang, cara tinjau, cara
lihat atau cara tanggap inderawi.

Istilah nasional menunjukkan kata sifat, ruang lingkuup, bentuk yang berasal dari istilah
“Nation” yang berarti bangsa yang telah mengiidentikkan diri dalam kehidupan bernegara
dan menegara atau secara singkat dapat dikatakan sebagai suatu bangsa yang telah
menegara. Dengan demikian maka arti wawasan nasional adalah cara pandang suatu bangsa
yang perwujudannya ditentukan oleh dialog dinamis dari bangsa tersebut dengan
lingkungannya sepanjang sejarahnya, dengan kondisi objektif, geografis maupun
kebudayaannya sebagai kondisi subjektif, serta idealis yang menjadikan aspirasi dari bangsa
yang merdeka, berdaulat dan bermartabat. Dan yang karena memiliki identitas yang khas
pada jiwa bangsa tersebut yang menuntun atau menggerakkan segenap tindak
kebijaksanaannya.

Sedang istilah Nusantara dipergunakan untuk menggambarkan kesatuan wilayah perariran


dan gugusan pula – pulau indonesia yang terletak di antara samudera pasifik dan samudera
hindia serta diantara benua asi/a dan benua australia.

Wawasan nusantara diartikan sebagai cara pandang bangsa indonesia tentang diri dan
lingkungannya berdasarkan ide nasionalnya, yang dilandasi pancasila dan undang – undang
dasar 1945, yang merupaakan aspirasi bangsa indonesia yang merdeka, berdaulat, dan
bermartabat, serta menjiwai tata hidup dan tindak kebijaksanannya dalam mencapai tujuan
perjuangan nasional.
2. Hubungan Wawasan Nusantara dengan Perundang – Undangan NKRI

Wawasan nusantarai sebagai penghayatan hidup, sebagai pengakuan ciri – ciri dan tabiat ruang
hidup seisinya telah dimiliki oleh nenek moyang bangsa indonesia, namun tidak terumuskan secara
eksplisit dan sistematis. Hal – hal ini dapat dimengerti karena titik berat kemampuan nenek moyang
bangsa indonesia masih terletak pada budi, karenanya penalurian keyakinan hidup berlangsung
melalui sekolah – sekolah atau simbol – simbol maupun nyanyian – nyanyian dengan kata – kata
kiasan dan tuntunan perlaku dengan pengaruh – pengaruh kejiwaan tertentu.

Tetapi sebagai pedoman bagi pembinaan nasional, sebagai sistem pembinaan nasional atau tata
hidup dan kehidupan negara dan bangsa, baru diberi pengukuhan hukum secara resmi ialah dengsan
termuatnya di dalam ketetapan MPRI pada tahun 1973, yaitu TAP MPR No. IV/MPR/1973, tanggal 22
Maret 1973 tentang Garis – garis besar hukum negara dan dalam TAP MPR No. II/MPR/1983, tanggal
12 Maret 1983. Dalam TAP MPR ini tersebut Bab II Sub E, pokok – pokok wawasan nusantara
dinyatakan sebagai wawasan dalam mencapai tujuan pembangunan nasional adalah sebagai
berikut :

a. Kesatuan Politik : Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan Politik dalam
arti :
1. Bahwa kebulatan Wilayah Nasional dengan segala isi dan kekayaannya merupakan satu
Kesatuan Wilayah, wadah, ruang hidup dan kesatuan matra seluruh bangsa, serta
menjadi modal dan milik bersama bangsa.
2. Bahwa bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan berbicara dalam berbagai
bahasa daerah, memeluk dan meyakini berbagai agama dan Kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa harus merupakan Kesatuan Bangsa yang bulat dalam arti yang
seluas – luasnnya.
3. Bahwa secara psikologis, bangsa indonesia harus merasa satu, senasiib sepenanggungan,
sebangsa dan setanah air, mempunyai satu tekad dalam mencappai cita – cita bangsa.
4. Bahwa pancasila adalah satu – satunya falsafah serta ideologi bangsa dan negara yang
melandasi, membimbing, dan mengarahkan bangsa menuju tujuannya.
5. Bahwa seluuruh kepulauan nusantara merupakan satu kesatuan hukum dalam arti
bahwa hanya ada satu hukum nasional yang mengabdi kepada kepentingan nasional.

b. Kesatuan Sosial Budaya : Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan Sosial dan
Budaya, dalam arti :
1. Bahwa masyarakat indonesia adalah satu, perikehidupan bangsa harus mmerupakan
kehidupan yang serasi dengan terdapatnya tingkat kemajuan masyarakat yang sama,
merata dan seimbang serta adanya keselarasan kehidupan yang sesuai dengan
kemajuan bangsa.
2. Bahwa budaya indonesia pada hakekatnya adalah satu : sedangkan corak ragam budaya
yang dada menggambarkan kekayaan budaya bangsa yang menjadi modal dan landasan
pengembangan budaya bangsa seluruhnya, yang hasil’ – hasilnya dapat dinikmati oleh
bangsa.
c. Kesatuan Ekonomi : Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan Ekonomi,
dalam arti :
1. Bahwa kekayaan wilayah nusantara baik potensial maupun efektif adalah modal dan
milik bersama bangsa, dan bahwa keperluan hidup se hari – hari tersedia merata di
seluruh tanah air.
2. Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di selluuruh daerah, tanpa
meninggalkan cciri – ciri khas yang dimiliki oleh daerah – daerah dalam pengembangan
kehidupan ekonominya.

d. Kesatuan Pertahanan Keamanan : Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan


Pertahanan dan Keamanan, dalam arti :
1. Bahwa ancaman terhadap satu pulau, satu daerah pada hakekatnya merupakan
ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara.
2. Bahwa setiap warga negara mempunya hak dan kewajiban yang sama dalam rangka
pembelaan negara dan bangsa.
Latar Belakang Wawasan Nusantara
a. Geografi

Keadaan geografi indonesia sebagai negara terbesar di antara negara – negara asia tenggara
merupakan negara kepulauan terdiri dari 13.667 (menurut hasil penelitian ulang oleh Dinas
Hidrohosiografi TNI-AL berjumlah 17.508) pulau – pulau dan gugusan pulau – pulai besar dan kecil,
dengan 6.044 diantaranya memakai nama dan lain – lain belum dikenal namanya. Kepulauan
indonesia bertebaran sebelah - menyebelah khatulistiwa dengan batas di sebelah :

Utara : ± 6o 08’ LU

Selatan : ± 11o 15’ LS

Barat : ± 94o 45’ BT

Timur : ± 141o 05’ BT

b. Geopolitik

Istilah geopolitik adalah singkatan dari geographical politik; dicetuskan oleh seorang sarjana ilmu
politik Swedia yang bernama Rudolph Kjellen (1864 – 1922) pada tahun 1900. Kjellen mencetuskan
istilah tersebut dalam rangka mengemukakan suatu sistem politik yang menyeluruh, yang terdiri atas
geopolitik, demopolitik, ekonopolitik, sosiopolitik, dan tratopolitik. Gagasannya tercantum dalam
buku Staten Som Lifsform (Der Staat as Lebensform, The State as an Organism), yang terbit pada
tahun 1916.

Istilah geopoliti semula oleh penulisnya dipakai sebagai sinonim dari ilmu bumi politik (Political
Geography) s uatu cabang ilmu bumi yang dikembangkan oleh Frederich Ratzel ( 1844 – 1904 ).
Istilah geopoliti kemudian berubah artinya setelah dipopulerkan oleh seorang jerman yang bernama
Karl Haushofer (1869 – 1946) dengan menjuruskannya ke Ekspansionisme dan Rasialisme. Menurut
Haushofer lingkup geopolitik mencakup seluruh sistem politik Kjellen, jadi demopolitik, ekopolitik,
sosiopolitik, dan kratopolitik termasuk geopolitik.

Anda mungkin juga menyukai