Anda di halaman 1dari 31

KOSTRUKSI

Mesin Arus Bolak Balik 1


Mesin Arus Bolak Balik 2
n N

Mesin Arus Bolak Balik 3


Mesin Arus Bolak Balik 4
Mesin Arus Bolak Balik 5
Mesin Arus Bolak Balik 6
X

Mesin Arus Bolak Balik 7


e

Y
X X X X X

U S

U S S U U S

S U

U U U U
U

Mesin Arus Bolak Balik 9


X

V W

U S

Y
Z

Mesin Arus Bolak Balik U 10


e

U S
0
t

Mesin Arus Bolak Balik


Hubungan Frekwensi (f); Jumlah Putaran (N) dan Jumlah Kutub (2P)
60 f
N
2P

Pada rotor berkutub 2 atau 2P=2 , tiap putaran tegangan dan


arus menjalani satu perioda. Banyak perioda tiap detik disebut
frekwensi (f) yang dinyatakan dalam Hertz (Hz)

Bila rotor berkutub ganda berputar satu kali dalam satu detik, terjadilah arus
bolak balik dengan f=1Hz. Bila rotor berputar dua kali lebih cepat, maka waktu
untuk satu priode adalah ½ detik dan f=2Hz, jika rotor berputar 25
putaran/detik, maka waktu untuk satu periode = 1/25 detik dan f = 25 Hz,
sehingga dikenal rumus:

60 f
N
2P

Mesin Arus Bolak Balik 12


LILITAN STATOR
Yang perlu menjadi perhatian pada lilitan stator:
1. Tingkat kelas Isolasi
2. Isolasi Kawat yang dipergunakan
3. Besar tegangan kerja pada lilitan
4. Bentuk lilitan

Bentuk dan Jenis lilitan stator umumnya terbagi dua:


Kedudukan lilitan perlu diperhatikan sedemikian rupa, hingga
serasi/seimbang pada alur yang ada
1. Lilitan yang dipusatkan: dipergunakan pada kapasitas kecil
berkutub banyak, alur kedudukan lilitan dalam, diameter luar
lebih besar
2. Lilitan yang terbagi: dipakai pada kapasitas besar berkutub
relatif sedikit, alur kedudukan relatif dangkal, diameter luar
relatif lebih kecil

Mesin Arus Bolak Balik 13


BELITAN SATU FASA EMPAT
KUTUB DENGAN DUA ALUR/KUTUB

p
Ws

U S U S

G
G  g 2p g
2p

Mesin Arus Bolak Balik 14


BELITAS TIGA FASA
Generator 3 fasa merupakan tiga unit 1 fasa yang sinkron, maka seluruh alur
stator harus dibagi tiga yang lazim disebut: Alur/Kutub/fasa
G
G  3.2 p.g g
3.2 p
Alur/Kutub/Fasa

Karena seluruh alur stator harus dibagi tiga, maka jarak antar fasa menjadi:
360o Listrik
JarakFasa   120o Listrik
3
Contoh permasalahan: G = 12; 2p = 4; lilitan terbagi

G 12 12
g    1Alur / Kutub / Fasa
3.2 p 3.4 12
360o biasa
p( JarakKutub)   90o biasa
4
360o biasa
 ( JarakAlurTerdekat )   30o biasa
12

Mesin Arus Bolak Balik 15


G 12 12
g    1Alur / Kutub / Fasa
3.2 p 3.4 12
90o
Maka Jarak p  o  3 Alur ,Awal kutub U pada alur 1, dan kutub selatan pada alur 4
30

Menghitung Jarak Fasa dapat dilakukan dengan jarak alur:

Jarak fasa 120o Listrik, Jarak alur dihitung dalam derajat listrik adalah:
360o
e  x 2  60o Listrik
12
120 o Listrik
Maka permulaan fasa ke dua terletak pada jarak: o
 2 Alur
60 Listrik

Dan permulaan fasa ke tiga terletak pada alur ke 3

Mari kita kerjakan gambarnya bersama sama:

Mesin Arus Bolak Balik 16


U S U S

x y z u v w

Pada kutub empat, Apa beda pasangan kutub pertama dan kedua terhubung
seri dan paralel ? ……. (P.R Tanggal …. Sept 2010)

Mesin Arus Bolak Balik 17


PERHITUNGAN GGL
d c

o

1 1

B a b
Garis lengkung medan

Bm


a b

Sikap saat satu lilitan terhadap garis lengkung medan

Mesin Arus Bolak Balik 18


BESARNYA GGL INDUKSI

E  4,44. f .m .N

Diketahui bahwa kumparan/lilitan pada generator ada dua kedudukan, yaitu:


Diametral(diameter) dan Tali Busur (diperpendek) yang masing-masing telah
dibicarakan pada Mesin DC, maka yang umum dipergunakan adalah kedudukan
Tali Busur (diperpendek).

Dengan adanya kedudukan diperpendek, maka ada efeknya yang disebut Faktor
Langkah (fp), dan dengan demikian besarnya fluksi yang dimanfaatkan tentu tidak
penuh maka timbul efek lain yang disebut dengan Faktor Distribusi (fd), Akhirnya
besarnya ggl induksi menjadi:

E  4,44. f . fp. fd .m .N

Mesin Arus Bolak Balik 19


Kedudukan kumparan/lilitan
p 
180o

a
Langkah a b
Penuh

p  
180o

b
Langkah di a b
perpendek

 pA  pB PerpendekanLangkah  
Mesin Arus Bolak Balik 20
BESAR FAKTOR LANGKAH ( fp )
BERDASARKAN VEKTOR

E
 /2 e2
 /2 e1 

e1  e2 E
____
Cos (  / 2)   fp
2 x e1

Mesin Arus Bolak Balik 21


BESARNYA FAKTOR DISTRIBUSI (fd)
b
e1
p q
e2
a  E
c
o

poq   pob 
2

 
e1  2(oa sin ) dan E  2( Sin2 )
2 2

 
Jika alur/kutub/fasa = q, maka: e1  2(oa sin ) dan E  2(oaSinq )
2 2

Sin.q
E 2
Hingga: Faktor distribusi adalah= fd  
q.e1 q.Sin. 
Mesin Arus Bolak Balik 2 22
REAKSI JANGKAR

Kumparan pembangkit menghasilkan ggl induksi (e) dan jika dibebani akan mengalir arus (I),
akibat percobaan Oersted: maka pada kumparan akan timbul medan magnit yang menimbulkan fluxi
magnit disebut fkuxi magnit jangkar (A).
Dengan demikian pada generator terdapat dua fluxi, yaitu: Fluxi Utama () dan Fluxi Jangkar
(A), yang mengakibatkan adanya fluxi magnit resultane (R) yaitu penjumlahan secara vektor 
dan A.
Pada sistem arus bolak-balik terdapat bermacam-macam sifat beban, yaitu: Resistip, Kapasitip,
Induktip Murini dan Kapasitip Murni. Hingga akan menghasilkan bermacam-macam Fluxi Paduan (R).
a. Beban Resistip:
Arus Jangkat (Ia) sefasa dengan ggl (E); dan A tegak lurus 
b. Beban Kapasitip:
Arus Jangkat (Ia) mendahului ggl (E) sebesar sudut Ө; dan A terbelakang dengan sudut (90°-Ө)
terhadap 
c. Beban Kapasiti Murni:
Arus Jangkat (Ia) mendahului ggl (E) sebesar sudut 90°; dan A dengan 
d Beban Induktip Murni:
Arus Jangkat (Ia) ketinggalan ggl (E) sebesar sudut 90°; dan A berlawanan
(bertolak belakang) dengan 

Mesin Arus Bolak Balik 23


HUBUNGAN FLUKSI DENGAN TEGANGAN PADA SATU
GENERATOR

  = F = Flukxi Utama dalam Belitan Ampere Perkutub


A = Fluksi Jangkar setelah pada kumparan mengalir arus (I)
r
Fr = Fluksi resultante atau F-A
F
Ef = V + I.Za ; Ef = V + I (Ra + Xa)
Fr
Ef = ggl induksi saat berbeban

90° V = Tegangan beban normal; I = Arus beban normal

Za = Impedansi lilitan jangkar


90 ° Eo
Xa = Reaktans Induktip lilitan jangkar
 E
A  Ef Zs
Xs
Ra = Resistansi murni lilitan
 jangkar
I.Za
V I. Xa
I.Ra

I
Mesin Arus Bolak Balik 24
REGULASI TEGANGAN

Regulasi merupakan perbedaan pengukuran berbeban dengan pengukuran tanpa beban;


Sehingga Regulasi Tegangan adalah: Perbandingan antara Perbedaan tegangan tanpa beban dan
tegangan berbeban dengan tegangan berbeban yang dinyatakan dalam persentase
E V
Re gulasi(VR )  x100%
V
V R = Regulasi Tegangan  Rating tegangan kerja suatu generator

E = GGL Induksi tanpa beban

V = Tegangan normal berbeban

Penyebab terjadinya perbedaan tegangan disebabkan antara lain:

a. Penurunan tegangan lilitan jangkar akibat impedansi lilitan (Resistansi/R dan Induktansi
/XL)
b. Reaksi jangkar yang timbul karena terbentuknya fluxi magnit jangkar yang terdapat
disekitar lilitan jangkar pada saat generator berbeban
c. Pengaruh kemagnitan pada generator penguat sendiri karena adanya penurunan tegangan
saat berbeban.

Mesin Arus Bolak Balik 25


SOAL UJIAN FORMATIF

Hari/Tgl: Rabu, 3 Oktober 2007

1. Mesin Listrik yang memanfaatkan energi mekanik (Putar) menjadi energi listrik berdasarkan
induksi kemaknitan disebut dengan Generator. Jelaskan dengan singkat dan tepat Prinsip kerja
Generator Arus Bolak-balik dan hukum/percobaan apa saja yang dipergunakannya.

2. Karena Generator bekerja berdasarkan induksi kemaknitan, maka ggl induksi yang timbul setelah
memanfaatkan flux maknit utama. Gamabrkanlah sinusoida flux utama dan ggl induksi satu
generator satu fasa

3. Gambarkanlah sinusoida flux maknit pada generator berkutub 4, jika satu putaran dalam satu detik.

4. Gambarkan liitan stator generator arus bolak balik satu fasa yang memiliki 2 kutub dengan 6 alur

5. Mengapa pada generator arus bolak balik dikenal adanya Hambatan Impedansi yang berasal dari
Resistansi dan Induktansi, berikan penjelasan yang singkat dan tepat

Selamat bekerja, smoga berhasil

Mesin Arus Bolak Balik 26


Mesin Arus Bolak Balik 27
PERHITUNGAN REGULASI LAINNYA

1. Cara hubungan tegangan (EMF Method)


2. Cara segi tiga Portier ( Portier Triangle Method )
3. Cara American Standart Assiciation Method ( ASA )
Antara satu dengan yang lain terdapat perbedaan hasil perhitungan. Hal ini terjadi pada bagaimana
mencari besarnya ggl induksi yang terbentuk pada saat tanpa beban (Eoc)

EMF Method

E  V  I .( Ra  Xs )  Vektoris
E= ggl induksi tanpa beban
V= Tegangan pada beban nominal
I = Arus fasa beban nominal
Ra = Hambatan murni lilitan jangkar
Xs = Reaktansi serempak

Jadi mapa EMF Method menekankan penggunaan prinsip-prinsip sistem tegangan. Amati
vektor diagram berikut:

Mesin Arus Bolak Balik 28


F

Fr

90 0
900 E

A  I.Zs
I. X A
Ef
V I.Za
I.Ra I. Xa I. Xs
I

Mesin Arus Bolak Balik 29


SEGI TIGA PORTIER:
Ggl Induksi tanpa beban:
(1) dihitung berdasarkan karakteristik tanpa beban Eoc;
(2) Karakteristik berbeban pada saat faktor daya (Cos )= 0, atau beda fasa atara arus
dan tegangan mendekati 90o.
F

Fr 0
90
90 o

V
A I.Ra E
 I. Xa
Ef I. Xs

Penekanan perhitungan ggl Induksi tanpa beban adalah mencari harga-harga flux magnit yang
menimbulkan tegangan-tegangan tersebut, yaitu dengan rumus:

V .Sin  I . Xa
F 2  Fr2  A2  2.Fr .Cos (900   ' )  ' 
V .Cos  I .Ra
F  Flux Magnit Utama
Fr  Flux Magnit Resultante
A  Reaktansi Jangkar
 '    Mesin Arus Bolak Balik 30
Menentukan Fr dengan melukis segi tiga portier pada karakteristik tanpa beban dan berbeban dengan faktor
daya = 0, dan melukis segi tiga portier mengikuti langkah-langkah:
1. Tentukan kedudukan ttk P pada karakteristik tanpa beban dengan pf=0 dimana PP’ = tegangan nominal V
dari generator
2. Dari ttk P tarik garis PS sama dan sejajar dengan E0
3. Dari ttk S tarik garis sejajar dengan karakteristik celah udara, hingga memotong karakteristik tanpa beban
di ttk R
4. Tarik garis tinggi dari R pada PS dan diperoleh ttk Q
5. Maka diperoleh segi tiga PQR yang disebut segi tiga portier

E
E
R
Ef
I. Xa
V
S Q P

Im
0 E
Mesin Arus Bolak Balik
Fr P' 31

Anda mungkin juga menyukai