Anda di halaman 1dari 4

c c 


 

Beberapa bulan setelah didirikan, PNM mendapat tugas dari Pemerintah menjadi salah satu
dari 3 (tiga) BUMN koodinator pengelola 16 (enam belas) skim Kredit Program eks KLBI.
Penugasan tersebut dituangkan dalam keputusan Menteri Keuangan RI No. 4
87.KMK.017/1999 yang merupakan tindak lanjut dari UU RI No. 23/1999 dimana PNM
ditunjuk untuk mengelola 12 (dua belas) skim Kredit Program eks KLBI.

Selama tahun 2009, Grup Kredit Program telah menyalurkan kredit kepada pengusaha kecil,
mikro dan koperasi sejumlah Rp 103,95 miliar, yang tersebar ke lima kepulauan di Indonesia.

engan jumlah penyaluran kredit tersebut, maka sekitar 900 Kepala Keluarga sebagai anggota
koperasi dan 2.300 pengusaha kecil telah menerima manfaat Kredit Program PNM sehingga
memberikan nilai tambah bagi usaha mereka.

     

Dalam Mengelola bisnisnya PNM menyalurkan dana pembiayan keuangan kepada Lembaga
Keuangan Mikro, seperti BPR dan Koperasi Simpan Pinjam.

Lama masa pembiayaan ini berlangsung antara 3 ± 5 tahun dengan jaminan berupa aktiva
tetap. PNM juga melakukan pembinaan, pemberdayaan, penyertaan modal dan pembiayaan
kepada sektor tersebut. Harapannya LKM secara kelembagaan tumbuh kuat sehingga dapat
meningkatkan aktivitas pemberdayaan kepada usaha mikro dan kecil.

   

Di samping menyalurkan dana pembiayan keuangan kepada Lembaga Keuangan Mikro


Konvensional. PNM juga melakukan pembinaan, pemberdayaan kepada LKMS seperti: Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS), dan BMT.
Harapannya LKMS secara kelembagaan tumbuh kuat sehingga dapat meningkatkan aktivitas
pemberdayaan kepada usaha mikro dan kecil.

Berkembangnya penggunaan sistem keuangan syariah ditandai dengan banyak berdiri dan
berkembangnya lembaga keuangan yang berbasis sistem ini. Selain itu Pemerintah pun
mengantisipasi dengan menerbitkan regulasi yang berbasis sistem syariah dan mengatur
industri keuangan berbasis sistem ini.

Demikian pula kondisi yang berlaku pada industri keuangan mikro dan pelaku usaha mikro
dan kecil. Untuk itu, PNM pun mempersiapkan dan terus mengembangkan produk dan
layanannya, termasuk yang berbasis sistem syariah.
Beberapa LKMS yang sudah mendapat kucuran dana pembiayaan dari PNM antara lain
adalah :

‡ BPRS Masoem ± Bandung

‡ BPRS Puduartha insani ± Medan

‡ BPRS Hikmah Wakilah ± Aceh

‡ BPRS Al Makmur ± Padang

‡ BPRS Safir ± Padang

‡ BMT Marhamah ± Semarang

‡ BPRS Bina Umat Sejahtra ± Semarang

‡ dan lain-lain

ß  

Dalam rangka meningkatkan kinerja LKM/S dan mempertinggi nilai tambahnya, PNM
memberikan layanan non finansial berupa jasa manajemen. Pelaksanaan aktivitas jasa
manajemen merupakan satu dari dua tugas PNM sejak didirikan sebagaimana ditetapkan
dalam Peraturan Pemerintah RI No. 38 tahun 1999.

Oleh karena itu, PNM juga mengelola jasa manajemen melalui penyusunan standarisasi
sistem dan prosedur, penentuan rating bersama lembaga independen, penerapan teknologi
informasi dan bimbingan teknis lainnya.

Sesuai dengan target pemberdayaan PNM, maka aktivitas Jasa Manajemen dipilah menjadi
dua bagian, yaitu:

1. Jasa manajemen untuk penguatan Lembaga Keuangan (Jasa Manajemen LKM ±JML).

2. Jasa manajemen untuk sektor riil (Jasa Manajemen UKM-JMU).

Sedangkan Aktivitas Jasa Manajemen berbentuk Kemitraan merupakan sinergi PNM dengan
BUMN lain, Pemerintah Daerah, Departemen, swasta, multinational company, NGO dan
lembaga lainnya dalam rangka pemberdayaan dan pengembangan UMKMK.

     

Di samping menyalurkan dana pembiayan keuangan kepada Lembaga Keuangan Mikro dan
Syariah (LKM/S), PNM juga melakukan penyertaan modal kepada sektor tersebut.
Harapannya, LKM/S secara kelembagaan tumbuh kuat sehingga dapat meningkatkan
aktivitas pemberdayaan kepada usaha mikro dan kecil di area tempat LKM/S tersebut
beroperasi.

Penempatan Dana Penyertaan dimulai dari proses Uji Tuntas/Kelayakan (Due Diligent)
terhadap kondisi LKM, kemudian PNM melakukan pembelian saham. Masuknya PNM dalam
kepemilikan LKM/S ini sekaligus menempatkan SDM dijajaran manajemen, baik level
Direksi maupun Komisaris.

Beberapa LKM/S yang sebagian sahamnya sudah dimiliki oleh PNM :

‡ BPRS Ampek Angkek Candung di Payakumbuh Sumatera Barat

‡ BPRS Haji Miskin di Sumatera Barat

‡ BPRS Bandar Lampung

‡ BPRS As Salam Amal Salam di Jakarta

‡ BPR Rizky Barokah di Jakarta

‡ BPR Al Ma'soem di Bandung

‡ BPRS Mentari di Garut

‡ BPR Daya Artha Mentari di Pasuruan

‡ BPR Artha Sinar Mentari di Surabaya

‡ BPRS Patuh Beramal di Mataram

‡ Induk Koperasi Syariah (Inkopsyah) PNM BMT di Jakarta

‡ Induk Koperasi Simpan Pinjam (IKSP) di Jakarta

‡ Induk Koperasi Wanita (Inkowan) di Jakarta

c

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar (persentase) perbandingan


antara pembiayaan produktif dan konsumtif yang dikaitkan dengan |    

   periode 2006 ± 2007 dan untuk mengetahui |   


   cenderung
terjadi pada pembiayaan produktif atau konsumtif.
Penelitian ini dilakukan pada Bank Perkreditan Rakyat Syari¶ah (BPRS) Di NAD
yang meliputi BPRS Hareukat Aceh Besar, BPRS Baiturrahman Aceh Besar, BPRS Hikmah
Wakilah Banda Aceh, BPRS Rahmah Hijrah Agung Lhokseumawe, dan BPRS Tgk. Chik
Dipante Sigli.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat perbandingan |    

   |
 pada BPRS Di NAD pada tahun 2006 ± 2007 sangat rendah, hal ini
menggambarkan bahwa manajemen BPRS Di NAD telah berhasil untuk menurunkan tingkat
pembiayaan bermasalah dan juga menunjukkan kualitas kredit yang baik dalam setiap
pembiayaan yang disalurkan kepada nasabah.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata- rata perbandingan |    

   (NPF) Pada BPRS Di NAD adalah persentase NPF yang dialami BPRS Rahmah
Hijrah Agung Lhokseumawe untuk pembiayaan produktif tahun 2007 masih stabil sebesar
0,00003 %, sedangkan pada BPRS Tgk. Chik Dipante Sigli tahun 2007 juga masih stabil
sebesar 0,000001 %. Pada BPRS Rahmah Hijrah Agung untuk pembiayaan konsumtif tahun
2007 mengalami kenaikan dari 0,0000001 % menjadi 0,0000009 %, sedangkan pada BPRS
Tgk. Chik Daipante tahun 2007 masih stabil sebesar 0,0000003 %. Sehingga hipotesis tidak
terdapat perbedaan antara pembiayaan produktif dan konsumtif yang dikaitkan dengan Non
Performing Financing.

Berdasarkan analisa dan evaluasi yang dilakukan menunjukkan bahwa kolektibilitas


pembiayaan yang meliputi lancar, kurang lancar, diragukan dan macet pada pembiayaan
produktif dan konsumtif hanya dua BPRS yang memisahkan kolektibilitas pembiayaan
tersebut yaitu BPRS Rahmah Hijrah Agung Lhokseumawe dan BPRS Tgk. Chik Dipante
Sigli. Sedangkan pada BPRS Hareukat Aceh Besar, BPRS Baiturrahman Aceh Besar, dan
BPRS Hikmah Wakilah Banda Aceh, pihak bank menggabungkan semua jenis kolektibilitas
pembiayaan dalam menyusun laporan keuangan. Maka dari hasil analisa yang dilakukan
terhadap kolektibilitas pembiayaan BPRS Di NAD dapat disimpulkan bahwa |   

    |
 cenderung terjadi pada pembiayaan produktif. Hal ini disebabkan karakter
(kejujuran) dari nasabah, gagalnya usaha yang dijalaninya akibat persaingan bisnis,
penyalahgunaan dana yang tidak semestinya, dan musibah bencana gempa dan tsunami.


Anda mungkin juga menyukai