Anda di halaman 1dari 48

Dasar Pemikiran

Restrukturisasi Pelayanan Publik


3 Kategori Pembiayaan Pelayanan
kepada masyarakat

• Pelayanan Dasar (Basic Services)


• Pelayanan Administratif (Administrative
Services)
• Layanan Publik (Public Services)
EMPAT STRATEGI RESTRUKTURISASI
SEKTOR PELAYANAN PUBLIK

1. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas


manajemen sektor publik.
2. Meningkatkan PNBP sebagai sumber
APBN/APBD.
3. Mengurangi beban subsidi Pemerintah.
4. Mencapai Nilai Terbaik dari
Pelayanan Publik
• Kualitas pelayanan yang lebih baik.
• Melibatkan lebih banyak pihak di dalam mengambil
keputusan dalam pelayanan publik.
• Meningkatkan efisiensi.
• Meningkatkan kemampuan.
• Perbaikan kualitas yang berkelanjutan.
• Inovatif dan dapat menyesuaikan diri.
• Meningkatkan kerjasama dalam pemberian pelayanan
publik.
• Memperbaiki akses pelayanan publik untuk semua
golongan pengguna, khususnya golongan yang kurang
mampu.
• Tanggap terhadap kebutuhan pengguna .
Proses Restrukturisasi
Komersialisasi unit bisnis Korporatisasi perusahaan Privatisasi BUMN
yang beroperasi secara bisnis pemerintah (termasuk yang sebagian
otonom dimiliki oleh Pemerintah)

 Mendelegasikan
 Perubahan status  Pemulihan biaya secara
wewenang pengelolaan pelayanan publik penuh dan
keuangan  Peralihan signifikan memfokuskan pada
 Sistem pelaporan untuk pengembalian profit perusahaan dan
keuangan dan biaya secara penuh return on equity
manajemen secara  Sistem pelaporan  Regulasi Pemerintah
reguler keuangan dan  Privatisasi dilakukan
 Pengukuran standar manajemen terpisah hanya bila laba operasi
kinerja dan evaluasi dari pelaporan dan pendapatan
Pemerintah berpotensi untuk
 Memfokuskan pada
proses perbaikan dan
 Melaporkan kepada dimaksimalkan
target efisiensi Menteri
 Menekankan pada
 Memfokuskan pada
peningkatan keahlian persiapan untuk
privatisasi secara penuh
atau sebagian
Penerapan kerangka kerja
restrukturisasi pada UPT

• Strategi kerangka kerja restrukturisasi


mencakup empat opsi:

1. Dihapuskan
2. Privatisasi

3. Restrukturisasi internal

4. Dikontrakkan kepada pihak lain


Alternatif Keputusan Restrukturisasi
No
N o
Dihapuskan
 Dijual
Adakah  Management Buyout
kepentingan  Kerjasama dengan
sektor pihak ketiga
swasta
NNo o Diprivatisasi  Sewa Beli (Leasing)
 Kontrak manajemen
Adakah  Equal Acces Vouchers
Target justifikasi  Diserahkan kepada
Pelayanan untuk pihak lain
Publik keterlibatan
publik
Dikontrakkan
No
Yes N o
kepada pihak
ketiga (contract
out)
Adakah
penawaran
nilai terbaik
terhadap
pembayar
pajak  Korporatisasi
Restrukturisasi
Yes internal  Komersialisasi
DASAR HUKUM

1. Pasal 5 ayat (2) UUD RI Tahun 1945


2. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Pasal 68 & 69)
3. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum.
UU No. 1 Tahun 2004
(sbg Dasar Hukum BLU)
Pasal 68:
• BLU dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
• Kekayaan BLU tidak dipisahkan, dikelola dan
dimanfaatkan untuk menyelenggarakan kegiatan BLU
ybs.
• Pembinaan keuangan BLU pusat dilakukan oleh Menkeu
dan pembinaan teknis dilakukan oleh Menteri Teknis
ybs.
• Pembinaan keuangan BLU daerah oleh PPKD,
pembinaan teknis oleh Kepala SKPD ybs.
UU No. 1 Tahun 2004
(sbg Dasar Hukum BLU)

Pasal 69:
• Setiap BLU wajib menyusun rencana kerja dan
anggaran (RKA) tahunan.
• RKA serta laporan keuangan dan kinerja BLU
disusun & disajikan sbg bagian dari RKA serta
laporan keuangan dan kinerja KN/L/Pemda.
• Pendapatan dan belanja BLU dlm RKA
dikonsolidasikan dlm RKA KN/L/ Pemda ybs.
• Pendapatan yang diperoleh BLU sehubungan
dengan jasa layanan yang diberikan merupakan
Pendapatan Negara/Daerah
UU No. 1 Tahun 2004
(sbg Dasar Hukum BLU)

Pasal 69: (lanjutan)


• BLU dapat memperoleh hibah atau sumbangan
dari masyarakat atau badan lain
• Pendapatan BLU dan hibah dapat digunakan
langsung untuk membiayai belanja BLU ybs
• lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan
BLU diatur dalam Peraturan Pemerintah.
PENGERTIAN BLU
Badan Layanan Umum (BLU) :
adl, Instansi di lingkungan Pemerintah yang
dibentuk untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat berupa penyediaan
barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan
dalam melakukan kegiatannya didasarkan
pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
PPK - BLU
• Adalah pola pengelolaan keuangan yang
memberikan flexibilitas sebagaimana
diatur dalam PP 23/2005 ini sbg
pengecualian dari ketentuan pengelolaan
keuangan negara pada umumnya.
TUJUAN BLU
BLU bertujuan :
untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa dengan memberikan
fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan
berdasarkan prinsip ekonomi dan
produktivitas, dan penerapan praktek bisnis
yang sehat.
(Pasal 2)
ASAS/KARAKTERISTIK BLU
BLU berkedudukan sebagai unit kerja KL/ pemda dan
beroperasi berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh
instansi induk yang bersangkutan.
BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan
pencarian keuntungan.
status hukum BLU tidak terpisah dari KL/Pemda (bukan
kekayaan negara yg dipisahkan).
Bukan sebagai subyek Pajak.
Dikelola secara otonom dengan prisip efisiensi dan
produktifitas a la korporasi.
Pendapatan & sumbangan dapat digunakan langsung untuk
kegiatan operasional BLU.
Pegawai BLU dapat terdiri dari PNS dan Non PNS.

(Pasal 3)
PERSYARATAN BLU

1. Persyaratan Substanstif
(fungsi dasar pelayanan Publik)
2. Persyaratan Teknis
(diatur oleh Kementerian/Lembaga teknis)
3. Persyaratan Administratif
(diatur oleh Menteri Keuangan)
1. Persyaratan Subtantif
1. Menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi utama yang berhubungan dengan :
a. Menyediakan barang dan/ atau jasa layanan umum;
contoh: pelayanan bidang kesehatan, penyelenggaraan pendidikan, dan
jasa litbang.
b. Mengelola wilayah/ kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan
perekonomian masyarakat atau layanan umum;
contoh: badan otorita dan Kapet.
c. Mengelola dana khusus dalam rangka meningkatkan
ekonomi dan/ atau pelayanan kepada masyarakat.
contoh: pengelola dana bergulir untuk UKM, pengelola penerusan
pinjaman dan pengelola tabungan perumahan.
2. Bidang layanan umum yang diselengarakan bersifat operasional dalam
menyelenggarakan pelayanan umum yang menghasilkan semi barang/jasa publik
(quasi public goods).

(Pasal 4)
2. Persyaratan Teknis
a. Kinerja pelayanan di bidang tupoksinya layak
dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya melalui
BLU sebagaimana direkomendasikan oleh Menteri/
Kepala SKPD
b. Kinerja keuangan Satker ybs sehat sebagaimana
ditunjukkan dalam dokumen usulan penetapan BLU.

(Pasal 4)
3. Persyaratan Administratif
a. Persyaratan Administratif digunakan oleh kementerian Keuangan untuk
menetukan suatu Satker/IP dapat ditetapkan status BLU penuh/ BLU
bertahap.

b. BLU menyajikan 6 (enam ) jenis dokumen, yaitu:


1. pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan pelayanan,
keuangan & manfaat bagi masyarakat,
2. pola tata kelola,
3. rencana strategis bisnis,
4. laporan keuangan pokok,
5. standar pelayanan minimum, dan
6. laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit
secara independen
PENETAPAN BLU
Instansi / Menteri Teknis/ Menteri Keuangan
Calon BLU Pimpinan Lembaga

Usulan Usulan Usulan Tim Penilai

Penelitian Penelitian Penelitian


Persyaratan Persyaratan Persyaratan
Subtantif T eknis Administratif

Diusulkan Diusulkan
oleh calon oleh Menteri/ Penetapan
BL U PL ybs BLU Penuh

Memenuhi Memenuhi Memenuhi


ya ya ya
Penetapan
tidak tidak BLU Bertahap
tidak

Tidak Tidak Tidak


diusulka n diusulkan disetujui
PENETAPAN BLU

Diusulkan oleh Menteri/PL/Kepala SKPD


Ditetapkan oleh Menkeu/ Kepala Daerah
Instansi memenuhi persyaratan untuk dapat diberikan status BLU Penuh
atau BLU Bertahap sesuai dengan kemampuan memenuhi persyaratan
(administratif)
Cat : - pada status BLU Bertahap, fleksibelitas terbatas pada hal-hal
pokok yang diperlukan dalam pemberian pelayanan.
sep: jumlah dana yang dapat dikelola langsung, pengelolaan
barang/jasa dengan batas tertentu dll.
- BLU Bertahap harus sdh memenuhi seluruh persyaratan
(administratif) paling lambat 3 tahun sejak ditetapkan sebagai
BLU Bertahap. Bila tidak mampu memenuhi dapat dikembalikan ke
status Satker biasa.
PENCABUTAN BLU

Status BLU berakhir apabila :


a. Dicabut oleh Menteri Keuangan/ Kepala Daerah.
b. Dicabut oleh Menteri Keuangan/ Kepala Daerah atas usulan
oleh Menteri/PL/Ka SKPD.
c. Berubah status menjadi badan hukum yang kekayaannya
dipisahkan (Perum / Persero).
Catatan : Pencabutan pd huruf a & b dilakukan apabila BLU ybs sudah
tidak lagi memenuhi persyaratan (substantif, teknis & administratif).
PENCABUTAN BLU
Diusulkan
Dicabut oleh
Menteri/PL/SKPD

Dicabut Berakhirnya
Oleh Menkeu PP BLU Berubah Status
Hukum

Sudah tidak
Memenuhi syarat
STANDAR LAYANAN
Standar layanan Minimum ditetapkan oleh
Menteri/PL/Kepala Daerah
Standar layanan minimum harus
mempertimbangkan:
a. kualitas layanan
b. pemerataan dan kesetaraan layanan
c. Biaya
d. Kemudahan mendapat layanan
TARIF LAYANAN
BLU dapat memungut biaya dari masyarakat sebagai imbalan atas
layanan yg diberikan.
 Imbalan dapat berupa pola tarif atau besaran tarif .
 Tarif berdasarkan perhitungan biaya per unit layanan atau hasil per
investasi dana.
 Tarif diusulkan oleh BLU kpd Kementerian/ Lembaga/ Kepala
SKPD untuk ditetapkan oleh Menteri Keuangan/Ka Daerah.
• Harus Mempertimbangkan:
a. Kontinuitas dan pengembangan layanan;
b. Daya beli masyarakat;
c. Asas keadilan dan kepatutan;
d. Kompetisi yang sehat.
PENGELOLAAN KEUANGAN
BLU
Pengelolaan Keuangan BLU meliputi :
1. Perencanaan & Penganggaran
2. Dokumen Pelaksanaan Anggaran
3. Pendapatan dan Belanja
4. Pengelolaan Kas
5. Pengelolaan Piutang & Utang
6. Investasi
7. Pengelolaan Barang
8. Penyelesaian Kerugian
9. Akuntansi, Pelaporan & Pertanggungjawaban
10. Akuntabilitas Kinerja
11. Surplus dan Defisit
(Pasal 10 s/d 30)
1. PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
BLU menyusun Renstra bisnis lima tahunan (mengacu
pada Renstra KL/RPJMD)
Menyusun RBA tahunan (berbasis kinerja dan akuntansi
biaya, serta mengacu pd standar layanan & tarif)
RBA diintegrasikan dalam RKA/KL
RBA disusun berdasarkan kebutuhan dan kemampuan
pendapatan disertai dengan standar pelayanan minimum
dan biaya dari output yg dihasilkan.
BLU menggunakan APBN/D yang telah ditetapkan
sebagai dasar penyesuaian terhadap RBA menjadi RBA
definitif.

(Pasal 10-11)
2. DOKUMEN PELAKSANAAN
ANGGARAN
RBA definitif sebagai acuan bagi usulan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA)
Usulan DPA minimal mencakup: pendapatan, belanja,
proyeksi arus kas, kuantitas & kualitas jasa/barang yg akan
dihasilkan
Menkeu/PPKD mengesahkan DPA paling lambat 31
Desember menjelang awal tahun anggaran
DPA yang telah disahkan menjadi lampiran perjanjian
kinerja antara pimpinan BLU dengan Menteri/ PL/Ka.
Daerah
DPA yg telah disahkan Menkeu/PPKD menjadi dasar bagi
penarikan dana dari APBN/D oleh BLU

(Pasal 12 - 13)
3a. PENDAPATAN BLU
Pendapatan BLU terdiri atas:
1. Penerimaan dari APBN/D,
2. Imbalan dari layanan,
3. Hibah, dan
4. Hasil usaha lainnya.
Kecuali hibah terikat, semua pendapatan BLU dapat
digunakan langsung untuk membiayai kegiatan menurut
RBA.
Semua pendapatan, kecuali yang bersumber dari APBN,
dilaporkan sebagai PNBP Kementerian/ Lembaga/Pemda.

(Pasal 14)
Skema : Sumber Pendapatan
BLU
-Block fund/belanja barang/jasa di APBN
-Penarikan dana dgn SPM

Alokasi APBN

Imbalan Jasa BLU


Dapat dikelola
langsung sesuai RBA
PNBP Hasil Kerjasama
Dgn Pihak Lain
K/L
Hibah Terikat Sesuai persyaratan
pemberi hibah

(Pasal 14)
3b. BELANJA BLU
Pengelolaan belanja BLU fleksibel sesuai dengan sesuai
dengan ambang batas yg ditetapkan dalam RBA.
Jika melampaui ambang batas, harus mendapat persetujuan
Menkeu/ Kepala Daerah (usulan Menteri/PL/Kepala
SKPD).
Jika terjadi kekurangan anggaran dapat diusulkan kepada
Menkeu/Kepala Daerah (melalui Menteri/PL/ Kepala
SKPD).
Belanja BLU dilaporkan sebagai belanja barang/ jasa
KN/Lembaga/SKPD/Pemda.

(Pasal 15)
4. PENGELOLAAN KAS
Pengelolaan kas BLU dilaksanakan berdasarkan praktek bisnis
yang sehat dgn menyelenggarakan :
a. perencanaan penerimaan dan pengeluaran kas,
b. melakukan pemungutan pendapatan atau tagihan,
c. menyimpan kas & mengelola rekening bank,
d. melakukan pembayaran,
e. mendapatkan sumber dana untuk menutup defisit
jangka pendek , dan
f. pemanfaatan surplus kas jangka pendek.
Penarikan dana APBN/APBD dilakukan dengan menerbitkan SPM
sesuai ketentuan.
Rek. Bank BLU dibuka di Bank Umum oleh pimpinan BLU.
Pemanfaatan Surplus kas diinvestasikan hanya pada instrumen
keuangan dengan risiko rendah.
(Pasal 16)
5a. PENGELOLAAN PIUTANG BLU
BLU dapat memberikan Piutang (terkait dengan kegiatan
bisnisnya dg pihak lain).
Piutang BLU dikelola sesuai prinsip bisnis yang sehat
Peminjaman jangka panjang hanya untuk belanja modal .
Penghapusan piutang dan peminjaman jangka panjang
dapat dilakukan berdasarkan kewenangan berjenjang.
Kewenangan berjenjang atas penghapusan piutang diatur
oleh Menkeu/Kepala daerah

(Pasal 17)
5b. PENGELOLAAN UTANG BLU

BLU dapat memberikan Utang (terkait dengan perikatan


peminjaman dg pihak lain).
Utang BLU dikelola sesuai prinsip bisnis yang sehat .
Utang jangka pendek hanya untuk belanja operasional.
Utang jangka panjang hanya untuk belanja modal.
Penghapusan Utang jangka panjang dapat dilakukan
berdasarkan kewenangan berjenjang yang ditetapkan
Menkeu/Kepala Daerah.
Pembayaran utang merupakan tanggung jawab BLU ybs.

(Pasal 18)
6. INVESTASI BLU
BLU tidak dapat melakukan investasi
jangka panjang (penyertaan modal, pendirian
perusahaan, pemilikan obligasi untuk tujuan
jangka panjang), kecuali atas ijin Menkeu/
Kepala Daerah.
Keuntungan yang diperoleh dari investasi
menjadi pendapatan BLU.
Semua kepemilikan investasi BLU
dinyatakan atas nama Menkeu/ Kepala
Daerah.
(Pasal 19)
7. PENGELOLAAN BARANG
Pengadaan barang berdasarkan prinsip efisien dan
ekonomis sesuai dgn praktek bisnis yg sehat (dapat
dibebaskan sebagian atau seluruhnya dari ketentuan pengadaan
pemerintah bila terdapat alasan efektivitas dan/atau efisiensi).
Kewenangan pengadaan ditetapkan menurut jenjang
nilai diatur oleh Permenkeu/Kepala Daerah.
Barang inventaris BLU dapat dihapus atau dialihkan
(dijual, ditukar, dihibah) dan dilaporkan secara berkala
kepada Menteri /PL/Kepala SKPD.

(Pasal 20 – 21)
7. PENGELOLAAN BARANG (lanjutan)
BLU tidak dapat menghapuskan atau mengalihkan Aset tetap
kecuali ijin pejabat yang berwenang.
Pengalihan/penghapusan Aset tetap dilakukan secara
berjenjang berdasarkan nilai dan jenis barang sesuai peraturan
per-UU-an mengenai pengelolaan barang milik negara/daerah.
Pengalihan/penghapusan Aset tetap dilaporkan kepada Menteri
/PL/Kepala SKPD
Tanah & bangunan disertifikatkan a.n. Pemerintah RI.
Tanah & bangunan yg tidak digunakan untuk menunjang
pelaksanaan Tupoksi BLU dapat dialihgunakan oleh
Menteri/PL/Ka SKPD dengan persetujuan Menteri
Keuangan/Ka Daerah.

(Pasal 22 – 23)
8. PENYELESAIAN KERUGIAN BLU

Setiap kerugian negara/ daerah pada BLU yang


disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau
kelalaian seseorang diselesaikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai penyelesaian kerugian negara/ daerah.

(Pasal 24)
9. AKUNTANSI, PELAPORAN &
PERTANGGUNGJAWABAN
BLU menerapkan sistem informasi manajemen keuangan sesuai
dengan kebutuhan dan praktek bisnis yang sehat.
Setiap transaksi harus diakuntansikan.
Akuntansi dan laporan keuangan sesuai dengan PSAK IAI (standar
akuntansi lain dapat digunakan bila tidak tersedia, setelah disetujui
Menkeu).
Laporan Keuangan BLU meliputi: Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan,
disertai laporan mengenai kinerja, secara berkala dalam tempo 1
bulan.
Laporan Keuangan BLU dikonsolidasikan pada Laporan Keuangan
KL/Pemda berdasarkan SAP. Lembar muka Laporan Keuangan
BLU dilampirkan.

(Pasal 25-27)
10. AKUNTABILITAS KINERJA BLU

Pimpinan BLU bertanggung jawab terhadap


kinerja operasional BLU sesuai dengan tolok ukur
yang ditetapkan dalam RBA.
Pimpinan BLU mengikhtisarkan dan melaporkan
kinerja operasional BLU secara terintegrasi
dengan laporan keuangan BLU.

(Pasal 28)
11. SURPLUS & DEFISIT
Surplus atau defisit anggaran BLU adalah selisih lebih atau
kurang antara pendapatan dengan belanja BLU tahunan secara
kumulatif.
Surplus anggaran dapat digunakan dalam tahun anggaran
berikutnya.
Surplus dapat disetor sebagian atau seluruhnya ke Kas Umum
Negara/ Daerah atas perintah Menkeu/Ka Daerah dengan
mempertimbangkan posisi likuiditas BLU.
Defisit anggaran BLU dapat diajukan pembiayaannya dalam
TA berikutnya kepada Menkeu/Ka Daerah melalui
Menteri/PL/Ka SKPD.

(Pasal 29 & 30)


TATA KELOLA BLU
Pejabat pengelola BLU terdiri atas :
- Pemimpin,
- Pejabat Keuangan, dan
- Pejabat Teknis
Nomenklatur pejabat pengelola BLU disesuaikan dengan
nomenklatur yang berlaku pada BLU ybs.
Pejabat dan pegawai BLU dapat terdiri dari PNS dan/atau
tenaga profesional non-PNS
Kelembagaan tunduk pada peraturan per-UU-an sektoral.
Jika terjadi perubahan kelembagaan, harus berpedoman pada
ketentuan Menteri PAN.

(Pasal 31-33)
Pembinaan dan Pengawasan
• Pembinaan Teknis BLU oleh Menteri/Pl/Ka. SKPD.
• Pembinaan Keuangan oleh Menkeu/ PPKD
• Dapat dibentuk suatu Dewan Pengawas dalam
melaksanakan pembinaan untuk BLU yg memenuhi
kriteria yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
• Pemeriksaan intern dilakukan oleh satuan pemeriksaan
intern BLU.
• Pemeriksaan ekstern BLU sesuai peraturan per-UU-an.

(Pasal 34-36)
Remunerasi
Pengelola, dewan pengawas dan pegawai
BLU dapat diberikan remunerasi berdasarkan
tingkat tanggung jawab dan tuntutan
profesionalisme
Remunerasi ditetapkan berdasarkan Peraturan
Menkeu/ Gubernur/ Bupati/ Walikota atas
usulan Menteri/PL/Kepala SKPD.

(Pasal 36)
Aturan Peralihan
• PTN yg dengan status BHMN, belum
memiliki status kekayaan negara yg
dipisahkan dapat menerapkan pola
penglolaan keuangan BLU.
• Seluruh Perjan otomatis dialihkan untuk
menerapkan PPK-BLU.
• Perjan yg telah beralih menjadi PPK-BLU
menyesuaikan dengan PP BLU paling
lambat 31 Desember 2005.
SIMPULAN
BLU merupakan wadah implementasi konsep penerapan
manajemen keuangan berbasis kinerja di lingkungan
instansi pemerintah.
BLU diberikan fleksibilitas dalam pengelolaannya, namun,
in balance, BLU diperketat dalam perencanaan dan
penganggaran serta akuntabilitasnya (RBA dan cost
accounting).
Menjadi BLU harus melalui seleksi, dapat diijinkan secara
bertahap/penuh, dan dicabut bila sudah tidak layak.
BLU diharapkan menjadi prototype dari konsep
“enterprising the government”.
Lain-lain :
Peraturan/Keputusan
Menteri Keuangan yang perlu diatur :
1. PMK tentang persyaratan administratif (pasal 4 ayat (6)).
2. PMK tentang penyusunan, pengajuan, penetapan, perubahan
RBA dan dokumen pelaksanaan anggaran BLU (pasal 13).
3. PMK tentang penghapusan piutang secara berjenjang (pasal
17 ayat (4)).
4. PMK tentang kewenangan peminjaman (pasal 18 ayat (5)).
5. PMK tentang kewenangan pengadaan barang/jasa
berdasarkan jenjang nilai (pasal 20 ayat 2)).
6. PMK tentang syarat minimum nilai omzet tahunan menurut
laporan realisasi anggaran atau nilai aset menurut neraca
dalam rangka pembentukan dewan pengawas (pasal 34 ayat
(4)).
7. PMK tentang remunerasi (pasal 36 ayat (2)).
8. KMK tentang penunjukan tim penilai (pasal 7).
9. KMK tentang penetapan tarif layanan (pasal 9 ayat (4)).
10. KMK tentang dewan pengawas (pasal 34 ayat (5)).

Anda mungkin juga menyukai