Anda di halaman 1dari 14

PEMIKIRAN PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM

DI INDONESIA
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Pada Mata Kuliah “ Filsafat Pendidikan Islam”

Dosen Pengampu :
Dr. Phil. Khoirun Ni’am, MA.

Oleh :

Hermanto Halil
NIM ; FO.54.09.122

PROGRAM PASCASARJANA
KONSENTRASI PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) SUNAN AMPEL SURABAYA
2010

BAB I
Pendahuluan
Membincangkan pendidikan berarti membincangkan
masalah diri manusia sendiri sebagai makhluk Tuhan yang
dipersiapkan untuk menjadi khalifah-Nya di muka bumi dalam
kerangka mengabdi kepada-Nya. Pendidikan Islam dikaitkan
dengan konsepsi kejadian manusia yang dari sejak awal
kejadiannya sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna
yang dibekali potensi hidayah akal dan ilmu, maka itu
merupakan proses panjang yang tidak berkesudahan sehingga
siap untuk memikul amanat Tuhan dan tanggung jawab,
sepanjang dunia masih ada. Oleh sebab itu problematika
pendidikan Islam yang muncul selalu complicate serumit
persoalan manusia itu sendiri.1 Problem pendidikan Islam
mulai pengertian pendidikan, tujuan, materi dan strategi
pendidikan-pengajarannya hingga lembaga penyelenggara
pendidikan Islam, yang muncul dari masa ke masa, dikaji dan
dicari jawabannya selalu berkembang dan melahirkan
pemikiran-penting seiring dengan perkembangan zaman,
peradaban dan produk-produknya, khususnya hasil ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sangat berpengaruh bagi
eksistensi dan peran pendidikan Islam di masyarakatnya.
Pendidikan Islam dan eksistensinya sebagai komponen
pembangunan bangsa, khususnya di Indonesia, memainkan
peran yang sangat besar dan ini berlangsung sejak jauh
sebelum kemerdekaan Bangsa Indonesia. Hal ini dapat dilihat
praktik pendidikan Islam yang diselenggarakan oleh umat
Islam melalui lembaga-lembaga pendidikan tradisional seperti
majelis taklim. Forum pengajian, surau, masjid dan pesantren-
pesantren yang berkembang subur dan eksis hingga sekarang.
Bahkan setelah kemerdekaan penyelenggaraan pendidikan

1Ahmad Arifi, Politik Pendidikan Islam; Menelusuri Ideologi dan Aktualisasi Pendidikan
Islam Di Tengah Arus Globalisasi (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 1.

2
Islam semakin memperoleh pengakuan dan payung yuridisnya
dengan adanya berbagai produk perundang-undangan tentang
pendidikan nasional.
Namun meskipun demikian, Pendidikan Islam hingga kini
boleh dikatakan masih saja berada dalam posisi problematik
antara 'determinisme historis' dan 'realisme praktis'. Di satu
sisi pendidikan Islam belum sepenuhnya bisa keluar dari
idealisme kejayaan pemikiran dan peradaban Islam masa
lampau yang hegomonik; sementara di sisi lain, ia juga
'dipaksa' untuk mau menerima tuntutan-tuntutan masa kini,
khususnya yang datang dari Barat, dengan orientasi yang
sangat praktis. Dalam dataran historis empiris, kenyataan
tersebut acap kali menimbulkan dualisme dan polarisasi
sistem pendidikan di tengah-tengah masyarakat muslim
sehingga agenda transfomasi sosial yang digulirkan seakan
berfungsi hanya sekedar 'tambal sulam' saja. Oleh karena itu,
tidak mengherankan apabila di satu sisi kita masih saja
mendapatkan tampilan 'sistem pendidikan Islam' yang sangat
tradisional karena tetap memakai 'baju lama'2
Berangkat dari uraian tersebut di atas, maka dalam
makalah ini, penulis mengambil topik: "Pemikiran
Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia"

2Untuk menelusuri bagaimana penyebaran Ilmu dalam Islam di masa klasik, mengutip
pendapat Armani Arief mengatakan bahwa penting melihat keberadaan lembaga-lembaga
pendidikan Islam yang muncul sejak kehadiran Islam itu sendiri yang dibawa oleh Nabi
Muhammad serta peran yang dimainkannya dalam transmisi ilmu, seperti lembaga kuttab
(lembaga pendidikan dasar yang mengajarkan baca tulis), masjid, madrasah, dan lembaga
pendidikan lainnya seperti Bayt al-Hikmah, dan Halaqah. Lihat Armani Arief, Reformulasi
Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm. 110-112.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Permasalahan Pendidikan Islam

Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan


kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan
manusia. Dalam sejarah umat manusia, hampir tidak ada
sekelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan
sebagai alat pembudayaan dan peningkatan kualitasnya,
sekalipun dalam masyarakat yang masih terbelakang
(primitif). Pendidikan sebagai usaha sadar yang dibutuhkan
untuk menyiapkan untuk anak manusia demi menunjang
perannya di masa datang. Upaya pendidikan yang dilakukan
oleh suatu bangsa tentu memiliki hubungan yang sangat
signifikan dengan rekayasa bangsa di masa mendatang,
karena pendidikan merupakan salah satu kebutuhan asasi
manusia, bahkan M. Natsir menegaskan bahwa pendidikan
merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan maju
mundurnya kehidupan masyarakat tersebut.3 Pernyataan M.
Natsir di atas merupakan indikasi tentang urgensi pendidikan
bagi kehidupan manusia, karena pendidikan itu sendiri
mempunyai peranan sentral dalam mendorong individu dan
masyarakat untuk meningkatkan kualitasnya dalam segala
aspek kehidupan demi mencapai kemajuan, dan untuk
menunjang perannya di masa mendatang. Hal ini terbukti
dalam kehidupan sekarang, pendidikan tampil dengan daya
pengaruh yang sangat besar dan menjadi variabel pokok masa
depan manusia.
Pendidikan merupakan bagian terpenting dari kehidupan

3M. Natsir, Kapita Selekta, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), hlm. 77.

4
manusia yang sekaligus membedakan manusia dengan hewan.
Hewan juga "belajar", tetapi lebih ditentukan oleh insting,
sedangkan bagi manusia, belajar berarti rangkaian kegiatan
menuju "pendewasaan" guna menuju kehidupan yang lebih
berarti. Oleh karena itu berbagai pandangan yang menyatakan
bahwa pendidikan itu merupakan proses budaya untuk
mengangkat "harkat dan martabat" manusia dan berlangsung
sepanjang hayat. Apabila demikian, maka pendidikan
memegang peranan yang menentukan eksistensi dan
perkembangan manusia, "karena pendidikan merupakan
usaha melestarikan, dan mengalihkan serta
mentransformasikan nilai-nilai kebudyaan dalam segala
aspeknya dan jenis kepada generasi penerus" untuk
mengangkat harkat dan martabat manusia.
Untuk mengingat pendidikan merupakan kebutuhan
penting bagi setiap manusia, negara, dan pemerintah, maka
"pendidikan harus selalu ditumbuhkembangkan secara
sistematis oleh para pengambil kebijakan yang berwenang di
Negara ini". Berangkat dari kerangka ini, maka upaya
pendidikan yang dilakukan suatu bangsa selalu memiliki
hubungan yang sangat signifikan dengan rekayasa bangsa
tersebut di masa mendatang, sebab pendidikan selalu
dihadapkan pada perubahan, baik perubahan zaman maupun
perubahan masyarakat. Oleh karena itu, mau tidak mau
pendidikan Agama Islam harus didesain mengikuti irama
perubahan tersebut, kalau tidak pendidikan akan ketinggalan.
Tuntutan pembaharuan pendidikan menjadi suatu kaharusan
dan "pembaruan" pendidikan selalu mengikuti dan relevan
dengan kebutuhan masyarakat, baik pada konsep, kurikulum,
proses, fungsi, tujuan, manajemen lembaga-lembaga

5
pendidikan, dan sumber daya pengelola pendidikan.

B. Pembaharuan Pendidikan Islam


Gagasan pemikiran pembaruan atau modernisasi
pendidikan Islam di Indonesia, seperti apa yang dikemukakan
di atas, sangat "berkaitan erat dengan pertumbuhan gagasan
modernisme Islam di kawasan ini". Apabila mengamati
gagasan modernisasi Islam pada awal abad 20 pada lapangan
pendidikan direalisasikan dengan pembentukan lembaga-
lembaga pendidikan modern yang diadopsi dari sistem
pendidikan kolonial Belanda dan kehadiran organisasi-
organisasi modernis Islam, seperti Jami'at Khair, Al-Irsyad,
Muhammadiyah, dan lain-lain, sebagai pelopor modernis,
walaupun pada awal perkembangan organisasi-organisasi ini
mengadopsi sistem dan lembaga pendidikan modern secara
hampir menyeluruh. Artinya, titik tolak modernisme
pendidikan Islam di sini adalah sistem dan kelembagaan
pendidikan modern (Belanda) bukan sistem dan lembaga
pendidikan Islam Tradisional.4
Dalam mencermati konsep pembaruan pendidikan Islam
di atas, Jusuf Amir Faisal dalam bukunya "Reorientasi
Pendidikan Islam" menyebutkan bahwa "pembaruan
pendidikan merupakan suatu usaha multidimensional yang
kompleks, dan tidak hanya bertujuan untuk menyempurnakan
kekurangan-kekurangan yang dirasakan, tetapi terutama
merupakan suatu usaha penelaahan kembali atas aspek-aspek
sistem pendidikan yang berorientasi pada rumusan tujuan
yang baru", dan selalu berorientasi pada perubahan

4Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam: Membangun Masyarakat Madani


Indonesia, (Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2003), hlm. 5.

6
masyarakat.5 Upaya pembaruan pendidikan tidak akan
memiliki ujung akhir sampai kapan pun. Mengapa demikian,
karena persoalan pendidikan selalu saja ada selama
peradaban dan kehidupan manusia itu sendiri masih ada,
pembaruan pendidikan diakhiri, apalagi dalam abad informasi
seperti saat ini, tingkat obselescence dari program pendidikan
sangat tinggi. Tetapi, yang lebih penting lagi dalam upaya
pembaruan ialah keikutsertaan dan didukung secara mental
kemampuan profesional pengelola pendidikan, dan para
pengelola perlu memiliki semacam a common mission pada
setiap upaya pembaruan pedidikan dan agar upaya
pembaruan menjadi lebih efektif. Selain itu, juga perlu
menyadari terhadap adanya misi umum yang ingin dicapai
oleh pembaruan itu dan indikator adanya kesadaran terhadap
common mission suatu pembaruan.
Pembaruan pendidikan terjadi karena adanya tantangan
kebutuhan masyarakat pada saat itu dan pendidikan itu sendiri
diharapkan dapat menyiapkan produk manusia yang mampu
mengatasi kebutuhan masayarakat tersebut, sehingga dapat
dikatakan bahwa pendidikan lebih bersifat konservatif.
Misalnya, pada masyarakat agraris pendidikan di desain agar
relevan dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat
pada era tersebut, begitu juga apabila perubahan masyarakat
menjadi masyarakat industrial dan informasi, pendidikan juga
di desain mengikuti irama perkembangan masyarakat industri
dan informasi dan seterusnya.
Sebagaimana kondisi pendidikan di Indonesia, kondisi
pendidikan Islam di Indonesia pun menghadapi berbagai
persoalan dan kesenjangan dalam berbagai aspek yang lebih

5Jusuf Amir Faisal,Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema Insani, 1995), hlm. 65.

7
kompleks, yaitu: berupa persoalan dikotomi pendidikan,
kurikulum, tujuan, sumber daya, serta manajemen pendidikan
Islam. Upaya perbaikannya belum dilakukan secara mendasar,
sehingga terkesan seadanya saja. Usaha pembaruan dan
peningkatan pendidikan Islam sering bersifat sepotong-
sepotong atau tidak komprehensif dan menyeluruh serta
sebagian besar sistem dan lembaga pendidikan Islam belum
dikelola secara profesional. Usaha pembaruan pendidikan
Islam secara mendasar selalu dihambat berbagai masalah,
mulai dari persoalan dana sampai tenaga ahli, sehingga
"Pendidikan Islam dewasa ini terlihat orientasinya yang
semakin kurang jelas". Dengan kenyataan ini maka
sebenarnya "sistem pendidikan Islam haruslah senantiasa
mengorientasi diri untuk menjawab kebutuhan dan tantangan
yang muncul dalam masyarakat sebagai konsekuensi logis dari
perubahan".
Pada saat ini, pemerintah telah memiliki 7 poin arah
kebijakan program pendidikan nasional, yaitu; 1)
mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan
memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi, 2)
meningkatkan kemampuan akademik dan profesional, 3)
melakukan pembaruan sistem pendidikan termasuk kurikulum,
4) memberdayakan lembaga pendidikan, baik sekolah maupun
luar sekolah, 5) melakukan pembaruan dan pemantapan
sistem pendidikan Nasional berdasarkan prinsip desentralisasi,
otonomi keilmuan, dan manajemen, 6) meningkatkan kualitas
lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik masyarakat
maupun pemerintah, dan 7) mengembangkan kualitas SDM
sedini mungkin secara terarah. Dengan ketujuh strategi ini,
sebenarnya dapat meyakinkan bahwa pendidikan nasional dan

8
pendidikan Islam kita secara makro cukup menjanjikan bagi
penyediaan SDM yang benar-benar memililki unggulan
kompetitif. Tetapi apabila melihat kenyataan kondisi
pendidikan sekarang, ada dua alasan pokok yang perlu
dilakukan pembaruan pendidikan Islam di Indonesia, yaitu:
pertama, konsepsi dan praktik pendidikan Islam sebagaimana
tercermin pada kelembagaannya dan isi programnya
didasarkan pada konsep atau pengertian pendidikan Islam
yang sempit yang terlalu menekankan pada kepentingan
akhirat, kedua, lembaga-lembaga dan isi pendidikan Islam
yang dikenal sekarang ini, seperti madrasah dan pesantren
tidak atau kurang mampu memenuhi kebutuhan umat Islam
dalam menghadapi tantangan dunia modern. Terutama
masyarakat dan bangsa Indonesia bagi pembangunan di
segala bidang di masa sekarang dan di masa yang akan
datang.
Untuk menghadapi dan membangun masyarakat madani
di Indonesia diperlukan usaha pembaruan pendidikan Islam
secara mendasar, yaitu 1) perlu pemikiran kembali konsep
pendidikan Islam yang betul-betul didasarkan pada asumsi
dasar tentang manusia, terutama pada fitrah atau potensi, 2)
pendidikan Islam harus menuju pada integritas antara ilmu
agama dan ilmu umum untuk tidak melahirkan jurang pemisah
antara ilmu agama dan ilmu bukan agama, karena dalam
pandangan Islam bahwa Ilmu pengetahuan adalah satu yaitu
berasal dari Allah SWT, 3) pendidikan di desain menuju
tercapainya sikap dan perilaku "toleransi", lapang dada dalam
berbagai hal dan bidang, terutama toleran dalam perbedaan
pendapat dan penafsiran ajaran Islam tanpa melepaskan
pendapat atau prinsipnya yang diyakini, 4) pendidikan yang

9
mampu menumbuhkan kemampuan untuk berswadaya dan
mandiri dalam kehidupan, 5) pendidikan yang menumbuhkan
etos kerja, mempunyai aspirasi pada kerja, disiplin dan jujur,
6) pendidikan Islam perlu di desain untuk mampu menjawab
tantangan masyarakat untuk menuju masyarakat madani serta
lentur terhadap perubahan zaman dan masyarakat.
Dari pembahasan di atas, ada beberapa indikator sebagai
usaha pembaruan pendidikan Islam, yaitu: setting pendidikan,
lingkungan pendidikan, karekteristik tujuan. Perlu diketahui
bahwa suatu usaha pembaruan pendidikan terarah dengan
baik apabila didasarkan pada kerangka dasar filsafat dan teori
pendidikan yang mantap. Filsafat pendidikan hanya dapat
dikembangkan berdasarkan asumsi-asumsi dasar yang kokoh
dan jelas tentang manusia, baik sebagai individu maupun
sebagai anggota masyarakat, hubungannya dengan
lingkungan, alam semesta, akhiratnya, dan hubungannya
dengan Maha Pencipta, sedangkan teori pendidikan dapat
dikembangkan atas dasar pertemuan antara pendekatan
filosofis dan pendekatan empiris.
Dengan demikian, kerangka dasar pertama pembaruan
pendidikan Islam adalah "konsepsi filosofis" dan "teori
pendidikan" yang didasarkan pada asumsi-asumsi dasar
tentang manusia yang hubungannya dengan masyarakat
lingkungan dan ajaran Islam.
Langkah awal yang dilakukan dalam mengadakan
perubahan pendidikan adalah merumuskan "kerangka dasar
filosofis pendidikan" yang sesuai dengan ajara Islam,
kemudian mengembangkan secara "empiris prinsip-prinsip"
yang mendasari keterlaksanaannya dalam konteks lingkungan
(sosial dan kultural) tanpa kerangka dasar "filosofis" dan

10
'teoritis" yang kuat, maka pembaruan pendidikan Islam tidak
punya pondasi yang kuat dan juga tidak mempunyai arah yang
pasti. Kemudian langkah selanjutnya adalah mengembangkan
kerangka dasar sistemik, yaitu kerangka dasar filosofis dan
teoritis pendidikan Islam harus ditempatkan dalam konteks
supra - sistem masyarakat, bangsa dan negara serta
kepentingan umat di mana pendidikan itu diterapkan. Apabila
terlepas dari konteks ini, pendidikan akan menjadi tidak
relevan dengan kebutuhan masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia dalam menghadapi tuntutan perubahan menuju
"masyarakat madani" Indoensia.
Untuk mengakhiri pembahasan ini, mengutip Johar dalam
bukunya Pengembangang Pendidikan Nasional Menyongsong
Masa Depan" menyatakan bahwa pendidikan harus
berdasarkan paradigma kebangsaan yang religius. Artinya
kepemilahaan kita dalam melaksanakan pendidikan adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa yang religius. Konsekuensi
dari itu maka pendidikan kita harus harus dilaksanakan
dengan cara:
1. Pendidikan untuk membangun integritas ilmu dan agama
2. Pendidikan kita dilaksanakan dengan Iqra', mengkaji ciptaan
Tuhan utuk memperoleh ilmu Tuhan
3. Pendidikan kita dilaksanakan untuk mengamalkan ajaran
Tuhan
4. Pendidikan kita dilaksanakan dengan misi tugas hidup di
bumi sebagai wakil Tuhan
5. Pendidikan kita seharusnya mengkaji realita
6. Pendidikan harus mampu membangun tauhid vertikal dan
tauhid sosial
7. Harus mampu membangun tauhid vertikal, yang mengaku

11
Tidak Ada Tuhan Selain Allah dan Muhammad adalah Utusan
Allah.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian singkat di atas, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwa pemikiran pembaruan
pendidikan Islam di Indonesia adalah harus sesuai dengan
kebutuhan masyarakat melalui pembaruan pada sistem dan
penyelenggaraan pendidikan Islam itu sendiri. Sistem
pendidikan Islam di masa kini dan masa yang akan datang
perlu dipikirkan dan dibicarakan sebab-sebab
permasalahannya, antara lain: Pertama, bahwa
penyelenggaraan pendidikan Islam secara formal/ informal
belum sesuai dengan pengertian pendidikan Islam itu sendiri;
Kedua, bahwa sistem dan metode itu masih dalam lingkaran
pendakalan (proses de islamisasi).
Adapun pembaharuan pendidikan Islam meliputi: adanya
perubahan dari sistem ke sistem madrasah; adanya perubahan
dari sistem ke sistem sekolah Islam; dan adanya kewajiban
mempelajari agama Islam, di sekolah-sekolah umum sesuai
dengan Undang-undang sistem pendidikan Nasional.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arifi, Ahmad, 2009, Politik Pendidikan Islam; Menelusuri Ideologi


dan Aktualisasi Pendidikan Islam Di Tengah Arus
Globalisasi, Yogyakarta: Teras.

Arief, Armani, 2005, Reformulasi Pendidikan Islam, Jakarta:


Ciputat Press.

Natsir, M., 1973, Kapita Selekta, Jakarta: Bulan Bintang,

Sanaky, Hujair AH., 2003. Paradigma Pendidikan Islam:


Membangun Masyarakat Madani Indonesia, Yogyakarta:
Safiria Insania Press,

Faisal, Jusuf Amir, 1995, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta:


Gema Insani,

Djohar, 2006, Pengembangang Pendidikan Nasional


Menyongsong Masa Depan, Yogyakarta: Grafika Indah.

14

Anda mungkin juga menyukai