BAB III
METODOLOGI PENDEKATAN
B
antuan teknis dalam hal ini dipandang sebagai sebuah proses, dimana pada
akhir proses tersebut terjadi peningkatan kinerja Badan Koordinasi Penataan
Ruang di daerah terutama di propinsi-propinsi wilayah timur terkait dengan
pekerjaan ini.
Untuk mengakomodasi ragam kondisi dan kebutuhan daerah tersebut maka bentuk-
bentuk bantuan teknis yang akan diberikan oleh Ditjen Penataan Ruang dapat
dikelompokkan menjadi 4 (empat) kelompok, yakni : Penasehatan, Pendampingan,
Kerjasama Pendanaan, dan Penyusunan oleh Pusat. Namun demikian fokus
perhatian akan lebih diberikan pada penasehatan, pendampingan, dan kerja sama
pendanaan. Penyusunan oleh pusat hanya akan dilakukan dalam kondisi dan situasi
dimana daerah benar-benar tidak mempunyai sumber daya (dana dan tenaga) yang
cukup memadai.
A. Penasehatan
Bentuk yang pertama dari Bantuan Teknis yang diberikan oleh Ditjen Penataan Ruang
pada daerah adalah Penasehatan. Penasehatan dilakukan oleh Ditjen Penataan Ruang
dengan mengirimkan tenaga ahli yang dibutuhkan dalam proses penataan ruang sesuai
dengan kebutuhan daerah untuk memberikan arahan-arahan dan alternatif-alternatif
solusi teknis secara profesional berkaitan dengan ragam permasalahan penataan ruang
yang dihadapi oleh masing-masing daerah.
Penasehatan ini dilakukan antara lain bila pemerintahan daerah telah memiliki sumber
pendanaan yang memadai untuk menyerahkan pelaksanaan pekerjaan kepada pihak
profesional atau mitra kerja (Konsultan, Perguruan Tinggi, LSM), namun memiliki
sumber daya manusia di bidang penataan ruang yang terbatas baik secara jumlah
maupun kualitas. Umumnya penasehatan ini dilakukan oleh Tenaga Ahli Teknis
Penataan Ruang Ditjen Penataan Ruang selama 2 atau 3 hari, tergantung kebutuhan,
dalam beberapa periode waktu.
B. Pendampingan
Bentuk yang kedua dari Bantuan Teknis adalah Pendampingan. Pendampingan
dilakukan bila pemerintah daerah keterbatasan dalam hal pendanaan dan sumber daya
manusia sehingga membutuhkan bantuan tenaga ahli teknis penataan ruang dari
pemerintah pusat (Ditjen Penataan Ruang) untuk membantu dan turut menyusunkan
rencana tata ruang, maupun dalam proses pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
Pendampingan dilakukan dimana tenaga ahli teknis penataan ruang dari Ditjen
Penataan Ruang secara menerus dan teratur mendampingi pemerintah daerah dan
atau konsultan pelaksana pekerjaan. Pendampingan dapat dilakukan dalam bentuk
advisory teknis dan keahlian teknis dalam membantu pelaksanaan kegiatan swakelola
di daerah, dan lain-lain.
Seluruh proses pendampingan ini karena sifatnya menerus dilakukan sesuai dengan
jangka waktu penyusunan/peninjauan kembali rencana tata ruang wilayah yang
ditetapkan oleh masing-masing daerah dan dilaksanakan dalam waktu cukup lama.
C. Kerjasama Pendanaan
Bentuk ketiga dari Bantuan Teknis ini adalah Kerjasama Pendanaan. Kerjasama
pendanaan dilakukan bila Pemerintah Daerah memiliki keterbatasan dalam hal
pendanaan namun telah memiliki sumber daya manusia yang cukup di bidang penataan
ruang sehingga bantuan teknis yang dibutuhkan dari Pemerintah Pusat hanyalah
bantuan bagi kerja sama pendanaan.
Kerjasama pendanaan dapat dilakukan dalam berbagai macam bentuk, tergantung
pada kesepakatan dari kedua belah pihak, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
3.2. Metodologi Pendekatan Pekerjaan
IDENTIFIKASI
- Issue pemanfaatan dan
pengendalian tata ruang
- Struktur organisasi, tugas pokok dan
fungsi BKPRD
- Peningkatan kinerja
- Implementasi dalam rangka
pemanfaatan dan pengendalian ruang
- Mekanisme koordinasi
LOKAKARY
A
OPERASIONALISASI BKPRD
Tahap kedua adalah memformulasikan tata laksana BKPRD yang diharapkan dapat
lebih meningkatkan kinerja lembaga dari sebelumnya. Metode yang dipergunakan
adalah dengan metode pengumpulan pendapat, pemusatan kebutuhan dalam
lokakarya. Sehingga dihasilkan suatu formulasi tata laksana operasional BKPRD yang
diharapkan dapat dilaksanakan.
Tahap ketiga adalah memformulasikan tata laksana operasional BKPRD dari hasil
lokakarya. Tata laksana operasional inilah yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja
BKPRD sesuai dengan harapan bersama.
BKPRD. Tahapan pelaksanaan pekerjaan ini dapat dilihat pada bagan alir Gambar
3.3.
3.3.1. Persiapan
Kegiatan persiapan adalah kegiatan yang dilakukan sebelum semua kegiatan
pelaksanaan pekerjaan dimulai. Kegiatan persiapan ini terdiri dari beberapa bagian
kegiatan, antara lain : penyusunan rencana kerja, konfirmasi dengan daerah mengenai
status BKPRD propinsi, penyiapan bahan dan alat survey serta penyiapan metodologi
pelaksanaan pekerjaan.
Data yang telah dikumpulkan dikompilasi agar lebih mudah dianalisis. Analisis kinerja
BKPRD Propinsi terdiri dari analisis kemampuan sumber daya manusia, analisis
kemampuan koordinasi, analisis potensi dan permasalahan, analisis peralatan dan
pendanaan.
1. Analisis Kemampuan Sumber Daya Manusia
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kualitas kinerja sumber daya manusia
dalam lembaga penataan ruang. Hasil kajian ini untuk mengetahui sampai sejauh
mana kualitas/kemampuan sumber daya manusia BKPRD yang sudah ada mulai
dari pemahaman, kepedulian, dan ketegasan dalam meletakkan landasan yang
terkait dengan pengendalian ruang wilayah dan kota.
2. Analisis Kemampuan Koordinasi
Analisis ini untuk mengetahui bagaimana kinerja kepemimpinan dan struktur
organisasi BKPRD propinsi dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang mulai
dari pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian pengembangan wilayah di
propinsinya. Selain itu, analisis ini juga melakukan kajian terhadap kinerja dan
pelaksanaan koordinasi antara instansi dan dinas yang terkait dengan tata ruang
dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang di wilayahnya baik di tingkat
propinsi maupun wilayah di bawahnya.
3. Analisis Potensi dan Permasalahan
Hasil analisis ini dapat dijadikan acuan dalam merumuskan tata laksana/ pedoman
operasional BKPRD propinsi dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang daerah
mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian tata ruang di
wilayahnya.
3.3.4. Lokakarya
Dalam proses perumusan pedoman operasional BKPRD yang definitif akan dilalui
dengan pertemuan-pertemuan dengan para stakeholders yang terlibat dalam penataan
ruang daerah melalui lokakarya. Materi untuk lokakarya disusun berdasarkan hasil
identifikasi dan analisis. Pelaksanaan lokakarya akan dibagi menjadi dua, yaitu bagi :
(1) propinsi yang belum membentuk BKPRD ataupun propinsi yang sudah membentuk
BKPRD tapi belum berjalan; dan (2) Propinsi yang sudah membentuk BKPRD.
Pelaksanaan lokakarya diperkirakan dilaksanakan selama 2–3 hari. Adapun peserta
dari masing-masing propinsi kurang lebih 2 orang, yaitu : bagi propinsi yang sudah
mempunyai kelembagaan penataan ruang seperti TKPRD atau BKPRD adalah ketua
BKPRD dan sekretarisnya. Sedangkan bagi propinsi yang belum mempunyai
kelembagaan penataan ruang adalah Sekretaris Daerah dan Ketua Bappeda.
1. BKPRD yang belum dibentuk dan BKPRD yang sudah dibentuk tapi belum
berjalan.
Guna efektifitas waktu, dalam rangka Bantuan Teknis ini lokakarya akan dilaksanakan
di Denpasar. Penyelenggaraan lokakarya di Kota Denpasar akan mengundang 11
propinsi di Wilayah Timur. Konsultan sebagai nara sumber bersama-sama dengan Tim
Supervisi dari Direktorat Tata Ruang Wilayah Timur memberikan pemahaman dan
fasilitasi terhadap perwakilan Tim BKPRD dari setiap propinsi. Materi lokakarya akan
meliputi bantek dan operasionalisasi BKPRD berdasarkan hasil pemahaman, kajian,
analisis dan perumusan terhadap issue permasalahan dan potensi BKPRD yang telah
dan sedang berkembang di setiap propinsi di Wilayah Timur.
Materi lokakarya merupakan hasil monitoring Tim Supervisi terhadap kualitas kajian
dan perumusan konsultan dalam rangka operasionalisasi BKPRD dan membuat
perubahan-perubahan jika diperlukan. Masalah-masalah yang diidentifikasi selama
masa monitoring dari setiap tahapan didiskusikan dan dicari jalan keluarnya pada saat
perbaikan pada setiap tahapan laporannya. Sehingga materi yang diberikan saat
lokakarya merupakan produk materi Bantek definitif yang akan disampaikan ke seluruh
anggota BKPRD.