PENDAHULUAN
Mata manusia mempunyai lensa yang translusen didalam. Lensa ini memfokuskan
cahaya sinar yang masuk ke mata lalu meneruskan ke retina seperti cahaya matahari yang
difokuskan pada sebuah kaca. Retina mengkonversikan cahaya menjadi pesan saraf yang
mana nanti akan ditransmisikan ke otak melalui saraf optikus. Bila lensa optikal ini berkabut ,
ini yang disebut dengan katarak. Sinar masuk yang difokuskan ke retina tidak lagi
difokuskan dengan tajam, dan penglihatan pasien akan menjadi kabur. Katarak dapat
mempunyai gejala, seperti silau pada cahaya terang (sulit mengendarai kendaraan pada
malam hari), sulit menentukan warna dengan tepat, atau distorsi dari bayangan visual.1
Penyebab katarak yang paling sering adalah proses degenerasi yang terkait dengan
usia (age-related cataract) atau disebut katarak senilis. Terdapat 3 tipe utama katarak senilis
berdasarkan letak kekeruhannya yaitu nuklear, kortikalm dan subkapsularis posterior. Pada
beberapa pasien dapat dijumpai kombinasi dari ketiganya. Pada katarak tipe kortikal terjadi
proses hidrasi yang menyebabkan lensa membengkak sehingga mendorong diafragma iris ke
depan dan sudut bilik depan mata secara progresif menjadi lebih dangkal.4,5
Lensa katarak memiliki ciri berupa edema lensa, perubahan protein, dan kerusakan
kontinuitas normal serat-serat lensa. Secara umum, edema lensa bervariasi sesuai stadium
perkembangan katarak. Katarak imatur (insipien) hanya sedikit opak, katarak matur yang
keruh total (tahap menengah lanjut) mengalami edema. Apabila kandungan air maksimal dan
kapsul lensa teregang, katarak disebut mengalami intumesensi (membengkak). Pada katarak
1
hipermatur (sangat lanjut), air telah keluar dari lensa dan meniggalkan lensa yang sangat
keruh, relatif mengalami dehidrasi, dengan kapsul berkeriput. 14
Sampai saat ini satu-satunya penanganan untuk pasien katarak adalah pmebedahan.6
Tindakan pembedahan terhadap katarak dapat berupa Ekstraksi Katarak Intra Kapsular
(EKIK) dan Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK). Tindakan EKIK saat ini sudah
ditinggalkan kecuali pada kondisi-kondisi tertentu. Tindakan EKEK meliputi EKEK dengan
insisi lebar dan fakoemulsifikasi. EKEK dengan insisi lebar, yaitu EKEK dengan lebar insisi
korneosklera 8-12 mm, sedangkan fakoemulsifikasi merupakan tindakan EKEK dengan insisi
kecil dan menggunakan energi ultrasonik sehingga nukleus lensa teremulsifikasi kemudian
diaspirasi dari mata. Tindakan EKEK dengan insisi lebar disertai pemasangan lensa tanam
amsih banyak dilakukan hingga saat ini. 4,7
Komplikasi katarak dapat terjadi sebelum operasi, selama operasi maupun setelah
operasi. Komplikasi sebelum operasi dapat berupa; glaukoma sekunder, uveitis dan
subluksasi lensa. Komplikasi selama operasi dapat terjadi; hifema, ridodialisis, prolaps
korvus vitreus, perdarahan eksplusif. Komplikasi pasca operasi adalah : udema kornea,
kekeruhan kapsul posterior, residual lens material, prolaps iris, astigmatisme, hifema,
glukoma sekunder, endoftalmitis,ablasi retina, edema macula kistoid, retinal light toxicity.8,9
Referat ini disusun berdasarkan tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada beberapa
literatur.
2
Gambar 1.konsep mata normal dan mata dengan katarak
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
II.2 Definisi Katarak
Katarak berasal dari bahasa Yunani “ katarrhakies”, Inggris “cataract” dan Latin “
cataracta” yang brarti airterjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular, dimana penglihatan
seperti tertutup air terjun. Kelainan pada lensa berupa kekeruhan lensa disebut katarak, dapat
terjadi pada embrio di dalam kandungan yang sudah terlihat sejak lahir yang disebut katarak
kongenital karena secara biologik serat lensa masih dalam perkembangan nya. Sedangkan
pada usia lanjut (diatas 50 tahun) dimana katarak terjadi akibat proses penuaan atau
degenerative disebut katarak senilis.10,11 Kekeruhan lensa dapat juga terjadi akibat penyakit
lain yang disebut katarak komplikata atau akibat ruda paksa yang disebut trauma .3
II.3 Epidemiologi
Katarak senilis terjadi akibat proses degenerasi penuaan, jumlahnya hingga 90% dari
seluruh kasus katarak. Katarak senilis masih menjadi penyebab kebutaan utama diseluruh
dunia. Setidaknya ada 5-10 juta kebutaan akibat katarak setiap tahunnya .11
Sperduto dan Hiller menyatakan bahwa katarak ditemukan lebih sering pada wanita
disbanding pria. Pada penelitian lain oleh Nishikori dan Yamamoto, rasio pria dan wanita
adalah 1: 8 dengan dominasi pasien wanita yang berusia lebih dari 65 tahun yang menjalani
operasi karatak .11
II.4 Etiologi
Penyebab katarak senilis belum diketahui dengan pasti, namun diduga penyebabnya : 11
5
1. Proses pada nukleus
1. Kapsul
• Mulai presbiopia
2. Epitel
3. Serat lensa
• Lebih irregular
6
• Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama-kelamaan
merubah protein nukleus (histidin, triptofan, metionin, sistein, tirosin) lensa,
sedang warna coklat protein lensa nukleus mengandung histidin dan
triptopan disbanding normal.
Beberapa penelitian mengatakan, bahwa katarak senilis dipercepat oleh beberapa faktor
antara lain : 12
7
cenderung menaikkan tekanan darah, dan juga diduga berpengaruh terjadinya
katarak. Glynn dkk dengan penelitian kohort didapatkan laki-laki sehat dengan
indeks massa tubuh yang tinggi mempunyai kecenderungan menderita katarak,
namun demikian mekanismenya tidak dijelaskan dengan pasti
• Asap rokok lebih dari 10 batang/hari baik perokok aktif atau pasif
Menurut Sheila merokok perokok aktif ataupun pasif lebih dari 10 batang setiap
hari dapat menimbulkan kekeruhan lensa
Penelitian yang dilakukan Leske juga mendapatkan bahwa, kadar asam urat serum juga
berperan dalam menimbulkan katarak berbagai jenis. Asam urat merupakan hasil
metabolisme purin dan hampir dapat ditemukan dalam seluruh jaringan, terutama yang tidak
ada atau sedikit aliran darahnya. Asam urat mudah terionisasi sehingga membentuk garam
monosodium urat, disodium urat dan postasium urat dan apabila kemampuan larut garam di
dalm cairan terlampaui mudah membentuk kristal monosodium urat monohidrat yang sangat
tajam. Bentuk kristal dapat ditemukan pada kornea, lensa, sclera, tarsus dan tendi muskulus
ekstraokuler.
1. Keturunan
Keturunan memainkan peranan utama terjadinya katarak senilis, onset usia dan maturitas
katarak.
3. Diet
Kekurangan beberapa protein, asam amino, vitamin (riboflavin, vitamin E, vitamin C) turut
mengakibatkan katarak senilis
4. Dehidrasi
Dehidrasi berat seperti diare dan kolera pada usia tua turut menjadi factor penyebab.
8
5. Merokok
Merokok telah dilaporkan memberikan dampak pada usia onset katarak senilis. Merokok
meyebabkan penumpukan pigmen iaitu kromofores dan 3-hidroksinurinin yang
mengakibatkan kekuningan. Sianat dalam rokok menyebabkan karbamilasi dan denaturasi
protein.
II.6 Patofisiologi 16
Perobahan biokimia yang terlibat ialah penurunan total protein, asam animo dan kalium
bersama peningkatan kepekatan natrium dan hidrasi lensa diikuti koagulasi protein.
Pada katarak ini, perubahan degeneratif berkait erat dengan sklerosis nuclear bersama
dehidrasi dan pemadatan nucleus yang menghasilkan katarak yang keras. Terdapat
peningkatan protein tidak larut air, namun total protein dan distribusi kation tetap normal.
Deposit pigmen urokrom atau melanin dari asam amino di lensa mungkin terjadi pada
beberapa kasus.
Peningkatan usia (senilis)
Pertama, tahap pemisahan lamellar. Pada saat awal terjadi perobahan pada demarkasi
serabut kortikal karena perpisahan yang diakibatkan oleh cairan. Fenomena ini bias
didemonstrasi melalui pemeriksaan slit lamp saja dan perobahan ini revesible.
Kedua, tahap permulaan katarak. Pada tahap ini, opaksitas bias kelihatan dan area
yang jernih diantarnya.
Tahap imatur katarak senilis (IKS) terbentuk dengan opaksitas yang berlanjutan.
Corak kunifom atau kupulifom bias diidentifikasi sehingga tahap lanjut IKS apabila opaksitas
menjadi lebih difus dan irregular. Lensa kelihatan abu-abu keputihan, namun korteks tetap
jernih dan bayangan iris tetap kelihatan.
Pada beberapa kasus, lensa bias membengkak karena hidrasi yang berterusan. Kondisi
ini dikenali dengan inumenscent cataract. Kondisi ini tetap kelihatan pada tahap maturitas
yang berikutnya.
10
Pada tahap katarak senilis matur (KSM), opaksitas menjadi komplit iaitu, melibatkan
keseluruhan korteks. Lensa berwarna putih mutiara dan katarak ini turut dikenali dengan
karatak masak.
Gambar 4.
Katarak
senilis matur
Pada katarak
senilis hipermatur
(KSH),
Pada beberapa kasus, setelah maturitas seluruh korteks mencair lensa menjadi tas
berisi cairan berbentuk susu. Nucleus yang berwarna coklat berada di dasar dan berobah
posisi dengan gerakan kepala. Adakalanya deposit kalsium bisa kelihatan pada kapsul lensa.
11
Gambar 6. Katarak hipermatur morgagnian, terliahat nukles berada di
bawah.
Setelah tahap maturitas, lensa bisa mengecut karena kebocoran. Kapsul anterior
menjadi kedut dan menebal karena proliferasi sel anterior. Kamar anterior menjadi lebih
dalam dan iris menjadi iridodonesis akibat pengecilan lensa.
Di dalam lensa terjadi proses sklerotik lensa yang menurunkan kemampuan untuk
mengakomodasi dan menghalangi sinar cahaya. Perubahan ini berawal dari sentral
dan perlahan-lahan menyebar ke perifer sampai mengahampiri kapsul ketika
menjadi matur. Namun , kejernihan lapisan yang sangat tipis pada korteks
mungkin tidak terpengaruh.
Nukleus tersebut bisa menjadi difus keabu-abuan atau berwarna (kuning sampai
hitam) karena pengendapan pigmen. Seringkali , yang biasa terlihat adalah
nukleus katarak yang berpigmen kuning baik, coklat (cataracta brunescens) atau
hitam (cataracta nigra) dan jarang sekali kemerahan (cataracta rubra).
12
Gambar 7. Katarak senilis nuclear
• katarak aksilaris
• katarak zonularis
• katarak stelata
• katarak totalis
Ι. Katarak degeneratif
• Katarak primer
- Menurut umur
- Menurut stadium ³
13
• stadium insipien
Pada stadium ini akan terlihat kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji
menuju korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di
dalam korteks. Celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan
degenerative (benda morgagni). Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh
karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-
kadang menetap untuk waktu yang lama.
• stadium imatur
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau
belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih
pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa menjadi
bertambah cembung. Pencembungan lensa akan memberikan perubahan indeks
refraksi dimana mata akan menjadi mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan
pendorongan iris kedepan sehingga bilik mata depan akan lebih sempit
• stadium matur
Kekeruhan telah mengenai seluruh lensa (lensa berwarna sangat putih), ini terjadi
akibat deposit kalsium (Ca). Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi
pengeluaran air bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul sehingga lensa
kembali pada ukuran yang normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan
akan mempunyai kedalaman normal kembali. Bila dilakukan uji bayangan iris akan
terlihat negatif.
Katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek
dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa
menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata
dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang pengerutan berjalan terus sehingga hubungan
dengan zonula zinii menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai
dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat
keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentu sekantong susu disertai dengan
14
nukleus yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut
katarak Morgagni.
• Katarak komplikata
0 Diabetes melitus³
1 Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata, pada lensa
akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila
dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang bila
tejadi rehidrasi dan kadar gula normal kembali.
15
1 Pasien diabetes juvenile dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi katarak
serentak pada kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snow flake atau
bentuk piring subkapsular.
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau
trauma tumpul terhadap bola mata. Sebagian besar katarak traumatik dapat dicegah.
Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing, karena lubang pada kapsul
lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang-kadang korpus vitreum masuk dalam
struktur lensa. Pasien mengeluh penglihatan kabur secara mendadak. Mata jadi merah,
lensa opak, dan mungkin disertai terjadinya perdarahan intraokular. Apabila humor
aqueus atau korpus vitreum keluar dari mata, mata menjadi sangat lunak. Penyulit
adalah infeksi, uveitis, ablasio retina dan glaukoma.
II.8 Diagnosis9,14,15
Pengambilan anamnesis yang baik pada pasien katarak merupakan hal yang penting
dalam menentukan progresifitas dan penurunan penglihatan yang disebabakan oleh katarak,
serta mengidentifikasi kemungkinan penyebab dari kekeruhan lensa.
16
yang dating. Gejala pada katarak senilis berupa distorsi penglihatan dan penglihatan
yang semakin kabur. Penglihatan malam atau pada penerangan kurang sangat
menurun
• Rasa silau
Peningkatan rasa silau merupakan keluahan yang sering juga pada pasien katarak
senilis. Pada penerangan yang kuat atau sinar matahari akan sangat sukar akibat
adanya rasa silau
• Miopisasi
Miopisasi biasanya terjadi pada katark senilis pada stadium inutmesen. Pada stadium
ini terjadi pncembungan lensa, sehingga pasien menyatakan tidak perlu kaca mata
sewaktu membaca dekat.
2. Pemeriksaan fisik
Bertujuan untuk mengetahui derajat kekeruhan lensa. Sentolop disinarkan pada pupil
dengan membuat sudut 450 dengan dataran iris. Dengan loupe dilihat bayangna iris
pada lensa. Bila bayangan iris pada lensa besar berarti letak kekeruhan jauh atau lensa
belum keruh seluruhnya atau disebut uji bayangan iris positif. Bila bayangan iris kecil
atau dekat pada pupil maka disebut sebagai uji bayangan iris negative.
• Slit Lamp
Pemeriksaan dengan menggunakan Slit Lamp tidak hanya bertujuan untuk menilai
kekeruahan lensa, tetapi juga menilai bagian mata yang lain seperti, konjungtiva,
kornea, iris, bilik mata depan.Penebalan kornea dan kekeruhan kornea seperti
17
infiltrate pada kornea harus diperiksa secara hati-hati.Pemeriksaan lensa dilakukan
setelah pelebran pupil. Pada pupil akan terlihat gambaran kekeruhan lensa yang
biasanya berwarna putih. Katarak pada stadium dini, dapat diketahui melalui pupil
yang dilatasi maksimum dengan oftalmoskop, kaca pembesar atau slit lamp
• Oftalmoskop
Kegunaan pemeriksaan oftalmoskop secara langsung dan tidak langsung untuk
menilai bagian posterior bola mata harus ditekankan. Kelainan saraf optic dan retina
mungkin penyebab dari gangguan penglihatan yang dirasakan pasien. Fundus okuli
menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa,
hingga reaksi fundus hilang.
3. Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan laboratorium
• Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologi seperti, USG, CT scan, MRI dilakukan ketika dicurigai adanya
kelainan pada bagian posterior bola mata dan tampilan pada bagian belakang bola
mata dihalangi oleh ketebalan katarak. Pemeriksaan radiologi ini berguna dalam
membuat rencana terpi bedah dan prognosis post operasi untuk perbaikan penglihatan
pasien.
4. Diagnosis banding
• Katarak traumatik
• Katarak sekunder
• Katarak komplikata
18
II.9 Penatalaksanaan
Pengangkatan lensa
19
A. ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction) atau EKIK
Ekstrasi intrakapsular merupakan teknik bedah katarak yang digunakan sebelum adanya
bedah katarak ekstrakapsular. Dengan teknik tersebut di lakukan pengeluaran lensa
dengan kapsul lensa secara keseluruhan.
Indikasi
EKIK terutama bermamfaat pada luksasio lensa dan katarak hiper matur. Bila zonula zinii
tidak cukup adekwat untuk dilalukan EKEK maka lebih baik dilakukan EKIK.
Kontra Indikasi
Kontra indikasi Absolut meliputi katarak pada anak – anak dan dewasa muda serta
rupture kapsular traumatic. Kontra indikasi Relatif meliputi Miop tinggi, sindrom marfan,
katarak Morgagni, dcan adanya korpus vitreum di kamera Okuli anterior. ( American
Academy Ophthalmology. Lens and clinical Science Course, Section san fransisco ,
1997-1998) : the foundation Of American Academy Ophthalmology; 2001
20
Kapsul posterior yang yang masih intak pada EKEK mempunyaai kelebihan antara lain:
21
Fakoemulsifikasi
22
II.10. Komplikasi
1. Glaukoma
• Fakolitik
- Pada lensa yang keruh terdapat lerusakan maka substansi lensa akan keluar
yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul
lensa.
- Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan
bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi merabsorbsi
substansi lensa tersebut.
- Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul
glaukoma.
• Fakotopik
- Berdasarkan posisi lensa
- Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke depan sudut kamera okuli
anterior menjadi sempit sehingga aliran humor aqueaous tidak lancar
sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan
meningkat dan timbul glaukoma
• Fakotoksik
- Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata
sendiri (auto toksik)
- Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang kemudian akan
menjadi glaukoma.
2. Uveitis
23
Hifema
Perdarahan bias terjadi dari insisi korneoskleral, korpus siliaris atau
vaskularisasi iris abnormal. Bila perdarahan berasal dari luka harus dilakukan
kauterisasi. Perdarahan dari iris yang normal jarang terjadi, biasanya timbul
bila terdapat rubeosis iridis, uvietis heterocromik dan iridosiklitis. Komplikasi
utama akibat hifema yang berlangsung lama adalah peningkatan TIO dan
corneal blood staining.4
Iridodialisis
Iridodialisis dapat terjadi pada waktu memperlebar luka operasi,
iridektomi, atau ekstrasi lensa. Iridodialisi yang kecil tidak menimbulkan
ganngguan visus dan bisa berfungsi sebagai irisektomi perifer, tetapi
iridodialisi yang parah dapat menimbulkan gangguan visus dan kosmetik.
Perbaikan harus segera dilakukan dengan menjahit iris pada luka.4
Prolaps korpus vitreus
Prolaps korpus vitreus merupakam komplikasi yang serius pada
operasi katarak, keadaan ini dapat menyebabkan keratopati bulosa,
Epithelial dan stromal downgrowth, prolap iris, uveitis, glaukoma, ablasi
retina, edama macula kistoid, kekeruhan korpus vitreus, endoftalmitis dan
neuritis optic. Untuk menghindari hal tersebut, harus dilakukan vitrektomi
anterior sampai segmen anterior bebas dari korpus vitreus.4
Perdarahan ekspulsif
Perdarahan ekspulsif jarang terjadi, tetapi merupakan masalah serius
yang dapat menimbulkan eksplusi dari lensa, vitreus, uvea. Penanganan segera
dilakukam tamponade dengan jalan penekanan pada bola mata dan luka
ditutup dengan rapat.4
Komplikasi pasca operasi
• Edema kornea
Edema kornea merupakan komplikasi katarak yang serius, bisa terjadi
pada epitel atau stroma yang diakibatkan trauma mekanik, aspirasi irigasi
yang cukup lama, inflamasi dan peningkatan TIO. Biasanya akan teresobsi
4-6 minggu setelah operasi. Jika masih ditemukan edema kornea sentral
setgelah 3 bulan pasca operasi, peru dipertimbangkan keratoplasti.4
• Kekeruhan kapsul posterior
24
Kekeruhan kapsul posterior merupakan penyebab tersering penurunan
visus setelah EKEK. Sel-sel epitel lensa yang masih viable dan tersisa pada
saat operasi akan mengalami proliferasi. Lokasi di mana kapsul anterior dan
posterior menempel membentuk wedl cells yang kemudian membentuk
soemmering’s ring. Jika sel-sel epitel tersebut migrasi ke arah luar, sel-sel
tersebut membentuk Elschnig’s pear di kapsul posterior. Faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya kekeruhan kapsul posterior sangat bervariasi antara
lain usia, riwayat inflamasi intra okuler, pseudoexfoliasi, betuk lensa tanam,
material lensa tanam, modifikasi permukaan lensa dan waktu operasi.4
• Residual lensa material
Timbulnya residual lensa material disebabkan EKEK yang tidak
adekuat. Bila material yang tertinggal sedikit, akan diresorbsi secara spontan,
sedangkan bila jumlahnya banyak, perlu dilakukan aspirasi karena bisa
menimbulkan uveitis anterior kronis dan glaucoma sekunder. Apabila yang
tertinggal potongan nucleus yang besar dan keras, dapat merusak endotel
kornea, penanganannya dengan ekspresi atau irigasi nucleus.4
• Prolaps Iris
Iris paling sering terjadi satu sampai 5 hari setelah operasi dan
penyebab tersering adalah jahitan yang longgar, dapat juga terjadi karena
komplikasi prolap vitreus selama operasi. Keaadaan ini memerlukan
penanganan (jahit ulang) untuk menghindari timbulnya komplikasi seperti
penyembuhan luka lama, epithelial downgrowth, konjungtivitis kronis,
endoftalmitis edema macula kistoid dan kadang – kadang Ophthalmia
simpatik.4
• Astigmatisme
Astigmatisme pasca bedah katarak dapat terjadi karean jahitan yang
terlalu kencang maupun jahitan yang terlalu longgar. Jahitan yang terlalu
kencang akan mengakibatkan Steepen corneal daerah yang searah jahitan
( with the rule. Sedangakan jahitan yang terlalu longgar akan menyebabkan
againt the rule astigmatisma. With the rule astigmatisma setelah operasi
katarak yang kurang dari 2 dioptri akan berkurang dengan sendirinya sehingga
mengurangi kemungkinan untuk melepas jahitan yang terlalu kencang.4
• Hifema
25
Hifema bisa terjadi 1-3 hari setelah operasi, biasanya hilang spontan
dalam waktu 7-10 hari. Perdarahan berasal dari pembuluh darah kecil pada
luka. Bila perdarahan cukup banyak dapat menimbulkan glaucoma sekunder
dan corneal staining blood dan TIO harus diturunkan dengan pemberian
asetazolamid 250 mg 4 kali sehari. Serta parasintesis hifema dengan aspirasi
irigasi.4
• Glukoma sekunder
Glaukoma sekunder dengan peningkatan TIO yang ringan bisa timbul
24-48 jam setelah operasi, umumnya dapat hilang dengan sendirinya dcan
tidak memerlukan terapi antiglaukoma. Peningkatan TIO yang berlangsung
lana dapatdi sebabkan oleh Hifema, blok pupil, sinekia anterior perifer karena
pendangkalan COA, epithelial ingrowth, blok siliar, endoftalmitis, sisa
material lensa, pelepasan pigmen iris, preexisting glaucoma.4
• Endoftalmitis
Endoftalmitis dalam bentuk akut atau kronik, dimana bentuk kronik
disebabkan rendahnya pathogenesis organisme penyebabnya. Secara umum
endoftalmitis ditandai dengan rasa nyeri yang ringan sampai berat, penurunan
visus, injeksi siliar, kemosis dan hipopion. Endoftalmitis akut biasanya timbul
2-5 hari pasca operasi, sedangkan bentuk kronis dapat timbul beberapa
minggu atau bulan atau lebih setelah operasi.Endoftalmitis kronis ditandai
dengan reaksi inflamasi ringan atau uveitis (granulomatus) dan penurunan
visus. Penyebab endoftalmitis akut terbanyak adalah staphylococcus
epidermidis (gram positif) dan staphylococcus coagulase negative yang lain.
Kuman gram positif merupakan penyebab terbanyak endoftalmitis akut bila
dibandingkan gram negatif. Untuk gram negatif , kuman penyebab terbanyak
adalah pseudomonas aeruginosa. Umumnya organisme dapat menyebabkan
endoftalmitis bila jumlahnya cukup banyak untuk inokulasi, atau system
pertahanan mata terganggu oleh obat-obat imunosupresan, penyakit atau
trauma. Organisme penyebab endoftalmitis kronis mempunyai virulensi yang
rendah , penyebab tersering adalah propiobacterium acnes, S. epidermidis dan
candida. Organisme tersebut menstimulasi reaksi imunologik yang
manifestasinya adalah inflamasi yang menetap.4
26
• Ablasi retina
Mekanisme pasti timbulnya ablasi retina masih belum diketahui.
Factor predisposisinya meliputi myopia aksilis (> 25 mm), lattice
degeneration, prolaps vitreus, riwayat robekan atau ablasio retina yang
dioperasi, riwayat ablasio pada mata kontralateral dan riwayat keluarga
dengan ablasio retina. Ablsio retina terjadi sekitar 2-3% pasca EKIK dan 0,5-2
% pasca EKEK. Kapsul posterior yang masih intak mengurangi kemungkinan
terjadinya ablsio retina pasca bedah, sedangkan operasi dengan komplikasi
seperti rupture kapsul posterior dan vitreus loss meningkatkan kemungkinan
ablasio retina.4
• Edema Makula Kistoid
Edema macula kistoid merupakan penyebab penurunan visus setelah
operasi katarak, yang dapat terjadi pada operasi katarak dengan maupun tanpa
komplikasi. Patogenesisnya tidak diketahui, kemungkinan karena
permeabilitas vaskuler perifoveal yang meningkat. Factor-faktor lain yang
mempengaruhi adalah inflamasi yang terjadi karena prostaglandin relase,
vitreomacular traction dan hipotoni. Edema macula kistoid ditemukan pada
keadaan penurunan tajam penglihatan pasca operasi yang tidak diketahui
sebabnya atau di ketahui dengan penampakan yang karakteristik pada macula
dengan pemeriksaan oftalmoskop maupun fluorescein angiography, di mana
didapatkan gambaran macula yang khas ( flower petal pattern).4
• Retinal light toxicity
Retinal light toxicity diakibatkan karena paparan sinar operating
microscope yang lama dan dapat menyebabkan terbakarnya epitel pigmen
retina. Jika yang terbakar daerah fovea maka akan terjadi penurunan tajam
penglihatan pasca bedah. Sedangkan jika yang terbakar didaerah parafovea
maka penderita akan mengeluh adanya skotoma parasentral.4
27
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat keparahan yang sangat bervariasi
dan dapat disebabkan oleh berbagai hal dan salah satunya adalah penuaan atau penambahan
usia dan disebut sebagai katarak senilis. Pembentukan katarak senilis adalah adanya pengaruh
penurunan total protein, asam animo dan kalium bersama peningkatan kepekatan natrium dan
hidrasi lensa diikuti koagulasi protein sehingga kejernihan lensa terganggu.
Penyebab katarak senilis belum diketahui secara pasti namun ada beberapa faktor
risiko
2. Diet
3. Dehidrasi
Merokok
• Rasa silau
• Miopisasi
Pemeriksaan fisik
• Slit Lamp
• Oftalmoskop
Pemeriksaan penunjang
28
• Pemeriksaan laboratorium
• Pemeriksaan radiologis
Penatalaksanaan
• Bedah
EKIK
EKEK
Fakoemulsifikasi
Komplikasi
Glaukoma
Uvetis
Hifema
Iridodialisis
Prolaps korvus vitreus
Perdarahan eksplusif
• Komplikasi pasca operasi
Udema kornea
Kekeruhan kapsul posterior
Residual lens material
Prolaps Iris
Astigmatisme
Hifema
Glukoma sekunder
Endoftalmitis
29
Ablasi retina
Edema macula kistoid
Retinal light toxicity
30
DAFTAR PUSTAKA
3. Indonesia second country in South-East Asia region to launch national vision 2020
programme. Available from : URL: HYPERLINK
http://w3.whosea.org/prsrles/seapr1298.htm
4. Liesegang TJ, Deutsch TA, Grand MG. Basic and clinical science course lens and
cataract section 11 2001-2002. USA: The Foundation of American Academy of
Ophtalmology;2001.
5. Luntz MH. Clinical tyoes of cataract. In: Duane TD, editor. Clinical Ophtalmology
vol 1. Philadelphia: Harper&Row Publisher;1986.p.9-11.
11. Akmam. Katarak dan Perkembangan Operasinya. Dalam : Cermin Dunia Kedokteran
no.21. Hal 26-28
12. Cahyani, Enni. Kadar Asam Urat Serum pada Penderita Katarak. Penelitian kasus
control.
13. Ilyas, Sidarta. 2002. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter dan Mahasiswa Kedokteran.
Edisi ke 2. Jakarta : CV. Sagung Seto
31
14. 5. Ilyas, Sidarta. 2005. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. 3rd edisi. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, hlm : 128-136
15. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftamologi Umum. Edisi 14. Jakarta : Widya
Medika.
32