Anda di halaman 1dari 3

Ukhtifillahrahimakumullah Homepage

-Tinjauan Medis Dari Wudhu, Sebuah Syari’at yang Menyehatkan-


Kontribusi Dari Azzam A Fillah
Saturday, 07 June 2008
Pemutakhiran Terakhir Saturday, 07 June 2008

Thaharah merupakan inti ibadah.


Tanpa hal yang satu ini, janga harap shalat kita diterima. Ini pula kunci
kesucian. Begitu sering Rasulullah saw menjaga wudhu, dalam rangka menjaga
kesucian diri. Bahkan saat ada seseorang yang marah sekalipun, wudhu mujarab
meredakannya. “Apabila salah seorang diantara kamu dalam keadaan marah,
maka berwudhulah. Sesungguhnya marah itu berasal dari api.― (HR. Abu Dawud).

Apa sebetulnya hikmah yang tersimpan di


balik syari’at wudhu?

Medis sedikit banyak bisa mengungkap


rahasia di baliknya. Karena, wudhu ternyata merupakan ritual penyucian yang
mengutamakan unsur kesehatan. Kesegaran yang diperoleh, tak hanya secara fisik,
maupun juga mental. Tak heran, marah bisa reda karenanya. Lebih dari itu,
bagian-bagian yang dibasuh merupakan titik-titik penting peremajaan tubuh.

Adalah Dr. Magomedov, asisten pada


lembaga General Hygiene and Ecology (Kesehatan
Umum dan Ekologi) di Daghestan State Medical Academy, dalam artikelnya
yang berjudul “Muslims Rituals and Their Effect on thr Person’s
Health― mengetengahkan bagaimana wudhu dapat menstimulasi atau merangsang
irama tubuh secara alami.

Rangsangan itu muncul pada seluruh tubuh,


khususnya pada area yang disebut Biological Active Spots (BASes) atau
titik-titik aktif biologis. BASes mirip sekali dengan titik-titik
refleksologi ala China.
Bedanya, untuk mengusai titik-titik refleksi ala China dengan tuntas paling tidak
dibutuhkan waktu 15-20 tahun. Bandingkan dengan praktik wudhu yang sangat
sederhana!

Di sisi lain, kita tahu bahwa untuk


memberikan efek pijat refleksi ala China
diperlukan juga tekanan bahkan tusukan jarum. Apakah efek ini bisa terasa jika
hanya dengan usapan lembut saat berwudhu? Sebenarnya ada 700 BASes pada tubuh
kita, tapi 65 di antaranya memiliki efek terapi refleksi cepat, yang cukup
dikenai pijatan ringan atau usapan lembut untuk mengaktifkannya. Daerah ini
dikenal sebagai “drastic spot―. Menurut Dr. Magomedov, yang
juga mengusai ilmu refleksologi China, 61 dari 65 “drastic spot―
tersebut adalah bagian tubuh yang dibasuh air wudhu. Inilah letak keistimewaan
wudhu. subhanAllaah!

Dengan demikian, guyuran air wudhu, dalam


konsep pengobatan modern tidak lain adalah hidromassage alias pijat
dengan memanfaatkan air sebagai media penyembuhan. Mengingat sistem metabolisme
tubuh manusia terhubung dengan jutaan saraf yang ujungnya tersebar di sepanjang
kulit.
http://ukhtifillahrahimakumullah.info Menggunakan Joomla! Generated: 20 September, 2010, 08:02
Ukhtifillahrahimakumullah Homepage

Membasuh area wajah misalnya. Pijatan air


akan memberi efek positif pada usus, ginjal, dan sistem
saraf maupun reproduksi. Membasuh kaki kiri berefek positif pada
kelenjar pituitari di otak yang mengatur fungsi-fungsi kelenjar endokrin
(kelenjar yang bertugas mengatur pengeluaran hormon dan mengendalikan
pertumbuhan). Di telinga terdapat ratusan titik biologis yang akan menurunkan tekanan darah dan mengurangi sakit.

Dibandingkan refleksologi yang hanya


berfungsi menyembuhkan, keutamaan wudhu yang lain adalah sangat efektif untuk
mencegah masuknya bibit penyakit. Menurut dr. M. Aron Pase, kulit
merupakan organ yang terbesar tubuh kita yang fungsi utamanya membungkus tubuh
serta melindungi tubuh dari berbagai ancaman kuman, racun, radiasi, serta
mengatur suhu tubuh. Selain itu, kulit berfungsi sebagai ekskresi (tempat
pembuangan dari zat-zat yang tak berguna melalui pori-pori),serta media
komunikasi antarsel saraf untuk rangsang nyeri, panas, sentuhan dan tekanan.

Mengingat demikian besar fungsi kulit,


maka kestabilannya begitu bermakna. Kestabilan kulit ditentukan oleh pH
(derajat keasaman) dan kelembaban. Bersuci merupakan salah satu metode
menjaga kestabilan tersebut. Dengan bersuci berarti terjadinya proses
peremajaan dan pencucian kulit, selaput lendir dan juga lubang-lubang tubuh
yang berhubugan dengan dunia luar (pori kulit, rongga mulut, hidung, telinga).

Membasuh wajah bisa meremajakan sel-sel


kulit muka, dan membantu mencegah munculnya keriput. Berkumur-kumur dalam
bersuci berarti membersihkan rongga mulut dari penularan penyakit. Sisa makanan
sering mengendap atau tersangkut di antara sela gigi yang jika tidak dibersihkan
(dengan berkumur-kumur atau menyikat gigi) akhirnya akan menjadi mediasi
pertumbuhan kuman. Dengan berkumur-kumur secara benar dan dilakukan lima kali
sehari berarti tanpa kita sadari kita telah mencegah infeksi gigi dan mulut.

Istinsyaq berarti menghirup air


dengan lubang hidung, melalui rongga hidung sampai ke tenggorokan bagian hidung
(nasofaring). Fungsinya adalah untuk mensucikan selaput dan lendir hidung yang
tercemar oleh udara kotor dan juga kuman. Selaput dan lendir hidung merupakan
basis pertahanan pertama pernapasan. Berapa kali kita terserang flu dalam
setahun? Dengan istinsyaq, insyaa’Allaah kuman Infeksi Saluran Pernapasan
Atas (ISPA), seperti flu dapat dicegah. Bisa dibayangkan, berapa kali lebih
banyak kita terserang flu jika tidak ada syari’at wudhu?! SubhanAllaah, Maha Suci Allah yang menciptakan
syari’at wudhu dengan
hikmah yang luar biasa.

Begitu pula dengan pembersihan telinga,


sampai dengan pensucian kaki beserta telapak kaki yang tak kalah pentingnya
untuk mencegah berbagai infeksi kuman.

Dari sudut pandang pengobatan medis, Mukhtar


Salem dalam bukunya Prayers: a Sport for the Body and Soul
http://ukhtifillahrahimakumullah.info Menggunakan Joomla! Generated: 20 September, 2010, 08:02
Ukhtifillahrahimakumullah Homepage

menjelaskan bahwa wudhu juga bisa mencegah kanker kulit. Jenis kanker ini lebih banyak disebabkan oleh
bahan-bahan kimia yang setiap hari menempel dan terserap oleh kulit, terutama
pada bagian tubuh yang kadang tidak terlindungi pakaian.

Muka, kepala beserta rambut, hidung,


mulut, telinga, tangan hingga siku, dan kaki hingga pergelangan, semuanya
sering terpapar lingkungan luar. Maka, cara paling efektif menjauhakn risiko
ini adalah dengan membersihkannya secara rutin lewat berwudhu.

Di sisi lain, muncul pertanyaan: bukankah


Muslimah lebih terlindung lagi dengan digunakannya jilbab? Benar. Namun
masalahnya adalah, ketika mereka beraktivitas di rumah atau di lingkungan yang
secara syari’at diizinkan untuk melepaskan jilbab, tetap saja area tersebut
terpapar bukan?! Terlebih lagi secara umum kulit perempuan lebih sensitif
terhadap pengaruh luar daripada laki-laki. Itulah sebabnya kenapa Muslimah
diminta agar berbusana yang kini menjadi identitasnya, busana yang menutu
auratnya: jilbab. Penonjolan, pengumbaran anggota tubuh, berjibab tapi ketat,
bahkan tidak berkostum islami sama sekali, selain tidak sesuai syari’at juga
hanya memperburuk kesehatan pemakainya.

Inilah syari’at, antisipasi terhadap


segala kemungkinan, untuk kebaikan manusia itu sendiri. Memang telah ada wudhu,
tapi sekali lagi, kulit kaum hawa sensitif, lebih rentan terhadap berbagai
penyakit kulit (jerawat misalnya), sehingga perlindungan dengan mengurangi
pemaparan terhadap lingkungan luar sangat diperlukan.. Dan, Allah Mahatahu
tentang hal ini. Sungguh, betapa sayangNya Sang Pencipta pada hambaNya.

Benda yang mahal harganya akan dijaga dan


dibelai serta disimpan di tempat yang teraman dan terbaik. Sudah pasti intan
permata tidak akan dibiar terserak bukan? Oleh karena itu, mari kita total
berislam.

http://ukhtifillahrahimakumullah.info Menggunakan Joomla! Generated: 20 September, 2010, 08:02

Anda mungkin juga menyukai