Anda di halaman 1dari 7

Gangguan kepribadian adalah kelompok gangguan yang sangat heterogen.

Gangguan tersebut diberi kode pada


aksis II dalam DSM dan dianggap sebagai pola perilaku dan pengalaman internal yang bertahan lama, pervasif,
dan tidak fleksibel yang menyimpang dari ekspektasi budaya orang yang bersangkutan dan dapat menggangu
dalam fungsi sosial dan pekerjaan. Beberapa diantaranya dapat\ menyebabkan distress emosional. Individu
dikatakan mengalami gangguan kepribadian apabila ciri kepribadiannya menampakkan pola perilaku maladaptif
dan telah berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Pola tersebut muncul pada setiap situasi serta menggangu
fungsi kehidupannya sehari-hari. Gangguan kepribadian digolongkan menjadi tiga kelompok dalam DSM-IV-
TR, yaitu:
1. Kelompok A (odd/eccentric cluster), terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, schizoid, dan schizotypal.
Individu dalam kelompok ini menampilkan perilaku yang aneh dan eksentrik.
2. Kelompok B (dramatic/erratic cluster), terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, borderline, histrionic, dan
narcissistic. Individu dalam kelompok ini menampilkan perilaku yang dramatik atau berlebih-lebihan, emosional
dan eratik (tidak menentu atau aneh).
3. Kelompok C (anxious/fearful cluster), terdiri dari gangguan kepribadian avoidant, dependent, dan obsessive-
compulsive. Individu dalam kelompok ini menampilkan perilaku cemas dan ketakutan.

KELOMPOK A (ODD/ECCENTRIC CLUSTER)


Paranoid Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Paranoid)
Individu yang mengalami gangguan kepribadian paranoid biasanya ditandai dengan adanya kecurigaan dan
ketidakpercayaan yang kuat terhadap orang lain. Mereka juga diliputi keraguan yang tidak beralasan terhadap
kesetiaan orang lain atau bahwa orang lain tersebut dapat dipercaya..

Schizoid Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Skizoid)


Individu yang mengalami gangguan ini tidak menginginkan atau menikmati hubungan sosial dan biasanya tidak
memiliki teman akrab. Mereka tampak tumpul, datar, dan menyendiri serta tidak memiliki perasaan yang hangat
dan tulus terhadap orang lain. Mereka jarang memiliki emosi kuat, tidak tertarik pada hubungan seks, serta
bersikap masa bodoh terhadap pujian, kritik, dan perasaan orang lain. Individu yang mengalami gangguan ini
adalah seorang penyendiri dan menyukai kegiatan yang dilakukan sendirian.
Individu dengan gangguan kepribadian skizoid menampilkan perilaku menarik diri, mereka merasa tidak
nyaman bila berinteraksi dengan orang lain, cenderung introvert. Mereka terlihat sebagai individu yang
eksentrik, terkucil, dingin, dan penyendiri. Dalam kesehariannya, individu lebih menyenangi kegiatan yang tidak
melibatkan orang lain dan berhasil pada bidang-bidang yang tidak melibatkan orang lain. Prevalensi gangguan
skizoid diperkirakan 7,5 persen dari populasi. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan diperkirakan 2 : 1
untuk laki-laki.

Schizotypal Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Skizotipal)


Individu dengan gangguan kepribadian skizotipal biasanya memiliki kepercayaan yang aneh. Mereka memiliki
pemikiran yang ajaib/aneh (magical), ide-ide yang ganjil, ilusi, dan derealisasi yang mereka tampilkan dalam
kehidupan sehari-hari. Individu dengan gangguan ini memiliki masalah dalam berpikir dan berkomunikasi.
Dalam pembicaraan, mereka dapat menggunakan kata-kata dengan cara yang tidak umum dan tidak jelas
sehingga hanya diri mereka saja yang mengerti artinya. Prevelensi gangguan ini diperkirakan kurang dari 1
persen. Gangguan kepribadian skizotipal lebih banyak muncul pada keluarga yang memiliki penderita
skizofrenia. Gangguan kepribadian skizotipal adalah titik awal dari skizofrenia. Walaupun sama-sama muncul
simtom halusinasi, namun perbedaan gangguan ini dengan gangguan skizofrenia adalah halusinasi pada
skizotipal biasanya berlangsung dalam waktu singkat

Etiologi Kelompok A
Berbagai studi tentang keluarga memberikan beberapa bukti bahwa gangguan kepribadian kelompok A
berhubungan dengan skizofrenia. Pada gangguan skizotipal, pasien mengalami kelemahan kognitif dan
kurangnya fungsi neuropsikologis yang sama dengan terjadinya skizofrenia. Selain itu, pasien dengan gangguan
kepribadian skizotipal memiliki rongga otak yang lebih besar dan lebih sedikit bagian abu-abu di lobus
temporalis.

KELOMPOK B (DRAMATIC/ERRATIC CLUSTER)


Borderline Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Ambang)
Disebut dengan kepribadian ambang (borderline) karena berada di perbatasan antara gangguan neurotik dan
skizofrenia. Ciri-ciri utama gangguan ini adalah impulsivitas dan ketidakstabilan dalam hubungan dengan orang
lain dan memiliki mood yang selalu berubah-ubah. Contohnya, sikap dan perasaan terhadap orang lain dapat
berubah-ubah secara signifikan dan aneh dalam kurun waktu yang singkat. Individu yang mengalami gangguan
borderline memiliki karakter argumentatif, mudah tersinggung, sarkastik, cepat menyerang, dan secara
keseluruhan sangat sulit untuk hidup bersama mereka.

Etilogi Gangguan Kepribadian Borderline


Penyebab terjadinya gangguan kepribadian borderline antara lain dapat dijelaskan oleh kedua
pandangan berikut:
• Faktor biologis
Faktor-faktor biologis antara lain disebabkan oleh faktor genetis. Gangguan kepribadian borderline dialami oleh
lebih dari satu anggota dalam satu keluarga. Beberapa data menunjukkan adanya kelemahan fungsi lobus
frontalis, yang sering diduga berperan dalam perilaku impulsif. Individu dengan gangguan borderline mengalami
peningkatan aktivasi amigdala, suatu struktur dalam otak yang dianggap sangat penting dalam pengaturan emosi.

• Object Relations Theory


fokus dari teori ini adalah cara anak mengidentifikasikan diri dengan orang lain di mana ia memiliki emotional
attachment yang kuat dengan orang tersebut. Orang-orang yang diintroyeksikan tersebut menjadi bagian dari ego
si anak pada masa dewasa, tetapi dapat menimbulkan konflik dengan harapan, tujuan, dan ideal-idealnya.

Beberapa hasil penelitian juga mendukung teori ini. Individu yang mengalami gangguan kepribadian borderline
menyatakan kurangnya kasih sayang dari ibu. Mereka memandang keluarga mereka tidak ekspresif secara
emosional, tidak memiliki kedekatan emosional, dan sering terjadi konflik dalam keluarga. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa individu yang mengalami gangguan kepribadian borderline mempunyai pengalaman
masa kecil yang tidak menyenangkan. Namun belum jelas apakah pengalaman tersebut bersifat spesifik bagi
gangguan ini.

• Linehan’s Diathesis-Stress Theory


Menurut teori ini, gangguan kepribadian borderline berkembang ketika individu dengan diatesis biologis
(kemungkinan genetis) di mana ia mengalami kesulitan untuk mengontrol emosi, dibesarkan dalam lingkungan
keluarga yang salah (invalidating)..

Histrionic Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Histrionik)


Gangguan kepribadian histrionik sebelumnya dikenal disebut kepribadian histerikal, ditegakkan bagi orang-
orang yang selalu dramatis dan mencari perhatian. Mereka sering kali menggunakan ciri-ciri penampilan fisik
yang dapat menarik perhatian orang kepada dirinya, misalnya pakaian yang mencolok, tata rias, atau warna
rambut. Mereka berpusat pada diri sendiri, terlalu mempedulikan daya tarik fisik mereka, dan merasa tidak
nyaman bila tidak menjadi pusat perhatian.

Etiologi Gangguan Kepribadian Histrionik


Gangguan ini dijelaskan berdasarkan pendekatan psikoanalisa. Perilaku emosional dan ketidaksenonohan secara
seksual didorong oleh ketidaksenonohan orang tua, terutama ayah terhadap anak perempuannya. Kebutuhan
untuk menjadi pusat perhatian dipandang sebagai cara untuk mempertahankan diri dari perasaan yang
sebenarnya yaitu self-esteem yang rendah.

Narcissistic Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Narsistik)


Individu dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki pandangan berlebihan mengenai keunikan dan
kemampuan mereka. Mereka merasa bahwa dirinya spesial dan berharap mendapatkan perlakuan yang khusus
pula. Oleh sebab itu, mereka sulit menerima kritik dari orang lain. Hubungan interpersonal mereka terhambat
karena kurangnya empati, perasaan iri, dan arogansi, dan memanfaatkan/menghendaki orang lain melakukan
sesuatu yang istimewa untuk mereka tanpa perlu dibalas. Individu pada gangguan ini sangat sensitif terhadap
kritik dan takut akan kegagalan.

Etiologi Gangguan Kepribadian Narsistik


Penyebab gangguan kepribadian narsistik dapat dipandang dari segi psikoanalisa. Orang yang mengalami
gangguan ini dari luar tampak memiliki perasaan yang luar biasa akan pentingnya dirinya. Namun dipandang
dari psikoanalisa, karakteristik tersbut merupakan topeng bagi self-esteem yang rapuh. Menurut Heinz Kohut,
self muncul pada awal kehidupan sebagai struktur bipolar dengan immature grandiosity pada satu sisi dan
overidealisasi yang bersifat dependen di sisi lain. Kegagalan mengembangkan self-esteem yang sehat terjadi bila
orang tua tidak merespons dengan baik kompetensi yang ditunjukkan oleh anak-anaknya. Dengan demikian,
anak tidak bernilai bagi harga diri mereka sendiri, tetapi bernilai sebagai alat untuk meningkatkan self-esteem
orang tua.

Antisocial Personality Disorder and Psychopathy (Gangguan Kepribadian Antisosial dan Psikopati)
Orang dewasa yang mengalami gangguan antisosial menunjukkan perilaku tidak bertanggung jawab dan
antisosial dengan bekerja secara tidak konsisten, melanggar hukum, mudah tersinggung, agresif secara fisik,
tidak mau membayar hutang, sembrono, ceroboh, dan sebagainya. Mereka impulsif dan tidak mampu membuat
rencana ke depan. Mereka sedikit atau bahkan tidak merasa menyesal atas berbagai tindakan buruk yang mereka
lakukan. Gangguan ini lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan dan lebih banyak terjadi di
kalangan anak muda daripada dewasa yang lebih tua. Gangguan ini lebih umum terjadi pada orang dengan status
sosioekonomi rendah.
Sementara itu, salah satu karakteristik psychopathy adalah kemiskinan emosi, baik positif maupun negatif.
Orang-orang psychopathy tidak memiliki rasa malu, bahkan perasaan mereka yang tampak positif terhadap
orang lain hanyalah sebuah kepura-puraan. Penampilan psikopat menawan dan memanipulasi orang lain untuk
memperoleh keuntungan pribadi. Kadar kecemasan yang rendah membuat psikopat tidak mungkin belajar dari
kesalahannya. Kurangnya emosi positif mendorong mereka berperilaku secara tidak bertanggung jawab dan
berperilaku kejam terhadap orang lain.

Etiologi Gangguan Kepribadian Antisosial dan Psychopathy


Penyebab gangguan ini berkaitan dengan peran keluarga. Kurangnya afeksi dan penolakan berat orang tua
merupakan penyebab utama perilaku psychopathy. Selain itu, juga disebabkan oleh tidak konsistennya orang tua
dalam mendisiplinkan anak dan dalam mengajarkan tanggung jawab terhadap orang lain. Orang tua yang sering
melakukan kekerasan fisik terhadap anaknya dapat menyebabkan gangguan ini. Gangguan ini juga dapat
disebabkan oleh kehilangan orang tua. Di samping itu, ayah dari penderita psikopat kemungkinan memiliki
perilaku antisosial. Faktor lingkungan di sekitar individu
yang buruk juga dapat menyebabkan gangguan ini.

KELOMPOK C (ANXIOUS/FEARFUL CLUSTER)


Seperti yang telah disebutkan, kelompok ini terbagi menjadi tiga gangguan kepribadian, yaitu:
• Avoidant personality disorder, yaitu gangguan pada individu yang memiliki ketakutan dalam situasi sosial.
• Dependent personality disorder, yaitu gangguan pada individu yang kurang percaya diri dan sangat bergantung
pada orang lain.
• Obsessive-compulsive personality disorder, yaitu gangguan pada individu yang mempunyai gaya hidup yang
perfeksionis.

Berikut ini akan dijelaskan secara lebih rinci tentang ketiga gangguan kepribadian tersebut.
Etiologi Kelompok C
Tidak banyak data yang menjelaskan penyebab dari gangguan kepribadian kelompok anxoius/fearful. Salah satu
penyebab yang memungkinkan adalah hubungan antara orang tua dan anak. Individu yang mengalami gangguan
ini menggunakan berbagai cara untuk menjaga hubungan dengan orang tua atau orang lain, misalnya dengan
selalu menuruti mereka.Sedangkan gangguan kepribadian avoidant kemungkinan merefleksikan pengaruh
lingkungan, di mana anak diajarkan untuk takut pada orang dan situasi yang pada umumnya dianggap tidak
berbahaya. Misalnya ayah atau ibu memiliki ketakutan yang sama, yang kemudian diturunkan pada anak melalui
modeling. Kenyataan bahwa gangguan ini terjadi di keluarga, dapat mengindikasikan adanya peran faktor
genetik

Freud berpendapat bahwa obsessive-compulsive personality traits disebabkan oleh fiksasi pada tahap awal dari
perkembangan psikoseksual. Sedangkan teori psikodinamik kontemporer menjelaskan bahwa gangguan
kepribadian obsesif-kompulsif disebabkan oleh ketakutan akan hilangnya kontrol yang diatasi dengan
overkompensasi. Sebagai contoh, seorang pria workaholic yang kompulsif kemungkinan takut bahwa hidupnya
akan hancur jika ia bersantai-santai dan bersenang-senang.

TERAPI UNTUK GANGGUAN KEPRIBADIAN


Terapi psikodinamik bertujuan untuk mengubah pandangan individu saat ini tentang masalah-masalah pada
masa kanak-kanak yang diasumsikan menjadi penyebab dari gangguan kepribadian, misalnya terapis
membimbing individu yang mengalami gangguan kepribadian obsesif-kompulsif pada kenyataan bahwa
pencarian kasih sayang dari orang tua pada masa kanak-kanak dengan cara menjadi sempurna tidak perlu
dilakukan pada masa dewasa. Ia tidak harus menjadi sempurna untuk memperoleh penerimaan dari orang lain,
sehingga ia berani mengambil risiko dan membuat kesalahan.

Terapis behavioral dan kognitif lebih menekankan perhatian pada faktor situasi daripada sifat. Terapis behavioral
dan kognitif cenderung menganalisa masalah individu yang merefleksikan gangguan kepribadian. Sebagai
contoh, individu yang didiagnosa memiliki kepribadian paranoid atau avoidant bersifat sangat sensitif terhadap
kritik. Sensitivitas tersebut dapat dikurangi dengan behavioral rehearsal (social skills training), systematic
desentizitation, atau rational-emotive behavior therapy. Contoh lain dapat dilihat pada individu dengan
kepribadian paranoid yang bersifat hostile dan argumentatif ketika menyatakan ketidaksetujuan atau penolakan
terhadap orang lain.

Pada terapi kognitif, gangguan dianalisa dalam hubungannya dengan logical errors dan dysfunctional schemata.
Misalnya, pada terapi kognitif bagi individu yang mengalami gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, pertama-
tama dibantu untuk menerima konsep bahwa perasaan dan tingkah laku merupakan fungsi dari pikiran.
Kesalahan berpikir (errors in logic) kemudian dieksplorasi, misalnya saat individu menyimpulkan bahwa ia tidak
mampu melakukan semua hal dengan benar hanya karena kegagalan dalam satu hal saja (melakukan
overgeneralisasi). Selain itu, terapis juga mencari asumsi atau skema dysfunctional yang mungkin mendasari
pikiran dan perasaan individu tersebut, misalnya keyakinan individu bahwa setiap keputusan harus selalu benar.

Gangguan makan
Gangguan makan terjadi dari beberapa perilaku makan berupa perilaku mengurangi makan hingga pada perilaku
mengkonsumsi makanan secara berlebihan. Pola perilaku ini disebabkan oleh pengaruh distress atau disebabkan
oleh beberapa faktor pengkondisian bentuk tubuh tertentu Berdasarkan DSM IV, gangguan makan dibagi dalam
3 tiga tipe yakni anoreksia nervosa, bulimia nervosa dan gangguan makan yang tidak terdefinisi. Frekuensi
gangguan makan kadang muncul secara beriringan dengan gangguan psikologis lainnya seperti depresi, terlibat
dalam kekerasan atau ganguan kecemasan. Disamping itu individu dengan masalah makan ini kadang juga
rentan dengan gangguan kesehatan seperti gagal ginjal, bahkan sampai pada kematian

SIMTOM
1) Anoreksia Nervosa
Anoreksia nervosa adalah jenis gangguan makan dimana individu menjaga bentuk tubuhnya agar tetap kurus
atau untuk lebih kurus lagi dibawah berat normal. Individu dengan anoreksia nervosa sangat takut dirinya
bertambah berat badan, ia akan mempertahankan rasa lapar secara ekstrim, bila ia merasa makan agak berlebihan
maka ia akan segera memuntahkannya.
Beberapa simtom: Penurunan berat badan secara drastic, Diet ketat, Takut dirinya gemuk atau bertambah berat
badan, Memperhitungkan secara detail kalori dan gizi, Cenderung untuk makan sendiri, Olahraga ketat, Rambut
mudah rontok, Depresi, Siklus menstruasi tidak teratur, Anemia, Tekanan darah rendah

2) Bulimia Nervosa
Bulimia nervosa adalah jenis gangguan makan dimana individu makan dalam jumlah melebihi porsi normal atau
secara berlebihan, perilaku makan tersebut sebagai akibat individu kesulitan dalam mengontrol keinginannya
untuk berhenti makan. Selanjutnya individu akan memuntahkan, atau makan obat pencuci perut karena khawatir
akan obesitas. Beberapa simtom: Makan secara berlebihan, Diet dan olahraga berlebihan, Sering ke kamar
mandi, Sering melakukan evaluasi diri terhadap berat tubuh, Sering memakai obat pencuci perut sebagai cara
menurunkan berat badan.Gangguan dan sering sakit gigi, dehidrasi, Depresi dan sering terjadi, perubahan mood,
Sering gembung atau sesak karena kekenyangan

3) Overeating compulsive
Individu dengan gangguan overeating compulsive juga dikenal dengan sebutan binge-eating disorder merupakan
bentuk dari perilaku makan dimana individu seperti kehilangan kontrol terhadap nafsu makan. Tidak seperti
gangguan bulimia, individu dengan gangguan overeating ini tidak melakukan kegiatan apapun untuk
menguruskan badannya. Akibatnya, kebanyakan individu dengan gangguan ini mengalami berat badan
berlebihan (obesitas). Beberapa simtom;Makan berlebihan dari jumlah waktu makan orang secara normal,
Makan dalam jumlah porsi yang lebih besar meskipun tidak lapar, Makan sampai kekenyangan, Lebih menyukai
makan sendiri, Distres, Makan banyak yang tidak diimbangi dengan olahraga

PENYEBAB
Faktor penyebab kemunculan gangguan makan tidak diketahui secara pasti, dugaan sementara sama halnya
dengan gangguan neurologi lainnya, gangguan susunan sistem syaraf dalam otak yang mempengaruhi perilaku
tidak normal. Pengaruh genetika juga dianggap salah faktor yang mempengaruhi gangguan ini. Rendahnya self
esteem dan self control, depresi, kecemasan, kendali amarah, hidup dalam kesendirian merupakan faktor-faktor
psikologis yang memungkinkan penyebab munculnya gangguan makan. Permasalahan hubungan interpersonal
antar sesama anggota keluarga dan hubungan personal dengan orang lain, memiliki hubungan riwayat
terbentuknya gangguan. Kekerasan fisik dan pelecehan seksual dalam keluarga dapat memicu trauma dengan
kompensasi cara makan yang salah. Faktor sosial juga ikut memberi peranan terhadap gangguan makan, adanya
stereotip bahwa pria atau wanita harus memiliki tubuh yang ideal, kurus sebagai suatu standar kecantikan, telah
membuat pria dan wanita membentuk tubuhnya dengan cara-cara tidak seimbang dengan kesehatan. Misalnya
saja pada gangguan anoreksia yang sangat takut terjadi peningkatan berat badan, mereka secara ekstrim
melakukan diet untuk tetap kurus, pada penderita bulimia yang terobsesi dengan berat badannya, tetap
melakukan makan akan tetapi melakukan diet dan olahraga keras agar tidak terjadi penambahan berat badan.
Sebaliknya pada gangguan makan kompulsif merasa ketidakberdayaan untuk makan melebihi porsi normal
sehingga terjadi obesitas yang tidak seimbang antara tinggi badan dan tinggi, bahkan diantaranya sampai pada
sakit.

TREATMENT
Treatment pada gangguan anokresia dilakukan dengan tiga tahap; tahap pertama adalah mengembalikan berat
badan dalam keadaan seimbang dan normal, cara pandang terhadap diri sendiri (seperti meningkatan harga diri
dan menghadapi konflik interpersonal) dan menghilangkan kebiasaan dan pikiran-pikiran yang dapat
menimbulkan gangguan makan kembali. Obat-obat medis diperlukan bila gangguan tersebut disertai dengan
ganguan psikologis lainnya seperti gangguan kecemasan, depresi atau gangguan mood lainnya. Perawatan rumah
sakit biasanya tetap dibutuhkan, misalnya pada penderita gangguan anoreksia —sebagian besar anoreksia akut
dapat mengakibatkan kematian akibat komplikasi beberapa gangguan kesehatan lainnya, dehidrasi, disamping
itu adanya dorongan bunuh diri pada pasien.Penggunaan jenis obat antidepressant seperti fluoxetine (Prozac)
dianggap efektif dalam menghambat perilaku kompulsif makan dan akan menekan dorongan makan yang ada
pasien bulimia yang mengalami gangguan kecemasan atau depresi. Cognitive behavioral therapy (CBT)
dilakukan dapat mengurangi dorongan-dorongan makan yang tidak terkendali dan menghambat kembali
munculnya hasrat tersebut. Terapi CBT diberikan dengan metode terapi kelompok efektif dalam menghilangkan
kebiasaan makan berlebihan. Terapi keluarga akan membantu dalam men-support pasien, beberapa penelitian
menunjukkan bahwa semakin kuatnya dukungan dari anggota keluarga maka akan semakin cepat penyembuhan
penderita gangguan makan.

Gangguan Tidur

Beberapa jenis gangguan tidur antara lain; Insomnia, Hipersomnia dan Parasomnia.

Insomnia adalah kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk tetap tertidur, atau gangguan tidur yang membuat
penderita merasa belum cukup tidur pada saat terbangun. Insomnia dikelompokkan menjadi: Insomnia primer,
yaitu insomnia menahun dengan sedikit atau sama sekali tidak berhubungan dengan berbagai stres maupun
kejadian. Insomnia sekunder, yaitu suatu keadaan yang disebabkan oleh nyeri, kecemasan, obat, depresi atau
stres yang hebat.

Ada Tiga macam Insomnia:

• Transient insomnia - kesulitan tidur hanya beberapa malam


• Insomnia jangka pendek- dua atau empat minggu mengalami kesulitan tidur
• Insomnia kronis- kesulitan tidur yang dialami hampir setiap malam selama sebulan atau lebih

PENYEBAB Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki berbagai penyebab,
seperti kelainan emosional,kelainan fisik dan pemakaian obat-obatan. Terbangun pada dini hari, pada usia
berapapun, merupakan pertanda dari depresi. Orang yang pola tidurnya terganggu dapat mengalami irama tidur
yang terbalik, mereka tertidur bukan pada waktunya tidur dan bangun pada saatnya tidur.

Selain itu, perilaku di bawah ini juga dapat menyebabkan insomnia pada beberapa orang: higienitas tidur
yang kurang secara umum (cuci muka, dll?), kekhawatiran tidak dapat tidur, mengkonsumsi caffein secara
berlebihan, minum alkohol sebelum tidur, merokok sebelum tidur, tidur siang/sore yang berlebihan, jadwal
tidur/bangun yang tidak teratur

GEJALA Penderita mengalami kesulitan untuk tertidur atau sering terjaga di malam hari dan sepanjang hari
merasakan kelelahan. Kesulitan tidur hanyalah satu dari beberapa gejala insomnia. Gejala yang dialami waktu
siang hari adalah: Mengantuk, Resah, Sulit berkonsentrasi, Sulit mengingat, Gampang tersinggung

Insomnia bisa dialami dengan berbagai cara: sulit untuk tidur, tidak ada masalah untuk tidur namun
mengalami kesulitan untuk tetap tidur (sering bangun), bangun terlalu awal

DIAGNOSA dilakukan penilaian terhadap: pola tidur penderita, pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat
terlarang, tingkatan stres psikis, riwayat medis, aktivitas fisik.

PENGOBATAN Pengobatan insomnia tergantung kepada penyebab dan beratnya insomnia. Penderita insomnia
hendaknya tetap tenang dan santai beberapa jam sebelum waktu tidur tiba dan menciptakan suasana yang
nyaman di kamar tidur; cahaya yang redup dan tidak berisik. Pengobatan insomnia biasanya dimulai dengan
menghilangkan kebiasaan (pindah tempat tidur, memakai tempat tidur hanya untuk tidur, dll. Jika tidak berhasil
dapat diberikan obat golongan hipnotik (harus konsultasi dengan psikiater).

Obat Resep Golongan Hipnotik-Sedatif Benzodiazepin (Diazepam, Lorazepam, Triazolam, Klordiazepoksid)

Efek samping: Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi mental dan psikomotor, gangguan koordinasi berpikir,
mulut kering, dsb

Hipersomnia Gangguan ini bermanifestasi sebagai jumlah tidur yang berlebihan dan selalu mengantuk di siang
hari. Gangguan ini dikenal sebagai narkolepsi, yaitu pasien tidak dapat menghindari keinginan untuk tidur.
Dapat terjadi pada setiap usia, tapi paling sering pada awal remaja atau dewasa muda. Narkolepsi cukup
berbahaya karena sering menyebabkan kecelakaan kendaraan bermotor dan industri.

• Terapi dianjurkan adalah memaksakan diri untuk tidur (walau sebentar) di siang hari sampai gejala
hilang.
• Jika tidak sembuh, dapat dibantu dengan obat (harus konsultasi ke psikiater).

Parasomnia Parasomnia merupakan fenomena gangguan tidur yang tidak umum dan tak diinginkan, yang
tampak secara tiba-tiba selama tidur atau yang terjadi pada ambang terjaga dan tidur. Sering muncul dalam
bentuk mimpi buruk yang ditandai mimpi lama dan menakutkan. Ada juga keadaan yang disebut gangguan teror
tidur, yaitu pasien terjaga pada bagian pertama malam hari. Biasanya pasien terduduk di tempat tidur dengan
ekspresi ketakutan, seperti sedang mengalami teror yang hebat. Gangguan lain adalah berjalan dalam
tidur (somnabulisme), yaitu pasien melakukan tindakan motorik seperti berjalan, berpakaian, pergi ke kamar
mandi, berbicara, bahkan mengemudikan kendaraan. Gangguan ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki dan
dimulai pada usia 4-8 tahun. Pengobatannya terdiri dari tindakan mencegah cedera dan pemberian obat tidur.

Depresi Menurut Nasional Insitute of Mental Health (dalam Siswanto, 2002), gangguan depresi dipahami
sebagai suatu penyakit tubuh yang menyeluruh (whole-body), yang meliputi tubuh, suasana perasaan dan
pikiran. Ini berpengaruh terhadap cara makan dan tidur, cara seseorang merasa mengenai dirinya sendiri dan cara
orang berpikir mengenai sesuatu.

Bentuk-bentuk Depresi
Dalam psikiatri, gangguan depresi dibedakan dalam dua bentuk. Pertama adalah bentuk gangguan depresi yang
ditandai dengan episode depresi. Dalam bentuk ini depresi muncul dalam gejala-gejala seperti rasa sedih, tidak
berdaya, murung, munculnya perasaan bersalah dan berdosa. Jika depresinya semakin berat maka akan timbul
perasaan putus asa diikuti munculnya keinginan mati dan ide bunuh diri. Kedua berupa gangguan depresi bipolar
yang kadang disebut juga dengan gangguan manic depresif, yang ditandai dengan perubahan drastis antara
manic dan depresi, The Encarta Desk Encyclopedia (dalam Sulistyorini, 2005).
Maxmen (1986) mengklasifikasikan depresi dalam empat model yaitu:
• Depresi model endogenus dan reaktif. Depresi endogenus adalah depresi yang sumbernya karena faktor
biologis sedangkan depresi reaktif bersumber karena faktor-faktor psikologis.
• Depresi model primer dan sekunder. Depresi primer tidak didahului oleh suatu penyakit, sedangkan
depresi sekunder didahului oleh penyakit fisik atau penyakit mental.
• Depresi model unipolar dan bipolar. Depresi bipiolar mempunyai riwayat episode mania atau hipomania,
sedangkan depresi unipolar tidak mempunyai sejarah episode mania atau hipomania.
• Depresi model psikotik dan depresi neurotik. Depresi psikotik adalah depresi yang parah sedangkan
depresi neurotik adalah depresi yang lebih ringan.
Sedangkan Martin (dalam Hadi 2004), menyebutkan ada tiga jenis depresi, yaitu
1. Depresi eksogenus, adalah depresi yang terjadi karena faktor dari luar, seperti “kehilangan” sesuatu atau
seseorang
2. Depresi endogenus, adalah depresi yang terjadi karena faktor dari dalam, seperti gangguan hormon,
gangguan kimia dalam otak atau susunan saraf
3. Depresi neurotik, adalah depresi yang terjadi apabila depresi reaktif tidak terselesaikan secara baik dan
tuntas. Depresi ini merupakan respon terhadap stres dan kecemasan yang telah ditimbun dalam waktu
yang lama.

Gejala-Gejala Depresi
Secara lengkap gambaran depresi menurut DSM IV adalah sebagai berikut :
a. Mood depresi sepanjang hari, hampir sepanjang hari, terindikasi baik melalui perasaan subjektif (perasaan
sedih atau kosong) maupun melalui observasi orang lain (tampak sedih)
b. Ditandai dengan berkurangnya minat atau gairah pada segala hal, atau hampir segala hal, dalam aktivitas
sepanjang hari, ataupun hampir sepanjang hari.
c. Berat badan menurun secara signifikan tanpa melakukan diet atau penaikan berat badan (perubahan lebih 5 %
dari berat badan setiap bulan), atau penaikan atau penurunan nafsu makan hampir setiap hari.
d. Insomnia atau hypersomnia hampir setiap hari.
e. Agitasi dan retadasi psikomotor (gaduh gelisah atau lemah tidak berdaya).
f. Psikomotor menjadi lebih lambat (atas observasi orang lain)
g. Fatique atau kehilangan energi hampir setiap hari.
h. Perasaan tidak berharga atau perasan bersalah yang berlebihan dan tidak sesuai (dapat berupa delusi) hampir
setiap hari.
e. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau keragu-raguan, hampir setiap hari.
f. Pikiran berulang tentang kematian, pikiran berulang untuk bunuh diri tapa rencana yang spesifik, adanya
percobaan untuk bunuh diri atau rencana spesifik untuk melakukan bunuh diri.

Pengobatan Depresi

Ada depresi yang dapat sembuh tanpa diterapi, artinya dapat hilang ketika depresi itu masih berada dalam tahap
yang wajar. Namun ada pula depresi yang memerlukan proses penyembuhan bertahun-tahun. Diagnosis perlu
dilakukan sedini mungkin sehingga tindakan yang membahayakan seperti bunuh diri dapat dicegah. Beberapa
tindakan pemeriksaan awal yang biasanya dilakukan adalah pemeriksaan fisk meliputi berat badan, tekanan
darah, alat vital dan jantung. Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan laboratorium yang meliputi
pemeriksaan kondisi jantung, kadar alkohol dan obat, serta fungsi tiroid. Pemeriksaan lain adalah adalah
pemeriksaan psikologi dengan cara pemberian kuisioner dan investigasi perasaan, pikiran dan bentuk perilaku
untuk mengetahui penyebab depresi sebelum mendapat pengobatan lebih lanjut.

Terapi untuk mengatasi depresi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu farmakoterapi dan psikoterapi.
Farmakoterapi merupakan terapi dengan menggunakan obat anti depresan yang bekerja dalam otak untuk
mengubah mood pasien. Peresepan obat anti depresan disesuaikan dengan kondisi pasien. Salah satu obat yang
digunakan adalah dari golongan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI).

Sedangkan terapi lain adalah psikoterapi, yang merupakan terapi dalam bentuk konseling yang selain membahas
pikiran dan perasaan, pasien diajak untuk untuk melihat dan mengetahui penyebab depresi yang dialaminya.
Selain itu pasien juga belajar untuk mengidentifikasi masalah, mengubah persepsi dan perilaku negatif, mencari
jalan keluar yang efektif untuk mengatasi masalah dan tujuan hidup yang realistis. Psikoterapi membantu
membangun kembali rasa kebahagiaan yang mungkin untuk dicapai, mengatur kontrol diri, dan mengurangi
gejala depresi.

Anda mungkin juga menyukai