Pemboman ikan banyak dilakukan oleh nelayan tradisional dipesisir pantai dengan
menggunakan botol-botol yang diisi pupuk urea dan lain-lainnya. Akibat dari pemboman ikan ini selain
merusak terumbu karang bisa berakibat mencelakakan diri sendiri akibat terlambatnya membuang bom
ikan tersebut.
Teknik ini juga dilarang, peledakan kadang menggunakan dinamit atau bahan peledak lainnya.
Teknik ini juga dapat menyebabkan hancurnya terumbu karang dan habitat ikan.
Akibat penangkapan ikan yang dilakukan dengan bahan peledak, hampir 80 persen perairan di
Kep. Seribu rusak parah. Kerusakan terjadi pada era 1970-1997 dimana aktivitas nelayan yang gunakan
bahan peledak sangat banyak. Namun, begitu keluar larangan pada tahun 1997, aktivitas tersebut mulai
berkurang.
Setiap pengeboman bunga karang, remis atau kepiting, rumah-rumah cacing laut dan binatang-binatang
air yang berkulit keras, akan rusak bahkan sekarang telah hampir punah seluruhnya Ketika struktur
dasar laut seperti bunga karang dan terumbu karang
musnah maka ikan, kepiting, bintang laut, cacing-cacing dan seluruh habitatnya akan hilang dan mati.
Mulai musnahnya keanekaragaman habitat dasar laut telah menjadi alasan kuat banyak jumlah dan
jenis ikan berkurang di lautan dunia
Berdasarkan wawancara dengan masyarakat nelayan (Pelaku Bom aktif dan non Aktif) serta
informasi dari pihak pemerintah Kelurahan Langara Laut, anggota Pokmaswas dan Petugas Satker
PSDKP Kendari, bahwa pelaku bom ikan di Perairan Wawonii, bukan saja dari nelayan setempat, tetapi
juga berasal dari desa-desa lain, seperti : Desa di Pulau Cempedak dan sekitarnya (Kec. Laonti)
Kabupaten Konawe Selatan dan Desa Mekar, Bajo Indah dan Sekitarnya (Kec. Soropia) Kab. Konawe.
Berdasarkan informasi tersebut di atas, maka masyarakat nelayan di Kelurahan Langara Laut,
menyarankan kepada Pemerintah agar bom ikan baik dari dalam maupun dari luar wilayah Wawonii
perlu ditindak tegas (diberikan sanksi hukum yang sesuai dengan Undang-Undang Perikanan).