HASIL PENELITIAN
dalam wilayah Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate Selatan, Provinsi Maluku
dan 0,750-0,760 LU. Kelurahan ini berbatasan dengan Kelurahan Jambula di sebelah
utara, Desa Rua sebelah selatan, Hutan Kastela sebelah timur dan perairan lepas
pencaharian sebagai petani dan nelayan, serta sebagian kecil dari mereka adalah
pegawai negeri sipil. Pendududuk Kelurahan Kastela biasanya melaut pada malam
hari sehinga perahu nelayan yang mendarat disekitar penanaman, serta jalan masuk
atau keluar yang dibuat menuju perahu dapat merusak tanaman. Selain itu, pada
musim barat atau ombak besar, perahu nelayan sering dinaikkan ke darat. Pendaratan
landai (Gambar 4). Jenis substrat heterogen yaitu pasir, pasir berkarang, lumpur dan
lumpur berpasir. Selain ekosistem hutan mangrove, terdapat juga ekosistem terumbu
karang yang kondisinya sudah rusak dan padang lamun. Khususnya ekosistem hutan
23
Gambar 5. Zona Intertidal Kelurahan Kastela
mengalami kegagalan, dimana semua jenis mangrove yang ditanam bertahan hingga
3 bulan dan sempat mengeluarkan daun sebanyak 1-2 lembar, namun sepertinya
hewan ternak yang memakannya hingga tidak dapat tumbuh dan berkembang. Dari
sangat memprihatinkan, dan hanya terdapat satu jenis yaitu Sonneratia alba, dan
Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ternate, dengan melibatkan masyarakat hanya
24
tidak ada sosialisasi kepada masyarakat terlebih dahulu dan tidak pernah dilakukan
No Kegiatan Keterangan
2. Jenis Tanaman : Jenis mangrove yang ditanam yaitu Rhizophora spp dengan
jumlah bibit yang ditanam 5.500 buah.
25
4.3. Parameter Lingkungan Areal Rehabilitasi
4.3.1. Kualitas Air
Kualitas air yang mencakup suhu air, salinitas air, pH air dan pH tanah diukur
bersamaan dengan pengambilan sampel substrat. Suhu air berkisar 27-290C (Stasiun
1), 27-300C (stasiun 2), 28-320C (stasiun 3), sedangkan salinitas air 29-320/00,
(stasiun 1), 29-300/00 (stasiun 2), 30-320/00, (stasiun 3) dan pH air 6,0-6,10 (stasiun
Data hasil analisis komposisi sedimen tiap stasiun dapat dilihat pada Gambar
6, 7, dan 8. Nilai persentase dari ketiga komposisi sedimen (pasir, debu dan liat)
disajikan dalam diagram segitiga tekstur untuk menentukan kelas tekstur dengan
pedoman menurut sistem pembagian USDA (Yulius dkk, 1997) (Gambar 8).
4.36%
7.81%
87.83%
Pasir Debu Liat
26
Berdasarkan Gambar 6, menunjukkan persentase pasir 87,83%, debu 7,81%
dan liat 4,36%. Dari hasil analisis persentase komposisi sedimen (pasir, debu, liat)
10.77%
15.51%
73.72%
dan liat 10,77%. Dari hasil analisis persentase komposisi sedimen (pasir, debu, liat)
15.09%
19.26%
65.65%
Pasir Debu Liat
19,26% dan liat 15,09%. Dari hasil analisis persentase komposisi sedimen (pasir,
27
debu, liat) yang diperoleh tersebut kemudian dimasukkan ke dalam segitiga tekstur
1. Stasiun I
2. Stasiun II
3. Stasiun III
Konservasi Tanah dan Air Fakultas Pertanian Unsrat Manado diperoleh hasilnya
tanah pada stasiun 1 sebesar 30/00 dengan pH 6,8, stasiun 2 sebesar 20/00 dengan pH
28
40/00
30/00
20/00
Stasiun I Stasiun II Stasiun III
4.4. Pasang-surut
jenisnya maka diperlukan pengetahuan mengenai luas daerah limpasan air laut dan
tinggi pasang surut. Pasang-surut merupakan naik turunnya permukaan air laut secara
berkala, hal ini dipengaruhi oleh edaran bulan terhadap matari. Hasil pengukuran
perubahan tinggi air laut seperti yang diperlihatkan pada Gambar 10.
Grafik Pasang-surut
200
180
Tinggi Pasang-Surut (Cm)
18 0
175
160 16 0
150
140
130
120 12 0
115
12 0 12 0
110 110
105
100 100
95 95
10 0
90 90
85 86
80 80
72 75
80 80
75
80
75
80
70
65 65
60 60 60
50 50
4 5 45
40 40
20
0
0
0
0
0
.0
.0
.0
.0
.0
.0
.0
.0
.0
.0
.0
.0
.0
09
12
15
18
21
24
03
06
09
12
15
18
21
Gambar 11. Perubahan Tinggi Permukaan Air Laut (Pasut) Selama 39 Jam
29
Keputusan Presiden nomor 32 Tahun 1990 tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung
dalam: Pasal 26; dijelaskan, Perlindungan terhadap kawasan pantai berhutan bakau
dilakukan untuk melestarikan hutan bakau sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau
pantai dan pengikisan air laut serta pelindung usaha budidaya dibelakangnya.
Kemudian pada Pasal 27; menyebutkan Kriteria kawasan pantai berhutan bakau
adalah minimal 130 kali nilai ratarata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah
Berdasarkan Gambar 10 dan hasil analisis pasang surut oleh Dinas Hidro-
campuran dominasi ganda (Mixed semi diurnal) (F = 0,50) dengan tinggi pasang
surut rata-rata 122 cm. Ini menandakan bahwa terjadi dua kali pasang dan dua kali
menghitung jalur hijau yang ideal untuk penanaman mangrve dan lamanya
30
Table 3, Kesesuaian Parameter lingkungan dan Jenis mangrove
Sumber : Data primer terolah, 2007; DKP Kota Ternate, 2003; Wiroatmodjo, 1994
31