Anda di halaman 1dari 16

MODEL PEMBINAAN PERMANEN PERPUSTAKAAN

UNTUK RAKYAT DI TIAP KELURAHAN


MELALUI PROGRAM CSR

Tulisan ini Disusun Dalam Rangka Mengikuti Lomba


Penulisan Karya Ilmiah Populer Tahun 2010
yang dilaksankan oleh Perpustakaan Nasional

Disusun Oleh :
Muh.Syukron, S.P.I

PERPUSTAKAAN NASIONAL RI
TAHUN 2010
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Syukur, alhamdulilah mari panjatkan kepada Allah Swt atas segala karunia,
hidayah dan inayah-Nya dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Amiin. Salam dan
sholawat mari haturkan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah memberikan suri
tauladan bagi manusia.
Terimakasih diucapkan kepada berbagai pihak yang turut membantu
menyelesaikan penulian karya tulis ilmiah ini. Tidak mungkin semua orang yang
membantu dengan penelitian bisa disebut satu per satu. Maka, saya ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
- Bapak dan Ibu saya, untuk sarannya yang selalu praktis dan bermanfaat.
- Istri yang selalu mendukung dalam penyusunan tulisan ini.
- Tim Panitia Lomba KTI yang telah memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk mengembangkan kreatifitasnya dalam penulisan.
Saya mengakui bahwa ada banyak kekurangan dalam penulisan ini, akan tetapi
mudah-mudahan penulisan ini dapat bermanfaat.
Sehubungan itu masukan yang konstruktif sangat diharapkan. Atas perhatian
dan apreseasinya diucapkan banyak teirma kasih.

Billahittaufiq Wal Hidayah


Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Pekalongan, 26 Agustus 2010

Tertanda,

Muh.Syukron, S.Pd.I
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... 1


KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................... 3

A. Pendahuluan ............................................................................................... 4
B. Pembahasan ................................................................................................. 4
C. Kesimpulan dan Penutup............................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 19


BIODATA
MODEL PEMBINAAN PERMANEN PERPUSTAKAAN UNTUK RAKYAT
DI TIAP KELURAHAN MELALUI PROGRAM CSR
Oleh : Muh.Syukron, S.P.I

Latar Belakang
Perpustakaan merupakan salah satu syarat berkembangnya peradaban
masyarakat. Dengan hadirnya perpustakaan yang representatif akan membangkitkan
minat masyarakat dalam memanfaatkan perpustakaan. Secara alami manusia
merupakan makhluk yang selalu penasaran dengan hal-hal baru.
Ironisnya dari tingginya minat baca yang ada ataupun masih tumbuh diperparah
dengan mahalnya harga buku bagi banyakan orang. Sehingga dalam pemenuhan
kebutuhan praktisnya, kebanyakan orang tidak mengalokasikan angaran untuk beli
buku. Terlebih dari golongan masyarakat berpenghasilan rendah, untuk memenuhi
kebutuhan pokok saja kekurangan, makanya tidak ada angan untuk beli buku.
Sebagai tanggung jawab bersama, diperlukan sebuah tempat yang dapat
dijangkau oleh semua kalangan untuk menyalurkan aktivitas membacanya. Pemerintah
telah mendirikan perpustakaan di tingkat kabupaten bahkan telah meluncurkan
program di tiap kelurahan agar dapat memanfaatkan ruangannya untuk space
perpustakaan. Namun seiring berjalan waktu penyediaan fasilitas ini, terutama yang
program perpustakaan di lingkungan kelurahan tidak berjalan semestinya.
Hal ini terjadi karena kegiatan sekedar proyek bersifat instruktif yang berjalan
selama dana proyek masih ada dan akan ditinggalkan jika dana sudah habis dan
perpustakaan yang ada atau yang diada-adakan pun akan mati bahkan lenyap dengan
sendirinya. Sehubungan itu penulisan ini mengambil masalah bagaimana
mengembangkan model perpustakaan yang permanen dan berkesinambungan di tiap
kelurahan. Sehingga penulisan ini mengambil judul “MODEL PEMBINAAN
PERMANEN PERPUSTAKAAN UNTUK RAKYAT DI TIAP KELURAHAN
MELALUI PROGRAM CSR”.

Pembahasan
Dalam arti tradisional, perpustakaan adalah sebuah koleksi buku dan majalah.
Walaupun dapat diartikan sebagai koleksi pribadi perseorangan, namun perpustakaan
lebih umum dikenal sebagai sebuah koleksi besar yang dibiayai dan dioperasikan oleh
sebuah kota atau institusi, dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang rata-rata tidak
mampu membeli sekian banyak buku atas biaya sendiri. Tetapi, dengan koleksi dan
penemuan media baru selain buku untuk menyimpan informasi, banyak perpustakaan
kini juga merupakan tempat penimpanan dan/atau akses ke map, cetak atau hasil seni
lainnya, mikrofilm, mikrofiche, tape audio, CD, LP, tape video dan DVD, dan
menyediakan fasilitas umum untuk mengakses gudang data CD-ROM dan internet.
(http://id.wikipedia.org)
Perpustakaan dapat juga diartikan sebagai kumpulan informasi yang bersifat
ilmu pengetahuan, hiburan, rekreasi, dan ibadah yang merupakan kebutuhan hakiki
manusia. Oleh karena itu perpustakaan modern telah didefinisikan kembali sebagai
tempat untuk mengakses informasi dalam format apa pun, apakah informasi itu
disimpan dalam gedung perpustakaan tersebut atau tidak. Dalam perpustakaan modern
ini selain kumpulan buku tercetak, sebagian buku dan koleksinya ada dalam
perpustakaan digital (dalam bentuk data yang bisa diakses lewat jaringan komputer).
(http://id.wikipedia.org)
Pentingnya akan perpustakaan terebut, maka sudah menjadi keharusan setiap
orang dapat mengakses dan memanfaatkan secara maksimal. Pemanfaatan maksimal ini
dapat dikembangkan dengan mendekatkan keberadaan perpustakaan di tengah-tengah
masyarakat sehingga masyarakat akan termotivasi selalu membaca dengan hadirnya
beberapa media informasi baik yang bersifat berita maupun pengetahuan. Upaya
penyedian perpustakaan di tengah masyarakat inilah yang kemudian dinamakan
perpustakaan untuk rakyat.
Filosofi perpustakaan untuk rakyat didasari dari konsep berfikir society, yakni
dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Makna visi, misi yang dibawa adalah
kemitraan dengan rakyat selaku pihak swasta/ rakyat biasa. Sebagaimana beberapa
program pemerintah pusat sekarang yang lebih mengharapkan peran banyak dari rakyat
untuk menentukan sendiri apa keinginan yang diharapkan dalam pengelolaan bantuan
yang diterima, seperti program PNPM dll.
Pengembangan perpustakaan untuk rakyat sebagaimana tujuan perpustakaan
umumnya bertujuan membantu masyarakat dalam segala umur dengan memberikan
kesempatan dengan dorongan melalui jasa pelayanan perpustakaan agar mereka: a.
Dapat mendidik dirinya sendiri secara berkesimbungan; b. Dapat tanggap dalam
kemajuan pada berbagai lapangan ilmu pengetahuan, kehidupan sosial dan politik; c.
Dapat memelihara kemerdekaan berfikir yang konstruktif untuk menjadi anggota
keluarga dan masyarakat yang lebih baik; d. Dapat mengembangkan kemampuan
berfikir kreatif, membina rohani dan dapat menggunakan kemempuannya untuk dapat
menghargai hasil seni dan budaya manusia; e. Dapat meningkatkan tarap kehidupan
seharihari dan lapangan pekerjaannya; f. Dapat menjadi warga negara yang baik dan
dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan nasional dan dalam membina
saling pengertian antar bangsa; g. Dapat menggunakan waktu senggang dengan baik
yang bermanfaat bagi kehidupan pribadi dan sosial.
Perpustakaan untuk rakyat merupakan lembaga yang aktivitas utmanya melayani
peminjaman media baca yang diantaranya buku-buku bacaan menjadi akan lebih hidup
jika tidak sekedar melaksanakan kegiatan ini namun didampingi berbagai kegiatan lain
yang mendukung pengembangan kegiatan minat baca.
Manfaat dari perpustakaan untuk rakyat dapat membantu untuk memelihara dan
meningkattkan efisiensi dan efektifitas proses belajar-mengajar. Perpustakaan untuk
rakyat yang terorganisir secara baik dan sisitematis, secara langsung atau pun tidak
langsung dapat memberikan kemudahan pembelajaran bagi masyarakat umumnya dan
lembaga pendidikan perpustakaan tersebut berada. Hal ini, terkait dengan kemajuan
bidang pendidikan dan dengan adanya perbaikan metode belajar-mengajar yang
dirasakan tidak bisa dipisahkan dari masalah penyediaan fasilitas dan sarana
pendidikan.
Dalam pengelolaan perpustakaan untuk rakyat dapat melakukan pelayanan
operasional peminjaman berupa :
• Koleksi perpustakaan ada pada perpustakaan
• Berpusat pada layanan pinjam antar perpustakaan, resource sharing, dan
masyarakat dapat menggunakan perpustakaan afiliasi.
• Pengiriman materi dari instuasi induk kepada masyarakat yang membutuhkan
• Berhubungan dengan penggunaan teknologi untuk mengakses sumber-sumber
informasi elektronik.
Dalam pengelolaan perpustakaan untuk rakyat dilaksanakan secara dinamis.
Dalam artian koleksi yang ada harus selalu up-to date dan ada hal baru tiap harinya. Jika
pemikiran ini ditiadakan akan menyebabkan pengguna sebuah perpustakaan banyak
enggan lagi menggunakan perpustakaan dengan koleksi perpustakaan itu.
Keadaan lain untuk peningkatan perpustakaannya lebih nyaman, lebih mudah
dan cepat menemukan buku di rak dan pelayanan petugas.Pengembangan koleksi juga
harus secara berkala memeriksa data pinjam antar perpustakaan, bila pelayanan itu ada.
Bila ada buku atau jurnal yang tidak dimiliki perpustakaan, tetapi sering diminta melalui
pinjam antar perpustakaan, berarti buku atau jurnal itu mempunyai peminat yang tinggi,
sehingga sewajarnya bila buku atau jurnal itu dimiliki oleh perpustakaan. Bila buku atau
jurnal itu sudah ada di koleksi, tetapi juga banyak diminta melalui pinjam antar
perpustakaan, berarti diperlukan duplikat yang lebih banyak untuk buku tersebut. Untuk
jurnal yang biasanya sangat mahal harga berlangganannya, perlu dipikirkan bagaimana
sistem baca di tempat yang lebih memberikan kesempatan yang merata kepada
pengguna.
Program perpustakaan untuk rakyat harus dilaksanakan dengan kegiatan yang
kompreherensif dan berkesinambungan. Kegiatan perpustakaan ini dapat dilakukan
menyeluruh dari hilir hingga hulu, yakni dari nol sampai permanen dan atau dapat
dilakukan berkesinambungan berupa pengembangan yang sudah berdiri dan sudah ada
pengelolaan perpustakaan di desa/kelurahan masing-masing.
Perpustakaan untuk rakyat merupakan rancang pengembangan minat baca dan
menyediakan fasilitas perpustakaan yang representatif dan kapabel di tingkat-tingkat
kelurahan. Kegiatan ini tidak bersifat indisentil/ hanya sekali, sesaat namun dilakukan
secara permanen dan berkesinambungan. Artinya dilakukan secara kontinu selama
beberapa tahun dengan program pengadaan, pembangunan, penyediaan, pemeliharaan,
dan pengembangan keberlanjutan.
Pengembangan perpustakaan untuk rakyat melalui program CSR secara
insidental telah dilaksanakan oleh beberapa perusahaan yang telah melakukan program
sosialnya. Untuk itu dalam rangka mengmbangkan kegiatan tersebut ditindaklanjuti
dengan pengadaan kegiatan secara permanen dan berkelanjutan.
Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) mulai popular dikalangan
industri di Indonesia terutama setelah disahkannya Undang-Undang No. 40/2007
tentang Perseroan Terbatas. Kalangan industri bisa menjadikan perpustakaan sebagai
target pelaksanaan CSR nya dengan beberapa pertimbangan. Pertama, karena
perpustakaan merupakan sarana pendidikan baik formal maupun non formal yang
memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan intelektual bangsa, sehingga
dengan membantu pengembangan perpustakaan maka suatu perusahaan telah
membantu,upaya mencerdaskan bangsa. Kedua, karena perpustakaan merupakan public
service area yang banyak dikunjungi masyarakat. Dengan memberikan bantuan pada
perpustakaan, maka perusahaan dapat meminta perpustakaan untuk memasang identitas
perusahaannya (logo) di lingkungan perpustakaan yang bersangkutan. Kehadiran logo
perusahaan di suatu perpustakaan akan memiliki nilai promosi bagi perusahaan yang
bersangkutan. Bagi perpustakaan sendiri, bantuan yang diberikan perusahaan dalam
rangka CSR akan sangat bermanfaat untuk pengembangan perpustakaan, sehingga
perpustakaan dapat lebih meningkatkan kiprahnya dalam memenuhi fungsinya sebagai
sarana simpan karya manusia, sebagai pusat informasi, sebagai pusat rekreasi, sebagai
pusat budaya dan sebagai sarana belajar masyarakat. (Neneng Komariah, Dra., M.Lib,
Perpustakaan Sebagai Target Corporate Social Responsibility (Csr),
http://pustaka.unpad.ac.id/archives/52957/)
Schermerhorn (1993) memberi definisi CSR sebagai suatu kepedulian
organisasi bisnis untuk bertindak dengan cara-cara mereka sendiri dalam melayani
kepentingan organisasi dan kepentingan public eksternal. CSR adalah sebuah
pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi
bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan
(stakeholder) berdasarkan prinsip kesuka¬relaan dan kemitraan (Nuryana, 2005).
Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan atau bahkan sering diidentikkan dengan
CRS ini antara lain Pemberian/Amal Perusahaan (Corporate Giving/ Charity),
Kedermawanan Perusahaan (Corporate Philanthropy). Relasi Kemasyarakatan
Perusahaan (Corporate Community/Public Relations), dan Pengembangan Masyarakat
(Community Develop¬ment). Keempat nama itu bisa pula dilihat sebagai dimensi atau
pendekatan CSR dalam konteks Investasi Sosial Perusahaan (Corporate Social
Investment/Investing) yang didorong oleh spektrum motif yang terentang dari motif
“amal” hingga “pemberdayaan” (Briliant dan Rice, 1998; Burke, 1988: Suharto, 2006).
(Prof. Dr. H. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum., Sinkronisasi Kebijakan Corporate Social
Responsibility (CSR) dengan Hukum Pajak Sebagai Upaya Mewujudkan
Kesejahteraan Di Indonesia , http://pustaka.uns.ac.id/?
opt=1001&menu=news&option=detail&nid=199, Jumat, 11 September 2009, Pidato
Guru Besar).
Adapun faktor-faktor pendorong utama bagi perusahaan mengapa perusahaan
harus mengimplementasikan CSR. Ketiga faktor pendorong tersebut adalah (Raynard
dan Fortates, 2002):
1. Terjadinya perubahan nilai-nilai (values). Perusahaan banyak yang secara sukarela
mengubah orientasinya, yaitu dari semula hanya mementingkan pemupukan
pendapatan dan keuntungan yang sebesar-besarnya, menjadi harus pula
bertanggung jawab terhadap masyarakat, baik masyarakat lokal dimana mereka
berada maupun masyarakat dunia, dan terhadaap lingkungan bisnisnya. Hal
tersebut merupakan perubahan sikap moral dari perusahaan. Perubahan sikap moral
tersebut telah mendorong perusahaan untuk mengubah pula nilai-nilai (values)
yang berlaku sebagai budaya kerja (corporate culture) perusahaan tearsebut.
2. Strategi; oleh karena terjadi perubahan orientasi yaitu perusahaan harus lebih
bertanggung jawab terhadap masyarakat dan terhadap lingkungan, maka strategi
perusahaan juga harus disesuaikan.
3. Public pressure; berbagai kelompok LSM, konsumen, media, negara, dan badan-
badan publik lainnya telah menuntut dengan keras agar perusahaan-perusahaan
lebih bertanggung jawab terhadap masyarakat, baik masyarakat lokal di mana
mereka berada dan masyarakat dunia.
(Prof. Dr. H. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum., Sinkronisasi Kebijakan Corporate
Social Responsibility (CSR) dengan Hukum Pajak Sebagai Upaya Mewujudkan
Kesejahteraan Di Indonesia , http://pustaka.uns.ac.id/?
opt=1001&menu=news&option=detail&nid=199, Jumat, 11 September 2009,
Pidato Guru Besar)
Berbagai kegiatan CSR yang berlangsung selama ini memberikan gambaran
kepada kita mengenai pola model CSR perusahaan sebagai entitas bisnis. Secara umum
ada 4 pola atau model CSR yang dapat dilakukan oleh sebuah perusahaan. Keempat
model tersebut adalah:
1. Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung
dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke
masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan
biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau
public affair manager atau menjadi bagian dan tugas pejabat public relation.
Mereka inilah, dengan dengan dibantu oleh staff lain yang menjalankan berbagai
aktivitas CSR. Fenomena terbaru adalah dibentuknya kelompok atau kepanitiaan
dengan nama ”Peduli” di beberapa perusahaan untuk melakukan kegiatan sosial
tersebut.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan yayasan
sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Model ini merupakan adopsi dari
model yang lazim diterapkan di perusahaan-perusahaan di negara maju. Biasanya,
perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat
digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. Beberapa yayasan yang didirikan
perusahaan diantaranya adalah Yayasan Coca Cola Company, Yayasan Dharma
Bakti Astra, Yayasan Rio Tinto (perusahaan pertambangan). Yayasan Dharma
Bhakti Astra, Yayasan Sahabat Aqua. GE Fund dan lain-lain. Selain mendirikan
yayasan, beberapa perusahan di Indonesia mulai mengadopsi pelibatan karyawan
dalam kegiatan sosial. Perusahaan-perusahaan itu mulai mendorong organisasi
karyawan dan pensiunan untuk aktif dalam kegiatan sosial. Mereka juga
memberikan ijin untuk bagi karyawannya untuk memakai sebagian waktu kerjanya
untuk memakai sebagian waktu kerjanya untuk kegiatan sosial. Perusahaan yang
menerapkan pola ini antara lain General Electronics dengan nama GE Elfund dan
City Bank lewat City Bank Peka.
3. Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama
dengan lembaga sosial/organisasi non-pemerintah (Ornop), instansi pemerintah,
universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam
melaksanakan kegiatan sosialnya. Beberapa lembaga sosial/ Ornop yang
bekerjasama dengan perusahaan dalam menjalankan CSR antara lain adalah Palang
Merah Indonesia (PMI). Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Dompet
Dhuafa, Instansi Pemerintah (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/LIPI,
Depdiknas, Depkes, Depsos), universitas (UI, ITS, IPB), media massa (Kompas,
Kita Peduli Indosiar). Lewat kerja sama ini semacam ini perusahaan tidak terlalu
banyak disibukkan oleh program tersebut dan kegiatan yang dilakukan diharapkan
dapat lebih optimal karena ditangani oleh pihak yang lebih kompeten. Misalnya
pada tahun 2009 ini Pertamina memberikan bantuan kepada UNS sebesar Rp 1
Milyar untuk penyempurnaan perpustakaan UNS.
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut mendirikan,
menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan
sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi
pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”. Pihak
konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan-
perusahaan yang mendukungnya secara pro aktif mencari mitra kerjasama dan
kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang
disepakati bersama. Pola ini pertama kali dipakai pada awal pada awal 1980 an
ketika sejumlah individu dan perusahaan mendirikan Dana Mitra Lingkungan
(DML). Pada usia yang hampir dua puluh tahun ini, DML memiliki 300 anggota,
baik perusahaan maupun individu yang memberikan sumbangan sosialnya. DML
kemudian menyalurkan dana bantuan itu kepada kelompok maupun individu yang
memiliki kegiatan dengan visi dan misi sama dalam bidang lingkungan hidup.
Contoh lain model ini dilakukan oleh Yayasan Mitra Mandiri (YMM) yang
didirikan tahun 1995 yang merupakan afiliasi serta hasil alih teknologi dan United
Way International.
(Prof. Dr. H. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum., Sinkronisasi Kebijakan Corporate
Social Responsibility (CSR) dengan Hukum Pajak Sebagai Upaya Mewujudkan
Kesejahteraan Di Indonesia , http://pustaka.uns.ac.id/?
opt=1001&menu=news&option=detail&nid=199, Jumat, 11 September 2009,
Pidato Guru Besar)
Model pelaksaan CSR juga bemacam-macam. Setidaknya terdapat empat model
pelaksanaan CSR yang umum digunakan di Indonesia. Keempat model tersebut antara
lain:
1. Terlibat langsung. Dalam melaksanakan program CSR, perusahaan
melakukannya sendiri tanpa melalu perantara atau pihak lain. Pada model ini
perusahaan memiliki satu bagian tersediri atau bisa juga digabung dengan yang lain
yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan sosial perusahaan termasuk
CSR.
2. Melalui Yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan
yayasan sendiri dibawah perusahaan atau groupnya. Pada model ini biasanya
perusahaan sudah menyediakan dana khusus untuk digunakan secara teratur dalam
kegiatan yayasan. Contoh yayasan yang didirikan oleh perusahaan sebagai perantara
dalam melakukan CSR antara lain; Danamon peduli, Samporna Foundation,
kemudian PT. Astra International yang mendirikan Politeknik Manufaktur Astra dan
Unilever peduli Foundation (UPF).
3. Bermitra dengan pihak lain. Dalam menjalankan CSR perusahaan menjalin
kerjasama dengan pihak lain seperti lembaga sosial non pemerintah, lembaga
pemerintah, media massa dan organisasi lainnya. Seperti misalnya Bank Rakyat
Indonesia yang memiliki program CSR yang terintegrasi dengan strategi perusahaan
dan bekerjasama dengan pemerintah mengeluarkan produk pemberian kredit untuk
rakyat atau yang di kenal dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Contoh lain adalah
kerjasama perusahan dengan lembaga-lembaga sosial seperti Dompet Dhuafa,
Palang Merah Indonesia dan lain sebagainya.
4. Mendukung atau bergabung dengan suatu konsorsium. Perusahaan turut
mendirikan, menjadi anggota atau mendukung lembaga sosial yang didirikan untuk
tujuan sosial tertentu.
(McComb, Michael, Corporate Social Responsibilities (CSR),,
http://ginooo.wordpress.com/2009/03/07/corporate-social-responsibilities-csr/, 7
March 2009).
Apapun alasan atau motif perusahaan melakukan CSR, yang pasti CSR penting
dilakukan. Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa CSR merupakan
tabungan masa depan bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan
yang diperoleh bukan sekedar keuntungan ekonomi tapi, tetapi lebih dari itu yaitu
keuntungan secara sosial dan lingkungan alam bagi keberlanjutan perusahaan.
Oleh karena itu, tantangan kedepan dalam pelaksanaan CSR adalah mengenai
persaman pandangan dan pemahaman tentang konsep dan bentuk CSR yang akan
dijalankan. Karena tanpa suatu pemahaman yang jelas, pelaksanaan CSR hanya akan
menjadi suatu program yang hilang makna. Bagian yang harus dingat adalah bahwa
pelaksanaan CSR harus mengedepankan prinsip partisipatif, sustainabilitas serta
akuntabilitas sehingga dapat terjamin efektivitas dan optimalisasi program CSR dan
keberlanjutannya. (McComb, Michael, Corporate Social Responsibilities (CSR),,
http://ginooo.wordpress.com/2009/03/07/corporate-social-responsibilities-csr/, 7 March
2009).
Sehubungan itu Program perpustakaan untuk rakyat di dedikasikan kepada tiap-
tiap desa/kelurahan yang tiap tahunya dapat bergiliran dengan adanya monitoring dan
evaluasi yang meyakinkan. Pendekatan dalam pengembangan program ini dilakukan
secara bottom up, yakni dari usulan masyarakat bawah di lingkungan tiap kelurahan
yang siap menjalankan kemitraan bersama untuk melaksanakan program ini.
Dengan model buttom up, diharapkan merupakan kesiapan masyarakat sekitar
untuk mengembangkan program ini dan ke depannya pengelolaan akan tetap berjalan
apabila dana hibah telah selesai dan diharuskan melanjutkan perputaran dana abadi
untuk menghidupi pengelolaan perpustakaan yang telah dikembangkan.
Model pengembangan perpustakaan di tiap kelurahan dapat menjadi pilihan
kegiatan CSR dengan alasan dalam pelaksanaanya dapat dilakukan kerjasama oleh
beberapa perusahaan yang melakukan program CSR, artinya tidak hanya ditanggung
oleh satu perusahaan. Sehingga dalam pelaksanaannya dapat merupakan kegiatan
tunggal perusahaan ataupun gabungan dari beberapa perusahaan. Jika merupakan
kegiatan tuggal, perusahaan menjadi sponsor utama yang menyediakan segala
pendanaan kegitan pengembangan dari hulu hingga hilir. Sedang jika gabungan dapat
dilakukan pembagian satu space program pengembangan kegiatan.
Dalam pelaksanaan program ini suatu perusahaan yang menjalankan program
CSR menjalin kontrak kerjasama dengan beberapa kelembagaan seperti dengan
yayasan, lembaga kepemudaan, lembaga swadaya masyarkat untuk menjalankan
kegiatan ini. Pola kemitraan yang dilakukan merupakan pola CSR permanen dengan
model pemberian bantuan menggunakan dua cara yang dijalankan sekaligus dana hibah
serta dana abadi. Dana hibah dapat digunakan untuk pengadaan lahan, pembangunan
tempat, penyediaan sarana-prasarana dan perlengkapan, pengadaan media baca,
pendampingan kegiatan perpustakaan seperti pelatihan-pelatihan dan sosialisasi, serta
pelayanan perpustakaan. Dana abadi merupakan bantuan yang tidak boleh dipakai habis
namun merupakan dana tetap bagi lembaga yang menerima bantuan agar dana tersebut
terus berkembang dan yang mana dalam operasionalnya dana tersebut merupakan
tabungan pokok yang dalam penggunaannya harus menghasilkan dan yang dapat
digunakan adalah hasil usaha dari pengelolaan dana tersebut.
Ada beberapa manfaat yang diperoleh bagi perusahaan dengan
mengimplementasikan CSR dengan model ini. Pertama, dapat melakukan sosialisasi
keberlanjutan dengan masyarakat penerima bantuan sehingga mendapat image yang
baik dari masyarakat luas. Kedua, perusahaan dapat melakukan kerjasama
berkesinambungan dengan masyarakat penerima bantuan dalam mensosialisasikan misi
usaha yang dimilikinya. Ketiga, perusahaan dapat menemukan berbagai tenaga
potensial di lingkungan masyarakat yang menerima bantuan.

A. Kesimpulan dan Penutup


Dari deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Program kemitraan pengembangan perpustakaan untuk rakyat menjadi tanggung
jawab bersama baik pemerintah dan masyarakat yang termasuk di dalamnya
perusahaan, untuk itu sudah menjadi kewajiban bersama dalam upaya
pengembangan perpustakaan yang berkelanjutan, masyarakat di sadarkan
pentingnya perspustakaan. Upaya penyadaran ini dengan memberikan stimulus
pengadaan perpustakaan tiap kelurahan.
2. Upaya pengembangan perpustakaan untuk rakyat melalui implementasi kegiatan
Corporate Social Responsibility (CSR) dapat berupa program kemitraan permanen,
yakni pemberian dana hibah dan atau dana abadi merupakan salah satu model
kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) bagi perusahaan dalam
menjalankan misi sosialnya.
3. Program dana hibah dan abadi bagi perpustakaan di tingkat-tingkat kelurahan yang
menerima bantuan dapat menjadi modal pengelolaan setiap harinya dan
pengembangan perpustakaan secara permanen dan berkelanjutan tanpa menunggu
bantuan dari pemerintah dalam pengelolaannya.

Demikian tulisan ini dibuat. Segala masukan yang membangun dalam penulisan
ini sangat dinantikan demi lebih baiknya penulisan di kemudian hari. Atas perhatian
dan masukannya diucapkan banyak terima kasih, dan atas kekurangannya dimohonkan
maaf serta hanya kepada Allah kita memohon dan meminta ampun. Amin.

Pekalongan, 31 Agustus 2010

Tertanda,

Muh.Syukron, S.Pd.I
DAFTAR PUSTAKA

Jamal Wiwoho,Sinkronisasi Kebijakan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan


Hukum Pajak Sebagai Upaya Mewujudkan Kesejahteraan Di Indonesia ,
http://pustaka.uns.ac.id/?opt=1001&menu=news&option=detail&nid=199,
Jumat, 11 September 2009, Pidato Guru Besar).

http://www.id.wikipedia.org
BIO DATA

Identitas Diri
Nama : MUH.SYUKRON, S.Pd.I
Tempat, Tgl Lahir : Pekalongan, 06 April 1979
Status : Kawin
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Pekajangan Gg.XI, No.26, Kedungwuni
Pekalongan, Jawa Tengah, 51172
Phone/ HP : 0285-7998149/ 081575627725
e-mail : ronypkj_79@yahoo.co.id
Pekerjaan : Guru PNS/DPK di MTs Muhammadiyah Pekajangan

Riwayat Pendidikan
SD : SD Muh.Pekajangan V Lulus Tahun 1992
SMP : MTs Muh.Pekajangan I Lulus Tahun 1995
SMA : MA Muh.Pekajangan Lulus Tahun 1998
S-1 : STAIN-Tarbiyah-PAI Pekalongan Lulus Tahun 2003
UPI-FIP -Tekpend-Pend.Guru TIK Tahun 2010 – Sekarang

Identitas Orang Tua


Nama Ayah : Kasda’an (Alm)
Alamat : Pekajangan Gg.XI, No.26, Kedungwuni
Pekalongan, Jawa Tengah, 51172
Nama Ibu : Makripah
Alamat : Pekajangan Gg.XI, No.26, Kedungwuni
Pekalongan, Jawa Tengah, 51172

Anda mungkin juga menyukai