Hidayah berada di tangan Allah dan hati para hamba
berada di antara dua jari Allah, Dia membolak- balikkannya sesuai kehendak-Nya. Oleh karena itu, mohonlah perlindungan kepada-Nya, Zat yang ditangan-Nya-lah hidayah berada, tampakkanlah hajat dan kefakiranmu kepada-Nya. Mintalah selalu kepada-Nya agar Dia memberikan keikhlasan kepadamu. Do’a yang sering dipanjatkan Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu adalah :
وال جتعل ألحد فيه شيئا “Ya Allah, jadikanlah seluruh amalku sebagai amal yang shalih, Ikhlas karena mengharap Wajah-Mu, dan janganlah jadikan di dalam amalku bagian untuk siapapun (selainMu).” 2. Menyembunyikan Amal
Amal yang tersembunyi -dengan syarat memang
amal tersebut patut disembunyikan-, lebih layak diterima di sisi-Nya dan hal tersebut merupakan indikasi kuat bahwa amal tersebut dikerjakan dengan ikhlas. Seorang mukhlis yang jujur senang menyembunyi-kan berbagai kebaikannya sebagaimana dia suka apabila keburukannya tidak terkuak. ........ ُس ْب َعةٌ يُ ِظلُّ ُه ُم هَّللا ُ فِى ِظلِّ ِه يَ ْو َم الَ ِظ َّل إِالَّ ِظلُّه َ ُ ِش َمالُهُ َما تُ ْنف ق ِ ق أَ ْخفَى َحتَّى الَ تَ ْعلَ َم َ ص َّد َ ََو َر ُج ٌل ت ُضتْ َع ْينَاهَ َو َر ُج ٌل َذ َك َر هَّللا َ َخالِيًا فَفَا، ُيَ ِمينُه “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah ta’ala dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan selain naungan-Nya. ............ seorang pria yang bersedekah kemudian dia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang telah disedekahkan oleh tangan kanannya; seorang pria yang mengingat Allah dalam keadaan sunyi dan air matanya berlinang.” (Muttafaqun ‘alaihi). 3. Melihat Amal Orang Shalih yang Berada di Atasmu Janganlah anda memperhatikan amalan orang yang sezaman denganmu, yaitu orang berada di bawahmu dalam hal berbuat kebaikan. Perhatikan dan jadikanlah para Nabi dan orang shalih terdahulu sebagai panutan anda. Bacalah biografi para ulama, ahli ibadah, dan zuhhad (orang yang zuhud), karena hal itu lebih mampu untuk menambah keimanan di dalam hati. سأَلُ ُك ْم َعلَ ْي ِه أَ ْج ًرا َ أُولَئِ َك الَّ ِذ ْ َين َه َدى هَّللا ُ فَبِ ُه َدا ُه ُم ا ْقتَ ِد ِه قُ ْل ال أ )٩٠( ين َ إِنْ ُه َو إِال ِذ ْك َرى لِ ْل َعالَ ِم
“Mereka Itulah orang-orang yang telah diberi
petunjuk oleh Allah, Maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: “Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al- Quran). Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh umat.” (Al An’am: 90). 4. Menganggap Remeh Amal Setiap orang yang ujub (bangga diri) akan amal yang telah dikerjakannya, maka keikhlasan sangat sedikit menyertai amalannya, atau bahkan tidak ada sama sekali keikhlasan dalam amalnya, dan bisa jadi amal shalih yang telah dikerjakan tidak ada nilai sama sekali. Sa’id bin Jubair mengatakan, “Seorang bisa masuk surga berkat dosanya dan seorang bisa masuk neraka berkat kebaikannya. Maka ada yang bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Sa’id menjawab, “Pria tadi mengerjakan kemaksiatan namun dirinya senantiasa takut akan siksa Allah atas dosa yang telah dikerjakannya, sehingga tatkala bertemu Allah, Dia mengampuninya dikarenakan rasa takutnya kepada Allah. Pria yang lain mengerjakan suatu kebaikan, namun dia senantiasa ujub (bangga) dengan amalnya tersebut, sehingga tatkala bertemu Allah, dia pun dimasukkan ke dalam neraka Allah.” 5. Khawatir Amal Tidak Diterima Anggaplah remeh setiap amal shalih yang telah anda perbuat. Apabila anda telah mengerjakannya, tanamkanlah rasa takut, khawatir jika amal tersebut tidak diterima. Diantara bentuk keterpeliharaan amal shalih adalah amal tersebut tidak disertai dengan rasa ujub dan bangga dengan amal tersebut, namun justru amal shalih terpelihara dengan adanya rasa takut dalam diri seorang bahwa amal yang telah dikerjakannya tidak serta merta diterima oleh-Nya. َ ضتْ َغ ْزلَ َها ِمنْ بَ ْع ِد قُ َّو ٍة أَ ْن َكاثًا تَتَّ ِخ ُذ ون َ ََوال تَ ُكونُوا َكالَّتِي نَق ْون أُ َّمةٌ ِه َي أَ ْربَى ِمن َ أَ ْي َمانَ ُك ْم َد َخال بَ ْينَ ُك ْم أَنْ تَ ُك S َما ُك ْنتُ ْم فِي ِهSأُ َّم ٍة إِنَّ َما يَ ْبلُو ُك ُم هَّللا ُ بِ ِه َولَيُبَيِّنَ َّن لَ ُك ْم يَ ْو َم ا ْلقِيَا َم ِة )٩٢( ون َ ُتَ ْختَلِف “Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. dan Sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu.” (An Nahl: 92). Ibnu Katsir mengatakan, "Mereka menunaikan sedekah, namun hati mereka takut dan khawatir, bahwa amalan mereka tidak diterima di sisi-Nya, mereka takut karena (sadar) mereka tidak menunaikan syarat- syaratnya secara sempurna”. ون ِ Sبِّ ِه ْم َرSون َما آتَ ْوا َوقُلُوبُ ُه ْم َو ِجلَةٌ أَنَّ ُه ْم إِلَى َر َ اج ُع َ َوالَّ ِذ َ ُين يُ ْؤت )٦٠( "Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka." (Al Mukminun: 60).
“.... mereka adalah orang yang menunaikan shalat,
puasa, dan sedekah, namun mereka khawatir apabila amalan tersebut tidak diterima oleh-Nya." Keikhlasan memerlukan mujadahah (perjuangan) yang dilakukan sebelum, ketika, dan setelah beramal”. (HR. Ahmad dan Tirmidzi ) 6. Tidak Terpengaruh Perkataan Manusia atas Amalan yang Telah Dikerjakan Ibnul Jauzi mengatakan, أن ترك النظر إلى الخلق و محو الجاه من قلوبهم بالعمل و فعSفع من رSإخالص القصد و ستر الحال هو الذي ر
["Meninggalkan perhatian makhluk dan tidak mencari-
cari kedudukan di hati mereka dengan beramal shalih, mengikhlaskan niat, dan menyembunyikan amal merupakan faktor yang mampu meninggikan derajat orang yang mulia."] 7. Sadar bahwa Manusia Bukanlah Pemilik Surga dan Neraka Seorang mukmin wajib meyakini bahwa manusia tidaklah memiliki surga sehingga mereka mampu memasukkan anda ke dalamnya. Demikian pula, mereka tidaklah mampu untuk mengeluarkan anda dari neraka apabila anda meminta mereka untuk mengeluarkan anda. Bahkan apabila seluruh umat manusia, dari nabi Adam hingga yang terakhir, berkumpul dan berdiri di belakang anda, mereka tidaklah mampu untuk menggiring anda ke dalam surga meski selangkah. Dengan demikian, mengapa anda mesti riya di hadapan mereka, padahal mereka tidak mampu memberikan apapun kepada anda?! من يراء يراء هللا به “Barangsiapa yang berbuat riya, maka Allah akan menyingkap niat busuknya itu di hadapan manusia” (HR. Muslim).
ت َسيَ ْج َع ُل ا ح
ِ َ ِ لَّا ص ال واُ ل معَ ِ َ و وا ُ ن م آ ين َ ذَّ َ ِ إِ َّن ال لَهُ ُم الر َّْح َم ُن ُو ًّدا “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih saying (kecintaan)” (Maryam: 96). 8. Ingatlah Anda Sendirian di Dalam Kubur Apabila hamba meyakini bahwa dirinya akan dimasukkan ke dalam liang lahat sendiri, tanpa seorang pun menemani, dan tidak ada yang bermanfaat bagi dirinya selain amal shalih, dan dia yakin bahwa seluruh manusia, tidak akan mampu menghilangkan sedikit pun, azab kubur yang diderita, maka dengan demikian hamba akan menyakini bahwa tidak ada yang mampu menyelematkannya melainkan mengikhlaskan amal kepada Sang Pencipta semata. Ibnul Qayyim mengatakan : لقاء هللاSتأهب لSSدق لاSص SستقامتهSصول اS حSيSS فSبلغهSلعبد وأS ما لSنفعSمن أ لقاء هللاSد لSستعSإنمن ا SSSف اSهSSومطا لب اSهSSSدنيا وما يفS عن الSلبهSS قSنقطعSا "Persiapan yang benar untuk bertemu dengan Allah merupakan salah satu faktor yang paling bermanfaat dan paling ampuh bagi hamba untuk merealisasikan keistiqomahan diri. Karena setiap orang yang mengadakan persiapan untuk bertemu dengan-Nya, hatinya akan terputus dari dunia dan segala isinya." KEIKHLASAN ADALAH MODAL UTAMA DALAM MERAIH KEBAHAGIAAN DAN KETENANGAN. ITULAH SUMBER KEKUATAN YANG TIADA SURUT.
Semoga Allah subhanahu wata’ala
menolong kita untuk istiqomah di atas keikhlasan dalam beramal. AMIN