Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Pertemuan Ilmiali Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bahan 2002

Serpong, 22·23 Oktober 2002 .



ISSN 1411·2213

PENGARUH KANDUNGAN INKLUSI DAN POROSITAS TERHADAP KEGAGALAN PRODUK KABEL TElVIBAGA lVIELALUI PENGERJAAN DRAWING KAWAT

Yuswono

Pusat Penelitian Metalurg! (P2M) - LIPI Kawasan Puspiptek. Serpong, Tangerang 15314

ABSTRAK

PENGARUH KANDUNGAN INKLUSI DAN POROSITAS TERHADAP KEGAGALAN PRODUK KABEL TEMBAGA MELALUI PENGERJAAN DRAWING KAWAT. Pembuatan kawat ternbaga mumi (99,8%) yang dimanfaatkan untuk kabel penghantar listrik dilakukan melalui pengerjaan drawing kawat. Kegagalan pernbuatan kawat rnelalui pengerjaan ini telah dialarni, yaitu kawat menjadi patah selarna deformasi plastis melalui dies dengan diameter relatif kecil (2mm). Kegagalan pembuatan produk kawat terse but disebabkan oleh adanya inklusi dan porositas di dalarn coran tembaga. Hasil pengarnatan mikroskopis menunjukkan bahwa inklusi di dalarn coran tidak hanya mengandung senyawa oksida dari Cu saja, tetapi terdiri atas senyawa oksida jenis logarn lainnya, seperti Fe, Si, Ca, K. Porositas tersebut kernungkinan mengandung gas hidrogen atau oksigen, Adanya inklusi di dalarn coran tembaga menyebabkan daerah sekitarnya mengalarni konsentrasi tegangan. Selama kawat tembaga mengalurni deforrnasi plastis, daerah di sekitar inklusi menerima regangan tarik di atas kekuatannya. Akibatnya propagasi retak muncul di daerah sekitar inklusi dan porositas yang mengandung gas.

Kala kunci : Ternbaga murni, drawing kawat, inklusi, porositas.

ABSTRACT

INFLUENCE OF INCLUSIONS AND POROUS TO FAILURE COPPER WIRE PRODUCT BY WIRE DRAWING TREATMENT. Pure wire copper (99.8%) for cable of electrical conductivities is manufactured by mean of wire drawing treatment processing. In manufacturing from wire drawing, failure has occurred during plastic deformation. Wire cable with 2 mm in diameter became break. This failure is due to porosity and inclusion content in the copper casting. From the microscopic observation result has shown that, inclusion does not only consist of oxide compound of copper content, but also consists of oxide compound of another metals, such as Fe, Si, Ca. and K. Inclusion in the metal copper affected the surrounding area, which received high stress concentrations above the ultimate strength. Porosities may consist of hydrogen and oxygen content. Crack propagation appears in surrounding area of the inclusion and the porosities with gasses content.

Key words : Pure copper, wire drawing, inclusion, porous.

PENDAHULUAN

Logam tembaga murni (99,8%) dimanfaatkan untuk kawat kabel penghantar listrik. karena sifat konduktivitas listriknya yang tinggi jika dibandingkan dengan logam lainnya seperti aluminium dan besi. Besarnya diameter kawat penghantar listrik bervariasi dari ukuran yang relatif besar hingga yang diameter kecil hingga 0, 1 mm. Proses pembuatan kawat tembaga pada umumnya dilakukan melalui tahapan pengerjaan yaitu : pengerjaan peleburan tembaga murni, rol panas dan drawing kawat (wire drawing).

Pembuatan kawat tembaga dimulai dati pengeIjaan peleburan tembaga mumi, kemudian ternbaga cair dituang ke dalam cetakan pasir atau cetakan besi, untuk membuat ingot dengan bentuk batangan. Batangan ingot hasil eoran dirol panas hingga

diameternya sekitar liz". Kawat tembaga dari diameter V2" dikecilkan hingga 0,1 nun melalui proses pengeriaan drawing kawat. Untuk memperoleh diameter kawat kecil dari diameter dibawah 2 nun hingga 0,1 rum memerlukan sekitar 12 dies.

Selama pengerjaan drawing kawat, sering kali ada masalah, yaitu kawat yang sedang mengalami deformasi dan yang melewati dies dengan diameter relatifkecil (dalam kasus ini diameter dies 2nun) menjadi patah. Padahal biasanya proses pengerjaan drawing kawat sebelumnya tidak demikian.

Untuk mencari penyebab terjadinya kegagalan produk kawat tembaga murni yang.patah akibat pengerjaan drawing ini, dilakukan cara pengamatan mikroskopis terhadap contoh coran tembaga dari hasil

130

r

pengaruh Kandungan Inklusi dan Porositas Terhadap Kegagalan Produk Kabel Tembaga Melalui Pengerjaan Drawing Kawat (Yuswono)

peleburan dan potongan kawat yang patah dari hasil pengerjaan drawing kawat yang gagal. Dari hasil pengamatan tersebut akan diperoleh informasi tentang sebab-sebab kegagalan produk kawat tembaga dati hasil pengeIjaan drawing kawat.

Dalam makalah ini akan disajikan kegagalan produk pembuatan kawat tembaga melalui pengerjaan drawing kawat yang disebabkan karena di dalamnya mengandung inklusi dan porositas.

TEORlDASAR

Peleburan Tembaga

Tembaga mumi mempunyai titik lebur pada suhu 1l00°C, dan kekuatannya adalah sekitar 32.000 psi. Selama pengerjaan peleburan tembaga murni, gas hidrogen dan oksigen larut di dalam tembaga cairo Kedua gas tersebut berasal dari uap air dan oksigen yang awalnya berada di dalam udara. Oleh karena itu, walaupun logam ini mempunyai titik leleh yang relatif rendah jika dibandingkan dengan baja, tetapi dalam pelaksanaan peleburannya memerlukan perlakuan khusus untuk meminimasi gas hidrogen dan oksigin yang ter larut di dalamnya.

Kandungan gas oksigen yang larut di dalam tembaga cair cukup tinggi hingga rnencapai 0,05%. Tetapi setelah tembaga mengalami solidifikasi kelarutan oksigen di dalam tembaga fasa padat turun menjadi D,0035%. Oksigen sisa, ada yang bereaksi dengan tembaga membentuk senyawa CuO, dan sebagian tetap bertahan eli dalam tembaga padat, membentuk porositas. Akibatnya proses peleburan tembaga di lingkungan udara terbuka, tembaga cair selalu ada yang teroksidasi.

Adanya uap air di udara memberi peluang gas hidrogen larut ke dalam tembaga cairo Munculnya porositas di dalam temba ga mumi disamping kelarutan oksigen adalahjuga karena gas hidrogen yang awalnya larut di dalarn tembaga cair, tetapi tidak Iarut di dalam tembaga padat. Akibatnya selama solidifikasi terjadi pelepasan gas yang membentuk rongga porositas (biasanya bentuk bulat) di dalam tembaga padat. Selama pengerjaan peleburan, makin tinggi suhu yang diberikan, makin banyak gas yang terlarut. Pada suhu 1200"C, kelarutan hidrogen di dalam tembaga cair mencapai 7mUlOOg.

Masalah lain yang sering timbul dalam pengerjaan peleburan tembaga adalah adanya inklusi. Inklusi adalah senyawa oks ida logam yang juga muncul di dalam logam tembaga. Senyawa oksida logam ini mepunyai sifat tidak menghantarkan listrik. Ada beberapa jenis inklusi yang muneul di dala ni strukturmikro tembaga. Jenis inklusi bisa merupakan senyawa dari unsur tembaga itu sendiri (CuO) atau senyawa logam lainnya (Si02> Nap, CaO, BP3' KP, AI203dan Na20) yangberasal dari dross. Sesungguhnya senyawa oksida logam tersebut berada di permukaan cairan tembaga (berat jenisnya lebih kecil dari pada

tembaga cair). Walaupun demikian ada kemungkinan senyawa oksida logam masih tetap tenggelam di dalarn tembaga emf. sedemikian hingga selama logam tembaga mengalami solidifikasi inklusi tetap berada eli dalanmya.

Adanya inklusi dan porositas di dalam COTan logammengakibatkan mampu bentuknya (form abillity) menjadi kurang bagus, karena sifat mulumya menurun. Uji puntir terhadap logam bentuk batangan, biasanya menunjukkan adanya retakan di dalamnya, Inklusi itu sendiri di dalam tembaga yang terdiri atas senyawa oksida bersifat getas.

Dati hal tersebut di atas, selama pengerjaan peleburan tembaga mumi, gas oksigen dan hidrogen yang terlarut di dalamnya hams dikurangi melalui prosedur pengerjaan sebagai berikut :

- Oksidasi

Peniupan udara/ gas oksigen ke dalam tembaga cair, tujuannya untuk mengurangi kandungan gas hidrogen,

- Deoksidasi

Penambahanpaduan seperti Cu-I5%P, Zn, AI atau arang kayu dan kokas ke dalam tembaga cair, tujuannya untuk mengurangi kandungan gas oksigen

Degassing

Peniupan gas nitrogen ke dalam tembaga cair, tujuannya untuk mengurangi kandungan gas oksigen serta terak a tau inkl usi yang masih terj ebak di dalam tembaga cairo Gelembung-gelembung gas nitrogen mendorong inklusi dan gas terlarut agar supaya menuju ke permukaan tembaga cairo

Perigerjaan Drawing Kawat Tembaga

Pembuatan kabel tembaga dilakukan melaIui pengerjaan drawing kawat (wire drawing). Pembuatan kawat ini dilakukan melalui pengerjaan dingin, Ternbaga bentuk batangan (rod) dengan diameter sekitar 0,5", direduksi melalui dies dengan penampang berbentuk lingkaran, dan kawat ditarik oleh suatu gulungan kawat yang diputar oleh gerakan motor (bull block), seperti yang ditunjukkan pada skematis Gambar 1.

Seperti pada gambar skematis di atas, kawat ditarik oleh putaran bull block, sehingga kawat terdeforrnasi plastis dan diametemya berkurang seeara bertahap. Untuk pembuatan kawat yang diameternya keeil « 2 nun), proses reduksi kawat tembaga dilewatkan melalui beberapa dies. Setiap dies yang di1ewati kawat, reduksi diametemya berkisar antara 15% sid 25%.

Konsentrasi Tegangan

Suatu batangan logam masif yang diberi tegangan tarik, maka semua titik di dalam logam menerima tegangan yang serba sarna (tegangan tarik nominal). Tetapi apabila terdapat Iubang bentuk elip eli dalam logam masif ini, maka distribusi tegangan menjadi tidak sama, dan daerah di sekitar lubang menerima tegangan yang lebih tinggi dari pada harga tegangan

131

Presiding Pertemuan Ilmialt Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bahan 2002 Serpong, 22 - 23 Oktober 2002

ISSN 1411-2213

Pandangan sam ping bull block a

b

Gamb ar 1. Gambar sk ematis per ala tan drawing k.awat (a). Gambar skematis potongan p enarnpang lintang dies drawing kawat (b).

nominalnya. Daerah yang yang menerima tegangan lebih tinggi tersebut terletak kedua pada ujung sumbu harizontal elip, seperti yang ditunjukkan pada gambar skernatis di bawah ini

Gombar 2. Distribusi tegangan tarik pada logam akibat adanya lubang bentuk clip di dalamnya. Keterangan gambar a : lebar sumbu horizontal elip, b : tinggi sumbu vertical elip.

Pada gambar di atas besarnya tegangan maksimum teoritis dirumuskan sebagai berikut :

't row = 1" 110m (1 + 2 alb)

dimana:

a = lebar sumbu horizontal elip

b = tinggi sumbu vertical elip

1" nom = tegangan tarik serbasama (uniform stress) pada batangan logarn masif

1" msks = tegangan tarik maksimum pada kedua ujung sumbu horizontal elip

BAHAN

Pembuatan Bahan Kawat Tembaga yang Patah

(1)

Pembuatan bahan dilakukan dari proses pengerjaan peleburan hingga ke proses pengerjaan drawing kawat. Tungku reverberatory kapasitas 5 ton sampai dengan 10 ton digunakan untuk melebur skrap kabel tembaga murni. Pada pengerjaan peleburan dengan menggunakan tungku ini, tembaga murni yang dimuatkan menerima panas langsung dati api yang dihembuskan oleh berner (bahan bakar minyak), Pada peleburan dengan menggunakan tungku ini, gas oksigen dan hidrogen yang terlarut ke dalam tembaga cair, serta kandungan inklusi di dalam tembaga cair relatif tinggi. Oleh karena itu untuk merninimasi kandungan gas dan slag di dalam tembaga cair, khususnya untuk bahan pembuatan kabel kawat tembaga memerlukan perlakuan sebagai berikut:

a. Pemberian fluks penutup permukaan tembaga cair dengan arang kayu

b. Oksidasi: penyemprotan gas oksigen ke dalam tembaga cair, untuk mengurangi gas hidrogen terlarut

c. Semprot gas nitrogen ke dalam tembaga cair untuk mengurangi slag dan oksigen yang berada dan larut dalam tembaga cair

Cairan tembaga dituang ke dalam cetakan dalam bentuk ingot. Selanjutnya pembuatan batangan tembaga untuk keperluan pengeIjaan proses drawing kawat, dilakukan melalui pengerjaan rol panas dari bentuk ingot hingga menjadi bentuk batangan dengan diameter sekitar Y2". Kasus yang dialami selama pengerjaan drawing, kawat tembaga yang terdeformasi melalui dies dengan diameter yang relatif lebar saja (2 mm) telah mengalami patah.

Cara Pengamatan

Untuk mencari penyebab kegagalan kawat menjadi patah selama pengerjaan drawing kawat, dilakukanpengamatan terhadap potongankawatyang patah sebagai berikut :

1. Pengamatan Visual

Pengamatan visual merupakan hasil foto bagian kawat yang patah setelah pengerjaan drawing kawat. Tujuan pengamatan ini adalah untuk melihat retakan yang terjadi di permukaan kawat tembaga

2. Pengamatan Metalografi

Sebelum dilakukan pengamatan metalografi, potongan contoh diberi pemegang plastik (mounting), kemudian diampelas, Setalah itu, hasil potongan kawat di dalam pegangan plastik dipoles hingga permukaannya merata dan mengkilat, kemudian dietsa. Pengamatan strukturmikro dilakukan dengan menggunakan mikroskop metalografi refleksi. Strukturmikro serta adanya

132

Pengaruil Kandungan Inklusi dan Porositas Terhadap Kegagalan Produk Kabel Tembaga Melalui Pengerjaan Drawing Kawat (Yuswono)

porositas dan inklusi dapat diamati dari sinar datang yang kemudian dipantulkan menuju pengamat. Tujuan pengamatan metalografi, untuk mengetahui strukturmikro dan tingkat kandungan inklusi serta porositas hasil coran dalam bentuk ingot maupun pada kawat patah setelah pengerjaan drawing kawat.

3. Pengamatan SEM dan Analisis Komposisi

Tujuan pengamatan SEM (Scanning Electron Microscopes ini sarna dengan pengamatan metalografi. Tetapi pola permukaan yang tidak teramati pada pengamatan mikroskop metalografi menjadi tampak lebih jelas dengan pengamatan SEM. Dari pengamatan SEM antara lain akan diperoleh hasil sebagai berikut :

a. Pola permukaan yang berbentuk lubang yang menunjukkan adanya porositas

b. Pola permukaan bukan logam (ink1usi) tampak berbeda dari po1a permukaan material logam

c. Obyek yang teramati langsung dapat di analisis komposisi kirnianya

HASn.. PENGAMATAN

Hasil Pengamatan Visual

Selama pengerjaan drawing kawat, yaitu pada saat kawat tembaga mengalami deformasi, dan melewati dies berdiameter di bawah 2 rum, mengalami patah. Hasil pengamatam visual kawat tembaga yang patah ditunjukkan pada Gambar 3, Pada permukaan kawat tidak tampak adanya retakan.

Gambar 3. Potongan kawat yang patah akibat pengerjaan drawing k awat, permukaan tidak tampak adanya retakan,

Hasil Pengamatan Metalografi

Hasil pengamatan metalografi ditunjukkan pada Gambar 4, 5, dan 6, dan dapat diterangkan sebagai berikut :

1. Gambar 4, strukturmikro hasil coran sebe1um dilakukan degassing dengan penyemprotan gas nitrogen pada tembaga cair di dalam tungku, tampak

adanya porositas dari gas oksigen atau hidrogen yang tidak larut di alam tembaga padat.

2. Gambar 5, strukturmikro hasil coran, setelah perlakuan degassing dengan penyemprotan gas nitrogen. Pengerjaan ini kelihatannya ber1angsung efektif. Hal ini ditunjukkan dari hasil pengamatan strukturmikro dirnana porositas tidak tampak. Tetapi senyawa CuO masih tetap ada, dan rnembentuk struktur eutektik.

3. Gambar 6, strukturmikro hasil pengerjaan drawing kawat yang patah, Spesimen diambil dari potongan kawat yang patah (Gambar 3). Inklusi tidak tampak. Tetapi tampak adanya retakan yang berada di dalam kawat.

Gambar 4. Strukturmikro hasil coran sebelum p erlakuan logam cair disernprot o leh gas oksigen dan nitrogen (deoksidasi, degassing). Pembesar an : 105 x, etsa : larutan K,Cr ,0,. Keterangan garnb ar : 1. Pcr ositas (bentuk bulat), 2. Matriks tembaga.

Gambar 5. Strukturrnikro hasil coran sesudah perlakuan logam cair disernprot o leh gas oksigen dan nitrogen (deoksidasi, degassing). Pernbesaran : 105 x, elsa: larutan ~Cr,07' Keterangan gambar : 1. Struktur eutetik dari senyawa CuO, 2. Matriks tembaga.

Hasil Pengamatan SEM dan Analisis Komposisi Kimia

Inklusi dan porositas yang tidak teramati atau teramati kurang jelas dari pengamatan metalografi menjadi tampak lebih jelas melalui pengamatan SEM. Contoh yang diamati adalah setelah pengerjaan

133

Prosiding Pertemuan Ilmiah Ilmu Pengeiahuan dan Teknologi Bahan 2002 Serpong, 22 - 23 Oktober 2002

ISSN 1411-2213

Gamb ar 6. Contoh kawat ternbaga seteJah drawing kawat. Inklusi tidak tarnpak. Pembesaran : [05x, etsa : larutan K,CrlO,. Keterangan gambar : 1. Propagasi r etak ,

degassing (Gambar 7 a dan b), dan contoh produk kawat setelah pengerjaan drawing (Gambar 8a dan b). Hasil pengamatan dapat diterangkan sebagai berikut :

a. Gambar 7 (contoh diambiI dari Gambar 4), yaitu sebelum perlakuan logam cair disemprot oleh gas oksigen dan nitrogen. Tampak adanya porositas dengan inklusi terletak di sekitar daerah porositas. Hasil analisis komposisi kimia matriksnya adalah tembaga.

b. Gambar 8 (contoh diambil dari Gambar 5), yaitu hasil coran setelah perlakuan Iogam cair disemprot oleh gas nitrogen (degassing). Masih tampak adanya porositas dengan inklusi terkandung di dalamnya. Hasil analisis komposisi kimia, puncak kurva intensitas menunjukkan bah ... va inklusi tidak hanya mengandung CuO saja melainkan mengandung senyawa oksida logam lainnya, seperti oksida dari Fe, dan Ca. Pada hal, pada pengamatan metaIografi tidak tampak. Berdasarkan hasil pengamatan ini berarti pengerjaan degassing selama peleburan tembaga belum berlangsung efektif

c. Gambar 9 (contoh diambil dari Gambar 6), yaitu hasil pengerjaan drawing. Porositas pasti tidak terbentuk setelah pengerjaan rol dan drawing. Tetapi inklusi masih tetap keberadaannya.Dari hasil pengamatan SEM, bentuk inklusi adalah memanjang akibat pengerjaan rol dan drawing. Hasil anaIisis komposisi kimia terhadap inklusi ini, puncak kurva intensitas ternyata tidak hanya mengandung CuO saja melainkan mengandung beberapa jenis senyawa oksida logam Iainnya, seperti oksida dari K, Cu, Ca, Si, dan Fe.

PEMBAHASAN

Porositas

Kelarutan gas hidrogen atau oksigen di dalam tembaga cair ditunjukkan oleh adanya porositas di daIam strukturmikro tembaga (Gambar4). Dengan tidak

Gambar 7. Pengamatan SEM (contoh dad Garnbar 4). Keterangan gambar : L Inklusi, 2. Porositas, 3. Batas butir, 4. Struktur eutekttk CuO. Analisis komposisi kimia matriknya adalah Jogam tembaga. Inklusi dlclrikan tampak lebih terang, karena tidak menghantarkanIistrik,

tampaknya porositas dan inklusi dari pengamatan metalografi (Gambar 5), berarti pengerjaan penyemprotan oksigen dan nitrogen selama peleburan berlangsung efektif. Tetapi kenyataannya tidak demikian. dari hasil pengamatan SEM (kalau Gambar 8 dibandingkan dengan Gambar 7), porositas masih tampak setalah pengerjaan degassing. Hal ini berarti pengerjaan degassing sesungguhnya kurang efektif

Adanya porositas di dalam hasil coran bisa mengakibatkan kegagalan se1ama pengerjaan drawing, terutama untuk hasil produk kawat yang diameternya relatif kecil. Hal ini disebabkan karena porositas yang terbentuk adalah yang di dalamnya terdapat gas.

Inklusi

Senyawa CuO tidak mungkin bisa dihilangkan selarna proses peleburan, permukaan senyawa oksida

134

pengaruh Kandungan Inklusi dan Porositas Terhadap Kegagalan Produk Kabel Temba U I lui P' .

Kawai (luswono) ga me a 1 engerjaan Drawing

:r

.t

_. u •.. •. __ " _,, __

l~:: ,~~!·:·i;:·'

: C:xr:_ ·;. ... :_n ~ -1.34

'11 rit:·-:: :. ·1-.:e3 ;~ .. ~7.·

.. %o~i~ ;~~:~gi~~;~ .

~7.";·.·.-._._.'7~.- .... ~.-~·r.T_·:._d_r·._i__~_~....:;;;:=._:_._=~~ ,.;_;_;"" •• =. ==""'='-="'====

Gambar 8. Pengarntan SEM (contoh dari Garnbar 5). Keterangan gamhar : 1. Inklusi, 2. Porositas, Anal isis kornposisi kirnia ink lusi mengandung senvawa oksida logam dari Ca dan Fe. Inklusi dicirikan tarnpak lebih terang, karena tidak menghantarkan listrik.

ini terikat kuat dengan logam ternbaga, dan bahkan mernbentuk struktur eutektik selama solidifikasi (Gamoar 5). Hadirnya CuO eli dalam tembaga mumi tidak berpengaruh terhadap kegagalan produk kawat selama pengerjaan drawing kawat.

Setelah dilakukan analisis komposisi kimia dari pengamatan SEM, senyawa oksida yang teramati tidak hanya mengandung CuO saja, tetapi mengandung s~nyawa oksida logam lainnya. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8, senyawa oks ida terdiri atas oksida logam dari Ca dan Fe. Pengamatan diuJang lagi setelah pengerjaan drawing kawat. Pada potongan kawat yang patah, senyawa oksida mengandung beberapa unsur senyawa oksida logam lainnya (Gambar 9), yaitu oksida dari Si, Ca, Fe, dan K. Hal ini berarti campuran senyawa oksida ini merupakan inklusi. Adanya inklusi ini bisa sebagai penyebab kegagalan

~~~~;7L'7-' _ - _:_. j.~;{'~~:i:;~~N':':·:··;":::;;}·:·x:: .. iW'~·.~·

~·;·'~:~'::":'~···-····:····-1

i

I .. ':.' .. ,

,.

=='3;=~=,;;==""""

Gombar 9. Pengamtan SEM (contoh dari Gambar 6). Keterangan gambar : 1. Inklusi. Analisis komposisi kimia i~lusi mengandung beberap jenis senyawa oksida logam, yartu : Ca, Fe, K, Si. Inklusi dicirikan tampak lebih terang, karena tidak menghantarkan listrik.

produk kawat tembaga selama pengerjaan drawing kawat.

Dari hal tersebut di atas, karena masih adanva inklusi dan porositas di dalam hasil coran, maka perlakuan logam tembaga cair selaina pengeriaan peleburan perlu disempurnakan, antara lain melalui pengerjaan sebagai berikut :

1. Fluks penutup permukaan tembaga cair tidak hanya menggunakan arang saja, tetapi ditambahkan kaca. Kaca mencair pada suhu sekitar titik leleh tembaga (1100°C), cairan kaca akan munutupi permukaan tembaga cair, sedemikian hingga pennukaan tembaga cair tidak kontak langsung dengan udara.

135

Presiding Pertemuan Ilmiah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bahan 2002 Serpong, 22 - 23 Oktober 2002

ISSN 1411-2213

2. Selama pengerjaan degassing, penyemprotan gas nitrogen diusahakan tersebar merata di dalam cairan tembaga mumi.

Mekanisme Kegagalan Produk Kawat Tembaga Patah Selama Pengerjaan DrawingKawat

Ada dua mekanisme penyebab kawat tembaga menjadi patah selama pengerjaan drawing kawat, yaitu : patah akibat adanya inklusi dan patah akibat adanya porositas di dalam hasil coran. Inklusi yang terkandung di dalam coran tembaga bertindak sebagai lubang, sedemikian hingga logam di daerah pinggir inklusi mengalami konsentrasi tegangan. Selama kawat tembaga terdeformasi, lubang di dalamnya tidak bisa mampat akibat adanya inklusi, dan berbentuk e!ip (Gambar 9). Akibatnya daerah sekitar inklusi menerima konsentrasi tegangan hingga mendekati harga maksirnum, atau tiga kali tegangan nominal (persamaan 1). Walaupun peningkatan tegangan tarik kawat yang melewati dies masih di daerah deformasi plastis, tetapi tegangan di sekitar inklusi (Tm.k<) bisa melebihi harga kekuatan tariknya. Daerah tersebut merupakan awal dari propagasi retak hingga kawat menjadi patah (Gambar 6).

Porositas yang timbul dari hasil coran akibat solidifikasi tidak bermasalah, karena merupakan ruang hampa, Selama proses drawing kawat, porositas menjadi mampat. Tetapi porositas yang ada mengandung gas hidrogen atau oksigen. Selama logam terdeformasi plastis dan melewati dies, gas di dalam poros tidak bisa keluar, dan tetap berada di dalam kawat. Peristiwa ini mengakibatkan adanya konsentrasi tegangan hingga berlangsung propagasi retak, seperti yang ditunjukkan pada gambar skematis Gambar 10 di bawahini

KESIMPULAN

1. Kandungan inklusi di dalam 10 gam tembaga rnurni (99,8%) berasal dari senyawa logam oksida yang terperangkap di dalam tembaga cair selama pengerjaan peleburan. Inklusi logam tembaga dicirikan mengandung beberapa jenis senyawa oksida Iogam dari unsur Ca, Fe, Si, K, dan Cu.

2. Kandungan porositas yang mengandung gas di dalam tembaga murni disebabkan karen a kelarutan gas oksigen dan hidrogen di dalam tembaga cair. Kedua gas tersebut tidak larut di dalam tembaga padat, dan membentuk poros di dalarn tembaga padat selama solidifikasi,

3. Dalam pengerjaan drawing kawat, adanya inklusi dan porositas di dalam logam tembaga rnurni menyebabkan kawat rnenjadi patah selama deformasi plastis.

4. Kawat patah berlangsung pada saat terdeformasi plastis dan melewati dies berdiameter relatif kecil

Batas butir

a. Sebelum rol

b. Sesudah rol

Gambar 10. Gambar skernatis mekanisme pembentukan retakan mikro akibat adanya porositas

(2mm). Pembuatan kawat dengan diameter yang lebih kecil lagi tidak bisa dilanjutkan.

DAFTAR PUSTAKA~

[1]. GEORGE E. DIETER, Mechanical Metallurgy, International Student Edition, Second Edition 1978, Me. Graw-Hill Kogakusha Ltd., Tokyo,

Auc1and (1976). .

[2]. NEVIIl..E BURROWS, Manufacturing Technology Level 2, Holt Technician Texts London, New York, (1983).

[3]. GEORGE E. DIETER, Work Ability Testing Techniques, ASM, Metal Park Ohi044073, Printed in The USA, (1984).

[41. SHERIF D. El. W AKIL, Processes and Designfor Manufacturing, Print in The USA, by PrenticeHall, Inc. (1989).

[5]. ASM. HAND BOOK, Properties and Selection Non ferrous Alloys and Special Purpose Materials, Formerly tenth Edition Metal Hand Book, second printing (l992).

[6]. RlCHARD W HEINE, Principle of Metal Casting, Tata McGraw-Hill Company Ltd., New Delhi, (1978).

[7]. JAMES BROWN, Modern Manufacturing Processing, Industrial Press Inc., New York, (1991).

[8]. E. PAUL DEGARMO, Material and Processing in Manufacturing, Seventh Edition, Maxwell MacMillan International Edition, (1990).

TANYAJAWAB

Hanedi, Fisika FNIIPA - IPB Pertanyaan

I . Cara menghilangkan keretakan, porositas dan inklusi

136

Pengaruh Kandungan Inklusi dan Porositas Terhadap Kegagalan Produk Kabel Tembaga Melalui Pengerjaan Drawing Kawat (yuswono)

Jawaban

1. Kandungan inklusi dan porositas dapat diminimasi pada waktu pengerjaan peleburan yaitu :

a. Pemberianfluks penutup (bahan : kaca SiO~ dan borak BP3 dipermukaan tembaga cair, agar permukaannya tidak kontak langsung dengan udara, melainkan ditutupi oleh cairan kaca dan borak

b. Pemberian gas nitrogen ke dalam tembaga cairo gelembung-gelembung gas N, mendorong gas hidrogen dan oksigen terIarut didalam Cu cair ke permukaan

Wiwik Sofian, P3TIR - BATAN Pertanyaan

1. Dan manakah timbulnya kandungan inklusi yang menyebabkan kegagalan produk, dan bagaimana mekanisme pembentukan pori dalam kabel

Jawaban

1. Timbulnya inklusi berasai dari senyawa oksida logam (CaO, SiOz' Fep3' CuO) yang terjebak dalam Cu cair selama pengerjaan peleburan. Senyawa oks ida . tersebut tidak terangkat ke permukaan Cu cair, sehingga selama logam tembaga solidifikasi (fasa cair-padat) tetap berada didalam tembaga padat. Mekanisme pembentukan pori-pori adalah gas oksigen larut didalam Cu cair, tetapi tidak larut didalam Cu padat, OIeh karena itu selama tembaga cair solidifikasi ke padat, gas hidrogen dan oksigen lepas dari kelarutannya membentuk ke fasa padat.

137

Anda mungkin juga menyukai