organisasi kawasan yang sama sekali baru, dengan aturan hukum yang jelas dan memiliki legal
personality.
Dilengkapi moto one vision, one identity, one community, ASEAN terus melangkah menuju
terbentuknya suatu Komunitas ASEAN 2015.
Pembukaan Piagam ASEAN secara tegas menyebutkan komitmen masyarakat (We, the Peoples)
negara anggota ASEAN untuk mempercepat pembentukan Komunitas ASEAN yang didasarkan
pada tiga pilar, yaitu kerja sama politik dan keamanan, kerja sama ekonomi, dan kerja sama
sosial budaya.
Komitmen tersebut sekaligus mempertegas kembali Deklarasi ASEAN Concord II (Bali Concord
II) yang dihasilkan saat KTT ASEAN ke-9 di Bali, Oktober 2003, saat Indonesia menjadi Ketua
ASEAN.
Penyebutan kata We, the Peoples dalam Piagam ASEAN memperlihatkan bahwa pembentukan
komunitas ASEAN bukanlah keinginan pemerintah negara anggota ASEAN semata, tetapi justru
menjadi keinginan seluruh lapisan anggota masyarakat dan pemangku kepentingan di negara
anggota ASEAN.
Melalui tiga pilar kerja sama yang disebutkan dalam Bali Concord II dan ditegaskan kembali
dalam Pembukaan Piagam ASEAN, jelaslah bahwa komunitas ASEAN mendatang akan terdiri
dari tiga komunitas, yaitu Komunitas Keamanan ASEAN (ASEAN Security Community/ASC),
Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC), dan Komunitas Sosial
Budaya ASEAN (ASEAN Socio Cultural Community/ASCC).
Untuk mewujudkan suatu Komunitas ASEAN 2015, banyak hal yang perlu dilakukan secara
intensif guna mengintegrasikan ASEAN, terutama pada masa awal pengimplementasian Piagam
ASEAN yang terkait dengan rules dan regulations yang masih harus dirumuskan bersama.
Peran Indonesia
Keberhasilan ASEAN menandatangani suatu piagam bersama merupakan dasar yang kuat bagi
terbentuknya suatu komunitas ASEAN dan memperkuat peran ASEAN dalam menghadapi
berbagai perubahan arsitektur kerja sama global.
Di tengah perubahan arsitektur kerja sama global dan battle of ideas inilah peran dan daya tawar
Indonesia dapat dilihat dalam menerjemahkan konsep-konsep besar ke dalam ketentuan-
ketentuan yang harus disepakati bersama.
Pandangan bahwa dengan terwujudnya Komunitas ASEAN maka Indonesia akan dirugikan
karena lemahnya daya tawar politik dan ekonomi yang disebabkan lemahnya posisi ekonomi
nasional di mata negara tetangganya adalah tidak kuat.
Memang harus diakui sejak ambruknya Orde Baru dan krisis ekonomi 1997 yang
berkepanjangan, Indonesia terlihat sebagai negeri yang tak berdaya di tengah beberapa negara
anggota ASEAN.
Namun di balik itu semua, secara perlahan namun pasti, Indonesia mulai memperlihatkan
taringnya kembali dengan berbagai pencapaian yang diraihnya.
Di bidang politik dan keamanan, pascareformasi, Indonesia menjadi negara terdepan yang
menerapkan demokrasi dalam kehidupan bernegara.
Indonesia pulalah yang berada di garda terdepan dalam penghormatan serta penegakan hak-hak
asasi manusia (HAM). Keberhasilan Indonesia melaksanakan pemerintahan yang demokratis
menjadikan Indonesia sebagai negara demokratis ke-4 di dunia.
Di bidang HAM, Indonesia adalah salah negara pertama di ASEAN yang memiliki Komisi
HAM.
Di bidang ekonomi, secara pasti Indonesia mulai memperlihatkan kestabilan dalam pertumbuhan
ekonomi.
Hal ini dapat terlihat dari kemampuan Indonesia untuk bertahan dari krisis ekonomi yang lebih
besar di tahun 2008. Jika krisis ekonomi 1997 hanya berdampak ke negara-negara Asia, krisis
ekonomi 2008 menerjang hampir seluruh negara di dunia.
Bukti bahwa keberhasilan Indonesia di bidang ekonomi diakui oleh negara-negara lain tampak
dari diikutsertakannya Indonesia sebagai salah satu negara anggota G-20.
Semua keberhasilan ini tentu saja merupakan aset berharga untuk memperjuangkan kepentingan
nasional Indonesia, bukan hanya di ASEAN, tetapi juga di forum internasional.
Lflfl;kkhkj
Hua Hin (ANTARA News) - Para pemimpin ASEAN mendeklarasikan penguatan kerjasama bidang
pendidikan sebagai salah satu dokumen yang dihasilkan dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-
15 di Hua Hin, Thailand, 23-25 Oktober 2009.
Deklarasi penguatan kerjasama pendidikan ASEAN ditujukan sebagai persiapan komunitas ASEAN 2015
yang terdiri atas tiga pilar, yaitu komunitas politik keamanan, komunitas ekonomi dan komunitas sosial
budaya.
Penguatan kerjasama pendidikan antar ASEAN bertujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia
sehingga memiliki daya saing baik di tingkat regional maupun global.
Untuk itu, para pemimpin diwajibkan memperbaiki standar kompetensi pendidikan di masing-masing
negara dan meningkatkan standar profesional tenaga pengajar, yang diharapkan dapat dijadikan
referensi bersama ASEAN untuk kualitas pendidikan yang baik.
Deklarasi juga mencantumkan keinginan negara-negara ASEAN untuk membentuk konvensi penelitian di
bidang pendidikan agar menjadi dasar kerangka kerjasama dalam bidang pendidikan.
ASEAN harus menjamin mobilitas yang lebih besar untuk pelajar dalam kawasan serta pemahaman
mendalam untuk para siswa tentang organisasi ASEAN dan masing-masing anggotanya.
Dalam kurikulum sekolah, diupayakan pengetahuan tentang Piagam Asean yang ditandatangani para
kepala negara/pemerintahan ASEAN pada November 2007 sebagai cetak biru menuju Komunitas ASEAN
2015.
Kurikulum sekolah negara-negara ASEAN juga harus berdasarkan prinsip demokrasi, berorientasi pada
perdamaian, serta menghargai hak azasi manusia (HAM).
Para pelajar dan guru ASEAN, diharapkan menjali saling pengertian dan pertukaran pengetahuan
tentang budaya masing-masing negara.
Untuk memperdalam pengetahuan tentang ASEAN, setiap tanggal 8 Agustus yang merupakan kelahiran
ASEAN, semua sekolah di kawasan mengadakan peringatan dengan memperkenalkan sejarah ASEAN
serta semua perkembangan terakhir tentang ASEAN.
Guna mencapai tujuan seperti yang termuat dalam deklarasi, pemimpin negara ASEAN
mempertimbangkan untuk membentuk dana khusus pengembangan pendidikan yang berasal dari
masing-masing anggota. (*)
Daftar isi
[sembunyikan]
Wikisource memiliki naskah sumber yang berkaitan dengan Association of Southeast Asian
Nations/ASEAN
[sunting] Sejarah
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah ASEAN
Logo ASEAN
ASEAN didirikan oleh lima negara pemrakarsa, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura
dan Thailand di Bangkok melalui Deklarasi Bangkok. Menteri luar negeri penanda tangan
Deklarasi Bangkok kala itu ialah Adam Malik (Indonesia), Narciso R. Ramos (Filipina), Tun
Abdul Razak (Malaysia), S. Rajaratnam (Singapura), dan Thanat Khoman (Thailand).
Brunei Darussalam menjadi anggota pertama ASEAN di luar lima negara pemrakarsa. Brunei
Darussalam bergabung menjadi anggota ASEAN pada tanggal 7 Januari 1984 (tepat seminggu
setelah memperingati hari kemerdekannya). Sebelas tahun kemudian, ASEAN kembali
menerima anggota baru, yaitu Vietnam yang menjadi anggota yang ketujuh pada tanggal 28 Juli
1995. Dua tahun kemudian, Laos dan Myanmar menyusul masuk menjadi anggota ASEAN,
yaitu pada tanggal 23 Juli 1997. Walaupun Kamboja berencana untuk bergabung menjadi
anggota ASEAN bersama dengan Myanmar dan Laos, rencana tersebut terpaksa ditunda karena
adanya masalah politik dalam negeri Kamboja. Meskipun begitu, dua tahun kemudian Kamboja
akhirnya bergabung menjadi anggota ASEAN yaitu pada tanggal 16 Desember 1998.
Negara baru Timor Leste, yang dulunya merupakan sebuah provinsi Indonesia, kini
mendapatkan status pemerhati (observer) dalam ASEAN, setelah menuai protes dari berbagai
negara ASEAN yang tidak mendukung masuknya Timor-Leste ke ASEAN, atas dasar rasa
hormat kepada Indonesia. Awalnya, Myanmar menentang pemberian status observer kepada
Timor-Leste karena dukungan Timor-Leste terhadap pejuang pro-demokrasi Myanmar Aung San
Suu Kyi.
Sejak restorasi kemerdekaan Timor-Leste pada Mei 2002, ASEAN telah banyak membantu
Timor-Leste. Timor-Leste telah diundang untuk hadir dalam beberapa pertemuan ASEAN.
Meskipun begitu, Timor-Leste masih tetap berstatus observer. Mantan Menlu Timor Leste yang
sekarang menjadi Presiden, Ramos Horta, pernah menyatakan tidak berminat menjadi anggota
ASEAN, karena Timor-Leste dinilai bukan negara Asia (Tenggara), melainkan negara Pasifik
atau Australia. Berbeda dengan rekannya Xanana Gusmao yang menyatakan bahwa akan lebih
menguntungkan bagi Timor Leste apabila berafiliasi dengan ASEAN dibandingkan dengan
apabila bergabung dengan Pacific Islands Forum.
Pada tahun 2003. Warna sian menandai nilai terbesar, hijau untuk terkecil, di antara blok yang dibandingkan.
Sumber: CIA World Factbook 2004, IMF WEO Database
1
Anggota NAFTA
Hubungan kerja sama Indonesia-India di bidang ekonomi dan perdagangan mulai timbul seiring
dengan adanya upaya-upaya ke arah kerja sama antara ASEAN dan Asosiasi Kerja Sama
Regional Asia Selatan (SAARC) untuk menuju kerja sama yang lebih luas di kawasan Asia.
Secara lebih konkret lagi, hubungan dan kerja sama yang lebih dekat telah terwujud dalam
hubungan kemitraan antara ASEAN dan India melalui format pertemuan tingkat tinggi
ASEAN+1 (India), di mana pertemuan keduanya diadakan di Bali pada bulan Oktober 2003 lalu
Pertanian adalah perkembangan alami yang berasal dari kebutuhan. Sebelum pertanian, berburu
dapat memenuhi kebutuhan makanan. Masyarakat Asia Tenggara telah melakukan berbagai
kegiatan domestikasi baik berupa hewan maupun tanaman seperti memelihara anjing, ayam, dan
babi beribu-ribu tahun yang lalu. Makanan terkait dengan status sosial. Apabila makanan tersedia
berlebih, orang mengadakan pesta besar dan semua orang boleh makan sepuasnya. Orang-orang
kaya seperti ini biasanya bekerja bertahun-tahun mengumpulkan makanan atau kekayaan yang
dibutuhkan untuk pesta-pesta ini. Kebaikan orang-orang kaya itu akan diingat oleh masyarakat,
menjadi semacam tabungan budi untuk masa yang akan datang. Kebiasaan ini tersebar di seluruh
wilayah Asia Tenggara, bahkan sampai ke Papua. Masyarakat dengan ciri seperti ini dikenal
sebagai masyarakat agraris.
Pada saat tekanan jumlah penduduk mencapai titik yang membutuhkan intensifikasi pertanian,
berkembang teknik bercocok tanam, seperti menanam ubi jalar di Papua atau menanam padi di
wilayah Indonesia lainnya. Para ahli prasejarah berpendapat, teknik bercocok tanam padi sawah
dikenal masyarakat Asia Tenggara dari Tiongkok, khususnya lembah Sungai Yangtse dan
Yunnan.
Teras persawahan di pulau Jawa, Indonesia
Kegiatan menanam ubi di Papua, contohnya, dimulai dengan menempatkan umbi di lahan yang
telah dipersiapkan, menyiangi gulmanya, menunggunya hingga berkembang, dan kemudian
memanen hasilnya. Urut-urutan kegiatan ini masih dilakukan oleh kaum wanita di berbagai
masyarakat tradisional di Asia Tenggara; sedangkan kaum pria mengerjakan tugas-tugas yang
lebih berat seperti mempersiapkan lahan atau memagarinya untuk menghidari kerusakan karena
hama babi.
Sekitar abad ke-5 SM, penduduk dari daerah Dongson, yang sekarang termasuk dalam wilayah
Vietnam, telah mampu menguasai keterampilan dasar pengolahan logam. Hasil kebudayaan
logam mereka adalah yang paling tua yang telah ditemukan oleh para arkeolog di Asia Tenggara.
Sedangkan masyarakat terawal yang diketahui di Thailand - yaitu sekitar tahun 3,000 SM -
berlokasi di daerah Ban Chiang.
Pada sekitar tahun 2,500 SM, bangsa Melayu mulai menyebar di wilayah semenanjung dan
memperkenalkan teknologi primitif pengerjaan logam yang telah mereka kuasai di wilayah ini.
Sekitar tahun 1,500 SM, bangsa Mon mulai memasuki wilayah Burma, sedangkan bangsa Tai
datang lebih belakangan dari daerah selatan Tiongkok ke daratan Asia Tenggara untuk kemudian
menempatinya pada sekitar milenium pertama Masehi.
Tidak banyak yang diketahui mengenai kepercayaan dan praktek keagamaan Asia Tenggara,
sebelum kedatangan dan pengaruh agama dari para pedagang India pada abad ke-2 Masehi dan
seterusnya. Sebelum abad ke-13, agama-agama Buddha dan Hindu adalah kepercayaan utama di
Asia Tenggara. Kerajaan-kerajaan di daratan (semenanjung) Asia Tenggara pada umumnya
memeluk agama Buddha, sedangkan kerajaan-kerajaan di kepulauan Melayu (Nusantara)
umumnya lebih dipengaruhi agama Hindu. Beberapa kerajaan yang berkembang di semenanjung
ini, awalnya bermula di daerah yang sekarang menjadi negara-negara Myanmar, Kamboja dan
Vietnam.
Kekuasaan dominan yang pertama kali muncul di kepulauan adalah Sriwijaya di Sumatra. Dari
abad ke-5 Masehi, Palembang sebagai ibukota Sriwijaya menjadi pelabuhan besar dan berfungsi
sebagai pelabuhan persinggahan (entrepot) pada Jalur Rempah-rempah (spice route) yang
terjalin antara India dan Tiongkok. Sriwijaya juga merupakan pusat pengaruh dan pendidikan
agama Buddha yang cukup berpengaruh. Kemajuan teknologi kelautan pada abad ke-10 Masehi
membuat pengaruh dan kemakmuran Sriwijaya memudar. Kemajuan tersebut membuat para
pedagang Tiongkok dan India untuk dapat secara langsung mengirimkan barang-barang diantara
keduanya, serta membuat kerajaan Chola di India Selatan dapat melakukan serangkaian
penyerangan penghancuran terhadap daerah-daerah kekuasaan Sriwijaya, yang mengakhiri
fungsi Palembang sebagai pelabuhan persinggahan.
Pulau Jawa kerap kali didominasi oleh beberapa kerajaan agraris yang saling bersaing satu sama
lain, termasuk diantaranya kerajaan-kerajaan wangsa Syailendra, Mataram Kuno dan akhirnya
Majapahit.
Para pedagang Muslim mulai mengunjungi Asia Tenggara pada abad ke-12 Masehi. Samudera
Pasai adalah kerajaan Islam yang pertama. Ketika itu, Sriwijaya telah diambang keruntuhan
akibat perselisihan internal. Kesultanan Malaka, yang didirikan oleh salah seorang pangeran
Sriwijaya, berkembang kekuasaannya dalam perlindungan Tiongkok dan mengambil alih
peranan Sriwijaya sebelumnya. Agama Islam kemudian menyebar di seantero kepulauan selama
abad ke-13 dan abad ke-14 menggantikan agama Hindu, dimana Malaka (yang para penguasanya
telah beragama Islam) berfungsi sebagai pusat penyebarannya di wilayah ini.
Beberapa kesultanan lainnya, seperti kesultanan Brunei di Kalimantan dan kesultanan Sulu di
Filipina secara relatif mengalami sedikit hubungan dengan kerajaan-kerajaan lainnya.
Portugis adalah kekuatan Eropa pertama yang membuka akses jalur perdagangan yang sangat
menguntungkan ke Asia Tenggara tersebut, dengan cara menaklukkan Kesultanan Malaka pada
tahun 1511. Belanda dan Spanyol mengikutinya dan segera saja mengatasi Portugis sebagai
kekuatan-kekuatan European utama di wilayah Asia Tenggara. Belanda mengambil-alih Malaka
dari Portugis di tahun 1641, sedangkan Spanyol mulai mengkolonisasi Filipina (sesuai nama raja
Phillip II dari Spanyol) sejak tahun 1560-an. Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) atau
Perserikatan Perusahaan Hindia Timur yang bertindak atas nama Belanda, mendirikan kota
Batavia (sekarang Jakarta) sebagai pusat perdagangan dan ekspansi ke daerah-daerah lainnya di
pulau Jawa, serta wilayah sekitarnya.
Inggris, yang diwakili oleh British East India Company, secara relatif datang ke wilayah ini lebih
kemudian. Diawali dengan Penang, Inggris mulai memperluaskan kerajaan mereka di Asia
Tenggara. Mereka juga menguasai wilayah-wilayah Belanda selama Perang Napoleon. Di tahun
1819, Stamford Raffles mendirikanSingapura sebagai pusat perdagangan Inggris dalam rangka
persaingan mereka dengan Belanda. Meskipun demikian, persaingan tersebut mereda di tahun
1824 ketika dikeluarkannya traktat Anglo-Dutch yang memperjelas batas-batas kekuasaan
mereka di Asia Tenggara. Sejak tahun 1850-an dan seterusnya, mulailah terjadi peningkatan
kecepatan kolonisasi di Asia Tenggara.
Kejadian ini, yang disebut juga dengan nama Imperialisme Baru, memperlihatkan terjadinya
penaklukan atas hampir seluruh wilayah di Asia Tenggara, yang dilakukan oleh kekuatan-
kekuatan kolonial Eropa. VOC dan East India Company masing-masing dibubarkan oleh
pemerintah Belanda dan pemerintah Inggris, yang kemudian mengambil-alih secara langsung
administrasi wilayah jajahan mereka. Hanya Thailand saja yang terlepas dari pengalaman
penjajahan asing, meskipun Thailand juga sangat terpengaruh oleh politik kekuasaan dari
kekuatan-kekuatan Barat yang ada.
Tahun 1913, Inggris telah berhasil menduduki Burma, Malaya dan wilayah-wilayah Borneo,
Perancis menguasai Indocina, Belanda memerintah Hindia Belanda, Amerika Serikat mengambil
Filipina dari Spanyol, sementara Portugis masih berhasil memiliki Timor Timur.
Penguasaan kolonial memberikan dampak yang nyata terhadap Asia Tenggara. Kekuatan-
kekuatan kolonial memang memperoleh keuntungan yang besar dari sumber daya alam dan dan
pasar Asia Tenggara yang besar, akan tetapi mereka juga mengembangkan wilayah ini dengan
tingkat pengembangan yang berbeda-beda. Perdagangan hasil pertanian, pertambangan dan
ekonomi berbasis eksport berkembang dengan cepat dalam periode ini. Peningkatan permintaan
tenaga kerja menghasilkan imigrasi besar-besaran, terutama dari India dan Cina, sehingga
terjadilah perubahan demografis yang cukup besar. Munculnya lembaga-lembaga negara bangsa
modern seperti birokrasi pemerintahan, pengadilan, media cetak, dan juga pendidikan modern
(dalam lingkup yang terbatas}, turut menaburkan benih-benih kebangkitan grakan-gerakan
nasionalisme di wilayah-wilayah jajahan tersebut.
Pada tanggal 8 Agustus 1967, Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) didirikan oleh
Thailand, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Filipina. Setelah diterimanya Kamboja ke dalam
kelompok ini pada tahun 1999, Timor Timur adalah satu-satunya negara di Asia Tenggara yang
bukan merupakan anggota ASEAN. Tujuan ASEAN adalah untuk meningkatkan kerjasama antar
komunitas Asia Tenggara. ASEAN Free Trade Area (AFTA) telah didirikan untuk