Fisik
Berhubungan dengan sensasi tubuh (kondisi dimana seseorang tidak mengalami
penyakit).
Social
Berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga dan masyarakat.
Hubungan yang tidak baik dan harmonis dengan individu yang lain, keluarga dan
masyarakat akan menimbulkan rasa nyaman bagi individu tersebut.
Psikospiritual
Berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri, meliputi harga diri,
seksualitas, dan makna kehidupan.
Lingkungan
Berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia: cahaya,
bunyi, temperature, warna, dan unsur-unsur alamiah.
Penilaian tentang konteks kenyamanan yang memberikan seorang perawat
rentang terhadap pilihan yang lebih luas dalam mencari tindakan untuk
mengatasi nyeri. Cara pandang yang holistic ini menguatkan konsep
Mahon (1994) yaitu harus memahami pengalaman nyeri sebaimana nyeri
itu berlangsung. Penting bagi perawat memahami makna nyeri bagi setiap
individu. Penatalaksanaan nyeri lebih dari pemberian analgetik. Dengan
memahami nyeri secara menyeluruh, maka perawat dapat
mengembangkan strategi yang lebih baik pada penanganan nyeri yang
berhasil.
KONSEP NYERI
Batasan
Asosiasi internasional untuk penelitian nyeri (Internasional Association for the Study of
Pain, IASP) mendefiniksikan nyeri sebagai “suatu sensori subektif dan pengalaman
emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan ang actual atau
potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusaka” (IASP,
1979). Nyeri dapat merupakan factor utama yang menghambat kemampuan dan keinginan
individu untuk dipulih dari suatu penyakit. Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih
sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan
sangat bersifat individual. Mahon (1994) menemukan empat atribut pasti untuk pengalaman
nyeri yaitu: nyeri bersifat individu, tidak menyenangkan, merupakan suatu kekuatan yang
mendominasi, dan bersifat tidak menyenangkan. Nyeri melelahkan dan menuntut energy
seseorang. Nyeri dapat mengganggu hubungan personal dan mempengaruhi makna
kehidupan (Mahon, 1994)
Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi diri. Apabila
seseorang mengalami nyeri maka pelakunya akan berubah. Misalnya, seseorang yang
kakinya terkilir akan menghindari aktivitas untuk mencegah cedera lebih lanjut. Seorang
klien yang memiliki riwayat nyeri dada belajar untuk menghentikan semua aktivitas saat
timbul nyeri
PENYEBAB
Nyeri disebabkan oleh stimulus tertentu. Stimulus tersebut mengirimkan impuls
melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dan
menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam massa
berwarna abu-abu di medulla spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi
dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai
otak atau ditansmisi tanpa hambatan ke korteksserebral. Ketika stimulus nyeri
mencapai korteks serebral, maka otak menginterpretasikan kualitas nyeri dan
memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta
asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri (McNair, 1990)
Tipe stimulus yang menjadi sumber fisik nyeri, yaitu:
Mekanik
Kimia
Termal
Listrik
KLASIFIKASI NYERI
Radiasi Nyeri terasa seakan menyebar ke Nyeri punggung bagian bawah akibat
bagian tubuh bawah atau sepanjang diskus intravertebral yang rupture
(sensasi nyeri meluas dari tempat awal
bagian tubuh. Nyeri dapat menjadi disertai nyeri yang meradiasi sepanjang
cedera ke bagian tubuh yang lain) intermiiten atau konstan tungkai.
11/11/09
SEFERA (TINGKAT KEPARAHAN)
Karakteristik yang paling subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau
intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri
sebagai yang ringan, sedang atau parah. Namun, makna istilah-istilah ini
berbeda bagi perawat dank lien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit
untuk dipastikan. Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan
nyeri lebih objekti. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Description Scale, VDS)
merupakan sebuah garis yang terdiri dari 3 sampai 5 kata pendeskripsi yang
tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking
dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tak tertahankan”. Perawat
menunjukkan klien sakal tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas
nyeri terbaru yang dirasakan. Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri
terasa, paling terasa menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak
menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk
mendeskripsikan nyeri. Skala penilaian numerik (Numeric Rating Skale, NRS)
lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini, klien
menilai nyeri dengan skala 0-10. Skala yang paling efektif digunakan saat
mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila
digunakan skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm.
Wong dan Baker (1988)
mengembangkan skala wajah untuk mengkaji nyeri pada anak-anak.
Skala tersebut terdiri dari enam wajah dengan profil kartun yang
menggambarkan wajah dari gambar yang sedang senyum (tidak terasa
nyeri) kemudian secara bertahap meningkat menjadi wajah yang kurang
bahagia, wajah yang sangat sedih, sampai wajah yang sangat ketakutan
(nyeri yang sangat ). Anak –anak yang berusia 3 tahun dapat
menggunakan skala tersebut. Para peneliti mulai meneliti penggunaan
skala wajah ini pada orang dewasa.
Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan
dan tidak menghabiskan banyak waktu saat klien melengkapinya.
Apabila klien dapat membaca dan memahami skala, maka deskripsi
nyeri akan lebih akurat. Skala deskriptif bermanfaat bukan saja dalam
upaya untuk mengkaji keparahan nyeri tetapi juga mengevaluasi
perubahan kondisi klien. Perawat dapat menggunakan skala setelah
terapi nyeri atau saat gejala menjadi lebih memburuk untuk menilai
apakah nyeri mengalami penurunan atau peningkatan.
TIME
Perawat mengajukan pertanyaan untuk menentukan awitan,
durasi dan rangkaian nyeri. Kapan nyeri mulai dirasakan?
Sudah berapa lama nyeri dirasakan? Apakah nyeri yang
dirasa terjadi pada waktu yang sama setiap hari? Seberapa
sering nyeri kembali kambuh?
EFEK NTERI PADA KLIEN
Nyeri merupakan kejadian yang menekan atau
stress dan dapat mengubah daya hidup dan
kesejahteraan psikologi individu. Pada kasus nyeri
akibat kanker, nyeri menyebabkan penderitaan,
kehilangan control, dan kerusakan kualitas
kehidupan sepanjang proses perawatan klien,
bahkan pada klien yang kondisinya stabil dan angka
harapan hidupnya panjang. Dengan mengenali efek
nyeri yang klien rasakan, maka perawat dapat
mengidentifikasi sifat dan keberadaan nyeri dengan
lebih baik.
TANDA DAN GEJALA FISIK
Respon fisiologis terhadap nyeri dapat menunjukkan
keberadaan dan sifat nyeri serta acaman yang potensial
terhadap kesejahteraan klien. Saat awitan nyeri akut, terjadi
peningkatan denyut jantung, tekanan darah dan frekuensi
pernafasan. Perawat mebandingkan tada-tanda vital dengan
nilai dasar yang tercatat sebelum awitan nyeri. Perubahan
tanda-tanda vital merupakan hal yang bermakna tetapi
perawat harus mempertimbangkan semua tanda dan gejala
sebelum menetapkan bahwa nyeri merupakan penyebab
perubahan tersebut. Perawat jangan salah mengartikan tanda
dan gejala nyeri sebagai perubahan yang patologis. Misalnya
seorang klien yang sangat cemas juga mengalami peningkatan
frekuensi nafas dan denyut jantung.
EFEK PERILAKU
Mengaduh
Menangis
Sesak nafas
Mendengkur
EKSPRESI WAJAH
Meringis
Menggeletukkan gigi
Mengernyitkan dahi
Menutup mata atau mulut dengan rapat atau
membuka mata atau mulut dengan lebar
Menggigit bibir
GERAKAN TUBUH
Gelisah
Imobilisasi dan ketegangan otot
Peningkatan gerakan jari dan tangan
Aktivitas melangkah yang tunggal ketika
berlari atau berjalan
Geraka ritmik atau gerakan menggosok
Gerakan melindungi bagian tubuh
INTERAKSI SOSIAL
Menghindari percakapan
Focus hanya pada aktivitas untuk menghilangkan nyeri
Menghindari kontak social
Penurunan rentang perhatian
Laporan verbal tentang rasa nyeri merupakan bagian vital
pada pengkajian. Perawat harus bersedia mendengarkan dan
berusaha memahami klien. Banyak klien yang tak mampu
mengungkapkan secara verbal mengenai ketidaknyamanan,
hal ini dikarenakan mereka tidak mapu berkomunikasi
PENGARUH PADA AKTIVITAS SEHARI-HARI
Klien yang mengalami nyeri setiap hari kurang mampu
berpartisipasi dalam aktivitas rutin. Pengkajian pada
perubahan ini menunjukkan sejauh mana kemampuan dan
proses penyesuaian klien diperlukan untuk membantunya
berpartisipasi dalam perawatan diri.
Klien dapat mengalami kesulitan dalam melakukan tindakan
hygiene normal, tergantung pada lokasi nyeri. Perawat dapat
menentukan apakah klien dapat berpakaian atau mencuci
rambutnya secara mandiri. Nyeri dapat membatasi mobilisasi
sampai ketitik yaitu klien tidak mampu lagi andi di bak
rendam. Klien mengalami masalah dalam melakukan aktivitas
sehari-hari. Misalnya klien yang mengalami arthritis berat
akan merasakan nyeri ketika memegang peralatan makan
UPAYAH UNTUK MEMBERI RASA NYAMAN PADA
PASIEN
Individu yang mengalami nyeri merasa sangat tidak nyaman
dan selalu yakin bahwa seseorang peduli dengan
kesejahteraan mereka. Klien yang mengalami nyeri
mebutuhkan seseorang yang dapat dipercaya. Apablia
keluarga klien tersebut tidak member dudungan atau bila
perawat tidak mampu membina hubungan terapeteutik
dengan klien, maka klien tersebut dapat memiliki sikap tidak
percaya dan meningkatkan kewaspadaan nyeri. Reaksi klien
terhadap nyeri menjadi tidak tepat, kecuali klien memiliki
cara untuk mengekspresikan kekhawatiran atau ketakutan
mengenai nyeri. Sering kali klien menjadi marah atau
mengeluh ketika kebutuhan untuk mengatasi nyeri
diabaikan.
RESPON PISIKOLOGIS TERHADAP
NYERI
Stimulasi simpatik (nyeri dengan intensitas ringan dan
superficial)
Dilatasi saluran bronkiolus dan meningkatkan frekuensi
pernafasan
Peningkatan frekuensi denyut jantung
Pucat peningkatan tekanan darah
Diaphoresis
Peningkatan ketegangan otot
Dilatasi pupil
Penurunan mobilisasi saluran cerna.
Stimulasi parasimpatik (nyeri yang berat dan
dalam)
Pucat
Ketegangan otot
Penurunan denyut jantung dan tekanan darah
Pernafasan cepat dan tidak teratur
Mual dan muntah
Kelemahan dan kelelahan
Teknik mengatasi rasa nyeri
Relaksasi dan teknik imajinasi
11/11/09
Latihan relaksasi progresif meliputi kombinasi
latihan pernafasan terkontrol dan rangkaian
kontraksi serta relaksasi kelompok otot. Klien
mulai latihan bernafas dengan perlahan dan
menggunakan diafragma, sehingga
memungkinkan abdomen terangkat perlahan
dan dada mengembang penuh. Saat bklien
melakukan pola pernafasan yang teratur,
perawat mengarahkan klien untuk melokalisasi
setiap daerah yang mengalami ketegangan
11/11/09
Mari kita mulai dengan mencari posisi yang
paling nyaman. Letakkan lengan anda
disamping jangan silangkan kaki…
gerakkan sampai anda merasa tenang.
Tarik nafas dalam rasakan perut dan dada
anda terangkat perlahan…rileks…sekarang
keluarkan nafas secara perlahan..
Hitung sampai empat, tarik nafas pada
hitungan 1 dan 2 keluarkan napas pada
hitungan 3 dan 4. Lanjutkan bernafas
11/11/09
Apabila klien merasa terganggu dan
tidaknyaman, maka perawat perlu
menghentikan latihan tersebut. Apabila klien
tampak mengalami kesulitan dan mengalami
relaksasi hanya sebagian tubuh saja maka
perawat memperlambat kemajuan latihan dan
berkonsentrasi pada bagian tubuh yang tegang.
Klien juga harus mengetahui sejak awal bahwa
latihan ini bias dihentikan setiap waktu. Dengan
melakukan latihan klien dengan segera
11/11/09
11/11/09
Mengurangi persepsi nyeri
11/11/09
Kompres dingin dan hangat dapat
menghilangkan nyeri dan mempercepat
proses penyembuhan. Pilihan terapi panas
dan dingin bervariasi menurut kondisi klien.
Misalnya panas lembab menghilangkan
kekakuan pada pagi hari akibat arthritis,
tetapi kompres dingin mengurangi nyeri akut
pada sendi yang mengalami peradangan
akibat penyakit tersebut. Apabila perawat
menggunakan kompres panas atau dingin
11/11/09
Masase dengan menggunakan es dan
kompres menggunakan kantong es
merupakan dua jenis terapi dingin yang
sangat efektif untuk menghilangkan nyeri.
Masase dengan menggunakan es balok yang
besar atau sebuah cangkir kertas yang
berukuran kecil, yang diisi dengan air dan
dibekukan. Masase adalah hal yang sangat
sederhana. Perawat atau klien dapat
meletakkan es pada kulit dengan member
11/11/09
Distraksi
Bernafas pelan-pelan
Masase sambil menarik nafas pelan-pelan
Mendengarkan lagu sambil menepuk-
nepukkan jari
Membayangkan hal-hal yang indah sambil
menutup mata
Menonton TV (acara kegemaran) dll.
11/11/09
salah satu diskraksi yang efektif adalah music
yang dapat menurunkan nyeri fisiologis,
stress dan kecemasan dengan mengalihkan
perhatian seseorang dari nyeri. Music
terbukti menurun frekuensi denyut jantung,
mengurangi kecemasan dan depresi, serta
menghilangkan nyeri, menurun tekanan
darah dan mengubah persepsi waktu.
Perawat dapat menggunakan music dengan
kreatif di berbagai situasi klinik. Klien
11/11/09
Cara-cara yang dianjurkan dalam menggunakan
music secara efektif untuk mengontrol nyeri yaitu:
Pilih music yang sesuai dengan selera klien. Pertimbangkan usia dan latar
belakang
Gunakan eraphone supaya tidak mengganggu klien atau staf yang lain dan
membantu klien berkonsentrasi pada music.
Pastikan tombol-tombol control radio atau pesawat tape mudah ditekan,
dimanipulasi, atau dibedakan
Minta anggota keluarga untuk membawa tape dari rumah.
Apabila nyeri yang klien rasakan akut, kuatkan volume music. Apabila nyeri
sudah berkurang, kurangi volume.
Minta klien untuk berkonsentrasi pada music dan mengikuti irama dengan
mengetuk-ngetukkan jari atau menepuk-nepuk paha.
Instruksikan klien untuk tidak menganalisa music:
“nikmati music kemanapun music membawa anda”
Tinggalkan klien sendirian ketika mereka mendengarkan music.
Support mental
Individu yang mengalami nyeri merasa sangat tidak nyaman
dan merasa yakin bahwa seseorang peduli dengan
kesejahteraan mereka. Klien yang mengalami nyeri
membutuhkan seseorang yang dapat dipercaya. Apabila
keluarga klien tersebut tidak memberikan dukungan atau bila
perawat tidak mampu membina hubungan terapeutik dengan
klien maka klien tersebut dapat memiliki sikap tidak percaya
dan meningkatkan kewaspadaan nyeri. Reaksi klien pada
nyeri menjadi tidak tepat kecuali klien memiliki cara untuk
mengeskpresikan kekhawatiran atau ketakutan mengenai
nyeri. Seringkali klien memiliki cara untuk mengekpresikan
kekhawatiran atau ketakutan mengenai nyeri. Sering kali
klien menjadi marah atau mengeluh ketika kebutuhan untuk
mengatasi nyeri diabaikan.
Perawat dapat sangat membantu klien dengan
melihat klien sebagai individu secara keseluruhan
dan memiliki rasa kepedulian kepada klien. Memberi
perhatian yang cermat terhadap kekhawatiran klien
merupakan salah satu cara untuk membangun rasa
percaya diri perawat. Spontanitas dalam memenuhi
kebutuhan klien lebih jauh akan membangun
hubungan terapeutik yang kuat. Membuat keputusan
tentang validitas nyeri menukar supaya penanganan
nyeri sebagai imbalan untuk perilaku klien yang
“baik” dan mengontrol sumber nyeri akan merusak
kepercayaan klien kepada perawat.
Keberhasilan hubungan perawat klien
sebagian bergantung kepada kemampuan
perawat untuk menghormati respon klien
terhadap nyeri. Banyak perawat yang
menghargai pengendalian diri yang kuat.
Namun, klien mungkin merasa perlu
menangis atau mengeluh atau bahkan menjadi
marah. Klien tidak perlu merasa malu atau
takut bahwa perawat tidak akan menerima
perilaku tersebut.