Anda di halaman 1dari 3

Kesaksian Orang-orang yang Dikalahkan

ALEJANDRO ARGUMEDO (Jaringan Masyarakat Asli tentang Keanekaragaman Hayati)


Hal pertama yang perlu dipahami adalah bahwa masyarakat asli bukanlah minoritas. Kami adalah
manusia bermartabat sebagaimana manusia lainnya dan juga salah satu dari bangsa di dunia. Selama 20
tahun kami berjuang agar PBB mengakui hal tersebut.
Kami masyarakat asli, memiliki pandangan yang berbeda secara mendasar dengan ilmuwan yang
telah menciptakan HGDP. Tiga bulan yang lalu saya berada di pegunungan Sierra Nevada di Colombia, di
mana suku Kogi hidup. Kogi merupakan suatu bangsa yang dekat dengan Karibbea, dan masyarakatnya
memiliki filosofi hidup yang mensucikan segala sesuatu seperti angin, setiap ranting, setiap batu, dan setiap
orang. Bangsa Kogi berpandangan bahwa orang-orang yang berada di luar wilayahnya melakukan ‘sesuatu
hal yang salah’. Mereka menyebut dirinya sendiri ‘saudara tua’ dan orang di luar suku mereka ‘saudara
muda’, karena mereka beranggapan bahwa mereka (orang luar) tidak sadar akan apa yang mereka
perbuat. Suatu hari saya berkesempatan bertemu dengan mama, pendeta suku Kogi, yang mengatakan
kepada saya bahwa ‘jika saya melihat saudara muda (maksudnya ilmuwan yang tergabung dalam HGDP)
tolong katakan kepada mereka untuk berhenti, karena tidak seorangpun yang berhak memperkosa ibunya
dan itulah yang mereka lakukan terhadap bumi’.
HGDP adalah manifestasi dari komodifikasi kesakralan, yang harus saya tentang. Karena ilmu
pengetahuan digunakan sebagai alat ajaib untuk mengendalikan alam selama ini, hingga orang kehilangan
perasaan menyatu dengan bumi, mereka kehilangan rasa memiliki terhadap alam. Ilmu pengetahuan
memisahkan kita dari alam, dengan demikian memisahkan kita dari kesucian hidup, dari spiritualitas, serta
energi yang mengalir pada segala sesuatu. Pendekatan reduksionis yang dilakukan oleh HGDP akan
merusak pandangan holistik yang selama ini kami pegang. HGDP telah memotong-motong kesatuan alam
dan hidup kami, bahkan tubuh kami sampai yang paling kecil: yaitu gen, untuk kepentingan komersialisasi.
Sesungguhnya dengan memfokuskan pada sesuatu yang makin kecil dan lebih kecil, seperti gen, siapapun
tidak dapat mengembangkan gambar kehidupan yang penuh dan sempurna. Anda tidak dapat
menerangkan kehidupan hanya dari bahan kimia dan gen, jadi anda harus membangun etika untuk mengisi
kesenjangannya. Reduksionisme adalah penyebab peneliti HGDP memandang masyarakat dengan cara
yang tidak manusiawi, melihat kita sebagai ‘kantong-kantong dengan kepentingan sejarah’.
HGDP merupakan bisnis yang berkedok ilmu. Tujuan mereka yang sebenarnya disembunyikan,
dan akses informasi yang benar tidak mungkin kami dapatkan. Kami tidak menentang ilmu bila ia bersifat
kooperatif, partisipatif, terkontrol, dan transparan. Tetapi HGDP tidak demikian, jadi kami tidak dapat
mendukungnya. Kata “demokrasi” didefinisikan oleh mereka sebagai “memiliki akses pada pasar, memiliki
hak atas kompensasi”. Kami tidak percaya terhadap itu. Prinsip dasar kami adalah kesucian hidup, maka
kami tidak dapat menerima kegilaan ini.
Orang yang merasa tercerabut hubungannya dengan alam dan kehilangan rasa hormat untuk
alam akan kehilangan rasa hormat pada diri mereka sendiri. Karena itulah mereka bertanya, ‘Darimanakah
asal kita? dan ‘Kemana kita akan menuju?’ Bahkan dengan semua karya dalam bidang genetik yang telah
dicapai, mereka menjadi semakin bingung -mereka tidak lagi tahu apakah sebenarnya gen itu. Meskipun
demikian, para ilmuwan tetap mengejar ‘pengetahuan’ ini. Hentikan ! Cukup sudah ! Marilah kita meraih
kembali rasa hormat terhadap kehidupan. Jika kita tidak menghargai diri kita sendiri, sudah pasti kita akan
menghancurkan semuanya atas nama ilmu dan pengetahuan. Lihatlah apa yang terjadi pada dunia saat ini.
Itulah sebabnya HGDP tidak relevan dengan masyarakat asli. HGDP memfokuskan pada isu-isu
yang tidak penting bagi kami. Kami tahu siapa diri kami. Kami tahu dari mana asal kami dan mengapa kami
ada di sini. Kami peduli mengenai bagaimana melindungi tanah kami, bagaimana melindungi kehidupan
kami, dan mata pencaharian dalam wilayah koloni dimana kami hidup, serta bagaimana mengatasi
kerusakan dan penyakit yang kami lihat di sekitar kami. Di seluruh dunia, masyarakat telah kehilangan
hubungan spiritual dengan kehidupan –perjuangan kita haruslah bertujuan menghidupkan kembali
hubungan tersebut.
Keterangan gambar hlm. 146.
Zaman kolonial belum selesai, ia semata-mata tampil dalam bentuk lain.
(Written Archive, Museum Arkeologi dan Anthropologi, Universitas Cambridge)

VICTORIA CORPUS (Aliansi Rakyat Cordillera-CPA, Philipina)

HGDP mentargetkan 722 kelompok masyarakat asli sebagai sasaran penelitiannya, diantaranya
11 berasal dari Filipina, termasuk masyarakat kami, Ifugao, dari Provinsi Mountain. Kami dari Aliansi Rakyat
Cordillera (CPA) telah melancarkan protes tentang keberadaan proyek ini pada Komisi PBB yang
menangani Pembangunan Berkelanjutan, dengan alasan sebagai berikut :
(A) Motivasi Proyek. HGDP berangkat dari premis bahwa masyarakat asli sedang terancam
populasinya akibat pembunuhan dan pemusnahan etnis yang dilakukan pada zaman kolonial. Adalah
penghinaan bagi kami bila orang mengatakan peduli tentang posisi kami yang terancam, tetapi mereka lebih
tertarik untuk mengumpulkan gen kami daripada menangani penyebab utama mengapa kami terancam
yaitu kemiskinan, militerisasi, dan kenyataan bahwa hak untuk menentukan nasib kami sendiri tidak diakui.
Mengapa para peneliti dan perusahaan tersebut tidak mengambil tindakan untuk menolong kami? Mengapa
mereka berdiam diri selagi kami mulai sekarat, tapi justru yang mereka lakukan adalah mengabadikan kami
dalam bank gen mereka? Penelitian seperti ini tidak bermoral. Hal ini merendahkan masyarakat kami yang
hanya dijadikan sumber gen hidup bagi industri kimia.
(B) Metode Pengumpulan. Meskipun PIC (persetujuan yang didasarkan pada informasi dini)
merupakan salah satu syarat bagi pengumpulan, tak seorangpun dari kami percaya hal ini karena
pengalaman pahit di masa lalu. Di Filipina, bahkan kontrasepsi dipaksakan pada masyarakat tanpa mereka
sadari, karena itu cara mengumpulkan specimen (contoh) darah dan rambut adalah hal yang sangat
sederhana dan sangat mudah dilakukan, tanpa melalui PIC.
(C) Menguasai Nasib Manusia. Bila gen kami diketahui memiliki karakteristik yang berguna,
misalnya tahan terhadap penyakit, maka kami akan dikomersialkan. Dan sebaliknya, jika diketahui bahwa
gen kami rentan terhadap penyakit tertentu, maka kami adalah target yang potensial untuk perang biologis.
Masyarakat asli merupakan penghalang bagi pemerintah dan para pemilik modal karena mereka
menentang pembangunan bendungan, pertambangan, perkebunan, proyek kehutanan, dan lainnya. Cara
yang paling mudah untuk melenyapkan protes tersebut adalah dengan melepaskan agen pembawa
penyakit yang direkayasa genetik ke dalam masyarakat, seperti virus cacar yang diperkenalkan pada
masyarakat Indian di Amazon.
Pada setiap proyek, kami selalu diberitahu bahwa hasilnya bukan untuk tujuan komersial, tapi kami
tidak dapat mempercayai para peneliti itu. Aplikasi paten telah diajukan atas garis sel masyarakat asli tanpa
persetujuan mereka (lihat halaman asli 90), jadi ketakutan kami akan nasib gen kami bukannya tanpa
alasan. Para ilmuwan mungkin mempunyai niat yang valid, tetapi apa yang terjadi bila informasi jatuh ke
tangan industri? Dengan menyusupkan dirinya sebagai bagian misi ‘medis’, anak perusahaan Hoffman-la
Roche telah merampok materi genetika dari masyarakat pigmi Aeta di Filipina.
(D) Dampak pada hak-hak leluhur. Penelitian ini digunakan untuk mempelajari pola migrasi.
Apakah hal itu berarti bahwa bila kaum Aborigin ditemukan berasal dari Asia maka bukti ini dapat dipakai
untuk menyangkal hak mereka untuk hidup di tanah kelahiran mereka?.

Anda mungkin juga menyukai