EDISI REVISI

CATATAN KULIAH
PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN

KASHADI
1
 DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN ………………………………………………………………. 4

II. FILSAFAT PANCASILA ............................................................................ 5

A. PENGERTIAN .................................................................................. 5
B. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT .................................. 5
C. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI ................................................. 6

III. IDENTITAS NASIONAL ............................................................................. 7

A. PENGERTIAN .................................................................................. 7
B. PANCASILA SEBAGAI IDENTITAS NASIONAL ........................... 7

IV. KONSTITUSI DAN SISTEM POLITIK ..................................................... 9

A. KONSTITUSI DALAM SUATU NEGARA ........................................ 9
B. PERUBAHAN UUD 1945 ................................................................. 10
C. SISTEM POLITIK DAN KETATANEGARAAN ............................... 11

V. DEMOKRASI ........................................................................................... 13
A. PENGERTIAN ................................................................................. 13
B. DEMOKRASI DI INDONESIA ………………………………………… 14

VI. HAM DAN RULE OF LAW ………………………………………………….. 16

A. SEJARAH PERKEMBANGAN ………………………………………. 16
B. HAM DI INDONESIA …………………………………………………… 17
C. RULE OF LAW …………………………………………………………. 19

VII. NEGARA DAN WARGA NEGARA ......................................................... 20

A. PENGERTIAN ................................................................................. 20
B. WARGA NEGARA DAN PENDUDUK ............................................ 20
C. ASAS-ASAS KEWARGANEGARAAN ……………………………… 21
D. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ………………………. 22

VIII. GEOPOLITIK INDONESIA …………………………………………………. 24

A. PENGERTIAN ……………………………………………………………. 24
B. WILAYAH SEBAGAI RUANG HIDUP ............................................... 26
1. PANDANGAN RATZEL DAN KJELLEN ................................ 26
2. PANDANGAN HAUSHOFER .................................................. 26
3. PANDANGAN BANGSA INDONESIA ………………………… 26
4. PERKEMBANGAN WILAYAH INDONESIA ………………….. 27
a) SEJAK 17-8-1945 SAMPAI DENGAN 13-12-1957 ……….. 27
b) DEKLARASI JUANDA ……………………………………….. 27
c) DEKLARASI LANDAS KONTINEN INDONESIA …………. 27
d) DEKLARASI ZONA EKONOMI ESKLUSIF ……………….. 28
C. WILAYAH NEGARA INDONESIA ……………………………………… 28
D. OTONOMI DAERAH …………………………………………………….. 29

2
IX. GEOSTRATEGI INDONESIA ………………………………………………… 31
A. PENGERTIAN ................................................................................... 31
B. KETAHANAN NASIONAL ................................................................ 31
1. METODE ASTA GATRA ........................................................... 33
2. HAKIKAT KETAHANAN NASIONAL ....................................... 33
3. ASPEK ALAMIAH ..................................................................... 34
1) KONDISI GEOGRAFIS NEGARA ......................................... 34
2) KEKAYAAN ALAM ............................................................... 34
3) KEADAAN DAN KEMAMPUAN PENDUDUK ...................... 34
4. ASPEK SOSIAL ........................................................................ 34
1) IDEOLOGI .............................................................................. 34
2) POLITIK ................................................................................. 34
3) EKONOMI .............................................................................. 35
4) SOSIAL BUDAYA .................................................................. 36
5) PERTAHANAN DAN KEAMANAN ........................................ 37
C. POLA ESKALASI ANCAMAN ......................................................... 38
D. HUBUNGAN KETAHANAN NASIONAL DENGAN WAWASAN NA
SIONAL ............................................................................................. 38

3
 BAB I
PENDAHULUAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TELAH DIKEMBANGKAN DI BANYAK

NEGARA YANG MENGANUT DEMOKRASI, DENGAN BERBAGAI MACAM ISTILAH
ATAU NAMA, SEPERTI CIVIC EDUCATION, CITIZENSHIP EDUCATION, DAN
DEMOCRACY EDUCATION.
MATA KULIAH INI MEMILIKI PERAN YANG STRATEGIS DALAM
MEMPERSIAPKAN WARGANEGARA YANG CERDAS, BERTANGGUNG JAWAB DAN
BERKEADABAN.
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20
TAHUN 2003, TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL, DALAM PASAL 37 AYAT
(2) MENYATAKAN BAHWA KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI WAJIB MEMUAT
PENDIDIKAN AGAMA, PENDIDIKAN BAHASA DAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN.
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DIMAKSUDKAN UNTUK MEMBENTUK
PESERTA DIDIK MENJADI MANUSIA YANG MEMILIKI RASA KEBANGSAAN DAN
CINTA TANAH AIR.
BERDASARKAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDRAL PENDIDIKAN TINGGI
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 43/DIKTI/KEP/2006 TENTANG
RAMBU-RAMBU PELAKSANAAN KELOMPOK MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA,
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN, DAN BAHASA . BERDASARKAN KETENTUAN
DIATAS KETIGA MATA KULIAH TERSEBUT MERUPAKAN KELOMPOK MATA KULIAH
PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN (MPK) WAJIB DIBERIKAN DI SEMUA FAKULTAS
DAN JURUSAN DI SELURUH PERGURUAN TINGGI DI INDONESIA, DENGAN BEBAN
STUDI MASING-MASING 3 SKS.
DENGAN DEMIKIAN, DASAR HUKUM MATA KULIAH PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN ADALAH UU NO. 20 TAHUN 2003, YANG OPERASIONALNYA
DIDASARKAN PADA KEPUTUSAN DIRJENDIKTI NO. 43/DIKTI/KEP/2006.

4
 BAB II
FILSAFAT PANCASILA

A. PENGERTIAN
DALAM KEHIDUPAN, MANUSIA TIDAK DAPAT MENGELAK DARI FILSAFAT
ATAU SENANTIASA BERFILSAFAT.
MANUSIA DALAM KEHIDUPANNYA PASTI AKAN MEMILIH PANDANGAN APA
YANG DIANGGAP PALING BAIK, PALING BENAR DAN YANG DAPAT MEMBAWA
KESEJAHTERAAN . PANDANGAN DALAM HIDUPNYA INI YANG DISEBUT FILSAFAT.
 APABILA SESEORANG HANYA BERPANDANGAN BAHWA MATERI
MERUPAKAN SUMBER KEBENARAN DALAM KEHIDUPAN, MAKA ORANG
TERSEBUT BERFILSAFAT MATERIALISME.
 APABILA SESEORANG BERPANDANGAN BAHWA KENIKMATAN ADALAH
MERUPAKAN NILAI TERPENTING DAN TERTINGGI DALAM KEHIDUPAN MAKA
ORANG TERSEBUT BER FILSAFAT HEDONISME.
 APABILA SESEORANG BERPANDANGAN BAHWA DALAM KEHIDUPAN
MASYARAKAT DAN NEGARA ADALAH KEBEBASAN INDIVIDU, MAKA ORANG
TERSEBUT BERFILSAFAT LIBERALISME,
 APABILA SESEORANG MEMISAHKAN ANTARA KEHIDUPAN KENEGARAAN
ATAU KEMASYARAKATAN DAN KEHIDUPAN AGAMA, MAKA ORANG
TERSEBUT BERFILSAFAT SEKULERISME,

ISTILAH “FILSAFAT” DARI BAHASA YUNANI “PHILEIN” YANG ARTINYA “CINTA”

DAN “SOPHOS” YANG ARTINYA “HIKMAH” ATAU “KEBIJAKSANAAN”.
JADI SECARA HARFIAH ISTILAH FILSAFAT ADALAH MENGANDUNG MAKNA CINTA
KEBIJAKSANAAN.
HAL INI SESUAI DENGAN SEJARAH TIMBULNYA ILMU PENGETAHUAN, YANG
SEBELUMNYA DIBAWAH NAUNGAN FILSAFAT.

DITINJAU DARI LINGKUP PEMBAHASANNYA, MAKA FILSAFAT MELIPUTI

BANYAK BIDANG PEMBAHASAN, ANTARA LAIN TENTANG:
 MANUSIA, SEHINGGA MUNCUL FILSAFAT MANUSIA.
 AGAMA, SEHINGGA MUNCUL FILSAFAT AGAMA.
 HUKUM, SEHINGGA MUNCUL FILSAFAT HUKUM.
 POLITIK, SEHINGGA MUNCUL FILSAFAT POLITIK.
 ILMU, SEHINGGA MUNCUL FILSAFAT ILMU. DLL

B. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI DASAR FILSAFAT NEGARA DAN SEBAGAI FILSAFAT
HIDUP BANGSA INDONESIA, PADA HAKIKATNYA MERUPAKAN SUATU NILAI-NILAI
YANG BERSIFAT SISTEMATIS. KARENA SILA-SILA PANCASILA MERUPAKAN
SATU KESATUAN YANG BULAT, TIDAK TERPISAH-PISAH MELAINKAN MEMILIKI
ESENSI MAKNA YANG UTUH.
SEHINGGA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA, DAN
BERNEGARA HARUS BERDASARKAN NILAI-NILAI KETUHANAN, KEMANUSIAAN,
PERSATUAN, KERAKYATAN DAN KEADILAN.
MAKA DARI ITU NILAI –NILAI YANG ADA DALAM PANCASILA MERUPAKAN
SISTEM FILSAFAT.

5
C. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI
ISTILAH IDEOLOGI BERASAL DARI KATA “IDEA” YANG BERARTI
“GAGASAN, KONSEP, PENGERTIAN DASAR, CITA-CITA” DAN “LOGOS” YANG
BERARTI “ILMU”.
SECARA HARFIAH, IDEOLOGI BERARTI ILMU PENGERTIAN-PENGERTIAN
DASAR.
DALAM PENGERTIAN SEHARI-HARI, “IDEA” DISAMAKAN ARTINYA DENGAN
“CITA-CITA”. CITA-CITA YANG DIMAKSUD ADALAH CITA-CITA YANG BESIFAT
TETAP YANG HARUS DICAPAI. CITA-CITA YANG BERSIFAT TETAP ITU
MERUPAKAN DASAR, PANDANGAN ATAU PAHAM .
SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA INDONESIA, PANCASILA PADA
HAKIKATNYA BUKAN HANYA MERUPAKAN SUATU HASIL PERENUNGAN ATAU
PEMIKIRAN SESEORANG ATAU KELOMPOK ORANG SEBAGAIMANA IDEOLOGI-
IDEOLOGI LAIN DIDUNIA, NAMUN PANCASILA DIANGKAT DARI NILAI-NILAI
KEBUDAYAAN DAN KEAGAMAAN YANG TERDAPAT DALAM PANDANGAN HIDUP
MASYARAKAT INDONESIA SEBELUM MEMBENTUK NEGARA, SEHINGGA UNSUR-
UNSUR YANG MERUPAKAN MATERI (BAHAN) PANCASILA TIDAK LAIN
DIANGKAT DARI PANDANGAN HIDUP MASYARAKAT INDONESIA SENDIRI, OLEH
KARENA ITU BANGSA INDONESIA MERUPAKAN KAUSA MATERIALIS (ASAL
BAHAN) PANCASILA.(NOTO NAGORO).
UNSUR-UNSUR PANCASILA TERSEBUT KEMUDIAN DIANGKAT DAN
DIRUMUSKAN OLEH PARA PENDIRI NEGARA KE DALAM UUD 1945 SEBAGAI
DASAR NEGARA, SEBAGAI PANDANGAN HIDUP, SEHINGGA PANCASILA JUGA
SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA INDONESIA.

6
 BAB III
IDENTITAS NASIONAL

A. PENGERTIAN
IDENTITAS NASIONAL ADALAH SUATU CIRI YANG DIMILIKI OLEH SUATU
BANGSA YANG SECARA FILOSOFIS MEMBEDAKAN BANGSA TERSEBUT
DENGAN BANGSA LAIN.
DENGAN DEMIKIAN MAKA SETIAP BANGSA AKAN MEMILIKI IDENTITAS
NASIONALNYA SENDIRI-SENDIRI SESUAI DENGAN KEUNIKAN, SIFAT, CIRI-CIRI
,KARAKTER DAN BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA BANGSA SECARA
HISTORIS.
IDENTITAS NASIONAL SUATU BANGSA TIDAK DAPAT DIPISAHKAN DENGAN
JATI DIRI SUATU BANGSA ATAU LEBIH POPULER DISEBUT SEBAGAI
KEPRIBADIAN SUATU BANGSA.
KEPRIBADIAN MERUPAKAN SUATU IDENTITAS, PERTAMA KALI MUNCUL
DARI PARA PAKAR PSIKOLOGI.
MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU SULIT DIPAHAMI MANAKALA IA TERLEPAS
DARI MANUSIA LAINNYA. OLEH KARENA ITU MANUSIA DALAM MELAKUKAN
INTERAKSI DENGAN INDIVIDU LAINNYA SENANTIASA MEMILIKI SUATU SIFAT
KEBIASAAN, TINGKAH LAKU SERTA KARAKTER YANG KHAS YANG MEMBEDAKAN
MANUSIA TERSEBUT DENGAN MANUSIA LAINNYA. OLEH KARENA ITU
KEPRIBADIAN ADALAH TERCERMIN PADA KESELURUHAN TINGKAH LAKU
SESEORANG DALAM HUBUNGAN DENGAN MANUSIA LAIN.
JIKA KEPRIBADIAN SEBAGAI SUATU IDENTITAS DARI SUATU BANGSA,
MAKA PERSOALANNYA ADALAH BAGAIMANA PENGERTIAN SUATU BANGSA ITU.
BANGSA PADA HAKIKATNYA ADALAH SEKELOMPOK BESAR MANUSIA
YANG MEMPUNYAI PERSAMAAN NASIB DALAM PROSES SEJARAHNYA,
SEHINGGA MEMPUNYAI PERSAMAAN WATAK ATAU KARAKTER YANG KUAT
UNTUK BERSATU DAN HIDUP BERSAMA SERTA MENDIAMI SUATU WILAYAH
TERTENTU SEBAGAI SUATU “KESATUAN NASIONAL”.
KEPRIBADIAN BANGSA INDONESIA JANGAN DIDESKRIPSI-KAN
BERDASARKAN CIRI KHAS FISIK SAJA, KARENA BANGSA INDONESIA TERDIRI
ATAS BERBAGAI MACAM UNSUR ETNIS, RAS, SUKU, KEBUDAYAAN, AGAMA,
SERTA KARAKTER YANG SEJAK ASALNYA MEMANG MEMILIKI SUATU
PERBEDAAN.
KEPRIBADIAN BANGSA INDONESIA BERKEMBANG DAN MENEMUKAN JATI
DIRINYA SETELAH PROKLAMASI KEMERDEKAAN 17 AGUSTUS 1945. OLEH
KARENA ITU TIDAK CUKUP HANYA DIPAHAMI SECARA STATIS MENGINGAT
BANGSA ADALAH MERUPAKAN KUMPULAN DARI MANUSIA-MANUSIA YANG
SENANTIASA BERINTERKASI DENGAN BANGSA LAIN DI DUNIA, NAMUN JUGA
HARUS DIPAHAMI DALAM KONTEKS DINAMIS.

B. PANCASILA SEBAGAI IDENTITAS NASIONAL

PRINSIP- PRINSIP DASAR PANDANGAN HIDUP BANGSA INDONESIA YANG
DIANGKAT DAN DIRUMUSKAN OLEH BPUPKI TELAH DIABSTRAKSIKAN MENJADI
PRINSIP DASAR NEGARA YAITU PANCASILA.
PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA INDONESIA PADA HAKIKATNYA
BERSUMBER DARI NILAI-NILAI KEBUDAYAAN DAN KEAGAMAAN SEBAGAI
7
KEPRIBADIAN TELAH DIMILIKI OLEH BANGSA INDONESIA YANG DALAM
KEHIDUPAN SEHARI- HARI SEBAGAI SUATU PANDANGAN HIDUPNYA.
DENGAN DEMIKIAN, PANCASILA DISAMPING SEBAGAI PANDANGAN
HIDUP,DASAR NEGARA DAN IDEOLOGI NEGARA JUGA SEBAGAI IDENTITAS
NASIONAL BANGSA INDONESIA, KARENA KEPRIBADIAN BANGSA MERUPAKAN
IDENTITAS NASIONAL.

8
 BAB IV
KONSTITUSI DAN SISTEM POLITIK

A. KONSTITUSI DALAM SUATU NEGARA

PEMIKIRAN YANG BERKEMBANG BERKAITAN DENGAN NEGARA DAN
KEKUASAAN ADALAH PERNYATAAN LORD ACTON (INGGRIS) YAITU POWER
TENDS TO CORRUPT, BUT ABSOLUTE POWER CORRUPTS ABSOLUTELY
(MANUSIA YANG MEMPUNYAI KEKUASAAN CENDERUNG UNTUK
MENYALAHGUNAKANNYA, AKAN TETAPI MANUSIA YANG MEMPUNYAI
KEKUASAAN ABSOLUT SUDAH PASTI AKAN MENYALAHGUNAKANNYA).
KEKUASAAN JIKA DIBIARKAN SECARA BEBAS DAPAT MENIMBULKAN
ANARKI,KARENA TELAH DI SALAH GUNAKAN, DISELEWENGKAN,DAN
DILANGGARNYA KEKUASAAN TERSEBUT. OLEH KARENA ITU KEKUASAAN
HARUS DIATUR, DIBATASI DAN DIRINCI SECARA TEGAS DALAM KONSTITUSI.
OLEH KARENA ITU KEMUDIAN MUNCUL PAHAM KONSTITUSIONALISME
YANG MENYATAKAN ADANYA ASAS-ASAS POKOK YANG MENETAPKAN DAN
MEMBATASI KEKUASAAN BAGI PIHAK YANG MEMERINTAH (PENGUASA) AGAR
TIDAK DISALAHGUNAKAN.
ISTILAH KONSTITUSI DALAM BAHASA BELANDA DISEBUT DENGAN KATA
GRONDWET (GROND = DASAR; WET = UNDANG-UNDANG) DAN DALAM BAHASA
JERMAN DISEBUT DENGAN KATA GRUNDGESETZ (GRUND = DASAR; GESETZ =
UNDANG-UNDANG). GRONDWET DAN GRUNDGESETZ DIPAKAI UNTUK
MENUNJUK PADA NASKAH TERTULIS.
KONSTITUSI SERING DISAMAKAN ARTINYA DENGAN UNDANG-UNDANG
DASAR.
ADA PAHAM YANG MEMBEDAAN ANTARA PENGERTIAN KONSTITUSI
DENGAN UNDANG-UNDANG DASAR. MENURUT PAHAM TERSEBUT, KATA
KONSTITUSI MEMPUNYAI PENGERTIAN LEBIH LUAS DIBANDING UNDANG-
UNDANG DASAR. UNDANG-UNDANG DASAR ADALAH BAGIAN TERTULIS DARI
KONSTITUSI, SEDANGKAN KONSTITUSI MEMUAT PERATURAN BAIK TERTULIS
MAUPUN TIDAK TERTULIS.

PENGERTIAN KONSTITUSI MENCAKUP PERATURAN TIDAK TERTULIS

DIKARENAKAN UNDANG-UNDANG DASAR (KONSTITUSI TERTULIS) HANYA
MENGATUR HAL-HAL MENGENAI NEGARA DALAM GARIS BESAR ATAU POKOK-
POKOKNYA SAJA. SEMENTARA DI SISI LAIN SELALU TERDAPAT KEMUNGKINAN
TIMBUL HAL-HAL DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA YANG TIDAK DIATUR DALAM
UNDANG-UNDANG DASAR TERSEBUT.
DI INDONESIA MENGANUT KONSTITUSI BAIK TERTULIS MAUPUN YANG
TIDAK TERTULIS, HAL INI DAPAT DIKETAHUI DARI PENJELASAN UNDANG-
UNDANG DASAR 1945 YANG MENYATAKAN: UNDANG-UNDANG DASAR SUATU
NEGARA IALAH HANYA SEBAGIAN DARI HUKUMNYA DASAR NEGARA ITU.
UNDANG-UNDANG DASAR IALAH HUKUM DASAR YANG TERTULIS, SEDANG
DI SAMPING ITU BERLAKU JUGA HUKUM DASAR YANG TIDAK TERTULIS, YAITU
ATURAN-ATURAN DASAR YANG TIMBUL DAN TERPELIHARA DALAM PRAKTEK
PENYELENGGARAAN NEGARA( DINAMAKAN KONVENSI ).

9
SIFAT-SIFAT KONVENSI ADALAH :
1. MERUPAKAN KEBIASAAN YANG BERULANG KALI DAN TERPELIHARA DALAM
PRAKTEK PENYELENGGARAAN NEGARA.
2. TIDAK BERTENTANGAN DENGAN UUD DAN BERJALAN SEJAJAR
3. DITERIMA OLEH SELURUH RAKYAT.
4. SEBAGAI PELENGKAP UUD.

CONTOH KONVENSI ANTARA LAIN:

 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERDASARKAN MUSYAWARAH
MUFAKAT DALAM SIDANG MPR
 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SETIAP
TANGGAL 16 AGUSTUS

OLEH KARENA ITU KEBERADAAN KONVENSI AKAN MENYEMPURNAKAN

UNDANG-UNDANG DASAR DAN MENJADIKAN KONSTITUSI SUATU NEGARA
DAPAT MENYESUAIKAN DIRI DENGAN PERKEMBANGAN ZAMAN.
.
MINIMAL ADA 3 HAL YANG DIATUR DALAM SEBUAH KONSITUSI:
1. ADANYA JAMINAN HAK-HAK ASASI MANUSIA.
2. SISTEM KETATANEGARAAN.
3. KEDUDUKAN, TUGAS, DAN WEWENANG LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA.

FUNGSI KONSTITUSI ADA DUA:

1. MEMBAGI KEKUASAAN DALAM NEGARA YAKNI ANTAR CABANG
KEKUASAAN NEGARA (TERUTAMA KEKUASAAN LEGISLATIF, EKSEKUTIF,
DAN YUDIKATIF)
2. MEMBATASI KEKUASAAN PEMERINTAH ATAU PENGUASA DALAM
NEGARA. PEMBATASAN KEKUASAAN NEGARA MENCAKUP:

1). ISI KEKUASAAN MENGANDUNG ARTI BAHWA DALAM KONSTITUSI

DITENTUKAN TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA.
2). WAKTU PELAKSANAAN KEKUASAAN BERKAITAN DENGAN MASA
JABATAN MASING-MASING LEMBAGA NEGARA ATAU PEJABATNYA
DALAM MENJALANKAN KEKUASAANNYA.

B. PERUBAHAN UUD 1945

MERUPAKAN SALAH SATU HAL YANG PENTING UNTUK DIATUR DALAM
SEBUAH KONSTITUSI. HAL ITU DIMAKSUDKAN AGAR GENERASI PASCA
PERUMUS KONSTITUSI TETAP DIBERI KESEMPATAN DAN MEMILIKI DASAR
HUKUM UNTUK MELAKUKAN PERUBAHAN SESUAI PERKEMBANGAN ZAMAN.
SEHINGGA PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945 DIJAMIN SECARA
YURIDIS DI DALAM UNDANG-UNDANG DASAR 1945 ITU SENDIRI SEBAGAIMANA
TERCANTUM DALAM BAB XVI PASAL 37 TENTANG PERUBAHAN UNDANG-
UNDANG DASAR.
NAMUN DALAM MELAKUKAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945
PERLU ADANYA KESEPAKATAN DASAR AGAR ARAH DAN TUJUAN PERUBAHAN
KONSTITUSI TIDAK MERUBAH PRINSIP DASAR YANG MENJADI JATI DIRI BANGSA
DAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA.

10
 KESEPAKATAN DASAR YANG DICAPAI OLEH FRAKSI-FRAKSI MPR
BERKAITAN DENGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945 TERSEBUT
ADALAH:
1. TIDAK MENGUBAH PEMBUKAAN UNDANG-UNDANG
DASAR 1945.
2. TETAP MEMPERTAHANKAN NEGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA.
3. TETAP MEMPERTAHANKAN SISTEM PEMERINTAHAN
PRESIDENSIAL.
4. PENJELASAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945 YANG
MEMUAT HAL-HAL NORMATIF DIMASUKKAN KE DALAM PASAL-PASAL
(SEKARANG SETELAH AMANDEMEN PENJELASAN UUD 1945 SUDAH TIDAK
ADA LAGI).
5. PERUBAHAN DILAKUKAN DENGAN CARA
“ADENDUM”, YAITU DILAKUKAN DENGAN TETAP MEMPERTAHANKAN
NASKAH ASLI UUD 1945 YANG DISAHKAN PADA TANGGAL 18 AGUSTUS 1945
DAN NASKAH PERUBAHAN-PERUBAHAN UUD 1945 DILETAKKAN SETELAH
NASKAH ASLI.

TUJUAN DILAKUKANNYA KESEPAKATAN ADALAH :

1. UNTUK MENJAGA KELESTARIAN DAN KESINAMBUNGAN SEJARAH
BANGSA DAN NEGARA INDONESIA.
2. UNTUK MENDOKUMENTASIKAN PEMIKIRAN KENEGARA-WANAN PARA
PENYUSUN UUD 1945.
3. SEBAGAI WUJUD PENGHARGAAN TERHADAP JASA-JASA PARA PENDIRI
NEGARA YANG MENYUSUN UUD 1945.

PASAL 37 UUD 1945 SETELAH AMANDEMEN :

(1) USUL PERUBAHAN PASAL- PASAL UUD DAPAT DIAGENDAKAN DALAM
SIDANG MPR APABILA DIAJUKAN OLEH SEKURANG- KURANGNYA 1/3 DARI
JML ANGGOTA MPR.

(2) SETIAP USUL PERUBAHAN PASAL- PASAL UUD DIAJUKAN SECARA TERTULIS
DAN DITUNJUKKAN DENGAN JELAS BAGIAN YANG DIUSULKAN UNTUK
DIUBAH BESERTA ALASANNYA.
(3) UNTUK MENGUBAH PASAL- PASAL UUD, SIDANG MPR DIHADIRI OLEH
SEKURANG- KURANGNYA 2/3 DARI JUMLAH ANGGOTA MPR.

(4) PUTUSAN UNTUK MENGUBAH PASAL- PASAL UUD DILAKUKAN DENGAN

PERSETUJUAN SEKURANG- KURANGNYA 50% DITAMBAH 1 ANGGOTA DARI
SELURUH ANGGOTA MPR.
(5) KHUSUS MENGENAI BENTUK NKRI TIDAK DAPAT DILAKUKAN PERUBAHAN.

C. SISTEM POLITIK DAN KETATANEGARAAN INDONESIA

DUA MODEL SISTEM POLITIK, YAITU:

1. SISTEM POLITIK PLURALISME ADALAH:

1). NEGARA/ PEMERINTAH DILETAKKAN PADA POSISI TIDAK OTONOM.
11
 2). FUNGSI NEGARA SEBAGAI PELAKSANA KEINGINAN MASYARAKAT.
3).KEBIJAKSANAAN NEGARA DIKELUARKAN MELALUI PROSES
DEMOKRATIS, DAN TIDAK DIKELUARKAN BERDASARKAN INISIATIF
NEGARA.
4). FUNGSI PARTAI POLITIK SANGAT MENONJOL DAN MENENTUKAN.
2. SISTEM POLITIK INTEGRALISME ADALAH :
1). NEGARA DILETAKKAN PADA POSISI OTONOM.
2).BERSIFAT ORGANIS YANG SECARA POLITIS DIBERI KEWENANGAN
UNTUK MENJAMIN KEPENTINGAN SELURUH RAKYAT.
3). SISTEM POLITIK YANG OTORITER.
4). DAPAT MENGARAH KE TOTALITER.

MENURUT CARTER DAN HERZ, SECARA EKSTRIM TERDAPAT DUA UJUNG

DALAM SPEKTRUM SISTEM POLITIK YANG KONTRADIKTIF YAKNI “DEMOKRASI” DI
SATU SISI DAN “TOTALITERISME” DI SISI LAIN.
DALAM IMPLEMENTASINYA SETIAP NEGARA SANGAT BERVARIASI,
KARENA ADANYA PERBEDAAN LATAR BELAKANG SEJARAH, IDEOLOGI, POLITIK
DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI ANTARA SATU NEGARA DENGAN NEGARA
LAINNYA.
DENGAN DEMIKIAN SECARA HITAM PUTIH TIDAK DAPAT DIKATAKAN
BAHWA SUATU NEGARA MENGANUT SISTEM POLITIK DEMOKRASI ATAU
TOTALITER, KARENA SELALU TERJADI PASANG SURUT DAN PASANG NAIK
ANTARA KEDUA SISTEM POLITIK TERSEBUT DI SETIAP NEGARA MAUPUN DI
SETIAP PERKEMBANGANNYA.
DARI PENGALAMAN SEJARAH DI INDONESIA, SECARA SEPINTAS DAPAT
DIAMATI BERLAKUNYA UNDANG UNDANG DASAR 1945 DALAM DUA PERIODE
AKAN TERDAPAT SISPOL YANG BERBEDA- BEDA, YAITU :
(1) TAHUN 1945-1949, YANG MELAHIRKAN SISTEM POLITIK DEMOKRASI LIBERAL;
DAN
(2) TAHUN 1959 SAMPAI SEKARANG, YANG DIPISAHKAN MENJADI TIGA TAHAP,
YAITU:
(a) TAHUN 1959-1966, YANG MELAHIRKAN SISTEM POLITIK DEMOKRASI
TERPIMPIN;
(b) TAHUN 1966-1998, YANG MELAHIRKAN SISTEM POLITIK DEMOKRASI
PANCASILA; DAN
(c) TAHUN 1998 SAMPAI SEKARANG, YANG MELAHIRKAN SISTEM POLITIK
DEMOKRASI ERA REFORMASI (NAMUN KENYATAANNYA MASIH
MENGGUNAKAN DEMOKRASI PANCASILA).

DENGAN DEMIKIAN TERNYATA DENGAN LANDASAN KONSTITUSIONAL

YANG SAMA YAITU UNDANG UNDANG DASAR 1945 DAPAT DILAHIRKAN SISTEM
POLITIK YANG BERBEDA ATAU BERUBAH DAN TIDAKNYA SISTEM POLITIK
BERGANTUNG DARI REZIM YANG BERKUASA PADA WAKTU ITU.

12
 BAB V
DEMOKRASI.

A. PENGERTIAN
BAGI NEGARA YANG DALAM KONSTITUSI ATAU UNDANG-UNDANG
DASARNYA MENCANTUMKAN ASAS KEDAULATAN RAKYAT, MAKA NEGARA YANG
BERSANGKUTAN DAPAT DIKLASIFIKASIKAN SEBAGAI NEGARA DEMOKRASI.

DEMOKRASI, BERASAL DARI KATA DEMOS YANG BERARTI RAKYAT, DAN

CRATEIN (KRATOS) YANG BERARTI PEMERINTAHAN, SEHINGGA DEMOKRASI
DAPAT DIARTIKAN SEBAGAI PEMERINTAHAN OLEH RAKYAT DIMANA
KEKUASAAN TERTINGGI BERADA DI TANGAN RAKYAT DAN DILAKUKAN OLEH
RAKYAT, BAIK SECARA LANGSUNG ATAU TIDAK LANGSUNG (ATAS DASAR
SUATU SISTEM PERWAKILAN).
DEMOKRASI BERKAITAN DENGAN PEMILU, KARENA PEMILU MERUPAKAN
SYARAT BAGI NEGARA DEMOKRASI UNTUK MELAKSANAKAN KEDAULATAN
RAKYAT. SEHINGGA DENGAN PEMILU BERARTI PEMERINTAHAN YANG
DIJALANKAN MENDAPAT LEGITIMASI DARI RAKYAT.

MENURUT DELIAR NOER, NEGARA DEMOKRASI ADALAH NEGARA YANG

DISELENGGARAKAN BERDASARKAN KEHENDAK DAN KEMAUAN RAKYAT, ATAU
SUATU PENGORGANISASIAN NEGARA YANG DILAKUKAN OLEH RAKYAT SENDIRI
ATAU ATAS PERSETUJUAN RAKYAT KARENA KEDAULATAN BERADA DI TANGAN
RAKYAT.

MENURUT SRI SUMANTRI, DEMOKRASI DAPAT DITINJAU DARI DUA SEGI,

YAITU :

1. DEMOKRASI DALAM ARTI MATERIAL

ADALAH DEMOKRASI YANG DIWARNAI OLEH FALSAFAH ATAU IDEOLOGI
YANG DIANUT OLEH SUATU BANGSA ATAU NEGARA.
PERBEDAAN DALAM DEMOKRASI YANG DIANUT OLEH MASING-MASING
NEGARA MENUNJUKKAN ADANYA PERBEDAAN YANG MENDASAR DALAM
DEMOKRASI, DAN OLEH KARENANYA DIKENAL ADANYA DEMOKRASI
TERPIMPIN, DEMOKRASI LIBERAL, DEMOKRASI SOSIALIS, DEMOKRASI
RAKYAT DLL.

2. DEMOKRASI DALAM ARTI FORMAL

ADALAH DEMOKRASI LANGSUNG SEBAGAIMANA PERNAH DILAKSANAKAN
DALAM NEGARA KOTA (CITY STATE) DI YUNANI KUNO YANG DALAM
PERKEMBANGANNYA MENJADI DEMOKRASI TIDAK LANGSUNG DISEBUT JUGA
DEMOKRASI PERWAKILAN, YAITU DEMOKRASI YANG DILAKUKAN OLEH
WAKIL-WAKIL RAKYAT YANG DUDUK DI LEMBAGA/BADAN PERWAKILAN
RAKYAT.

13
CIRI KHAS DARI DEMOKRASI ADALAH PEMERINTAH YANG DEMOKRATIS ADALAH
PEMERINTAH YANG TERBATAS KEKUASAANNYA DAN TIDAK DIBENARKAN
BERTINDAK SEWENANG-WENANG TERHADAP WARGA NEGARANYA.
PEMBATASAN-PEMBATASAN ATAS KEKUASAAN PEMERINTAH TERCANTUM
DALAM KONSTITUSI, ATAU DISEBUT DEMOKRASI KONSTITUSIONAL.

MENURUT MARIAM BUDIHARDJO,

DEMOKRASI KONSTITUSIONAL PERTAMA-TAMA MERUPAKAN RECHTSSTAAT
MEMPUNYAI CIRI-CIRI SEBAGAI BERIKUT :

1. PERLINDUNGAN KONSTITUSIONAL.
2. BADAN KEHAKIMAN YANG BEBAS TIDAK MEMIHAK.
3. PEMILU YANG BEBAS.
4. KEBEBASAN UNTUK MENYATAKAN PENDAPAT.
5. KEBEBASAN UNTUK BERSERIKAT DAN BER OPOSISI.
6. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN.

B. DEMOKRASI DI INDONESIA
DI INDONESIA, DEMOKRASI YANG DIPAKAI MENGALAMI BEBERAPA KALI
PERUBAHAN SESUAI DENGAN SISTEM PEMERINTAHAN YANG DIANUT PADA
WAKTU ITU.
PADA AWAL KEMERDEKAAN TAHUN 1945, DEMOKRASI YANG DIGUNAKAN
ADALAH SISTEM DEMOKRASI PARLEMENTER (DEMOKRASI LIBERAL), YANG
KEMUDIAN DIPERKUAT JUGA PADA WAKTU BERLAKUNYA KONSTITUSI RIS
TAHUN 1949 DAN UNDANG-UNDANG DASAR SEMENTARA TAHUN 1950.
TERNYATA DEMOKRASI PARLEMENTER INI KURANG COCOK KARENA SERING
JATUHNYA KABINET YANG MEMERINTAH DAN MENYEBABKAN PEMERINTAHAN
TIDAK STABIL.
AKHIRNYA PADA TANGGAL 5 JULI 1959 PRESIDEN SOEKARNO
MENGELUARKAN DEKRIT PRESIDEN YANG MENENTUKAN BERLAKUNYA
KEMBALI UUD 1945.
DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 SELAIN MENGAKHIRI SISTEM DEMOKRASI
PARLEMENTER JUGA DIPANDANG SEBAGAI SUATU USAHA UNTUK MENCARI
JALAN KELUAR DARI KEMACETAN POLITIK MELALUI PEMBENTUKAN
KEPEMIMPINAN YANG KUAT. KEMUDIAN DEMOKRASI PARLEMENTER DIGANTI
MENJADI SISTEM DEMOKRASI TERPIMPIN.
DALAM PERKEMBANGANNYA BANYAK PENYIMPANGAN YANG TERJADI
PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN, ANTARA LAIN DIKELUARKANNYA
KETETAPAN MPRS NO. III/MPRS/1963 YANG MENGANGKAT IR. SOEKARNO
SEBAGAI PRESIDEN SEUMUR HIDUP, PEMBUBARAN DPR HASIL PEMILIHAN
UMUM OLEH PRESIDEN PADA TAHUN 1960 YANG DIGANTI DENGAN DEWAN
PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG, CAMPUR TANGAN PRESIDEN DI
BIDANG YUDIKATIF DAN LEGISLATIF DLL.
SETELAH DEMOKRASI TERPIMPIN BERAKHIR/ RUNTUH, MUNCUL ORDE
BARU TAHUN 1966 DENGAN MELAKUKAN PENATAAN DI SEGALA BIDANG
DENGAN TUJUAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM KERANGKA STABILITAS
POLITIK DAN STABILITAS EKONOMI, DENGAN TEKAD HENDAK MELAKSANAKAN
PANCASILA DAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945 SECARA MURNI DAN
KONSEKUEN DIPAKAILAH DEMOKRASI PANCASILA.

14
NAMUN DALAM PRAKTEK-PRAKTEK POLITIK YANG DILAKUKAN DALAM
DEMOKRASI PANCASILA MEMPERLIHATKAN MASIH BERLIMPAHNYA DISTORSI.
AKHIRNYA ORDE BARU DENGAN DEMOKRASI PANCASILA PUN RUNTUH
DENGAN ADANYA GERAKAN REFORMASI YANG DIMOTORI OLEH MAHASISWA
PADA TAHUN 1998. WALAUPUN PEMERINTAHAN ORDE BARU SUDAH RUNTUH
DAN DIGANTI DENGAN ERA REFORMASI TETAPI HINGGA SAAT INI SISTEM
DEMOKRASI YANG DIPAKAI DI INDONESIA MASIH MENGGUNAKAN SISTEM
DEMOKRASI PANCASILA.

15
 BAB VI
HAK ASASI MANUSIA DAN RULE OF LAW

A. SEJARAH PERKEMBANGAN
HAK ASASI ADALAH HAK YANG DIMILIKI MANUSIA YANG TELAH
DIPEROLEH DAN DIBAWANYA BERSAMAAN DENGAN KELAHIRAN ATAU
KEHADIRANNYA DI DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT.
DALAM SEJARAH UMAT MANUSIA TELAH BANYAK KEJADIAN DI MANA
SESEORANG ATAU SEGOLONGAN MANUSIA MENGADAKAN PERLAWANAN
TERHADAP PENGUASA ATAU GOLONGAN LAIN UNTUK MEMPERJUANGKAN APA
YANG DIANGGAP HAKNYA. SERING PERJUANGAN INI MENUNTUT
PENGORBANAN JIWA DAN RAGA.
KEMUDIAN DI BARAT ADA USAHA UNTUK MERUMUSKAN SERTA
MEMPERJUANGKAN BEBERAPA HAK YANG DIANGGAP SUCI DAN HARUS
DIJAMIN. AKHIRNYA LAHIR BEBERAPA NASKAH YANG MENETAPKAN ADA
BEBERAPA HAK YANG MENDASARI KEHIDUPAN MANUSIA YANG BERSIFAT
UNIVERSAL DAN ASASI.

NASKAH TERSEBUT ADALAH SEBAGAI BERIKUT:

1. MAGNA CHARTA (PIAGAM AGUNG, 1215), SUATU DOKUMEN
YANG MENCATAT BEBERAPA HAK YANG DIBERIKAN OLEH RAJA JOHN DARI
INGGRIS KEPADA BEBERAPA BANGSAWAN BAWAHANNYA ATAS TUNTUTAN
MEREKA.
2. BILL OF RIGHTS (UNDANG-UNDANG HAK, 1689), SUATU
UNDANG-UNDANG YANG DITERIMA OLEH PARLEMEN INGGRIS SESUDAH
BERHASIL DALAM TAHUN SEBELUMNYA MENGADAKAN PERLAWANAN
TERHADAP RAJA JAMES 11. DALAM SUATU REVOLUSI TAK BERDARAH (THE
GLONOUS REVOLUTION OF 1688).

3. DÉCLARATION DES DROITS DE L’HOMME ET DU CITOYEN

(PERNYATAAN HAK-HAK MANUSIA DAN WARGA NEGARA, 1789), SUATU
NASKAH YANG DICETUSKAN PADA PERMULAAN REVOLUSI PERANCIS,
SEBAGAI PERLAWANAN TERHADAP KESEWENANGAN DARI REZIM LAMA.

4. BILL OF RIGHTS (UNDANG-UNDANG HAK), SUATU NASKAH

YANG DISUSUN OLEH RAKYAT AMERIKA PADA TAHUN 1789 DAN YANG
MENJADI BAGIAN DARI UNDANG-UNDANG DASAR PADA TAHUN 1791.

HAK-HAK YANG DIRUMUSKAN TERSEBUT SANGAT DIPENGARUHI OLEH HUKUM

ALAM (NATURAL LAW), YANG MENURUT JOHN LOCKE DAN JEAN JAQUES
ROUSSEAU HANYA TERBATAS PADA HAK- HAK YANG BERSIFAT POLITIS SAJA
SEPERTI KESAMAAN HAK, HAK ATAS KEBEBASAN, HAK UNTUK MEMILIH DAN
SEBAGAINYA.

16
 AKHIRNYA DALAM ABAD KE-20 HAK-HAK POLITIK INI DIANGGAP KURANG
SEMPURNA. DAN MULAILAH DICETUSKAN BEBERAPA HAK LAIN YANG LEBIH
LUAS RUANG LINGKUPNYA DIBANDING HAK- HAK SEBELUMNYA.

KEMUDIAN MUNCUL EMPAT HAK YANG DIRUMUSKAN OLEH PRESIDEN

AMERIKA SERIKAT, FRANKLIN D. ROOSEVELT YANG TERKENAL DENGAN
ISTILAH THE FOUR FREEDOMS (EMPAT KEBEBASAN), YAITU:
1. KEBEBASAN UNTUK BERBICARA DAN MENYATAKAN PENDAPAT
(FREEDOM OF SPEECH).
2. KEBEBASAN BERAGAMA (FREEDOM OF RELIGION),
3. KEBEBASAN DARI KETAKUTAN (FREEDOM FROM FEAR),
4. KEBEBASAN DARI KEMELARATAN (FREEDOM FROM WANT).

SEJALAN DENGAN PEMIKIRAN INI, KEMUDIAN PBB PADA TAHUN 1946

MENDIRIKAN KOMISI HAK-HAK ASASI (COMMISSION OF HUMAN RIGHT) ,
MENETAPKAN SECARA TERPERINCI BEBERAPA HAK EKONOMI DAN SOSIAL, DI
SAMPING HAK-HAK POLITIK. AKHIRNYA PADA TAHUN 1948 HASIL PEKERJAAN
KOMISI INI,ADALAH PERNYATAAN SEDUNIA TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA
(UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN RIGHT), DITERIMA SECARA AKLAMASI
OLEH NEGARA-NEGARA YANG TERGABUNG DALAM PERSERIKATAN BANGSA-
BANGSA.
UNIVERSALITAS HAK ASASI MANUSIA DALAM PENGERTIAN DAN
BENTUKNYA YANG BERSIFAT UMUM TENTU SAJA TIDAK DAPAT DIPUNGKIRI
LAGI, SEMUA NEGARA YANG ADA DI DUNIA INI TELAH SEPAKAT MENGAKUI DAN
MENJAMIN KEBERADAAN DAN ARTI PENTINGNYA HAK ASASI MANUSIA
TERSEBUT..
SETIAP NEGARA MEMPUNYAI HAK UNTUK MEMBUAT INTERPRETASI
TERHADAP HAK ASASI MANUSIA YANG BERSIFAT UNIVERSAL ITU SESUAI
DENGAN KEDAULATAN SERTA NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKATNYA.
HAL INI DIAKUI SECARA INTERNASIONAL, YANG DISEBUT DENGAN KONSEP
“RELATIVISME KULTURAL”.
KECENDERUNGAN INTERNASIONAL MENGHENDAKI BAHWA SETIAP
NEGARA MENJABARKAN, MERINCI DAN MENYEBARLUASKAN HAK ASASI
MANUSIA YANG TELAH DIATUR DI DALAM HUKUM NASIONALNYA MASING-
MASING. HAL INI DIMAKSUDKAN SEBAGAI UPAYA SALING MEMBERI INFORMASI
DAN MAMAHAMI KONSEP RELATIVISME KULTURAL HAK ASASI MANUSIA MASING-
MASING NEGARA, SEHINGGA DAPAT DENGAN MUDAH DIMENGERTI DAN
DIPAHAMI OLEH PIHAK-PIHAK LAIN.
ATAS DASAR PEMIKIRAN YANG DEMIKIAN ITU, MAKA APABILA TERJADI
PERBEDAAN PANDANGAN DAN INTERPRETASI ANTARA SUATU NEGARA
DENGAN NEGARA LAIN, HAL ITU TIDAK DAPAT DIKATAKAN SEBAGAI SUATU
PELANGGARAN TERHADAP HAK ASASI MANUSIA.

B. HAM DI INDONESIA

NEGARA REPUBLIK INDONESIA MEMPUNYAI KONSEP HAK ASASI MANUSIA

SEPERTI APA YANG TERCANTUM DI DALAM UNDANG UNDANG DASAR 1945
(MESKIPUN UNDANG-UNDANG DASAR 1945 LAHIR LEBIH DAHULU
DIBANDINGKAN DENGAN DEKLARASI HAK ASASI MANUSIA YANG LAHIR PADA
17
BULAN DESEMBER 1948). KONSEP HAK ASASI MANUSIA TERSEBUT DI MUKA
ADALAH KONSEPSI HAK ASASI MANUSIA YANG SESUAI DENGAN KULTUR DAN
CORAK HIDUP BANGSA INDONESIA, DI MANA PENJABARAN DAN RINCIANNYA
AKAN DILAKSANAKAN OLEH BERBAGAI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
YANG DIBUAT SECARA DEMOKRATIS DAN SENANTIASA DAPAT BERKEMBANG
SESUAI DENGAN SITUASI SERTA KONDISI PERKEMBANGAN MASYARAKAT
INDONESIA.
UNTUK MEMAYUNGI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG SUDAH
ADA, MAKA DIBUATLAH UNDANG-UNDANG TENTANG HAM YAITU UNDANG-
UNDANG RI NOMOR 39 TAHUN 1999.
HAK ASASI MANUSIA MERUPAKAN HAK DASAR YANG SECARA KODRATI
MELEKAT PADA DIRI MANUSIA, BERSIFAT UNIVERSAL DAN LANGGENG, OLEH
KARENA ITU HARUS DILINDUNGI, DIHORMATI, DIPERTAHANKAN, DAN TIDAK
BOLEH DIABAIKAN, DIKURANGI. ATAU DIRAMPAS OLEH SIAPAPUN.
SELAIN HAK ASASI, MANUSIA JUGA MEMPUNYAI KEWAJIBAN DASAR
ANTARA MANUSIA YANG SATU TERHADAP YANG LAIN DAN TERHADAP
MASYARAKAT SECARA KESELURUHAN DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT,
BERBANGSA, DAN BERNEGARA.
DALAM UNDANG-UNDANG TERSEBUT PENGATURAN MENGENAI HAK
ASASI MANUSIA DITENTUKAN DENGAN BERPEDOMAN PADA DEKLARASI HAK
ASASI MANUSIA PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA.
DALAM BAB I UU NO. 39 TAHUN 1999 YANG MENGATUR TENTANG
KETENTUAN UMUM, DISEBUTKAN BAHWA YANG DIMAKSUD DENGAN HAK ASASI
MANUSIA ADALAH SEPERANGKAT HAK YANG MELEKAT PADA HAKIKAT DAN
KEBERADAAN MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK TUHAN YANG MAHA ESA DAN
MERUPAKAN ANUGERAH-NYA YANG WAJIB DIHORMATI, DIJUNJUNG TINGGI
DAN DILINDUNGI OLEH NEGARA, HUKUM, PEMERINTAH, DAN SETIAP ORANG
DEMI KEHORMATAN SERTA PERLINDUNGAN HARKAT DAN MARTABAT
MANUSIA.
SEIRING DENGAN PERKEMBANGAN PEMAHAMAN, KESADARAN DAN
PEMIKIRAN MENGENAI HAK ASASI MANUSIA, RUMUSAN HAK ASASI YANG
TERDAPAT DALAM UNDANG-UNDANG DASAR 1945 PERLU DISEMPURNAKAN.
IMPLEMENTASINYA ADALAH MASUKNYA RUMUSAN HAK ASASI MANUSIA
KEDALAM UNDANG-UNDANG DASAR 1945, DALAM BAB TERSENDIRI YAKNI BAB
XA TENTANG HAK ASASI MANUSIA.
DALAM BAB TERSEBUT TERDAPAT 10 (SEPULUH) PASAL YANG MEMERINCI
HAK ASASI MANUSIA INDONESIA SEBAGAIMANA TERCANTUM PADA PASAL 28A
SAMPAI DENGAN PASAL 28J UNDANG-UNDANG DASAR 1945.
MATERI HAK ASASI MANUSIA YANG DIMASUKKAN KEDALAM UNDANG-
UNDANG DASAR 1945 DIPANDANG SANGAT LENGKAP DAN MENYEMPURNAKAN
HAK ASASI YANG TELAH TERCANTUM SEBELUMNYA KARENA MENCAKUP CUKUP
BANYAK ASPEK, ANTARA LAIN:
1) HAK ASASI BERKAITAN DENGAN HIDUP DAN KEHIDUPAN;
2) HAK ASASI BERKAITAN DENGAN KEKELUARGAAN;
3) HAK ASASI BERKAITAN DENGAN PENGEMBANGAN DIRI;
4) HAK ASASI BERKAITAN DENGAN PEKERJAAN;
5) HAK ASASI BERKAITAN DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN
PERSAMAAN DI DEPAN HUKUM;
6) HAK ASASI BERKAITAN DENGAN KEBEBASAN BERAGAMA DAN MEYAKINI
KEPERCAYAAN;
18
7) HAK ASASI BERKAITAN DENGAN KOMUNIKASI DAN INFORMASI;
8) HAK ASASI BERKAITAN DENGAN RASA AMAN DAN PERLINDUNGAN DARI
PERLAKUAN YANG MERENDAHKAN DERAJAT DAN MARTABAT MANUSIA;
9) HAK ASASI BERKAITAN DENGAN KESEJAHTERAAN SOSIAL;
10) HAK ASASI BERKAITAN DENGAN PERSAMAAN DAN KEADILAN.
C. RULE OF LAW.
PENGERTIAN RULE OF LAW DAN NEGARA HUKUM PADA HAKIKATNYA
SULIT DIPISAHKAN DAN HAMPIR DAPAT DIKATAKAN SAMA.
MENURUT FRIEDMAN, PENGERTIAN NEGARA HUKUM ATAU RECHTSTAAT
DAN RULE OF LAW SEBENARNYA SALING MENGISI. BERDASARKAN BENTUKNYA,
SEBENARNYA RULE OF LAW ADALAH KEKUASAAN PUBLIK YANG DIATUR
SECARA LEGAL. OLEH KARENA ITU, NEGARA YANG LEGAL HARUS SENANTIASA
MENDASARKAN DAN MENEGAKKAN RULE OF LAW.

DIDALAM UUD 1945 DIKATAKAN BAHWA NEGARA INDONESIA ADALAH

NEGARA HUKUM ATAU RECHTSTAAT DAN BUKAN NEGARA KEKUASAAN ATAU
MACHTSSTAAT, DIDALAMNYA TERKANDUNG PENGERTIAN ADANYA PENGAKUAN
TERHADAP PRINSIP SUPREMASI HUKUM DAN KONSTITUSI, OLEH KARENA ITU
NEGARA INDONESIA PADA HAKIKATNYA MENGANUT PRINSIP RULE OF LAW, AND
NOT OF MAN.
MENURUT ALBERT V. DICEY, RULE OF LAW DIARTIKAN SEBAGAI SUATU
KETERATURAN HUKUM. DALAM RULE OF LAW TERDAPAT TIGA UNSUR YANG
FUNDAMENTAL, YAITU:
1. SUPREMASI ATURAN-ATURAN HUKUM.
2. KEDUDUKAN YANG SAMA DIMUKA HUKUM.
3. TERJAMINNYA HAM OLEH UNDANG-UNDANG DAN KEPUTUSAN-
KEPUTUSAN PENGADILAN.

19
 BAB VII
NEGARA DAN WARGA NEGARA

A. PENGERTIAN

1. PENGERTIAN NEGARA
ADALAH SUATU ORGANISASI DIANTARA SEKELOMPOK ATAU
BEBERAPA KELOMPOK MANUSIA YANG BERSAMA-SAMA MENDIAMI
SUATU WILAYAH TERTENTU DENGAN MENGAKUI ADANYA SUATU
PEMERINTAHAN YANG MENGURUS TATA TERTIB DAN KESELAMATAN
SEKELOMPOK ATAU BEBERAPA KELOMPOK MANUSIA TADI.

2. UNSUR NEGARA
a) BERSIFAT KONSTITUTIF, YAITU ADANYA WILAYAH, RAKYAT, DAN
PEMERINTAHAN.
b) BERSIFAT DEKLARATIF, YAITU ADANYA UUD, PENGAKUAN DARI
NEGARA LAIN.

3. BENTUK NEGARA, NEGARA KESATUAN (UNITARY STATE) DAN NEGARA

SERIKAT (FEDERATION).

NKRI SETELAH MASUK SEBAGAI ANGGOTA PBB, MEMPUNYAI

KEDUDUKAN DAN KEWAJIBAN YANG SAMA DENGAN NEGARA-NEGARA LAIN DI
DUNIA, YAITU IKUT SERTA DALAM MEMELIHARA DAN MENJAGA PERDAMAIAN
DUNIA. OLEH KARENA KEHIDUPAN DI NKRI TIDAK DAPAT TERLEPAS DARI
PENGARUH KEHIDUPAN DUNIA INTERNASIONAL (GLOBAL). MAKA NKRI JUGA
MEMPUNYAI KEWAJIBAN TERHADAP WARGANEGARANYA

KEWAJIBAN NEGARA TERHADAP WARGA NEGARANYA PADA DASARNYA

ADALAH :
1. MEMBERIKAN KESEJAHTERAAN HIDUP DAN KEAMANAN LAHIR BATIN SESUAI
DENGAN SISTEM DEMOKRASI YANG DIANUTNYA.
2. MELINDUNGI HAK ASASINYA SEBAGAI MANUSIA SECARA INDIVIDUAL (HAM)
BERDASARKAN KETENTUAN INTERNASIONAL YANG DIBATASI OLEH
KETENTUAN AGAMA, ETIKA MORAL DAN BUDAYA YANG BERLAKU DI
NEGARA INDONESIA.
3. MELAKSANAKAN SISTEM KENEGARAAN YANG DIGUNAKAN.

B. WARGA NEGARA DAN PENDUDUK

DALAM PERKEMBANGAN DUNIA YANG MAKIN LAMA MENJADI SEBUAH DESA

GLOBAL (GLOBAL VILLAGE) DENGAN BATAS FISIK ANTAR NEGARA YANG MAKIN
KABUR, PERGERAKAN MANUSIA DARI BERBAGAI NEGARA DAN BENUA MAKIN
CEPAT. SEBAGIAN DARI MEREKA KEMUDIAN BERTEMPAT TINGGAL DAN
20
BEKERJA DI NEGARA LAIN, TERMASUK INDONESIA YANG TIDAK LUPUT MENJADI
BAGIAN DARI MASYARAKAT GLOBAL YANG MENDIAMI DESA GLOBAL TERSEBUT.
KEWARGANEGARAAN MEREKA TETAP KEWARGANEGARAAN ASING TETAPI
BEKERJA DAN TINGGAL DI INDONESIA SEPERTI HALNYA WARGA NEGARA
INDONESIA.
UNTUK MERESPON PERKEMBANGAN INI, KETENTUAN MENGENAI WARGA
NEGARA DALAM KONSTITUSI INDONESIA DITAMBAH DENGAN MASUKNYA
UNSUR ORANG ASING DALAM KATEGORI PENDUDUK INDONESIA.

DENGAN DEMIKIAN PASAL 26 UUD 1945 YANG SEBELUM AMANDEMEN

TERDIRI DARI DUA (2) AYAT SEKARANG MENJADI TIGA (3) AYAT, YAITU :
(1). YANG MENJADI WARGA NEGARA IALAH ORANG-ORANG BANGSA INDONESIA
ASLI DAN ORANG- ORANG BANGSA LAIN YANG DISAHKAN DENGAN
UNDANG- UNDANG SEBAGAI WARGA NEGARA.
(2).PENDUDUK IALAH WARGA NEGARA INDONESIA DAN ORANG UNDANG-
UNDANG.ASING YANG BERTEMPAT TINGGAL DI INDONESIA.
(3). HAL- HAL MENGENAI WARGA NEGARA DAN PENDUDUK DIATUR DENGAN

C. ASAS-ASAS KEWARGANEGARAAN

SETIAP NEGARA YANG BERDAULAT BERHAK UNTUK MENENTUKAN SENDIRI

SYARAT-SYARAT UNTUK MENJADI WARGA NEGARA. TERKAIT DENGAN
SYARAT-SYARAT MENJADI WARGANEGARA DALAM ILMU TATA NEGARA DI
KENAL ADANYA DUA ASAS KEWARGANEGARAAN, YAITU ASAS IUS-
SANGUINIS DAN ASAS IUS-SOLI.

ASAS IUS-SOLI ADALAH ASAS DAERAH KELAHIRAN, ARTINYA BAHWA

STATUS KEWARGANEGARAAN SESEORANG DITENTUKAN OLEH TEMPAT
KELAHIRANNYA DI NEGARA TERSEBUT.

ASAS IUS-SANGUINIS ADALAH ASAS KETURUNAN ATAU HUBUNGAN

DARAH, ARTINYA BAHWA KEWARGANEGARAAN SESEORANG DITENTUKAN
OLEH ORANGTUANYA.

DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 62 TAHUN 1958

MENGANUT ASAS IUS-SANGUINIS DARI GARIS AYAH SAJA, KEMUDIAN
DENGAN KELUARNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TETAP
MENGANUT ASAS IUS-SANGUINIS TETAPI DARI GARIS KEDUA
ORANGTUANYA (AYAH DAN IBU).
APABILA KEDUA ORANGTUANYA BERBEDA WARGANEGARA DAN
MEMPUNYAI ANAK, MAKA ANAKNYA BERWARGANEGARA GANDA
(BIPATRIDE).
NAMUN SETELAH ANAK BERUMUR 18 TAHUN ATAU SUDAH MENIKAH DAPAT
MEMILIH WARGANEGARA DARI GARIS AYAH ATAU IBU.

BIPATRIDE DAN APATRIDE

DALAM HUBUNGAN ANTAR NEGARA SESEORANG DAPAT PINDAH TEMPAT
DAN BERDOMISILI DI NEGARA LAIN. APABILA SESEORANG ATAU KELUARGA
YANG BERTEMPAT TINGGAL DI NEGERA LAIN MELAHIRKAN ANAK, MAKA
STATUS KEWARGANEGARAAN ANAK INI TERGANTUNG PADA ASAS YANG
21
 BERLAKU DI NEGARA TEMPAT KELAHIRANNYA DAN YANG BERLAKU DI
NEGARA ORANGTUANYA. PERBEDAAN ASAS YANG DIANUT OLEH NEGARA
YANG LAIN, MISALNYA NEGARA A MENGANUT ASAS IUS-SANGUINIS
SEDANGKAN NEGARA B MENGANUT ASAS IUS-SOLI, HAL INI DAPAT
MENIMBULKAN STATUS BIPATRIDE ATAU APATRIDE PADA ANAK DARI
ORANGTUA YANG BERIMIGRASI DI ANTARA KEDUA NEGARA TERSEBUT
.
BIPATRIDE (DWI KEWARGANEGARAAN)
TIMBUL APABILA MENURUT PERATURAN DARI DUA NEGARA TERKAIT
SESEORANG DIANGGAP SEBAGAI WARGANEGARA KEDUA NEGARA ITU.
MISALNYA, ADI DAN ANI ADALAH SUAMI ISTERI YANG BERSTATUS WARGA
NEGARA A NAMUN MEREKA BERDOMISILI DI NEGARA B. NEGARA A
MENGANUT ASAS IUS-SANGUINIS DAN NEGARA B MENGANUT ASAS IUS-
SOLI. KEMUDIAN LAHIRLAH ANAK MEREKA, DANI. MENURUT NEGARA A
YANG MENGANUT ASAS IUS-SANGUINIS, DANI ADALAH WARGA NEGARANYA
KERENA MENGIKUTI KEWARGANEGARAAN ORANG TUANYA. MENURUT
NEGARA B YANG MENGANUT IUS-SOLI, DANI JUGA WARGA NEGARANYA,
KARENA TEMPAT KELAHIRANNYA ADALAH DI NEGARA B. DENGAN DEMIKIAN
DANI MEMPUNYAI STATUS DUA KEWARGANEGARAAN ATAU BIPATRIDE.

APATRIDE (TANPA KEWARGANEGARAAN)

TIMBUL APABILA MENURUT PERATURAN KEWARGANEGARAAN,
SESEORANG TIDAK DIAKUI SEBAGAI WARGANEGARA DARI NEGARA
MANAPUN. MISALNYA, AGUS DAN IRA ADALAH SUAMI ISTERI YANG
BERSTATUS WARGANEGARA B YANG BERASAS IUS-SOLI. MEREKA
BERDOMISILI DI NEGARA A YANG BERASAS IUS-SANGUINIS. KEMUDIAN
LAHIRLAH ANAK MEREKA, BUDI, MENURUT NEGARA A, BUDI TIDAK DIAKUI
SEBAGAI WARGANEGARANYA, KARENA ORANGTUANYA, BUKAN
WARGANEGARANYA. BEGITU PULA MENURUT NEGARA B. BUDI TIDAK
DIAKUI SEBAGAI WARGANEGARANYA, KARENA LAHIR DI WILAYAH NEGARA
LAIN. DENGAN DEMIKIAN BUDI TIDAK MEMPUNYAI KEWARGANEGARAAN
ATAU APATRIDE.

D. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

1. KESAMAAN KEDUDUKAN DALAM HUKUM DAN PEMERINTAHAN

PASAL 27 AYAT (1) UUD 1945 MENYATAKAN SEGALA WARGA NEGARA
BERSAMAAN KEDUDUKANNYA DIDALAM HUKUM DAN PEMERINTAHAN DAN
WAJIB MENJUNJUNG HUKUM DAN PEMERINTAHAN ITU DENGAN TIDAK ADA
KECUALINYA.
PASAL INI MENUNJUKKAN ADANYA KEWAJIBAN DAN TIDAK ADA DISKRIMINASI
DIANTARA WARGANEGARA, BAIK MENGENAI HAK MAUPUN MENGENAI
KEWAJIBANNYA. JUGA MENUNJUKKAN KEPEDULIAN AKAN HAK ASASI.

2. HAK ATAS PEKERJAAN DAN PENGHIDUPAN YANG LAYAK BAGI

KEMANUSIAAN
PASAL 27 AYAT (2) UUD 1945 MENYATAKAN BAHWA, TIAP-TIAP WARGA
NEGARA BERHAK ATAS PEKERJAAN DAN PENGHIDUPAN YANG LAYAK BAGI
KEMANUSIAAN.

22
PASAL INI MEMANCARKAN ASAS KEADILAN SOSIAL DAN KERAKYATAN. OLEH
KARENA ITU BERBAGAI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG MENGATUR
HAL INI BERTUJUAN MENCIPTAKAN LAPANGAN KERJA GUNA MEMPEROLEH
PENGHIDUPAN YANG LAYAK BAGI WARGANEGARA.

3. HAK DAN KEWAJIBAN PEMBELAAN NEGARA

PASAL 27 AYAT (3) UUD 1945 SETIAP WARGA NEGARA BERHAK DAN WAJIB
IKUT SERTA DALAM UPAYA PEMBELAAN NEGARA.
SEBETULNYA TIDAK HANYA MERUPAKAN HAK DAN KEWAJIBAN SAJA, TETAPI
SEKALIGUS MERUPAKAN TANGGUNG JAWAB DAN KEHORMATAN BAGI SETIAP
WARGA NEGARA DALAM UPAYA PEMBELAAN NEGARA.

4. KEMERDEKAAN BERSERIKAT DAN BERKUMPUL

PASAL 28 UUD 1945 MENYATAKAN BAHWA, KEMERDEKAAN BERSERIKAT
DAN BERKUMPUL, MENGELUARKAN PIKIRAN DENGAN LISAN DAN TULISAN DAN
SEBAGAINYA, DITETAPKAN DENGAN UNDANG-UNDANG.
PASAL INI MENCERMINKAN BAHWA NEGARA INDONESIA BERSIFAT DEMOKRATIS
DAN MERUPAKAN BAGIAN DARI HAM DI BIDANG POLITIK.

5. KEMERDEKAAN MEMELUK AGAMA

PASAL 29 AYAT (2) UUD 1945 MENYATAKAN: “NEGARA MENJAMIN
KEMERDEKAAN TIAP-TIAP PENDUDUK UNTUK MEMELUK AGAMANYA MASING-
MASING DAN BERIBADAT MENURUT AGAMANYA DAN KEPERCAYAANNYA ITU”.
KEBEBASAN MEMELUK AGAMA MERUPAKAN SALAH SATU HAK YANG PALING
ASASI DIANTARA HAK-HAK ASASI MANUSIA, KARENA KEBEBASAN BERAGAMA
BUKAN PEMBERIAN NEGARA ATAU BUKAN PEMBERIAN GOLONGAN. AGAMA DAN
KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA ITU BERDASARKAN
KEYAKINAN, SEHINGGA TIDAK DAPAT DIPAKSAKAN DAN MEMANG AGAMA DAN
KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA ITU SENDIRI TIDAK
MEMAKSA SETIAP MANUSIA UNTUK MEMELUK DAN MENGANUTNYA.

6. HAK DAN KEWAJIBAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA

PASAL 30 AYAT (1) UUD 1945 MENYATAKAN BAHWA, TIAP-TIAP WARGA
NEGARA BERHAK DAN WAJIB IKUT SERTA DALAM USAHA PERTAHANAN DAN
KEAMANAN NEGARA.
SEDANGKAN AYAT (2) MENYATAKAN, USAHA PERTAHANAN DAN KEAMANAN
NEGARA DILAKSANAKAN MELALUI SISTEM PERTAHANAN DAN KEAMANAN
RAKYAT SEMESTA OLEH TENTARA NASIONAL INDONESIA DAN KEPOLISIAN
NEGARA REPUBLIK INDONESIA, SEBAGAI KEKUATAN UTAMA, DAN RAKYAT,
SEBAGAI KEKUATAN PENDUKUNG.

7. HAK MENDAPAT PENDIDIKAN

PASAL 31 AYAT (1) UUD 1945 MENETAPKAN BAHWA SETIAP WARGA NEGARA
BERHAK MENDAPAT PENDIDIKAN.
SEDANGKAN AYAT (2) MENYATAKAN BAHWA SETIAP WARGA NEGARA WAJIB
MENGIKUTI PENDIDIKAN DASAR DAN PEMERINTAH WAJIB MEMBIAYAINYA.
DENGAN DEMIKIAN PENDIDIKAN TIDAK HANYA HAK SAJA TETAPI JUGA
KEWAJIBAN BAGI WARGA NEGARA DALAM RANGKA MENCERDASKAN
KEHIDUPAN BANGSA.

23
 BAB VIII
GEOPOLITIK INDONESIA

A. PENGERTIAN
SETIAP BANGSA SELALU MEMPUNYAI CITA-CITA, CITA-CITA INILAH YANG
AKAN MEMBERIKAN GAIRAH HIDUP DAN ARAH DALAM MENENTUKAN TUJUAN
YANG AKAN DICAPAI.
CITA-CITA BANGSA INDONESIA TERDAPAT DALAM ALINEA II PEMBUKAAN
UUD 1945, YANG DIDALAMNYA MENGANDUNG PENGERTIAN BAHWA,
“KEMERDEKAAN BUKANLAH TUJUAN AKHIR DARI PERJUANGAN BANGSA TETAPI
HANYA MERUPAKAN ALAT UNTUK MEWUJUDKAN NEGARA INDONESIA YANG
BERSATU, BERDAULAT, ADIL DAN MAKMUR”.
BERDASARKAN CITA-CITA MAKA DITENTUKANLAH TUJUAN NASIONAL
DARI BANGSA INDONESIA. TUJUAN NASIONAL BANGSA INDONESIA TERDAPAT
PADA ALINEA IV PEMBUKAAN UUD 1945, YAITU:
1. MEMBENTUK NKRI YANG MELINDUNGI BANGSA DAN TANAH AIR
(PENDEKATAN KEAMANAN).
2. MENYELENGGARAKAN MASYARAKAT YANG ADIL DAN MAKMUR
(PENDEKATAN KESEJAHTERAAN).
3. IKUT DALAM KETERTIBAN DAN PERDAMAIAN DUNIA.

PERWUJUDAN TUJUAN NASIONAL DAN CITA-CITA DIPENGARUHI OLEH

FAKTOR–FAKTOR:
 KONDISI GEOGRAFIS NEGARA
WILAYAH INDONESIA YANG LUAS TERDIRI DARI RIBUAN PULAU DAN
DIKELILINGI LAUTAN DAN BENUA. KEADAAN INI DISATU SISI
MENGUNTUNGKAN NAMUN DISISI LAIN MERUPAKAN SUMBER ANCAMAN
BAGI PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA INDONESIA.
 MANUSIA DAN LINGKUNGANNYA
PENDUDUK INDONESIA YANG PADAT, TERDIRI DARI BERBAGAI MACAM
SUKU BANGSA DENGAN ADAT ISTIADAT YANG SERBA BERAGAM. KEADAAN
INI DISATU SISI MENGUNTUNGKAN, NAMUN DISISI LAIN MERUPAKAN
SUMBER KERESAHAN DAN PERTENTANGAN.

DENGAN ADANYA KEADAAN-KEADAAN YANG KURANG MENGUNTUNGKAN

TERSEBUT, MAKA BANGSA INDONESIA HARUS MEMILIKI WAWASAN NASIONAL
YANG DAPAT DIJADIKAN LANDASAN DAN PEDOMAN DALAM
MENYELENGGARAKAN KEHIDUPAN NASIONALNYA ATAU BANGSA INDONESIA
HARUS MEMILIKI PRINSIP- PRINSIP DASAR SEBAGAI PEDOMAN AGAR TIDAK
TEROMBANG- AMBING DALAM MEMPERJUANGKAN KEPENTINGAN
NASIONALNYA.
KEPENTINGAN NASIONAL YANG MENDASAR BAGI BANGSA INDONESIA
ADALAH UPAYA MENJAMIN PERSATUAN DAN KESATUAN WILAYAH, BANGSA DAN
SEGENAP ASPEK KEHIDUPAN NASIONALNYA. KARENA HANYA DENGAN UPAYA
24
INILAH BANGSA DAN NEGARA INDONESIA DAPAT TETAP EKSIS DAN DAPAT
MELANJUTKAN PERJUANGAN MENUJU MASYARAKAT YANG DICITA-CITAKAN.
BAGI BANGSA INDONESIA WAWASAN NASIONAL YANG SESUAI DENGAN
FALSAFAH BANGSA, KONDISI GEOGRAFIS NEGARA DAN SOSIAL BUDAYA
SERTA YANG BERPIJAK PADA WUJUD WILAYAH NUSANTARA ADALAH
WAWASAN NUSANTARA, SEHINGGA DAPAT DIKATAKAN WAWASAN
NUSANTARA ADALAH GEOPOLITIK INDONESIA, KARENA GEOPOLITIK ADALAH
KEBIJAKSANAAN DALAM RANGKA TUJUAN NASIONAL DENGAN MEMANFAATKAN
KEUNTUNGAN LETAK GEOGRAFIS NEGARA. ATAU KEBIJAKSANAAN DALAM
RANGKA TUJUAN NASIONAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KONDISI WILAYAH
GEOGRAFIS NEGARA.
ISTILAH WAWASAN BERARTI CARA PANDANG, CARA TINJAU, ATAU CARA
MELIHAT. SEDANGKAN ISTILAH NUSANTARA DIPAKAI UNTUK MENGGAMBARKAN
KESATUAN WILAYAH PERAIRAN DAN GUGUSAN PULAU-PULAU INDONESIA YANG
TERLETAK DI ANTARA SAMUDERA PASIFIK DAN SAMUDERA INDONESIA SERTA
DIANTARA BENUA ASIA DAN BENUA AUSTRALIA. OLEH KARENA ITU LETAK
NEGARA INDONESIA BERADA PADA POSISI SILANG.
DENGAN DEMIKIAN PENGERTIAN WAWASAN NUSANTARA ADALAH CARA
PANDANG BANGSA INDONESIA TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA YANG
SESUAI DENGAN PANCASILA, UUD 1945, KEADAAN GEOGRAFIS NEGARA DAN
SEJARAH YANG DIALAMINYA.

BATAS-BATAS ASTRONOMI WILAYAH NEGARA INDONESIA ADALAH

SEBAGAI BERIKUT:
* UTARA : ± 6O 08’ LU
* SELATAN : ± 11O 15’ LS
* BARAT : ± 94O 45’ BT
* TIMUR : ± 141O 05’ BT
*JARAK UTARA – SELATAN SEKITAR 1.888 KILOMETER,
*JARAK BARAT – TIMUR SEKITAR 5.110 KILOMETER.
*LUAS WILAYAH INDONESIA SELURUHNYA ADALAH
5.193.250 KM2 YANG TERDIRI DARI DARATAN SELUAS 2.028.087 KM 2 DAN
PERAIRAN SELUAS 3.165.163 KM2.
* JUMLAH PULAU : 17.508

ISTILAH GEOPOLITIK SEMULA DIARTIKAN OLEH FREDERICH RATZEL (1844-

1904) SEBAGAI ILMU BUMI POLITIK (POLITICAL GEOGRAPHY). ISTILAH INI
KEMUDIAN DIKEMBANGKAN DAN DIPERLUAS OLEH SARJANA ILMU POLITIK
SWEDIA RUDOLF KJELLEN (1864-1922) DAN KARL HAUSHOFER (1869-1964) DARI
JERMAN MENJADI GEOGRAPHICAL POLITIC DAN DISINGKAT GEOPOLITIK.
PERBEDAAN DARI DUA ISTILAH DI ATAS TERLETAK PADA TITIK PERHATIAN
DAN TEKANANNYA, APAKAH PADA BIDANG GEOGRAFI ATAUKAH POLITIK.
ILMU BUMI POLITIK (POLITICAL GEOGRAPHY) MEMPELAJARI FENOMENA
GEOGRAFI DARI ASPEK POLITIK, SEDANGKAN GEOPOLITIK MEMPELAJARI
FENOMENA POLITIK DARI ASPEK GEOGRAFI.
GEOPOLITIK MEMAPARKAN DASAR PERTIMBANGAN DALAM MENENTUKAN
ALTERNATIF KEBIJAKAN NASIONAL UNTUK MEWUJUDKAN TUJUAN TERTENTU,
SEBAGAI ILMU PENYELENGGARAAN NEGARA YANG SETIAP KEBIJAKANNYA
DIKAITKAN DENGAN MASALAH-MASALAH GEOGRAFI WILAYAH YANG MENJADI
TEMPAT TINGGAL SUATU BANGSA.
25
B. WILAYAH SEBAGAI RUANG HIDUP

1. PANDANGAN RATZEL DAN KJELLEN

FREDERICH RATZEL,
NEGARA ADALAH MIRIP ORGANISME (MAKHLUK HIDUP). NEGARA ADALAH
RUANG YANG DITEMPATI OLEH KELOMPOK MASYARAKAT POLITIK (BANGSA).
BANGSA DAN NEGARA TERIKAT OLEH HUKUM ALAM. JIKA BANGSA DAN NEGARA
INGIN TETAP EKSIS DAN BERKEMBANG MAKA HARUS DIBERLAKUKAN HUKUM
EKSPANSI (PEMEKARAN WILAYAH), YANG AKHIRNYA MELAHIRKAN AJARAN ADU
KEKUATAN (THEORY OF POWER).

RUDOLF KJELLEN,
NEGARA ADALAH ORGANISME YANG HARUS MEMILIKI INTELEKTUAL, JUGA
MENGAJUKAN PAHAM EKSPANSIONISME DALAM RANGKA UNTUK
MEMPERTAHANKAN NEGARA DAN MENGEMBANGKANNYA.

PANDANGAN RATZEL DAN KJELLEN HAMPIR SAMA. MEREKA

MEMANDANG PERTUMBUHAN NEGARA MIRIP DENGAN PERTUMBUHAN
ORGANISME (MAKHLUK HIDUP). OLEH KARENA ITU NEGARA MEMERLUKAN
RUANG HIDUP (LEBENSRAUM), SERTA MENGENAL PROSES LAHIR, TUMBUH,
MEMPERTAHANKAN HIDUP, MENYUSUT DAN MATI. MEREKA JUGA MENGAJUKAN
PAHAM EKSPANSIONISME (PEMEKARAN WILAYAH) YANG KEMUDIAN
MELAHIRKAN AJARAN ADU KEKUATAN (POWER PLITICS ATAU THEORY OF
POWER).

2. PANDANGAN HAUSHOFER
PAHAM EKSPANSIONISMENYA INI MEWARNAI GEOPOLITIK NAZI JERMAN DI
BAWAH PIMPINAN HITTLER. JUGA MENGANDUNG AJARAN RASIALISME, YANG
MENYATAKAN BAHWA RAS JERMAN ADALAH RAS PALING UNGGUL YANG HARUS
DAPAT MENGUASAI DUNIA.

3. PANDANGAN BANGSA INDONESIA

PANDANGAN BANGSA INDONESIA TENTANG GEOPOLITIK YANG
TERTUANG DI DALAM PEMBUKAAN UUD 1945.YAITU BANGSA INDONESIA CINTA
DAMAI, TETAPI LEBIH CINTA KEMERDEKAAN .OLEH KARENA ITU BANGSA
INDONESIA MENOLAK SEGALA BENTUK PENJAJAHAN, KARENA PENJAJAHAN
TIDAK SESUAI DENGAN PERI KEMANUSIAAN DAN PERI KEADILAN.
BANGSA INDONESIA MENOLAK PAHAM EKSPANSIONISME DAN ADU
KEKUATAN YANG BERKEMBANG DI BARAT. BANGSA INDONESIA JUGA MENOLAK
PAHAM RASIALISME, KARENA SEMUA MANUSIA MEMPUNYAI MARTABAT YANG
SAMA, DAN SEMUA BANGSA MEMILIKI HAK DAN KEWAJIBAN YANG SAMA
BERDASARKAN NILAI-NILAI KETUHANAN DAN KEMANUSIAAN YANG UNIVERSAL.
DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL, BANGSA INDONESIA BERPIJAK PADA
PAHAM KEBANGSAAN (NASIONALISME) YANG MEMBENTUK SUATU WAWASAN
26
KEBANGSAAN DENGAN MENOLAK PANDANGAN CHAUVINISME. BANGSA
INDONESIA SELALU TERBUKA UNTUK MENJALIN KERJASAMA ANTAR BANGSA
YANG SALING MENOLONG DAN SALING MENGUNTUNGKAN. SEMUA INI DALAM
RANGKA IKUT MEWUJUDKAN PERDAMAIAN DAN KETERTIBAN DUNIA.

4. PERKEMBANGAN WILAYAH INDONESIA

a) SEJAK 17-8-1945 SAMPAI DENGAN 13-12-1957

WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA KETIKA MERDEKA MELIPUTI
WILAYAH BEKAS HINDIA BELANDA. BERDASARKAN KETENTUAN DALAM
“TERRITORIALE ZEE EN MARITEME KRINGEN ORDONANTIE” TAHUN 1939
TENTANG BATAS WILAYAH LAUT TERRITORIAL INDONESIA, MENETAPKAN
BATAS WILAYAH LAUT TERITORIAL SEJAUH 3 MIL DARI GARIS PANTAI KETIKA
SURUT, DENGAN ASAS PULAU DEMI PULAU SECARA TERPISAH-PISAH.
DENGAN DEMIKIAN JIKA JARAK PULAU SATU DENGAN YANG LAIN LEBIH DARI 6
MIL MAKA AKAN TERDAPAT LAUTAN/ PERAIRAN BEBAS DAN HAL INI TENTU
TIDAK SESUAI DENGAN KEPENTINGAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN NEGARA
KESATUAN RI.

b) DEKLARASI JUANDA
PADA TANGGAL 13 DESEMBER 1957 DIKELUARKAN DEKLARASI JUANDA
SEBAGAI PENGGANTI ORDONANSI TAHUN 1939 DENGAN TUJUAN SEBAGAI
BERIKUT:
1) PERWUJUDAN BENTUK WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK
INDONESIA YANG UTUH DAN BULAT.
2) PENENTUAN BATAS-BATAS WILAYAH NEGARA INDONESIA DI
SESUAIKAN DENGAN ASAS NEGARA KEPULAUAN (ARCHIPELAGIC STATE
PRINCIPLES).
3) PENGATURAN LALU LINTAS DAMAI PELAYARAN YANG LEBIH
MENJAMIN KESELAMATAN DAN KEAMANAN NKRI

DEKLARASI JUANDA KEMUDIAN DIKUKUHKAN DENGAN UNDANG-UNDANG

NO. 4/PRP/1960 TANGGAL 18 FEBRUARI 1960 TENTANG PERAIRAN INDONESIA.
SEJAK ITU TERJADI PERUBAHAN BENTUK WILAYAH NASIONAL, YAITU LUAS
LAUT TERRITORIAL DIUKUR SEJAUH 12 MIL DARI TITIK-TITIK PULAU TERLUAR
YANG SALING DIHUBUNGKAN.
DENGAN DEMIKIAN SEKARANG MERUPAKAN SATU KESATUAN WILAYAH
YANG UTUH DAN BULAT, SEMUA PERAIRAN DI ANTARA PULAU-PULAU
NUSANTARA MENJADI LAUT TERRITORIAL INDONESIA, DAN JUGA LUAS
WILAYAH TERRITORIAL INDONESIA YANG SEMULA HANYA SEKITAR 2 JUTA KM 2
KEMUDIAN BERTAMBAH MENJADI 5 JUTA KM2 LEBIH.
KEMUDIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4/PRP/1960 TELAH DIGANTI
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN
INDONESIA, YANG MENGIMPLEMENTASIKAN BAB IV TENTANG REZIM HUKUM
NEGARA KEPULAUAN DARI KONVENSI HUKUM LAUT PBB TAHUN 1982.
PENGATURAN DEMIKIAN INI SESUAI DENGAN SALAH SATU TUJUAN
DEKLARASI JUANDA TERSEBUT DI ATAS DALAM RANGKA KESELAMATAN DAN
KEAMANAN RI.

c) DEKLARASI LANDAS KONTINEN INDONESIA

27
 PADA TANGGAL 17 FEBRUARI 1969 TELAH DIKELUARKAN DEKLARASI
LANDAS KONTINEN INDONESIA, YANG MERUPAKAN KONSEP POLITIK YANG
BERDASARKAN KONSEP WILAYAH.
DEKLARASI INI SEBAGAI UPAYA UNTUK MENGESAHKAN WAWASAN
NUSANTARA DAN JUGA SEBAGAI UPAYA UNTUK MEWUJUDKAN PASAL 33 AYAT
(3) UUD 1945. KONSEKUENSINYA BAHWA SUMBER KEKAYAAN ALAM DALAM
LANDAS KONTINEN INDONESIA ADALAH MILIK EKSKLUSIF NEGARA RI, YANG
KEMUDIAN LANDAS KONTINEN INDONESIA DIATUR DALAM UNDANG- UNDANG
NO.1 TAHUN 1973.
LANDAS KONTINEN SUATU NEGARA BERPANTAI MENURUT KONVENSI
PBB TENTANG HUKUM LAUT TAHUN 1982 ( UNITED NATION CONVENTION ON
THE LAW OF THE SEA, 1982 (UNCLOS,1982) MELIPUTI DASAR LAUT DAN TANAH
DIBAWAHNYA YANG TERLETAK DILUAR LAUT TERITORIALNYA SEPANJANG
MERUPAKAN KELANJUTAN ALAMIAH WILAYAH DARATANNYA.
JARAKNYA:
* 200 MIL LAUT DARI GARIS PANGKAL ATAU
* DAPAT LEBIH DARI 200 MIL DENGAN TIDAK MELEBIHI 350 MIL
ATAU
* TIDAK BOLEH MELEBIHI 100 MIL DARI GARIS BATAS KEDALAMAN DASAR
LAUT SEDALAM 2500 METER.

d.) DEKLARASI ZONA EKONOMI EKSKLUSIF (ZEE)

PADA TANGGAL 21 MARET 1980 TELAH DIKELUARKAN DEKLARASI ZEE.

ALASAN YANG MENDORONG PEMERINTAH MENGUMUMKAN ZEE ADALAH:
1. PERSEDIAAN IKAN YANG SEMAKIN TERBATAS
2. KEBUTUHAN UNTUK PEMBANGUNAN NASIONAL INDONESIA
3. ZEE MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM INTERNASIONAL

KEMUDIAN MENETAPKAN UU NO. 5 TAHUN 1983 TENTANG ZEE,

SEKARANG BATAS ZEE ADALAH SELEBAR 200 MIL YANG DIHITUNG DARI GARIS
DASAR LAUT WILAYAH INDONESIA.

C. WILAYAH NEGARA INDONESIA

WILAYAH NEGARA PADA ZAMAN DAHULU MENCAKUP DARATAN DAN
LAUTAN. DALAM PERKEMBANGANNYA, UDARA YANG ADA DI ATAS DARATAN
DAN LAUTAN TERMASUK WILAYAH NEGARA SETELAH ADANYA TRAKTAT PARIS
PADA TAHUN 1919. KEMUDIAN BERKEMBANG LAGI TERMASUK WILAYAH SUATU
NEGARA ADALAH KAPAL BERBENDERA SUATU NEGARA DAN KOMPLEK
KEDUTAAN BESAR.
WILAYAH NEGARA MENJADI WADAH FISIK (TEMPAT) BAGI WARGA NEGARA
DARI SUATU NEGARA UNTUK HIDUP, BERDOMISILI, DAN BERAKTIVITAS
SEKALIGUS MENJADI WADAH FISIK (TEMPAT) BAGI PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN.
UUD 1945 TADINYA TIDAK MEMASUKKAN BAB TENTANG WILAYAH
NEGARA, KEMUDIAN SETELAH DILAKUKAN AMANDEMEN BARU MEMASUKKAN
BAB TENTANG WILAYAH NEGARA YAITU DALAM BAB IXA WILAYAH NEGARA
YANG TERDIRI HANYA SATU PASAL YAITU PASAL 25A YANG BERBUNYI “
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA ADALAH SEBUAH NEGARA

28
KEPULAUAN YANG BERCIRI NUSANTARA DENGAN WILAYAH YANG BATAS-
BATAS DAN HAK-HAKNYA DITETAPKAN DENGAN UNDANG-UNDANG”.

MASUKNYA RUMUSAN ITU ANTARA LAIN DIMAKSUDKAN:

1. UNTUK MEMBERIKAN DASAR HUKUM YANG SANGAT KUAT BAGI BANGSA
INDONESIA UNTUK HIDUP DAN BERKEMBANG DI ATAS WILAYAH NEGARANYA
SENDIRI;
2. UNTUK MENEGASKAN BATAS-BATAS WILAYAH YANG MENJADI KEDAULATAN
NEGARA REPUBLIK INDONESIA YANG AKAN SANGAT MEMBANTU DALAM
PENEGAKAN HUKUM DI ATAS WILAYAH NEGARA SENDIRI DAN DALAM
MELAKUKAN PERUNDINGAN INTERNASIONAL;
3. MEMPERSULIT PEMISAHAN WILAYAH DALAM NEGARA INDONESIA.

D. OTONOMI DAERAH
TERPUSATNYA PEMBANGUNAN DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
PEMERINTAHAN DI PUSAT SEBELUM ERA REFORMASI TELAH MENYEBABKAN
DAERAH MENGALAMI KETERTINGGALAN DAN KETERBELAKANGAN DIBANDING
PUSAT.
HASIL EKSPLOITASI SUMBER DAYA DAERAH YANG DILAKUKAN TIDAK
SEBANDING ANTARA UNTUK KEPENTINGAN DAN KEMAJUAN DAERAH DENGAN
KEPENTINGAN DAN KEMAJUAN PUSAT.
KONDISI DEMIKIAN BERUBAH SECARA MENDASAR DENGAN DATANGNYA
ERA REFORMASI YANG MENJADI PINTU KETERBUKAAN DAN PARTISIPASI
TERSELENGGARANYA OTONOMI DAERAH UNTUK SELURUH DAERAH-DAERAH.
DAERAH DIBERI KELELUASAAN, KEBEBASAN, DAN KEWENANGAN UNTUK
MENGGALI DAN MENGOLAH SUMBER DAYA DAERAH DENGAN HASIL YANG
DITITIK BERATKAN UNTUK KEMAJUAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH. OTONOMI
DAERAH TERSEBUT DIJALANKAN DENGAN TETAP BERADA DALAM WADAH
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA.
MENGINGAT HAL TERSEBUT PENGATURAN MENGENAI PEMERINTAHAN
DAERAH YANG HANYA TERDIRI DARI 1 (SATU) PASAL DALAM UNDANG-UNDANG
DASAR 1945 SUDAH TIDAK MEMADAI LAGI MENGAKOMODASI PERKEMBANGAN
YANG ADA. UNTUK ITU DILAKUKAN AMENDEMEN TERHADAP PASAL 18 UNDANG-
UNDANG DASAR 1945 DENGAN MENCANTUMKAN HAL-HAL YANG DIPANDANG
SANGAT PENTING BERKAITAN DENGAN PEMERINTAHAN DAERAH DALAM PASAL
YANG SETELAH DIUBAH TERDIRI DARI 7 (TUJUH) AYAT, JUGA DITAMBAH
DENGAN PASAL 18 A DAN 18 B.

PASAL 18 UNDANG-UNDANG DASAR 1945 MENYATAKAN:

(1). NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DIBAGI ATAS DAERAH-DAERAH

PROVINSI DAN DAERAH PROVINSI ITU DIBAGI ATAS KABUPATEN DAN KOTA,
YANG TIAP-TIAP PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA ITU MEMPUNYAI
PEMERINTAHAN DAERAH, YANG DIATUR DENGAN UNDANG-UNDANG.

(2). PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAERAH KABUPATEN, DAN KOTA

MENGATUR DAN MENGURUS SENDIRI URUSAN PEMERINTAHAN MENURUT
ASAS OTONOMI DAERAH DAN TUGAS PEMBANTUAN.

29
(3). PEMERINTAH DAERAH PROVINSI, DAERAH KABUPATEN DAN KOTA
MEMILIKI DPRD YANG ANGGOTA- ANGGOTANYA DIPILIH MELALUI PEMILU.

(4). GUBERNUR, BUPATI DAN WALIKOTA MASING- MASING SEBAGAI KEPALA

PEMERINTAH DAERAH PROV, KAB, DAN KOTA DIPILIH SECARA
DEMOKRATIS.

(5). PEMERINTAHAN DAERAH MENJALANKAN OTONOMI SELUAS- LUASNYA,

KECUALI URUSAN PEMERINTAHAN YANG OLEH UNDANG- UNDANG
DITENTUKAN SEBAGAI URUSAN PEMERINTAH PUSAT.

(6). PEMERINTAHAN DAERAH BERHAK MENETAPKAN PERDA DAN PERATURAN

LAIN UNTUK MELAKSANAKAN OTONOMI DAN TUGAS PEMBANTUAN.

(7). SUSUNAN DAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

DIATUR DALAM UNDANG- UNDANG.

URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI URUSAN PEMERINTAH PUSAT,

YAITU :
1. POLITIK LUAR NEGERI.
2. PERTAHANAN.
3. KEAMANAN.
4. YUSTISI.
5. MONETER DAN FISKAL NASIONAL.
6. AGAMA.

BAB PEMERINTAHAN DAERAH DALAM PASAL 18B JUGA MENGATUR

MENGENAI PENGAKUAN DAN PENGHORMATAN NEGARA TERHADAP SATUAN-
SATUAN PEMERINTAHAN DAERAH YANG BERSIFAT KHUSUS ATAU BERSIFAT
ISTIMEWA. PENGAKUAN DAN PENGHORMATAN NEGARA YANG AKAN DIATUR
DENGAN UNDANG-UNDANG ITU PENTING UNTUK MENJAMIN KEBERADAAN DAN
KEBERLANGSUNGAN SATUAN-SATUAN PEMERINTAHAN DAERAH YANG
BERSIFAT KHUSUS ATAU BERSIFAT ISTIMEWA.
SELAIN ITU, NEGARA JUGA MENGAKUI DAN MENGHORMATI KESATUAN-
KESATUAN MASYARAKAT HUKUM ADAT BESERTA HAK-HAK TRADISIONALNYA
SEPANJANG MASIH HIDUP DAN SESUAI DENGAN PERKEMBANGAN
MASYARAKAT DAN PRINSIP NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA, YANG
DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG. PENGAKUAN DAN PENGHORMATAN NEGARA
ITU MERUPAKAN UPAYA NEGARA UNTUK TETAP MENJAGA KESINAMBUNGAN
SEJARAH MASYARAKAT DAN BANGSA INDONESIA ANTARA MASA LALU, MASA
KINI, DAN MASA YANG AKAN DATANG SEKALIGUS MEMPERTAHANKAN DAN
MELESTARIKAN MASYARAKAT HUKUM ADAT YANG ADA DI TANAH AIR YANG
MENJADI BAGIAN TIDAK TERPISAHKAN DALAM PEMBENTUKAN MASYARAKAT
DAN BANGSA INDONESIA BESERTA KEBUDAYAANNYA.

30
 BAB IX
GEOSTRATEGI INDONESIA

A. PENGERTIAN
SETIAP BANGSA DALAM RANGKA MEMPERTAHANKAN KEHIDUPANNYA,
EKSISTENSINYA DAN UNTUK MEWUJUDKAN CITA-CITA SERTA TUJUAN
NASIONALNYA PERLU MEMILIKI PEMAHAMAN TENTANG GEOPOLITIK DAN DALAM
IMPLEMENTASINYA DIPERLUKAN SUATU STRATEGI YANG BERSIFAT NASIONAL,
DAN HAL INILAH YANG DISEBUT SEBAGAI ”GEOSTRATEGI” ATAU DISEBUT JUGA
GEOPOLITIK DALAM PELAKSANAANNYA.
BAGI BANGSA INDONESIA GEOSTRATEGI DIARTIKAN SEBAGAI METODE
UNTUK MEWUJUDKAN TUJUAN NASIONAL BANGSA INDONESIA, SEBAGAIMANA
TERCANTUM DALAM PEMBUKAAN UUD 1945, MELALUI PROSES PEMBANGUNAN
NASIONAL. KARENA TUJUAN ITULAH MAKA GEOSTRATEGI SEBAGAI DOKTRIN
PEMBANGUNAN YANG LAZIM DISEBUT KETAHANAN NASIONAL (TANNAS).
DALAM ALINEA KE III PEMBUKAAN UUD 1945 DINYATAKAN ”...KEMUDIAN
DARI PADA ITU UNTUK MEMBENTUK SUATU PEMERINTAHAN NEGARA
INDONESIA YANG MELINDUNGI SEGENAP BANGSA INDONESIA DAN SELURUH
TUMPAH DARAH INDONESIA DAN UNTUK MEMAJUKAN KESEJAHTERAAN UMUM,
MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA...”. PERNYATAAN TERSEBUT SEBAGAI
LANDASAN FUNDAMENTAL GEOSTRATEGI INDONESIA, ATAU DAPAT DIKATAKAN
LANDASAN YURIDIS KETAHANAN NASIONAL ADALAH UUD 1945, KARENA
GEOSTRATEGI INDONESIA ADALAH KETAHANAN NASIONAL (TANNAS).
DENGAN DEMIKIAN GEOSTRATEGI INDONESIA DIPERLUKAN DAN
DIKEMBANGKAN UNTUK MEWUJUDKAN, MEMPERTAHANKAN INTEGRITAS
BANGSA DAN WILAYAH TUMPAH DARAH NEGARA INDONESIA, YANG
DIRUMUSKAN DALAM BENTUK KETAHANAN NASIONAL.

B. KETAHANAN NASIONAL
MENGINGAT LETAK GEOGRAFIS NEGARA INDONESIA YANG SANGAT
STRATEGIS DI ASIA TENGGARA, YANG BERADA PADA POSISI SILANG ANTARA
DUA BENUA DAN DUA SAMUDERA, MEMILIKI POSISI YANG SANGAT PENTING,
SEHINGGA TIDAK MENUTUP KEMUNGKINAN DI ERA GLOBAL DEWASA INI
MENJADI PERHATIAN BANYAK NEGARA DI DUNIA.
POSISI SILANG NEGARA INDONESIA JUGA MEMPENGARUHI KEHIDUPAN
SOSIAL BANGSA INDONESIA, YAITU:
1. ADANYA SIKAP TERBUKA DAN KEMAMPUAN ADAPTASI YANG
RENDAH DARI BANGSA INDONESIA, MAKA PENGARUH SOSIAL
BUDAYA DARI LUAR DAPAT MASUK TANPA DISARING LEBIH
DAHULU.

31
 2. ADANYA KONFLIK DARI NEGARA-NEGARA LAIN YANG DEKAT
DENGAN INDONESIA, MAKA LANGSUNG ATAU TIDAK LANGSUNG
BERAKIBAT MENGGANGGU PEMBANGUNAN NASIONAL.
3. ADANYA NEGARA-NEGARA BESAR YANG BERUSAHA MENANAMKAN
PENGARUHNYA DIBIDANG POLITIK DAN IDEOLOGI.
4. ADANYA KEKAYAAN ALAM YANG MELIMPAH DAN TENAGA KERJA
YANG MURAH, AKAN MENJADI DAYA TARIK BAGI NEGARA-NEGARA
LAIN.
OLEH KARENA ITU, BANGSA INDONESIA TETAP BERSIKAP BEBAS AKTIF
SERTA MEMILIKI KEMAMPUAN UNTUK BERHUBUNGAN DENGAN SEGALA
KEKUATAN YANG MELINTASINYA DENGAN SYARAT HUBUNGAN
TERSEBUT TIDAK BOLEH MEMBAHAYAKAN KESELAMATAN BANGSA DAN
NEGARA INDONESIA.

BERDASARKAN PERANAN DAN POSISI NEGARA INDONESIA, MAKA TIDAK

MENUTUP KEMUNGKINAN AKAN MERUPAKAN AJANG PEREBUTAN
KEPENTINGAN KEKUATAN TRANSNASIONAL. OLEH KARENA ITU SEBAGAI SUATU
NEGARA, INDONESIA HARUS MEMPERHATIKAN DAN MENGEMBANGKAN
KETAHANAN NASIONAL.
ISTILAH KETAHANAN NASIONAL MULAI DIKENAL DAN DIPERGUNAKAN
PADA PERMULAAN TAHUN 1960-AN YANG DIKEMUKAKAN OLEH PRESIDEN
PERTAMA REPUBLIK INDONESIA SOEKARNO.
DIDALAM MENYUSUN, MENINGKATKAN DAN MENGEMBANGKAN TANNAS
BERLANDASKAN WASANTARA, KARENA WASANTARA MERUPAKAN GEOPOLITIK
SEDANGKAN TANNAS SEBAGAI GEOSTRATEGINYA, YANG PERWUJUDANNYA
DILAKSANAKAN MELALUI PEMBANGUNAN DISEGALA BIDANG.

PENGERTIAN KETAHANAN NASIONAL

ADALAH KONDISI DINAMIS SUATU BANGSA, YANG BERISIKAN KEULETAN
DAN KETANGGUHAN, YANG MENGANDUNG KEMAMPUAN
MENGEMBANGKAN KEKUATAN NASIONAL DIDALAM MENGHADAPI DAN
MENGATASI SEGALA ANCAMAN, TANTANGAN, HAMBATAN DAN
GANGGUAN, BAIK YANG DATANG DARI LUAR MAUPUN DARI DALAM
NEGERI, YANG LANGSUNG MAUPUN TIDAK LANGSUNG MEMBAHAYAKAN
INTEGRITAS, IDENTITAS, KELANGSUNGAN HIDUP BANGSA DAN NEGARA
SERTA PERJUANGAN DALAM MENGEJAR TUJUAN NASIONAL INDONESIA.

BERDASARKAN KONSEP PENGERTIANNYA MAKA YANG DIMAKSUD

DENGAN :
KETAHANAN ADALAH SUATU KEKUATAN YANG MEMBUAT SUATU BANGSA DAN
NEGARA DAPAT BERTAHAN, KUAT MENGHADAPI ANCAMAN, TANTANGAN,
HAMBATAN DAN GANGGUNGAN.
KEULETAN, ADALAH SUATU USAHA SECARA TERUS-MENERUS, SECARA GIAT
DAN BERKEMAUAN KERAS DENGAN MENGGUNAKAN SEGALA KEMAMPUAN DAN
KECAKAPAN UNTUK MENCAPAI TUJUAN DAN CITA-CITA NASIONAL.
ANCAMAN ADALAH SUATU USAHA UNTUK MENGUBAH ATAU MEROMBAK
KEBIJAKSANAAN ATAU KEADAAN DARI SUDUT KRIMINAL MAUPUN POLITIS.
TANTANGAN ADALAH MERUPAKAN SUATU USAHA YANG BERSIFAT
MENGGUGAH KEMAMPUAN.

32
HAMBATAN ADALAH SUATU KENDALA YANG BERTUJUAN MELEMAHKAN YANG
BERASAL DARI DALAM SENDIRI.
GANGGUAN ADALAH SUATU KENDALA YANG BERTUJUAN MELEMAHKAN YANG
BERASAL DARI LUAR.

1. METODE ASTAGATRA
SEBAGAI MANUSIA YANG BERBUDAYA SELALU BERUSAHA
MEMPERTAHANKAN EKSISTENSINYA, DALAM USAHA MEMPERTAHANKAN
EKSISTENSINYA INI MANUSIA MENGADAKAN HUBUNGAN-HUBUNGAN DENGAN
ALAM SEKITARNYA ATAU LINGKUNGANNYA. HUBUNGAN-HUBUNGAN INI
MELIPUTI:
1. HUBUNGANNYA DENGAN TUHAN MUNCUL AGAMA.
2. HUBUNGANNYA DENGAN PENGUASAAN ALAM MUNCUL IPTEK.
3. HUBUNGANNYA DENGAN RASA AMAN MUNCUL HANKAM.
4. HUBUNGANNYA DENGAN RASA KEINDAHAN MUNCUL BUDAYA.
5. HUBUNGANNYA DENGAN MANUSIA MUNCUL SOSIAL.
6. HUBUNGANNYA DENGAN KEBUTUHAN MUNCUL EKONOMI.
7. HUBUNGANNYA DENGAN KEKUATAN DAN KEKUASAAN MUNCUL POLITIK.
8. HUBUNGANNYA DENGAN CITA-CITA MUNCUL IDEOLOGI.
HUBUNGAN-HUBUNGAN TERSEBUT MERUPAKAN KEBUTUHAN DARI
KEHIDUPAN MANUSIA YANG PADA AKHIRNYA MERUPAKAN KEBUTUHAN DARI
KEHIDUPAN NEGARA ATAU NASIONAL.

2. HAKIKAT KETAHANAN NASIONAL

KETAHANAN NASIONAL PADA HAKIKATNYA MERUPAKAN SUATU
KONSEPSI DI DALAM PENGATURAN DAN PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN
DAN KEAMANAN DIDALAM KEHIDUPAN NASIONAL.
KEHIDUPAN NASIONAL DIBAGI MENJADI 2 ASPEK, YAITU ASPEK ALAMIAH
DAN ASPEK SOSIAL.
 ASPEK ALAMIAH, TERDIRI DARI 3 GATRA (BIDANG), YAITU:
1. KONDISI GEOGRAFIS NEGARA
2. KEKAYAAN ALAM
3. KEADAAN DAN KEMAMPUAN PENDUDUK
 ASPEK SOSIAL, TERDIRI DARI 5 GATRA (BIDANG), YAITU:
1. IDEOLOGI
2. POLITIK
3. EKONOMI
4. SOSIAL BUDAYA
5. PERTAHANAN KEAMANAN (HANKAM)

UNSUR-UNSUR YANG MERUPAKAN ASPEK ALAMIAH KARENA JUMLAHNYA

TIGA, MAKA DISEBUT TRI GATRA; SEDANGKAN ASPEK SOSIAL DINAMAKAN
PANCA GATRA, KARENA JUMLAHNYA LIMA. KESELURUHAN UNSUR BAIK ASPEK
ALAMIAH MAUPUN ASPEK SOSIAL DISEBUT ASTA GATRA, KARENA JUMLAHNYA
DELAPAN.

33
 KONSEPSI KETAHANAN NASIONAL TIDAK MEMANDANG ASPEK ALAMIAH
DAN ASPEK SOSIAL/KEMASYARAKATAN SECARA TERPISAH-PISAH MELAINKAN
MENINJAUNYA SECARA KORELATIF, DIMANA ASPEK YANG SATU SENANTIASA
BERHUBUNGAN ERAT DENGAN LAINNYA, DAN SALING MEMPENGARUHI
SEDANGKAN KESELURUHANNYA MERUPAKAN SUATU KONFIGURASI YANG
MENIMBULKAN DAYA TAHAN NASIONAL.

3. ASPEK ALAMIAH

1). KONDISI GEOGRAFIS NEGARA

MERUPAKAN KESATUAN LAUTAN DENGAN RIBUAN PULAU BERSERAKAN
DIDALAMNYA. LAUTAN / PERAIRAN BUKAN PEMISAH NAMUN MERUPAKAN
PENGHUBUNG ANTAR PULAU. BERWUJUD NUSANTARA YANG TERLETAK
PADA JALAN SILANG ANTARA DUA BENUA DAN DUA SAMUDERA, SEHINGGA
NEGARA INDONESIA BERADA PADA POSISI SILANG.
2). KEKAYAAN ALAM
KEKAYAAN ALAM YANG KITA MILIKI HARUS DAPAT DIMANFAATKAN SECARA
BERHASILGUNA DAN BERDAYAGUNA SETARAF DENGAN KEMAMPUAN
BANGSA LAIN.
3). KEADAAN DAN KEMAMPUAN PENDUDUK
 JUMLAH PENDUDUK DAN KOMPOSISI PENDUDUK DIPENGARUHI OLEH
KELAHIRAN, KEMATIAN DAN PERPINDAHAN.
 PERTAMBAHAN PENDUDUK AKAN MEMBAWA KONSEKUENSI
PENAMBAHAN PANGAN, PAKAIAN, PERUMAHAN, LAPANGAN KERJA,
FASILITAS PENDIDIKAN DAN KESEHATAN. APABILA TIDAK TERPENUHI
DAPAT MENIMBULKAN GEJOLAK SOSIAL YANG BERAKIBAT
MELEMAHKAN KETAHANAN NASIONAL.
 DISTRIBUSI PENDUDUK JUGA MEMPENGARUHI KETAHANAN NASIONAL,
MAKA HARUS DILAKUKAN SECARA MERATA AGAR MEMENUHI
PERSYARATAN KESEJAHTERAAN DAN KEAMANAN, ARTINYA JUMLAH
PENDUDUK DISETIAP DAERAH BERIMBANG.
 DISTRIBUSI PENDUDUK PERLU ADANYA CAMPUR TANGAN DARI
PEMERINTAH, YAITU TRANSMIGRASI.
 TUJUAN DAN MANFAAT TRANSMIGRASI ADALAH:
1. PENYEBARAN PENDUDUK AGAR MERATA
2. MEMENUHI PERSYARATAN KESEJAHTERAAN DAN KEAMANAN
3. ALIH INFORMASI DAN TEKNOLOGI
4. DAERAH PERTUMBUHAN ATAU PEMEKARAN PUSAT INDUSTRI

4. ASPEK SOSIAL

1). IDEOLOGI
DIDALAM MELAKSANAKAN PERJUANGAN UNTUK MEMPERTAHANKAN
KELANGSUNGAN HIDUP BANGSA DAN NEGARA, MAKA DIPERLUKAN FALSAFAH
SEBAGAI PEDOMAN DAN PEGANGAN YANG DISEBUT IDEOLOGI ATAU
PANDANGAN HIDUP.

34
UNTUK MENCAPAI KETAHANAN DIBIDANG IDEOLOGI DIPERLUKAN
PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN IDEOLOGI SECARA SUNGGUH-SUNGGUH,
SEHINGGA SEMAKIN TINGGI KESADARAN DAN KETAATAN BANGSA DALAM
MENGAMALKAN IDEOLOGI NEGARANYA MAKA MAKIN TINGGI TINGKAT
KETAHANAN DI BIDANG IDEOLOGI.

2). POLITIK
POLITIK SELALU DIHUBUNGKAN DENGAN KEKUATAN DAN KEKUASAAN
DIDALAM SUATU NEGARA YANG BERPUSAT PADA PEMERINTAHAN NEGARA.

KEHIDUPAN POLITIK DIBAGI MENJADI 2 SEKTOR:

 SEKTOR MASYARAKAT.
BERFUNGSI SEBAGAI INPUT, YANG BERWUJUD KEINGINAN DAN TUNTUTAN
DARI MASYARAKAT
 SEKTOR PEMERINTAH.
BERFUNGSI SEBAGAI OUTPUT, YANG BERWUJUD MENENTUKAN
KEBIJAKSANAAN UMUM YANG BERSIFAT KEPUTUSAN POLITIK.

TINGKAT KETAHANAN DIBIDANG POLITIK DAPAT DIUKUR DENGAN KEMAMPUAN

SISTEM POLITIK DI DALAM MENGHADAPI DAN MENANGGULANGI LIMA (5)
MASALAH FUNGSI POLITIK.

KELIMA MASALAH FUNGSI POLITIK TERSEBUT ADALAH :

1. MEMPERTAHANKAN POLA
SISTEM POLITIK CENDERUNG MEMPERTAHANKAN TATACARA, KEBIASAAN,
NORMA DAN PROSEDUR YANG BERLAKU.
2. PENGATURAN DAN PENYELESAIAN KETEGANGAN
JIKA TERJADI PERSELISIHAN, KETEGANGAN, KONFLIK DISELESAIKAN
DENGAN CARA KONSULTASI, PERUNDINGAN ATAU PENCARIAN ALTERNATIF
LAIN YANG LEBIH MENGUNTUNGKAN KEDUA BELAH PIHAK.
3. PENYESUAIAN DENGAN PERUBAHAN KEADAAN
SISTEM POLITIK HARUS MAMPU MENYESUAIKAN DIRI DENGAN
PERUBAHAN-PERUBAHAN KEADAAN BAIK YANG TERJADI DI DALAM NEGERI
MAUPUN DI LUAR NEGERI.
4. PENCAPAIAN TUJUAN NASIONAL
CARA PENCAPAIANNYA HARUS DITENTUKAN DAN DISEPAKATI OLEH
MASYARAKAT NEGARA SENDIRI.
5. INTEGRASI DENGAN SISTEM SOSIAL
SISTEM POLITIK HANYA MERUPAKAN BAGIAN DARI SISTEM SOSIAL, OLEH
KARENA ITU HARUS DAPAT MENYATU DENGAN SISTEM SOSIAL. ARTINYA,
HARUS DAPAT MENGATASI GEJOLAK YANG ADA DALAM MASYARAKAT.

3).EKONOMI
EKONOMI MERUPAKAN KESELURUHAN KEGIATAN PEMERINTAH DAN
MASYARAKAT DI DALAM PENGOLAHAN FAKTOR PRODUKSI DEMI
KESEJAHTERAAN RAKYAT.

35
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETAHANAN DI BIDANG EKONOMI
ANTARA LAIN:
1. BUMI DAN SUMBER ALAM
DI NEGARA BERKEMBANG BIASANYA BELUM DAPAT MEMANFAATKAN
KEKAYAAN ALAMNYA SECARA OPTIMAL DIKARENAKAN TERBATASNYA
FAKTOR MODAL, TEKNOLOGI DAN TENAGA TERAMPIL (SDM KURANG).
2. TENAGA KERJA
JIKA TENAGA KERJA BANYAK, PERTAMBAHAN PENDUDUK BEGITU CEPAT
TETAPI TIDAK DIIMBANGI DENGAN PERLUASAN KESEMPATAN KERJA DAPAT
MENIMBULKAN PENGANGGURAN, OLEH KARENA ITU PERLU DILAKUKAN
PERPINDAHAN PENDUDUK KEDAERAH LAIN.
3. MODAL
KURANGNYA MODAL DAPAT DIATASI DENGAN PINJAMAN LUAR NEGERI,
PENINGKATAN SDM, VOLUME KERJA DAN PERLUASAN LAPANGAN KERJA.
4. TEKNOLOGI
UNTUK MEMPERCEPAT PERTUMBUHAN EKONOMI PERLU MEMASUKKAN
TEKNOLOGI MODERN. NAMUN DILAKUKAN SECARA BERTAHAP DAN
MEMERLUKAN WAKTU UNTUK MENYESUAIKANNYA, AGAR TIDAK TERJADI
BENTURAN ANTARA KEPENTINGAN PRODUKSI SECARA CEPAT DAN
KEPENTINGAN PERLUASAN KESEMPATAN KERJA.
5. HUBUNGAN EKONOMI
ADANYA JURANG YANG LEBAR ANTARA HUBUNGAN EKONOMI NEGARA
MAJU DAN BERKEMBANG AKAN MERUGIKAN NEGARA BERKEMBANG
KARENA ADANYA PERBEDAAN PERLAKUAN TERHADAP HARGA HASIL
PERTANIAN.
6. PRASARANA
SEGALA SESUATU YANG DIPERLUKAN UNTUK MENUNJANG PRODUKSI,
DISTRIBUSI BARANG DAN JASA. PERLU DITINGKATKAN KARENA
MERUPAKAN FAKTOR VITAL BAGI PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN
EKONOMI BANGSA DAN NEGARA.
7. MANAJEMEN
KEMAMPUAN MANAJEMEN DARI APARATUR PEMERINTAH DAN SWASTA
PERLU DITINGKATKAN.

4). SOSIAL BUDAYA

MENUNJUKKAN DUA SEGI KEHIDUPAN BERSAMA MANUSIA, YAITU
KEMASYARAKATAN DAN KEBUDAYAAN.

KEMASYARAKATAN
UNTUK BERADAPTASI DENGAN LINGKUNGANNYA MANUSIA BEKERJASAMA
DENGAN SESAMANYA (BERMASYARAKAT). SUPAYA DAPAT BERJALAN
DENGAN BAIK DAN TERTIB SOSIAL, MAKA DIPERLUKAN WADAH ORGANISASI
SOSIAL.

KEBUDAYAAN
MERUPAKAN KESELURUHAN CARA HIDUP MASYARAKAT YANG
MANIFESTASINYA NAMPAK PADA TINGKAH LAKU PARA ANGGOTANYA.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETAHANAN DI BIDANG SOSBUD:

36
 1. TRADISI
AKAN MEMBERIKAN KEPADA MASYARAKAT ATAU BANGSA SISTEM
NILAI ATAU NORMA, UNTUK MENJAWAB SETIAP TAHAP
PERKEMBANGAN JAMAN. JADI TRADISI SOSIAL HARUS BERSIFAT
DINAMIS .
2. PENDIDIKAN
SANGAT BERPENGARUH TERHADAP PEMBAHARUAN TRADISI DALAM
MASYARAKAT AGAR TERTIB KEARAH TUJUAN YANG DIKEHENDAKI.
3. KEPEMIMPINAN NASIONAL
UNTUK MEMBINA DAN MEMBANGUN MASYARAKAT YANG MODERN
DIPERLUKAN PEMIMPIN YANG KUAT DAN BERWIBAWA.
4. TUJUAN NASIONAL
DAPAT DIJADIKAN SEBAGAI UNSUR PENGARAH, PEMERSATU DAN
PEMBERI MOTIVASI BANGSA.
5. KEPRIBADIAN NASIONAL
MERUPAKAN HASIL PERKEMBANGAN SEJARAH DAN CITA-CITA BANGSA
YANG DIRUMUSKAN UNTUK DASAR KEHIDUPAN BANGSA PERLU
DIPUPUK, DIBINA DAN DIMASYARAKATKAN AGAR DAPAT MENANGKAL
PENGARUH ASING YANG TIDAK SESUAI DENGAN KEPRIBADIAN
BANGSA INDONESIA.

5). PERTAHANAN KEAMANAN NEGARA (HANKAMNEG)

ADALAH MERUPAKAN SALAH SATU FUNGSI PEMERINTAHAN NEGARA,
YANG MENCAKUP UPAYA DALAM BIDANG PERTAHANAN YANG DITUJUKAN
TERHADAP ANCAMAN DARI LUAR NEGERI DAN UPAYA DALAM BIDANG
KEAMANAN YANG DITUJUKAN TERHADAP ANCAMAN DARI DALAM NEGERI.

TUJUAN HANKAMNEG
MENJAMIN TETAP TEGAKNYA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
(NKRI) BERDASARKAN PANCASILA DAN UUD 1945 TERHADAP SEGALA
ANCAMAN GUNA TERCAPAINYA TUJUAN NASIONAL.

ASAS-ASAS DALAM PENYELENGGARAAN HANKAM, YAITU:

1. BANGSA INDONESIA BERHAK DAN WAJIB MEMBELA
NEGARA.
2. UPAYA PEMBELAAN NEGARA MERUPAKAN TANGGUNG
JAWAB DAN KEHORMATAN BAGI SETIAP WARGA NEGARA.
3. BANGSA INDONESIA CINTA DAMAI, TETAPI LEBIH CINTA
KEMERDEKAAN DAN KEDAULATAN
4. BANGSA INDONESIA MENENTANG SEGALA BENTUK
PENJAJAHAN DAN MENGANUT POLITIK BEBAS AKTIF.
5. BENTUK PERLAWANAN BANGSA INDONESIA BERSIFAT
KERAKYATAN, KESEMESTAAN DAN KEWILAYAHAN.

KERAKYATAN:
IKUT SERTANYA SELURUH RAKYAT INDONESIA DALAM KOMPONEN
KEKUATAN HANKAM YANG DISESUAIKAN DENGAN KEMAMPUAN DAN
KEAHLIANNYA.
37
KESEMESTAAN:
SELURUH DAYA BANGSA DAN NEGARA MAMPU MEMOBILISASIKAN DIRI
GUNA MENANGGULANGI SETIAP BENTUK ANCAMAN YANG DATANG DARI
DALAM MAUPUN DARI LUAR NEGERI.
KEWILAYAHAN:
SELURUH WILAYAH NEGARA MERUPAKAN TUMPUHAN PERLAWANAN
(BENTENG) DAN SETIAP LINGKUNGAN DI DAYA GUNAKAN UNTUK
MENDUKUNG SETIAP BENTUK PERLAWANAN SECARA BERLANJUT.

C. POLA ESKALASI ANCAMAN

1. KEBHINEKAAN MERUPAKAN KERAWANAN

MASYARAKAT INDONESIA YANG DITANDAI DENGAN CIRI KEBHINEKAAN
TERKANDUNG BANYAK PERBEDAAN PANDANGAN SOSIAL BUDAYA YANG
SECARA POTENSIAL MERUPAKAN KERAWANAN.
2. KERAWANAN BERKEMBANG MENJADI KETEGANGAN
JIKA PERBEDAAN PANDANGAN TERSEBUT DIMANIFESTASIKAN KEDALAM
BENTUK INTERAKSI YANG SALING BERTENTANGAN, MAKA KERAWANAN
AKAN BERKEMBANG MENJADI KETEGANGAN. DALAM HAL INI DITANDAI
OLEH SEMAKIN RENGGANGNYA PERSATUAN DAN PUDARNYA TOLERANSI.
3. KETEGANGAN MENINGKAT MENJADI BENTROKAN
KETEGANGAN ANTARA KELOMPOK SOSIAL YANG SATU DENGAN YANG
LAIN, DAPAT MENINGKAT MENJADI BENTROKKAN. DALAM HAL INI KONTAK
FISIK DALAM ARTI NEGATIF SUDAH MULAI NAMPAK.
4. BENTROKAN BERKEMBANG MENJADI TEROR BERSENJATA
GOLONGAN YANG SALING BERLAWANAN DENGAN SEGALA DAYA UPAYA
AKAN BERUSAHA MELEMAHKAN/ MENIADAKAN EKSISTENSI GOLONGAN
YANG LAIN.
5. TEROR BERSENJATA BERKEMBANG MENJADI
PEMBERONTAKAN
DENGAN BERKECAMUKNYA TEROR BERSENJATA YANG DIIKUTI DENGAN
PENYUSUNAN KEKUATAN BERSENJATA DAN BASIS-BASIS PERLAWANAN,
YANG SELANJUTNYA AKAN BERKEMBANG MENJADI PEMBERONTAKKAN.
DENGAN PECAHNYA PEMBERONTAKKAN INI DAPAT MENGUNDANG CAMPUR
TANGAN KEKUATAN ASING YANG AKAN MELAKUKAN INVASI.
6. PEMBERONTAKAN MENJADI KUDETA
KUDETA BERTUJUAN UNTUK MENGGULINGKAN PEMERINTAHAN YANG SAH,
YANG SELANJUTNYA AKAN DIIKUTI DENGAN PEMBENTUKAN NEGARA
INDONESIA YANG TIDAK BERDASARKAN PANCASILA ATAU PEMBENTUKAN
NEGARA BARU.

D. HUBUNGAN KETAHANAN NASIONAL DENGAN WAWASAN NASIONAL

WAWASAN NASIONAL BANGSA INDONESIA ADALAH WAWASAN
NUSANTARA, WAWASAN NUSANTARA INI MERUPAKAN LANDASAN ATAU DASAR
DALAM MENYUSUN, MENINGKATKAN DAN MENGEMBANGKAN KETAHANAN
NASIONAL, YANG PERWUJUDANNYA DILAKSANAKAN MELALUI PEMBANGUNAN
38
PADA SEGALA BIDANG KEHIDUPAN NASIONAL, OLEH KARENA ITU WAWASAN
NUSANTARA MERUPAKAN GEOPOLITIK SEDANGKAN KETAHANAN NASIONAL
SEBAGAI GEOSTRATEGINYA.

SELAMAT BELAJAR
SEMOGA SUKSES

39