Anda di halaman 1dari 4

Penyakit Hepatitis A disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh kotoran/tinja penderita

biasanya melalui makanan (fecal - oral), bukan melalui aktivitas sexual atau melalui darah.
Hepatitis A paling ringan dibanding hepatitis jenis lain(B dan C). Sementara hepatitis B dan
C disebarkan melalui media darah dan aktivitas sexual dan lebih berbahaya dibanding
Hepatitis A.

Daftar isi
[sembunyikan]

 1 Masa inkubasi
 2 Gejala
 3 Masa pengasingan yang disarankan
 4 Pencegahan

[sunting] Masa inkubasi


Waktu terekspos sampai kena penyakit kira-kira 2 sampai 6 minggu. anda akan mengalami
gejala gejala seperti demam, lemah, letih, dan lesu, pada beberapa kasus, seringkali terjadi
muntah muntah yang terus menerus sehingga menyebabkan seluruh badan terasa lemas.
Demam yang terjadi adalah demam yang terus menerus, tidak seperti demam yang lainnya
yaitu pada demam berdarah, tbc, thypus, dll.

[sunting] Gejala
Seringkali tidak ada bagi anak kecil; demam tiba-tiba, hilang nafsu makan, mual, muntah,
penyakit kuning (kulit dan mata menjadi kuning), air kencing berwarna tua, tinja pucat.
Hepatitis A dapat dibagi menjadi 3 stadium: (1) pendahuluan (prodromal) dengan gejala letih,
lesu, demam, kehilangan selera makan dan mual; (2) stadium dengan gejala kuning (stadium
ikterik); dan (3) stadium kesembuhan (konvalesensi). Gejala kuning tidak selalu ditemukan.
Untuk memastikan diagnosis dilakukan pemeriksaan enzim hati, SGPT, SGOT. Karena pada
hepatitis A juga bisa terjadi radang saluran empedu, maka pemeriksaan gama-GT dan alkali
fosfatase dapat dilakukan di samping kadar bilirubin.

[sunting] Masa pengasingan yang disarankan


Selama 2 minggu setelah gejala pertama atau 1 minggu setelah penyakit kuning muncul.
Pasien juga diharapkan menjaga kebersihan.

[sunting] Pencegahan
Menjaga kebersihan perorangan seperti mencuci tangan dengan teliti; orang yang dekat
dengan penderita mungkin memerlukan terapi imunoglobulin. Imunisasi hepatitis A bisa
dilakukan dalam bentuk sendiri (Havrix) atau bentuk kombinasi dengan vaksin hepatitis B
(Twinrix). Imunisasi hepatitis A dilakukan dua kali, yaitu vaksinasi dasar dan booster yang
dilakukan 6-12 bulan kemudian, sementara imunisasi hepatitis B dilakukan tiga kali, yaitu
dasar, satu bulan dan 6 bulan kemudian. Imunisasi hepatitis A dianjurkan bagi orang yang
potensial terinfeksi seperti penghuni asrama dan mereka yang sering jajan di luar rumah.

Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis B" (VHB),
suatu anggota famili Hepadnavirus[1] yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau
menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati.
[2]
Mula-mula dikenal sebagai "serum hepatitis" dan telah menjadi epidemi pada sebagian
Asia dan Afrika.[3] Hepatitis B telah menjadi endemik di Tiongkok dan berbagai negara Asia.
[4]

Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan obat, dan paparan berbagai
macam zat kimia seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor, dan
zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, bisa juga menyebabkan
Hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap melalui kulit
penderita. Menetralkan suatu racun yang beredar di dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika
banyak sekali zat kimia beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa saja rusak sehingga
tidak dapat lagi menetralkan racun-racun lain.[5]

Daftar isi
[sembunyikan]

 1 Diagnosis
 2 Penularan
 3 Perawatan
 4 Catatan
 5 Lihat pula

[sunting] Diagnosis
Dibandingkan virus HIV, virus Hepatitis B (HBV) seratus kali lebih ganas (infectious), dan
sepuluh kali lebih banyak (sering) menularkan. Kebanyakan gejala Hepatitis B tidak nyata.[6]

Hepatitis B kronis merupakan penyakit nekroinflamasi kronis hati yang disebabkan oleh
infeksi virus Hepatitis B persisten. Hepatitis B kronis ditandai dengan HBsAg positif (> 6
bulan) di dalam serum, tingginya kadar HBV DNA dan berlangsungnya proses
nekroinflamasi kronis hati. Carrier HBsAg inaktif diartikan sebagai infeksi HBV persisten
hati tanpa nekroinflamasi. Sedangkan Hepatitis B kronis eksaserbasi adalah keadaan klinis
yang ditandai dengan peningkatan intermiten ALT>10 kali batas atas nilai normal (BANN).
Diagnosis infeksi Hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi, petanda virologi,
biokimiawi dan histologi. Secara serologi, pemeriksaan yang dianjurkan untuk diagnosis dan
evaluasi infeksi Hepatitis B kronis adalah : HBsAg, HBeAg, anti HBe dan HBV DNA (4,5).
Pemeriksaan virologi, dilakukan untuk mengukur jumlah HBV DNA serum sangat penting
karena dapat menggambarkan tingkat replikasi virus. Pemeriksaan biokimiawi yang penting
untuk menentukan keputusan terapi adalah kadar ALT. Peningkatan kadar ALT
menggambarkan adanya aktivitas kroinflamasi. Oleh karena itu pemeriksaan ini
dipertimbangkan sebagai prediksi gambaran histologi. Pasien dengan kadar ALT yang
menunjukkan proses nekroinflamasi yang lebih berat dibandingkan pada ALT yang normal.
Pasien dengan kadar ALT normal memiliki respon serologi yang kurang baik pada terapi
antiviral. Oleh sebab itu pasien dengan kadar ALT normal dipertimbangkan untuk tidak
diterapi, kecuali bila hasil pemeriksaan histologi menunjukkan proses nekroinflamasi aktif.
Sedangkan tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat kerusakan hati,
menyisihkan diagnosis penyakit hati lain, prognosis dan menentukan manajemen anti viral. [7]

Pada umumnya, gejala penyakit Hepatitis B ringan. Gejala tersebut dapat berupa selera
makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam ringan, kadang-kadang
disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas. Setelah satu minggu akan timbul
gejala utama seperti bagian putih pada mata tampak kuning, kulit seluruh tubuh tampak
kuning dan air seni berwarna seperti teh.[7]

Ada 3 kemungkinan tanggapan kekebalan yang diberikan oleh tubuh terhadap virus Hepatitis
B pasca periode akut. Kemungkinan pertama, jika tanggapan kekebalan tubuh adekuat maka
akan terjadi pembersihan virus, pasien sembuh. Kedua, jika tanggapan kekebalan tubuh
lemah maka pasien tersebut akan menjadi carrier inaktif. Ketiga, jika tanggapan tubuh
bersifat intermediate (antara dua hal di atas) maka penyakit terus berkembang menjadi
hepatitis B kronis.[7]

[sunting] Penularan
Hepatitis B merupakan bentuk Hepatitis yang lebih serius dibandingkan dengan jenis
hepatitis lainnya.[2] Penderita Hepatitis B bisa terjadi pada setiap orang dari semua golongan
umur.[8] Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan virus Hepatitis B ini menular. [9]

 Secara vertikal, cara penularan vertikal terjadi dari Ibu yang mengidap virus Hepatitis
B kepada bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan atau segera setelah
persalinan.
 Secara horisontal, dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik
telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi secara
bersama-sama (Hanya jika penderita memiliki penyakit mulut (sariawan, gusi
berdarah,dll) atau luka yang mengeluarkan darah) serta hubungan seksual dengan
penderita.

Sebagai antisipasi, biasanya terhadap darah-darah yang diterima dari pendonor akan di tes
terlebih dulu apakah darah yang diterima reaktif terhadap Hepatitis, Sipilis dan HIV.

Sesungguhnya, tidak semua yang positif Hepatitis B perlu ditakuti. Dari hasil pemeriksaan
darah, dapat terungkap apakah ada riwayat pernah kena dan sekarang sudah kebal, atau
bahkan virusnya sudah tidak ada. Bagi pasangan yang hendak menikah, tidak ada salahnya
untuk memeriksakan pasangannya untuk menenularan penyakit ini.

[sunting] Perawatan
Hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus menyebabkan sel-sel hati mengalami kerusakan
sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Pada umumnya, sel-sel hati dapat
tumbuh kembali dengan sisa sedikit kerusakan, tetapi penyembuhannya memerlukan waktu
berbulan-bulan dengan diet dan istirahat yang baik.[2]

Hepatitis B akut umumnya sembuh, hanya 10% menjadi Hepatitis B kronik (menahun) dan
dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.[8] Saat ini ada beberapa perawatan yang
dapat dilakukan untuk Hepatitis B kronis yang dapat meningkatkan kesempatan bagi seorang
penderita penyakit ini. Perawatannya tersedia dalam bentuk antiviral seperti lamivudine dan
adefovir dan modulator sistem kebal seperti Interferon Alfa ( Uniferon).[10]

Selain itu, ada juga pengobatan tradisional yang dapat dilakukan. Tumbuhan obat atau herbal
yang dapat digunakan untuk mencegah dan membantu pengobatan Hepatitis diantaranya
mempunyai efek sebagai hepatoprotektor, yaitu melindungi hati dari pengaruh zat toksik
yang dapat merusak sel hati, juga bersifat anti radang, kolagogum dan khloretik, yaitu
meningkatkan produksi empedu oleh hati. Beberapa jenis tumbuhan obat yang dapat
digunakan untuk pengobatan Hepatitis, antara lain yaitu temulawak (Curcuma xanthorrhiza),
kunyit (Curcuma longa), sambiloto (Andrographis paniculata), meniran (Phyllanthus
urinaria), daun serut/mirten, jamur kayu/lingzhi (Ganoderma lucidum), akar alang-alang
(Imperata cyllindrica), rumput mutiara (Hedyotis corymbosa), pegagan (Centella asiatica),
buah kacapiring (Gardenia augusta), buah mengkudu (Morinda citrifolia), jombang
(Taraxacum officinale).selain itu juga ada pengobatan alternatif lain seperti hijamah/bekam
yang bisa menyembuhkan segala penyakit hepatitis, asal dilakukan dengan benar dan juga
dengan standar medis.[2] [[Berkas:'Contoh.jpg'Teks tebal]]

[sunting] Catatan
1. ^ Zuckerman AJ (1996). Hepatitis Viruses. In: Baron's Medical Microbiology (Baron
S et al, eds.) (edisi ke-4th ed.). Univ of Texas Medical Branch. ISBN 0-9631172-1-1.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/bv.fcgi?rid=mmed.section.3738.
2. ^ a b c d CBN Portal. Swipa. Diakses pada 10 Maret 2007
3. ^ Ryan KJ; Ray CG (editors) (2004). Sherris Medical Microbiology (edisi ke-4th ed.).
McGraw Hill. hlm. pp. 544–51. ISBN 0-8385-8529-9.
4. ^ Alberts B, Johnson A, Lewis J, Raff M, Roberts K, Walter P (2002). Molecular
Biology of the Cell (edisi ke-4th). Garland. NCBI Bookshelf) ISBN 0-8153-3218-1.
5. ^ Republika Online. Swipa. Diakses pada 10 Maret 2007
6. ^ Tabloid Nova Online. Swipa.
7. ^ a b c Website Resmi Kalbe Farma. Swipa.
8. ^ a b Ikatan Dokter Indonesia. Swipa. Diakses pada 10 Maret 2007
9. ^ Dinas Kesehatan Jakarta. Swipa. Diakses pada 10 Maret 2007
10. ^ Lau GKK et al (2005). "Peginterferon Alfa-2a, lamivudine, and the combination for
HBeAg-positive chronic hepatitis B". N Engl J Med 352 (26): 2682-95. PMID
15987917.

Anda mungkin juga menyukai