Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Nukleus
Nukleus berada di tengah atom; ia mengandung proton dan neutron. Kumpulan proton dan
neutron disebut juga nukleon.
Pada hakekatnya, seluruh massa atom berpusat di nukleus, karena massa elektron sangat
kecil.
Informasi nomor atom dan nomor massa biasanya disingkat dalam bentuk :
Berapa banyaknya proton dan neutron yang dimiliki oleh atom tersebut di atas?
Nomor atom merupakan jumlah proton (9) dan nomor massa merupakan jumlah proton +
neutron (19). Jika atom terdiri dari 9 proton, maka akan ada 10 neutron sehingga total
keseluruhannya 19.
Nomor atom menandakan posisi dari suatu elemen pada tabel periodik dan karenanya jumlah
proton memberitahukan elemen apa yang kita maksudkan. Jadi, jika atom memiliki 8 proton
(nomor atom = 8), ini pasti oksigen. Jika atom memiliki 12 proton (nomor atom= 12), ini
pasti magnesium.
Begitu juga, setiap atom klor (nomor atom = 17) memiiki 17 proton, dan setiap atom uranium
(nomor atom = 92) memiliki 92 proton.
Isotop
Banyaknya neutron di dalam sebuah atom bisa bervariasi dalam skala kecil. Sebagai contoh,
ada tiga variasi atom 12C, 13C, 14C. Mereka seluruhnya memiliki jumlah proton yang sama,
tetapi jumlah neutronnya berbeda.
Atom-atom ini disebut isotop, yaitu atom-atom yang memiliki nomor atom yang sama tetapi
nomor massa yang berbeda. Mereka memiliki jumlah proton yang sama tetapi jumlah neutron
yang berbeda.
Elektron
Jadi, jika sebuah atom oksigen (nomor atom = memiliki 8 proton, ia pasti memiliki 8
elektron; jika atom klor (nomor atom=17) memiliki 17 proton, ia pasti memiliki 17 elektron.
Elektron-elektron berada pada jarak tertentu dari nukleus di dalam suatu rangkaian level yang
disebut dengan level energi. Tiap level energi hanya dapat diisi elektron dalam jumlah
tertentu. Level energi pertama (terdekat dengan nukleus) terdiri dari 2 elekton, level kedua 8,
dan level ketiga juga akan penuh ketika terisi 8 elektron.
Level-level ini berada dalam jarak yang cukup jauh dari nukleus. Elektron-elektron akan
selalu berada pada level energi serendah mungkin selama level tersebut belum terisi penuh.
Setelah 20 elemen pertama ini kita akan memasuki elemen transisi tabel periodik.
Dua hal penting yang perlu diperhatikan
* Jumlah elektron pada tingkat terluar (atau kulit terluar) sama dengan nomor golongan.
(Kecuali helium yang hanya memiliki 2 elektron. Gas Mulia biasa disebut dengan golongan
O bukan golongan 8). Hal ini berlaku di seluruh golongan elemen pada tabel periodik
(kecuali elemen-elemen transisi).
Jadi, jika kita mengetahui bahwa barium terletak pada golongan 2, berarti ia memiliki 2
elektron pada tingkat terluar; yodium merupakan golongan 7 yang berarti ia memiliki 7
elektron pada tingkat terluar.
Dalam kimia dasar kita akan menemukan struktur elektronik dari hidrogen dan karbon,
seperti gambar di bawah ini :
Halaman ini menjelaskan bagaimana caranya menyusun bentuk molekul dan ion yang hanya
mengandung ikatan tunggal.
Bentuk molekul dan ion ditentukan oleh penataan pasangan elektron disekeliling atom pusat.
Semua yang kamu butuhkan untuk menyusunnya adalah seberapa banyak pasanganelektron
yang berada pada tingkat ikatan, dan kemudian tertatanya untuk menghasilkan jumlah tolakan
minimum antara pasangan elektron. Kamu juga perlu memasukkan pasangan elektron ikatan
dan pasangan elektron mandiri.
Kamu dapat melakukannya dengan menggambar titik-silang, atau dengan menyusun atom-
atom dengan menggunakan elektron dalam kotak dan mengkhawatirkan tentang promosi,
hibridisasi dan yang lainnya. Akan tetapi hal ini sangat membosankan! Kamu dapat
memperoleh informasi yang sama dengan tepat dengan cara yang lebih mudah dan cepat
untuk contoh-contoh yang akan kamu temukan.
Hal pertama yang perlu kamu susun adalah seberapa banyak elektron yang terdapat pada
sekeliling atom pusat:
Tuliskan jumlah elektron pada tingkat terluar dari atom pusat. Hal ini akan sama
dengan nomor grup pada tabel periodik, kecuali pada kasus gas mulia yang
membentuk senyawa, ketika jumlah elektron terluar menjadi delapan.
Tambahkan satu elektron untuk tiap ikatan yang terbentuk. (Hal ini diperbolehkan
untuk elektron yang berasal dari atom yang lain).
Berikan muatan untuk tiap ion. Sebagai contoh, jika ion memiliki muatan 1-,
tambahkan satu kelebihan elektron. Untuk muatan 1+, hilangkan satu elektron
Sekarang susun seberapa banyak pasangan elektron ikatan dan pasangan elektron mandiri
yang ada:
Dengan membagi dua untuk menemukan jumlah total pasangan elektron disekeliling
atom pusat.
Susun seberapa banyak pasangan ikatan, dan seberapa banyak pasangan elektron
mandiri. Kamu tahu seberapa banyak pasangan elektron ikatan yang ada karena kamu
mengetahui seberapa banyak atom yang lain yang bergabung dengan atom pusat
(dengan asumsi bahwa hanya terbentuk ikatan tunggal).
Sebagai contoh, jika kamu mempunyai 4 pasangan elektron tetapi hanya terdapat 3
ikatan, hal itu harus ada 1 pasangan elektron mandiri selain tiga pasangan elektron
ikatan
Akhirnya, kamu dapat menggunakan informasi ini untuk menyusun bentuk molekul atau ion:
Susunlah semua pasangan elektron pada jarak yang mengalami tolakan minimum.
Bagaimana caranya melakukan hal ini akan menjadi jelas pada contoh-contoh berikut.
Kasus yang paling sederhana adalah berilium klorida, BeCl2. Perbedaan elektronegatifitas
antara berilium dan klor tidak cukup untuk menghasilkan pembentukan ion.
Berilium memiliki dua elektron terluar karena terletak pada golongan dua. Berilium
membentuk ikatan kepada dua klor, tiap atom klor menambhkan elektron yang lain ke tingkat
terluar dari berilium. Tidak terdapat muatan ionik yang perlu ditakutkan, karena itu terdapat 4
elektron yang bersama-sama – 2 pasang.
Hal ini membentuk 2 ikatan dan karena itu tidak terdapat pasangan elektron mandiri. Dua
pasangan ikatan tertata dengan sendirinya pada sudut 180o satu sama lain, karena hal ini
sebagai yang paling jauh yang dapat mereka capai. Molekul digambarkan dengan linear.
Boron terletak pada golongan 3, karena itu dimulai dengan 3 elektron. Tidak terdapat muatan,
karena itu totalnya 6 elektron – 3 pasang.
Karena boron membentuk 3 ikatan maka tidak terdapat pasangan elektron mandiri. Tiga
pasang ikatan tertata dengan sendirinya sejauh mungkin. Semuanya terletak dalam suatu
bidang yang memiliki sudut 120° satu sama lain. Susunan seperti ini disebut trigonal planar.
Pada diagram, elektron yang lain pada fluor dapat dihilangkan karena tidak relevan dengan
ikatan
Terdapat banyak contoh untuk ini. Yang paling sederhana adalah metana, CH4.
Karbon terletak pada golongan 4, dan karena itu memiliki 4 elektron terluar. Karbon
membentuk 4 ikatan dengan hidrogen, penambahan 4 elektron yang lain – seluruhnya 8,
dalam 4 pasang. Karena membentuk 4 ikatan, semuanya harus menjadi pasangan ikatan.
Empat pasangan elektron tertata dengan sendirinya pada jarak yang disebut susunan
tetrahedral. Tetrahedron adalah piramida dengan dasar segitiga. Atom karbon terletak di
tengah-tengah dan hidrogen pada empat sudutnya. Semua sudut ikatan adalah 109.5°.
Amonia, NH3
Nitrogen terletak pada golongan 5 dan karena itu memiliki 5 elektron terluar. Tiap-tiap atom
hidrogen yang tiga menambahkan elektron yang lain ke elektron nitrogen pada tingkat
terluar, menjadikannya total 8 elektron dalam 4 pasang. Karena nitrogen hanya membentuk
tiga ikatan, satu pasang harus menjadi pasangan elektron mandiri. Pasangan elektron tertata
dengan sendirinya pada bentuk tetrahedral seperti metana.
Pada kasus ini, Faktor tambahan masuk. Pasangan elektron mandiri terletak pada orbital yang
lebih pendek dan lebih bulat dibandingkan orbital yang ditempati pasangan elektron ikatan.
Karena hal ini, terjadi tolakan yang lebih besar antara pasangan elektron mandiri dengan
pasangan elektron ikatan dibandingkan antara dua pasangan elektron ikatan
Gaya pasangan elektron ikatan tersebut sedikt rapuh ? terjadi reduksi sudut ikatan dari 109.5o
menjadi 107o. Ini tidak terlelu banyak, tetapi penguji akan mengharapkan kamu
mengetahuinya
Ingat ini:
Hati-hati ketika kamu menggambarkan bentuk amonia. Meskipun pasangan elektron tersusun
tetrahedral, ketika kamu menggambarkan bentuknya, kamu hanya memperhatikan atom-
atomnya. Amonia adalah piramidal – seperti piramida dengan tiga hidrogen pada bagian
dasar dan nitrogen pada bagian puncak.
Air, H2O
Mengikuti logika yang sama dengan sebelumnya, kamu akan menemukan bahwa oksigen
memiliki empat pasang elektron, dua diantaranya adalah pasangan mandiri. Air juga akan
mengambil susunan tetrahedral. Saat ini sudut ikatan lebih sempit dari 104°, karena tolakan
dua pasangan mandiri.
Bentuknya tidak dapat digambarkan dengan tetrahedral, karena kita hanya “melihatâ€
oksigen dan hidrogen ? bukan pasangan mandiri. Air digambarkan dengan bengkok atau
bentuk V.
Nitrogen memiliki 5 elektron terluar, ditambah 4 elektron dari empat hidrogen ? sehinga
totalnya jadi 9.
Tetapi hati-hati! Ion amonium adalah ion positif. Ion ini memiliki muatan +1 karena
kehilangan satu elektron. Sehingga tinggal 8 elektron pada tingkat terluar nitrogen. Karena itu
menjadi 4 pasangan, yang semuanya berikatan karena adanya empat hidrogen
Ion amonium memiliki bentuk yang sama dengan metana, karena ion amonium memiliki
susunan elektronik yang sama. NH4+ adalah tetrahedral
Metana dan ion amonium dikatakan isoelektronik. Dua spesi (atom, molekul atau ion)
dikatakan isoelektronik jika keduanya memiliki bilangan dan susunan elektron yang sama
(termasuk perbedaan antara pasangan ikatan dan pasangan mandiri).
Oksigen terletak pada golongan 6 – karena itu memiliki 6 elektron terluar. Tambahan tiap 1
atom hidrogen, memberikan 9. Ambil satu untuk ion +1, tinggal 8. Hal ini memberikan 4
pasang, 3 diantaranya adalah pasangan ikatan. Ion hidroksonium adalah isoelektronik dengan
amonia, dan memiliki bentuk yang identik – piramidal.
Lima pasangan elektron disekeliling atom pusat
Fosfor (terletak pada golongan 5) memberikan kontribusi 5 elektron, dan lima fluor
memberikan 5 lagi, memberikan 10 elektron dengan 5 pasang disekeliling atom pusat. Karena
fosfor membentuk lima ikatan, tidak dapat membentuk pasangan mandiri.
Lima pasang elektron disusun dengan menggambarkan bentuk trigonal bipyramid -tiga fluor
terletak pada bidang 120o satu sama lain; dua yang lainnya terletak pada sudut sebelah kanan
bidang. Trigonal bipiramid karena itu memiliki dua sudut yang berbeda – 120odan 90o.
Klor terletak pada golongan 7 dan karena itu memiliki 7 elektron terluar. Tiga fluor masing-
masing memberikan kontribusi 1 elektron, menghasilkan total 10 – dalam 5 pasang. Klor
membentuk tiga ikatan ? meninggalkan 3 elektron ikatan dan 2 pasangan mandiri, yang akan
tersusun dengan sendirinya ke dalam bentuk trigonal bipiramida.
Akan tetapi jangan meloncat ke kesimpulan. Terdapat tiga cara yang dapat kamu lakukan
untuk menyususun 3 pasangan ikatan dan 2 pasangan mandiri menjadi bentuk trigonal
bipiramida. Susunan yang baik akan menjadi menghasilkan satu susunan dengan jumlah
minimum tolakan – dan kamu tidak akan dapat menganbil keputusan tanpa
menggambarkannya terlebih dahulu semua kemungkinannya.
Hanya terdapat satu susunan memungkinkan. Sesuatu yang lain mungkin kamu pikirkan
sebagai satu yang sederhana pada perputaran dalam jarak tertentu.
Kita perlu menyusun susunan yang memiliki tolakan minimum diantara berbagai pasangan
elektron.
Jika kamu mempunyai pasangan elektron lebih dari empat yang disusun
disekeliling atom pusat, kamu dapat mengabaikan tolakan pada sudut yang
lebih besar dari 90o.
Salah satu struktur yang memiliki jumlah tolakan besar yang jelas.
Pada diagram ini, dua pasangan mendiri terletak pada sudut 90o satu sama lain, dimana pada
kasus yang lain keduanya terletak pada sudut lebih besar dari 90o, dan karena itu tolakan
dapat diabaikan. ClF3 memang tidak dapat disusun melalui bentuk ini karena tolakan yang
sangat kuat antara pasangan mandiri dengan pasangan mandiri.
Untuk memilih salah satu diantara dua, kamu perlu menghitung tolakan yang paling kecil.
Pada gambar berikutnya, tiap pasangan mandiri terletak pada sudut 90o terhadap 3 pasangan
mandiri, dan karena itu tiap pasangan mandiri bertanggung jawab terhadap tolakan 3
pasangan mandiri dengan pasangan ikatan.
Karena terdapat dua pasangan mandiri karena itu terdapat 6 tolakan pasangan mandiri-
pasangan ikatan. Dan itu semuanya. Pasangan ikatan terletak pada sudut 120o satu sama lain,
dan tolakannya dapat diabaikan.
Tiap pasangan mandiri terletak pada sudut 90o terhadap 2 pasangan mandiri – satu diatas
bidang dan yang lainnya dibawah bidang. Hal ini membuat total 4 tolakan pasangan mandiri-
pasangan ikatan ? dibandingkan dengan 6, hal tersebut memiliki tolakan relatif kuat pada
gambar yang terakhir. Fluor yang lain (satu pada bidang) terletak pada sudut 120o, dan
merasakan tolakan yang tidak berarti dari pasangan mandiri.
Ikatan ke arah fluor pada bidang adalah 90o ke arah ikatan diatas dan dibawah bidang, karena
itu terdapat total 2 tolakan pasangan ikatan dengan pasangan ikatan.
Struktur dengan jumlah minimum tolakan adalah yang terakhir, karena tolakan pasangan
ikatan dengan pasangan ikatan lebih kecil dibandingkan tolakan pasangan mandiri dengan
pasangan ikatan. ClF3 digambarkan dengan bentuk T.
6 elektron pada tingkat terluar belerang, ditambah 1 dari masing-masing fluor, menghasilkan
total 12 – dalam 6 pasangan. Karena belerang membentuk 6 ikatan, semuanya adalah
pasangan ikatan. Semuanya tertata dengan sendirinya pada sudut 90o, pada bentuk yang
digambarkan dengan oktahedral.
XeF4
Xenon dapat membentuk jajaran senyawa, terutama dengan fluor atau oksigen, dan semuanya
khas. Xenon memiliki 8 elektron terluar, ditambah 1 dari masing-masing fluor –
menghasilkan 12, dalam 6 pasang. Semuanya akan membentuk empat pasang ikatan (karena
empat fluor) dan 2 pasangan mandiri.
Terdapat dua struktur yang memungkinkan, akan tetapi pada salah satunya terdapat pasangan
mandiri pada 90o. Malahan, beroposisi satu sama lain. XeF4 digambarkan dengan bentuk
square planar.
ClF4-
Klor terletak pada golongan 7 dan karena itu memiliki 7 elektron terluar. Ditambah 4 dari 4
fluor. Ditambah satu karena memiliki muatan +1. hal ini memberikan total 12 elektron dalam
6 pasang – 4 pasangan ikatan dan 2 pasangan mandiri. Bentuknya akan identik dengan XeF4.
Apakah elektronegatifitas itu?
Definisi
Elektronegatifitas adalah suatu ukuran kecenderungan atom untuk menarik pasangan elektron
ikatan.
Skala pauling merupakan skala yang paling umum digunakan. Fluor (unsur yang paling
elektronegatif) diberikan skala Pauling dengan harga 4.0, dan harganya menurun sampai
cesium dan fransium yang setidaknya hanya memiliki elektronegatifitas pada skala 0.7.
Apa yang terjadi jika dua atom yang memiliki elektronegatifitas setara saling berikatan?
Meninjau ikatan antara dua atom, A dan B. Tiap atom dapat membentuk ikatan satu sama lain
seperti yang ditunjukkan berikut – tetapi ikatan ini tidak relevan dengan alasannya.
Ikatan seperti ini dapat dikatakan sebagai ikatan kovalen "murni" – dimana elektron
dibagikan secara rata antara dua atom.
Hal ini berarti bahwa ujung ikatan B lebih memberikan kerapatan elektron dibandingkan
dengan A dan karena itu menjadikannya sedikit negatif. Pada waktu yang bersamaan, ujung
A (lebih pendek elektron) menjadi sedikit positif. Pada diagram, " " (dibaca "delta") berarti
"sedikit" – dimana + berarti "sedikit positif".
.
Berikut ini digambarkan ikatan polar. Ikatan polar merupakan ikatan kovalen yang mana
terdapat pemisahan muatan antara ujung yang satu dengan ujung yang lain – dengan kata lain
salah satu ujung sedikit positif dan ujung yang lainnya sedikit negatif. Contohnya termasuk
kebanyakan ikatan kovalen. Ikatan hidrogen-klor pada HCl atau ikatan hidrogen-oksigen
pada air adalah ikatan yang khas.
Pada kasus ini, pasangan elektron digeser ke sebelah kanan sampai ujung ikatan B. Praktis, A
kehilangan kontrol atas elektron, dan B mengontrol sepenuhnya kedua atom. Terjadilah
pembentukan ion.
“Spektrum†ikatan
Implikasi dari semua ini adalah tidak adanya batasan yang jelas antara ikatan kovalen dan
ikatan ionik. Pada ikatan kovalen murni, elektron diikat pada setengah rata-rata diantara
kedua atom. Pada ikatan polar, elektron sedikit bergeser ke salah satu ujung ikatan.
Seberapa jauh pergeseran terjadi sebelum ikatan dinyatakan sebagai ikatan ionik? Tidak ada
jawaban yang nyata dengan pertanyaan tersebut. Biasanya kamu berfikir natrium klorida
sebagai padatan ionik yang khas, akan tetapi disini natrium tidak sepenuhnya kehilangan
kontrol elektronnya. Karena sifat natrium klorida, bagaimanapun, kita cenderung
menghitungnya dengan ionik murni.
Litium iodida, di lain pihak, akan digambarkan sebagai "ionik dengan beberapa karakter
kovalen". Pada kasus ini, pasangan elektron tidak bergerak masuk secara keseluruhan ke
ujung ikatan iodium. Litium iodida, sebagai contoh, larut dalam pelarut organik seperti etanol
– secara normalnya tidak satupun sesuatu yang bersifat ionik akan seperti ini.
Ringkasan
Tidak adanya perbedaan elektronegatifitas antara dua atom berperan penting pada
ikatan kovalen non-polar murni.
Perbedaan elektronegatifitas yang kecil berperan penting pada ikatan kovalen polar.
Perbedaan elektronegatifitas yang besar berperan penting pada ikatan ionik
Pada molekul yang sederhana seperti HCl, jika ikatan yang terjadi adalah polar, maka secara
keseluruhan molekul juga barsifat polar. Bagaimana dengan molekul yang lebih rumit?
Molekul secara keseluruhan, bagaimanapun, tidak polar – dalam arti bahwa molekul tersebut
tidak memiliki ujung (atau sisi) yang sedikit negatif dan salah satu yang lain sedikit positif.
Secara keseluruhan molekul bersifat negatif, tetapi tidak terdapat pembagian muatan dari
bagian atas ke bawah, atau dari kanan ke kiri.
Sebaliknya, CHCl3 adalah polar.
Hidrogen pada bagian atas molekul kurang elektronegatif dibandingkan karbon dan karena
itu hidrogen sedikit positif. Hal ini berarti bahwa sekarang molekul sedikit positif “pada
bagian atas†dan sedikit negatif “pada bagian bawahâ€, dan secara keseluruhan
molekul bersifat polar.
Unsur yang paling elektronegatif adalah fluor. Jika kamu mengingat fakta tersebut, semuanya
menjadi mudah, karena elektronegatifitas selalu naik kearah fluor pada tabel periodik.
Jika kamu membentangkan suatu perioda maka elektronegatifitas akan meningkat. Grafik
menunjukkan harga elektronegatifitas dari natrium sampai klor – kamu dapat mengabaikan
argon. Argon tidak memiliki elektronegatifitas, karena argon tidak membentuk ikatan.
Seiring dengan turunnya posisi dalam sebuah grup, elektronegatifitas menurun. (jika
elektronegatifitas meningkat ke arah fluor, elektronegatifitas harus menurun seiring dengan
turunnya posisi). Grafik menunjukkan pola susunan elektronegatifitas pada golongan 1 dan 7.
Daya tarik yang dirasakan oleh pasangan elektron ikatan untuk inti yang khusus tergantung
pada
Dengan menganggap natrium pada permulaan perioda 3 dan klor pada bagian akhirnya
(mengabaikan gas mulia, argon). Pikirkan jika natrium klorida berikatan secara kovalen.
Natrium dan klor memiliki elektron ikatan pada tingkat-3. Pasangan elektron dirintangi dari
kedua inti oleh elektron-elektron 1s, 2s dan 2p, tetapi inti klor memiliki 6 proton lebih. Hal
ini tidak mengherankan pasangan elektron digeser sejauh mungkin ke arah klor yang
membentuk ion.
Elektronegatifitas meningkat sepanjang perioda karena jumlah muatan pada inti juga
meningkat. Hal itu menarik pasangan elektron ikatan dengan lebih kuat.
Pada tiap kasus terdapat tarikan dari pusat fluor atau +7 klor. Akan tetapi fluor memiliki
pasangan ikatan pada tingkat-2 dibandingkan tingkat-3 seperti pada klor. Jika lebih dekat ke
inti, dayatarik semakin besar.
Seiring dengan menurunnya posisi pada suatu golongan, elektronegatifitas menurun karena
pasangan elektron ikatan menjauh dari jangkauan dayatarik inti.
Dalam diskusi sejauh ini, kita berfikiran ion dibangun dari perubahan bentuk dari ikatan
kovalen. Kamu juga akan berfikir seperti itu pada hal yang lain.
Padatan adalah kovalen. Malahan dibayangkan bahwa Alumunium klorida adalah ionik.
Karena alumunium klorida mengandung ion Al3+ dan Cl-.
Ion alumunium berukuran sangat kecil dan dibungkus oleh tiga muatan positif – karena itu
“densitas muatan†sangat tinggi. Dengan mempertimbangkan efek pada setiap elektron
terdekat.
Pada kasus alumunium klorida, pasangan elektron digeser ke arah alumunium sedemikian
rupa sehingga ikatan menjadi kovalen.
Ion positif dapat memiliki pengaruh untuk mempolarisasi (distorsi – perubahan bentuk –
secara elektrik) ion negatif terdekat. Kemampuan polarisasi tergantung pada densitas muatan
pada ion positif.
Kemampuan polarisasi meningkat sejalan dengan ion positif yang mengecil dan jumlah
muatan yang membesar.
Selama ion negatif membesar, ion negatif tersebut menjadi lebih mudah untuk dipolarisasi.
Sebagai contoh, pada ion iodida, I-, elektron terluar terletak pada tingkat-5 – relatif renggang
dari inti.
Ion positif akan lebih efektif dalam menarik pasangan elektron dari ion iodida dibandingkan
dengan ion yang sama, katakanlah, ion fluorida yang mana lebih dekat ke inti.
Alumunium iodida adalah kovalen karena pasangan elektron lebih mudah untuk dipaksa
pergi dari ion iodida. Dilain pihak, alumunium fluorida adalah ionik karena ion alumunium
tidak bisa mempolarisasi ion fluorida yang berukuran kecil dengan cukup untuk membentuk
ikatan kovalen
Kita akan melihat bagaimana cara menuliskan konfigurasi elektron sampai pada orbital d.
Halaman ini akan menjelaskan konfigurasi berdasarkan tabel periodik sederhana di atas ini
dan selanjutnya pengaplikasiannya pada konfigurasi atom yang lebih besar.
Periode Pertama
Hidrogen hanya memiliki satu elektron pada orbital 1s, kita dapat menuliskannya dengan 1s1
dan helium memiliki dua elektron pada orbital 1s sehingga dapat dituliskan dengan 1s2
Periode kedua
Sekarang kita masuk ke level kedua, yaitu periode kedua. Elektron litium memenuhi orbital
2s karena orbital ini memiliki energi yang lebih rendah daripada orbital 2p. Litium memiliki
konfigurasi elektron 1s22s1. Berilium memiliki elektron kedua pada level yang sama – 1s22s2.
Sekarang kita mulai mengisi level 2p. Pada level ini seluruhnya memiliki energi yang sama,
sehingga elektron akan menempati tiap orbital satu persatu.
B 1s22s22px1
C 1s22s22px12py 1
N 1s22s22px12py 12pz1
Elektron selanjutnya akan membentuk sebuah pasangan dengan elektron tunggal yang
sebelumnya menempati orbital.
O 1s22s22px22p y12pz1
F 1s22s22px22py 22pz1
Ne 1s22s22px22py 22pz2
Kita dapat melihat di sini bahwa semakin banyak jumlah elektron, semakin merepotkan bagi
kita untuk menuliskan struktur elektron secara lengkap. Ada dua cara penulisan untuk
mengatasi hal ini dan kita harus terbiasa dengan kedua cara ini.
Cara singkat pertama : Seluruh variasi orbital p dapat dituliskan secara bertumpuk. Sebagai
contoh, flor dapat ditulis sebagai 1s22s22p5, dan neon sebagai 1s22s22p6.
Penulisan ini biasa dilakukan jika elektron berada dalam kulit dalam. Jika elektron berada
dalam keadaan berikatan (di mana elektron berada di luar atom), terkadang ditulis dalam cara
singkat, terkadang dengan cara penuh.
Sebagai contoh, walaupun kita belum membahas konfigurasi elektron dari klor, kita dapat
menuliskannya sebagai 1s22s22p63s23px23p y23pz1.
Perhatikan bahwa elektron-elektron pada orbital 2p bertumpuk satu sama lain sementara
orbital 3p dituliskan secara penuh. Sesungguhnya elektron-elektron pada orbital 3p terlibat
dalam pembentukan ikatan karena berada pada kulit terluar dari atom, sementara elektron-
elektron pada 2p terbenam jauh di dalam atom dan hampir bisa dikatakan tidak berperan
sama sekali.
Cara singkat kedua : Kita dapat menumpukkan seluruh elektron-elektron terdalam dengan
menggunakan, sebagai contoh, simbol [Ne]. Di dalam konteks ini, [Ne] berarti konfigurasi
elektron dari atom neon -dengan kata lain 1s22s22px22py22p z2.
Berdasarkan cara di atas kita dapat menuliskan konfigurasi elektron klor dengan
[Ne]3s23px23py23pz 1.
Periode ketiga
Mulai dari neon, seluruh orbital tingkat kedua telah dipenuhi elekton, selanjutnya kita harus
memulai dari natrium pada periode ketiga. Cara pengisiannya sama dengan periode-periode
sebelumnya, kecuali adalah sekarang semuanya berlangsung pada periode ketiga.
Sebagai contoh :
cara singkat
Mg 1s22s22p63s2 [Ne]3s2
S 1s22s22p63s23px 23py13pz1 [Ne]3s23px23py13p z1
Ar 1s22s22p63s23px 23py23pz2 [Ne]3s23px23py23p z2
Sampai saat ini kita belum mengisi orbital tingkat 3 sampai penuh – tingkat 3d belum kita
gunakan. Tetapi kalau kita melihat kembali tingkat energi orbital-orbital, kita dapat melihat
bahwa setelah 3p energi orbital terendah adalah 4s – oleh karena itu elektron mengisinya
terlebih dahulu.
K 1s22s22p63s23p6 4s1
Ca 1s22s22p63s23p6 4s2
Bukti kuat tentang hal ini ialah bahwa elemen seperti natrium ( 1s22s22p63s1 ) dan kalium
( 1s22s22p63s23p64s 1 ) memiliki sifat kimia yang mirip.
Elektron terluar menentukan sifat dari suatu elemen. Sifat keduanya tidak akan mirip bila
konfigurasi elektron terluar dari kalium adalah 3d1.
Elemen blok s dan p
Elemen-elemen pada golongan 1 dari tabel periodik memiliki konfigurasi elektron terluar ns1
(dimana n merupakan nomor antara 2 sampai 7). Seluruh elemen pada golongan 2 memiliki
konfigurasi elektron terluar ns2. Elemen-elemen di grup 1 dan 2 dideskripsikan sebagai
elemen-elemen blok s.
Elemen-elemen dari golongan 3 seterusnya hingga gas mulia memiliki elektron terluar pada
orbital p. Oleh karenanya, dideskripsikan dengan elemen-elemen blok p.
Elemen blok d
Perhatikan bahwa orbital 4s memiliki energi lebih rendah dibandingkan dengan orbital 3d
sehingga orbital 4s terisi lebih dahulu. Setelah orbital 3d terisi, elektron selanjutnya akan
mengisi orbital 4p.
Elemen-elemen pada blok d adalah elemen di mana elektron terakhir dari orbitalnya berada
pada orbital d. Periode pertama dari blok d terdiri dari elemen dari skandium hingga seng,
yang umumnya kita sebut dengan elemen transisi atau logam transisi. Istilah “elemen
transisi” dan “elemen blok d” sebenarnya tidaklah memiliki arti yang sama, tetapi dalam
perihal ini tidaklah menjadi suatu masalah.
Elektron d hampir selalu dideskripsikan sebagai, sebagai contoh, d5 atau d8 – dan bukan
ditulis dalam orbital yang terpisah-pisah. Perhatikan bahwa ada 5 orbital d, dan elektron akan
menempati orbital sendiri sejauh ia mungkin. Setelah 5 elektron menempati orbital sendiri-
sendiri barulah elektron selanjutnya berpasangan.
d5 berarti
d8 berarti
Perhatikan bentuk pengisian orbital pada level 3, terutama pada pengisian atom 3d setelah 4s.
Sc 1s22s22p63s23p6 3d14s2
Ti 1s22s22p63s23p6 3d24s2
V 1s22s22p63s23p6 3d34s2
Cr 1s22s22p63s23p6 3d54s1
Perhatikan bahwa kromium tidak mengikuti keteraturan yang berlaku. Pada kromium
elektron-elektron pada orbital 3d dan 4s ditempati oleh satu elektron. Memang, mudah untuk
diingat jikalau keteraturan ini tidak berantakan – tapi sayangnya tidak !
Orbital selanjutnya adalah 4p, yang pengisiannya sama seperti 2p atau 3p. Kita sekarang
kembali ke elemen dari galium hingga kripton. Sebagai contoh, Brom, memilki konfigurasi
elektron 1s22s22p63s23p63d104s 24px24py24pz1.
Rangkuman
Gunakan tabel periodik untuk mendapatkan nomor atom yang berarti banyaknya
jumlah elektron.
Isilah orbital-orbital dengan urutan 1s, 2s, 2p, 3s, 3p, 4s, 3d, 4p sampai elektron-
elektron selesai terisi. Cermatilah keteraturan pada orbital 3d ! Isilah orbital p dan d
dengan elektron tunggal sebisa mungkin sebelum berpasangan.
Ingat bahwa kromium dan tembaga memiliki konfigurasi elektron yang tidak sesuai
dengan keteraturan.
Pertama kita berusaha untuk mengetahui jumlah elektron terluar. Jumlah elektron terluar
sama dengan nomor golongan. Sebagai contoh, seluruh elemen pada golongan 3 memiliki 3
elektron pada level terluar. Lalu masukkan elektron-elektron tersebut ke orbital s dan p. Pada
level orbital ke berapa ? Hitunglah periode pada tabel periodik.
Sebagai contoh, Yodium berada pada golongan 7 dan oleh karenanya memiliki 7 elektron
terluar. Yodium berada pada periode 5 dan oleh karenanya elekton mengisi pada orbital 5s
dan 5p. Jadi, Yodium memiliki konfigurasi elektron terluar 5s25px25py25pz 1.
Bagaimana dengan konfigurasi elektron di dalamnya ? Level 1, 2, dan 3 telah terlebih dahulu
terisi penuh, dan sisanya tinggal 4s, 4p, dan 4d. Sehingga konfigurasi seluruhnya adalah :
1s22s22p63s23p63d104s 24p64d105s25px25p y25pz1.
Jikalau kita telah menyelesaikannya, hitunglah kembali jumlah seluruh elektron yang ada
apakah sama dengan nomor atom.
Contoh yang kedua, Barium , berada pada golongan 2 dan memiliki 2 elektron terluar.
Barium berada pada periode keenam. Oleh karenanya, Barium memilki konfigurasi elektron
terluar 6s2.
Kita mungkin akan terjebak untuk mengisi orbital 5d10 tetapi ingatlah bahwa orbital d selalu
diisi setelah orbital s pada level selanjutnya terisi. Sehingga orbital 5d diisi setelah 6s dan 3d
diisi setelah 4s.
Jari-jari atom
Tidak seperti halnya bola, sebuah atom tidak memiliki jari-jari yang tetap. Jari-jari atom
hanya bisa didapat dengan mengukur setengah dari jarak antara dua buah atom yang
berapitan.
Seperti halnya gambar diatas, pada atom yang sama kita bisa mendapatkan jari-jari yang
berbeda tergantung dari atom yang berapitan dengannya.
Gambar pada bagian kiri menunjukkan atom yang berikatan. Kedua atom ini saling menarik
satu sama lain sehingga jari-jarinya lebih pendek dibandingkan jika mereka hanya
bersentuhan. Hal ini kita dapatkan pada atom-atom logam di mana mereka membentuk
struktur logam atau atom-atomnya secara kovalen berikatan satu sama lain. Tipe dari jari-jari
atom seperti ini disebut jari-jari (radius) logam atau jari-jari kovalen, tergantung dari
ikatannya.
Gambar pada bagian kanan menunjukkan keadaan di mana kedua atom hanya bersentuhan.
Daya tarik antar keduanya sangat sedikit. Tipe dari jari-jari atom seperti ini dinamakan jari-
jari (radius) van der Waals di mana terjadi daya tarik yang lemah di antara kedua atom
tersebut.
Pola kecenderungan jari-jari atom tergantung dari jenis jari-jari atom mana yang ingin kita
ukur – tapi pada prinsipnya pola seluruhnya sama.
Kita dapat segera memperkirakan bahwa jari-jari atom pada golongan yang sama akan
semakin besar jika letak atom itu pada tabel periodik semakin di bawah. Alasannya cukup
kuat – karena kulit elektron semakin bertambah.
Kita perlu mengabaikan jari-jari gas mulia pada setiap periode. Karena neon dan argon tidak
membentuk ikatan, kita hanya dapat mengukur jari-jari van der Waals – di mana ikatannya
sangatlah lemah. Seluruh atom-atom lainnya jari-jari atom diukur berdasarkan jarak yang
lebih kecil dikarenakan oleh kuatnya ikatan yang terbentuk. Kita tidak dapat membandingkan
“suatu sifat yang sama” jika kita mengikutsertakan gas mulia.
Kecuali gas mulia, atom akan semakin kecil menyusur satu periode
Dari litium ke flor, elektron seluruhnya berada pada level dua, yang dihalangi oleh elektron
pada 1s2. Peningkatan jumlah proton pada nukleus seiring dengan menyusurnya periode akan
menarik elektron-elektron lebih kuat. Kecenderungan pada energi ionisasi yang naik turun
tidak kita temui pada radius atom.
Pada periode dari Natrium ke Klor, kita juga akan menemukan kecenderungan yang sama.
Besar atom dikontrol oleh elektron-elektron pada tingkat ke 3 yang tertarik semakin dekat ke
nukleus seiring dengan meningkatnya jumlah proton.
Walaupun pada awal dari elemen-elemen transisi, jari-jari atom sedikit mengecil, besar jari-
jari atom hampir seluruhnya sama.
Dalam hal ini, besar dari jari-jari atom ditentukan oleh elektron-elektron 4s. Penarikan karena
naiknya jumlah proton pada nukleus berkurang karena adanya penghalang tambahan yaitu
bertambahnya elektron-elektron pada orbital 3d.
Memang hal ini agak sedikit membingungkan. Kita telah mempelajari bahwa orbital-orbital
4s memiliki tingkat energi lebih tinggi daripada 3d – di mana kebalikannya elektron akan
menempati 4s sebelum 3d. Artinya, elektron-elektron 4s dapat kita simpulkan berada pada
luar atom dan menentukan besarnya atom. Hal ini juga berarti orbital 3d berada lebih dekat
dengan nukleus daripada 4s dan berperan sebagai penghalang.
Radius Ion
Ion-ion tidak memiliki besar yang sama dengan atom asalnya. Bandingkan besarnya ion
natrium dan klor dengan atom natrium dan klor.
Ion Positif
Ion positif lebih kecil dibandingkan dengan atom asalnya. Konfigurasi elektron natrium
adalah 2,8,1 ; sementara Na+ adalah 2,8. Kita kehilangan salah satu kulit elektron dan 10
elektron yang tersisa ditarik oleh 11 proton pada nukleus.
Ion Negatif
Ion negatif lebih besar dibandingkan dengan atom asalnya. Konfigurasi elektron klor adalah
2,8,7 ; sementara Cl- adalah 2,8,8. Walaupun elektron-elektron masih berada pada tingkat 3,
penolakan tambahan terjadi karena bertambahnya elektron yang menyebabkan atom semakin
membesar. Ion klor hanya memiliki 17 proton, tetapi mereka sekarang memiliki 18 elektron.
apa itu orbital atom
Ketika planet bergerak mengitari matahari, kita dapat menggambarkan jalur yang ditempuh
oleh planet itu yang disebut dengan orbit. Gambaran sederhana dari atom juga sama dengan
fenomena tersebut dan kita dapat menggambar elektron-elektron yang mengorbit
mengelilingi nukleus ( inti atom ). Walaupun sesungguhnya elektron-elektron tidak
mengorbit pada jalur yang tetap melainkan mengorbit pada sebuah ruang yang disebut
dengan orbital.
Orbit dan orbital terkesan sama, tetapi sebenarnya memiliki makna yang cukup berbeda. Kita
perlu memahami perbedaan di antara keduanya.
Untuk menggambar suatu jalur kita perlu mengetahui secara pasti di mana objek tersebut
berada dan ke arah mana objek itu bergerak. Sayangnya, kita tidak bisa melakukan hal
tersebut untuk elektron-elektron.
Prinsip ketidakpastian Heisenberg menunjukkan bahwa kita tidak dapat mengetahui secara
pasti di mana elektron itu berada dan ke arah mana elektron itu bergerak. Hal ini membuat
kita tidak mungkin menggambarkan secara tepat jalur atau orbit dari elektron yang
mengelilingi nukleus. Tetapi ada suatu cara lain yang bisa diterima untuk menggambarkan
pergerakan elektron-elektron di sekitar nukleus.
Kita coba untuk terus mencari titik-titik posisi dari elektron tersebut, dan kita akan perlahan-
lahan menemukan suatu gambaran 3 dimensi peta posisi dari elektron tersebut.
Dalam kasus elektron hidrogen, elektron dapat ditemukan di manapun di sekeliling nukleus.
Diagram menunjukkan kemungkinan dari posisi elektron yang membentuk ruang wilayah
yang mengelilingi nukleus.
Pada 95% dari hasil pengamatan, elektron dapat ditemukan dalam suatu ruang wilayah yang
relatif dekat dengan nukleus. Wilayah dari ruang tersebut kita sebut dengan orbital.
Kita dapat beranggapan bahwa orbital merupakan suatu ruang wilayah di mana elektron itu
bergerak di dalamnya.
Tiap orbital memilki nama :
Orbital yang dihuni oleh elektron hidrogen disebut dengan orbital 1s. Angka “1”
menunjukkan bahwa orbital tersebut memiliki tingkat energi yang terdekat dengan nukleus.
Huruf “s” menunjukkan bentuk dari orbital tersebut. Orbital s berbentuk bulat simetris yang
mengelilingi nukleus.
Jika kita perhatikan secara seksama, kita dapat menemukan bahwa terdapat wilayah di mana
rapat elektronnya lebih tinggi ( di mana titik-titiknya lebih pekat ) dekat dengan nukleus.
“Kerapatan elektron” merupakan suatu istilah yang dipakai untuk memberitahukan
kemungkinan kita dapat menemukan elektron pada posisi tertentu.
Elektron-elektron 2s ( dan juga 3s, 4s ) berada dalam posisi dekat dengan nukleus daripada
yang mungkin kita bayangkan. Efek dari ini adalah pengurangan energi dari elektron dalam
orbital s. Semakin dekat elektron dengan nukleus, semakin rendah energinya.
orbital p
Tidak semua elektron memiliki sifat seperti orbital s. Pada tingkat energi
pertama, orbital hanya terdiri dari orbital 1s, tetapi ketika kita memasuki tingkat energi
kedua, selain daripada orbital 2s, kita akan menemukan orbital 2p.
Orbital p berbentuk seperti 2 buah balon yang identik yang diikat di tengahnya. Gambar di
sebelah kiri menunjukkan adanya titik yang membagi ruang wilayah. Perlu diingat, orbital
menunjukkan 95% kemungkinan elektron itu berada.
Tidak seperti orbital s, orbital p memiliki arah tertentu – pertama yang mengarah ke atas dan
yang mengarah ke bawah.
Pada tiap tingkat energi ada kemungkinan terdapat 3 orbital p yang arahnya saling tegak lurus
satu sama lain. Arah dari tiap orbital p ini diberi simbol px, py dan pz. x, y dan z merupakan
koordinat dari orbital-orbital tersebut.
Orbital p pada tingkat energi kedua disebut dengan 2px, 2py dan 2pz.
Begitu juga pada orbital lainnya 3px, 3py dan 3pz, maupun 4px, 4py dan 4pz dan seterusnya.
Seluruh tingkat energi selain dari tingkat energi pertama memiliki orbital p. Pada energi level
yang lebih tinggi bentuk dari balon akan semakin lonjong, yang berarti kemungkinan elektron
berada akan semakin jauh dari nukleus.
orbital d dan f
Selain daripada orbital s dan p, terdapat dua bentuk orbital lainnya di mana elektron berada
pada tingkat energi yang lebih tinggi. Pada tingkat energi ketiga, kita akan menemukan 5
bentuk dari orbital d ( dengan bentuk dan penamaan yang lebih rumit ), dan tentunya juga
orbital 3s dan orbital 3p (3px, 3py dan 3pz). Pada tingkat energi ketiga kita akan menemukan
total 9 orbital.
Pada tingkat energi keempat, selain daripada orbital 4s , 4p dan 4d , kita juga akan
menemukan tambahan 7 buah orbital f – dengan total 16 orbital. Orbital s, p, d dan f memiliki
tingkat energi yang lebih tinggi.
Kita dapat membayangkan sebuah atom seperti sebuah istana – di mana nukleus berada pada
lantai bawah tanah, kemudian tiap lantai terdiri dari kamar-kamar (orbital) yang akan
ditempati oleh elektron-elektron. Lantai pertama hanya terdiri dari satu kamar ( yaitu orbital
1s ); lantai kedua terdiri dari 4 kamar ( orbital 2s, 2px, 2py dan 2pz ); lantai ketiga terdiri dari 9
kamar ( satu orbital 3s, tiga orbital 3p dan 5 orbital 3d ) dan seterusnya. Tetapi kamar-kamar
tersebut tidaklah besar. Tiap orbital hanya dapat ditempati oleh 2 elektron.
Cara yang lazim digunakan untuk menggambarkan orbital yang dihuni oleh elektron adalah
dengan cara ” kotak-kotak elektron “.
“Kotak-kotak elektron”
Orbital dapat diwakili oleh kotak dan atom digambarkan sebagai anak panah. Anak panah ke
atas dan anak panah ke bawah digunakan untuk menggambarkan elektron yang berbeda arah.
Orbital 1s ditempati oleh 2 elektron seperti gambar di sebelah kanan dan kita bisa
menuliskannya lebih singkat dengan 1s2 . Kata ini dibaca ” satu s dua ” bukan ” satu s kuadrat
“.
Ingat, angka 1 mewakili tingkat energi, huruf s mewakili tipe dari orbital dan angka 2
mewakili jumlah elektron yang berada pada orbital tersebut.
Elektron mengisi dari orbital pada tingkat energi rendah ( dekat dengan nukleus ) sebelum
mengisi pada orbital pada tingkat yang lebih tinggi. Ketika dihadapkan pada orbital yang
berada pada energi yang sama, elektron akan mengisi orbital yang kosong dahulu.
Diagram di bawah ini menggambarkan tingkat energi orbital sampai tingkat energi keempat.
Perhatikan bahwa orbital s selalu memiliki energi yang rendah daripada orbital p pada
seluruh tingkat energi, jadi orbital s akan ditempati terlebih dahulu oleh elektron sebelum
menempati orbital p.
Kita akan menemui kejanggalan pada posisi orbital 3d. Orbital ini berada pada tingkat energi
yang lebih tinggi daripada 4s – jadi elektron akan menempati orbital 4s lebih dahulu sebelum
menempati orbital 3d dan baru kemudian 4p. Kejanggalan berikutnya akan kita temui pada
tingkat energi yang lebih tinggi lagi, sebagai contoh, di mana terjadi penindihan tingkat
energi yang mengakibatkan orbital 4f akan terisi setelah orbital 6s.