Anda di halaman 1dari 13

Menjaga Rumah dari Gangguan Setan

Rumah adalah tempat berteduh bagi kita, tempat beristirahat dan tempat untuk mendapatkan
kehangatan di tengah keluarga kita. Oleh karena itu, kita sangat mendambakan rumah yang nyaman,
aman, damai dan tenang. Beberapa orang mungkin menmpuh cara-cara yang haram (kesyirikan)
untuk mendapatkan hal tersebut, misalnya memasang tamimah (jimat), pergi ke dukun, dan lain-lain.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam memberikan resep yang mudah agar rumah kita senantiasa
aman dari gangguan syaithan, yaitu dalam hadits berikut:

Dari Jabir bin ‘Abdillah bahwasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Bila hari
telah senja tahanlah anak-anakmu untuk tidak keluar rumah karena pada waktu itu banyak setan
berkeliaran. Bila waktu telah berlalu, biarkanlah mereka, tutuplah pintu-pintu rumah, sebutlah
nama Allah, karena setan tidak dapat membuka pintu-pintu yang tertutup. Tutuplah tempat minum
dan sebutlah nama Allah, tutuplah bejana-bejana kalian dan sebutlah nama Allah, walau dengan
meletakkan sesuatu di atasnya, dan matikan lampu-lampu.” (Mutafaqqun’alaihi)

Banyak sekali faedah yang kita dapat dari hadits ini, selain kita melindungi rumah dan anak-anak kita
dari gangguan setan, juga terkandung faedah dalam menjaga makanan dari kotoran dan najis yang
berasal dari hewan-hewan yang kotor (seperti tikus dan kecoak) di malam hari, sehingga tidak
menimbulkan penyakit. Dan dipadamkannya lampu di malam hari adalah untuk mencegah terjadinya
kebakaran serta kalau jaman sekarang agar tidak boros dalam penggunaan listrik.

Semoga kita bisa istiqomah dalam mengamalkan hadits ini sehingga rumah dan keluarga kita
dijauhkan dari gangguan syaithan.

*) Disadur ulang dari Tarbiyatul Abna (edisi terjemahan), Musthofa Al-Adawi

***

Artikel muslimah.or.id
Mendatangi Pelayan Setan
Kebutuhan kita untuk mengerti tentang tauhid harus dibarengi pula dengan mengenal manakah jalan-
jalan kesyirikan. Sebab, dengan mengetahui lawan dari sesuatu maka kita dapat mengetahui sesuatu
tersebut. Kita dapat memahami tentang tauhid jika kita paham tentang syirik. Maka tujuan kita untuk
mengetahui syirik supaya kita tidak terjatuh kepada perbuatan syirik tersebut. Hal ini selaras dengan
perkataan Hudzaifah bin al Yaman rodhiyallohu ‘anhu, “Orang-orang bertanya kepada Rosululloh
tentang kebaikan sedangkan aku bertanya kepada rosululloh tentang keburukan, karena aku takut
keburukan tersebut menimpaku.” (HR. Bukhori)

Musibah yang menimpa umat ini salah satunya adalah kejahilan tentang hakekat tauhid dan syirik.
Sehingga sangat dimungkinkan umat ini akan terjerumus ke dalam perbutan syirik tanpa sadar bahwa
dia telah melakukan perbuatan yang merupakan larangan Alloh yang terbesar tersebut. Maka
sungguh sangat penting bagi kita untuk mempelajari tauhid dan rinciannya dan mempelajari syirik
dan rinciannya supaya kita selamat dari musibah tersebut.

Menjamurnya Dukun alias Paranormal

Kemajuan peradaban manusia seringkali diukur dengan kemajuan teknologi dan semakin lepasnya
masyarakat dari praktek-praktek berbau tahayul. Namun begitu, di zaman sekarang ini praktek
perdukunan benar-benar menjamur bak cendawan di musim penghujan. Padahal hal ini merupakan
salah satu dampak ketidaktahuan terhadap syirik dan perinciannya.

Dunia perdukunan, dunia paranormal, dunia tukang ramal dan yang semisalnya sangat digemari di
negeri kita ini. Sehingga kita lihat banyak sekali orang yang berprofesi sebagai paranormal atau
tukang ramal. Kacaunya banyak masyarakat kita yang mepercayai mereka, tak peduli tua atau muda
dan tidak melihat kaya atau miskin.

Mereka yang aktif mendatangi dukun ternyata bukan cuma orang yang mencari pesugihan. Kita
sering menjumpai apabila seseorang hendak menikahkan anaknya, maka ia akan datang kepada
dukun dan bertanya kapankah hari pernikahan yang cocok. Contoh lainnya, jika mau membangun
rumah atau bangunan mesti mendatangkan dukun. Orang yang mau tes ke perguruan tinggi
datangnya juga kepada dukun, orang yang mau tes masuk jadi polisi datang kepada dukun bahkan
orang yang mau mencalonkan diri jadi pejabat pun tak mau kalah datang ke dukun. Ketika ada orang
yang kehilangan barang maka datangnya kepada dukun. Padahal semua perbuatan tersebut
menjadikan seseorang bergantung kepada selain Alloh yang hal tersebut mengurangi ketauhidan,
seseorang bahkan dapat menjadikan seseorang melakukan syirik akbar yang mengeluarkan
pelakunya dari Islam.

Jika ada yang bertanya, “Kenapa disamakan antara dukun dan paranormal, bukankah istilah
paranormal itu berbeda dengan dukun?” Maka dijawab: Hakekat keduanya sama, dan perubahan
nama tidak akan merubah hakekat. Seperti halnya khomr, maka walaupun namanya diubah menjadi
minuman penyegar atau minuman kenikmatan, bir, wiski atau kemasan nama halus yang lain maka
kita tetap menganggapnya haram, karena hakekatnya adalah khomr.
Hanya Alloh yang Tahu Segala Sesuatu yang Ghoib

Tukang ramal atau paranormal biasanya mengaku tahu sesuatu yang ghaib, padahal Alloh
menjelaskan bahwa yang mengetahuinya hanya Dia. Alloh berfirman yang artinya, “Dia adalah
Rabb yang mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang
ghaib tersebut.” (Al Jin: 26). Dan Alloh hanya memberitahukan ilmu ghaib tersebut hanya kepada
orang-orang yang diridhoi-Nya yaitu para Rosul, sebagaimana firman Alloh yang artinya, “Ilmu
tentang yang ghaib tidak ditampakkan kepada seorang pun kecuali orang-orang yang Alloh ridhoi
diantara para rosul.” (Al Jin: 27)

Pada ayat di atas dapat diketahui bahwa hanya para Rosul sajalah yang diberi tahu oleh Alloh tentang
ilmu ghaib. Dan itupun hanya sebagian yang amat kecil saja dari seluruh Ilmu Alloh. Maka barang
siapa yang mengaku dia mengetahui perkara yang ghaib maka dia telah mendustakan al Qur’an dan
barang siapa mendustakan al Qur’an meskipun hanya satu ayat saja maka dia telah kafir kepada
Alloh. Tukang ramal, dukun dan paranormal mendapat berita dari setan yang mencuri berita dari
langit kemudian dibumbui dengan banyak kedustaan. Dan tidaklah para dukun tersebut mendapatkan
berita dari setan kecuali jika mereka bertakarrub kepada setan dan menjadi budak setan dan hal ini
merupakan Syirik Akbar yang mengeluarkan pelakunya dari Islam.

Memasukkan Dukun ke Dalam Rumah ?!

Alhamdulillah, tentunya di kalangan kaum muslimin masih ada yang sadar akan hal ini dan tidak
mau mendatangi dukun. Namun begitu masih banyak pula yang bukan hanya datang ke dukun, tetapi
malah mendatangkan dukun sementara mereka tidak sadar. Kini lihatlah koran-koran atau majalah-
majalah. Banyak sekali -atau kalau tidak mau dikatakan sebagian besar- dihiasi dengan rubrik
ramalan bintang. Maka bagi yang mengerti tauhid dengan benar, mereka dapat mengetahui bahwa hal
ini termasuk syirik dan menjauhinya. Namun jika tidak, maka seperti kebanyakan kaum muslimin
yang secara tidak sadar bahwa telah memasukkan dukun dalam bentuk ramalan bintang kedalam
rumah-rumah mereka. Maka hukumnya sama sebagaimana jika seseorang mendatangi ke dukun.

Bahkan bahaya ini lebih besar bagi umat ini, karena keluarga kita jika membaca tentang ramalan
bintang kemudian mempercayainya maka kita telah menjerumuskan keluarga kita ke dalam salah
satu bentuk kesyirikan. Oleh karena itu, sudah seharusnya bagi kita yang sadar akan kebobrokan
besar ini berusaha untuk memperbaiki umat ini dengan mendakwahkan tauhid dan memperingatkan
umat dari bahaya kesyirikan. Dan dakwah terhadap tauhid ini merupakan dakwahnya semua rosul,
sebagaimana firman Alloh yang artinya, “Dan sungguh kami telah mengutus kepada setiap kaum
seorang rosul yang menyerukan kepada mereka “Sembahlah Alloh dan jauhilah thogut.” (An Nahl:
36). Maka jika kita ingin meniru Rosululloh, maka tentunya kita akan memulai dakwah dengan
tauhid dan menjelaskan segala bentuk kesyirikan kepada manusia.

Hukum Bertanya Kepada Dukun

Bertanya kepada dukun berbeda hukumnya sesuai dengan tujuannya, yaitu:

1. Bertanya dengan maksud iseng maka haram. Meski dia tidak membenarkan jawabannya.

2. Bertanya dengan maksud ingin membenarkan jawabannya maka hukumnya haram dan tidak
diterima sholatnya selama 40 hari. Rosululloh bersabda “Barang siapa mendatangi tukang ramal
lalu menanyakan kepadanya tentang sesuatu perkara dan dia mempercayainya, maka sholatnya
tidak di terima selama 40 hari.” (HR. Muslim)

3. Bertanya karena memiliki keyakinan bahwa dukun mengetahui ilmu ghaib secara mutlak maka
hukumnya Kufur Akbar.

4. Bertanya untuk mengujinya apakah dia orang yang jujur atau pendusta bukan untuk mengambil
jawabannya, hukumnya boleh.

5. Bertanya dalam rangka menunjukkan kedustaannya, ketidakmampuannya, dan mengingkarinya,


maka hal tersebut dituntut atau bahkan wajib.

Oleh karena itulah kita memohon kepada Alloh agar kita di berikan ilmu yang dapat menghalangi
kita dari terjerumus kedalam kesyirikan.

***

Penulis: Didik Abul ‘Abbas


Artikel www.muslim.or.id

BAGAIMANA MENGOBATI KESURUPAN?

Allah Berfirman:
‫س‬
ِّ ‫م‬ َ ‫الش ْيطَانُ م‬
َ ‫ِن ا ْل‬ َّ ُ ‫ُوم الَّذِي يَ َتخَبَّط‬
‫ُه‬ ُ ‫ما يَق‬
َ ‫ك‬ ُ ‫ِين يَ ْأ ُكلُونَ ال ِرّبَا اَل يَقُو‬
َ ‫مونَ إِاَّل‬ َ ‫الَّذ‬

“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang
kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (QS. Al-Baqarah : 275).

MACAM-MACAM KESURUPAN DAN CARA PENGOBATANNYA

Kesurupan ada dua macam:

1-Kesurupan alami:

Yaitu kesurupan yang disebabkan adanya benturan pada kepala, kedinginan, hujan dan lain sebagainya.
Kesurupan seperti ini bisa diobati lewat bantuan dokter, dan bisa juga dengan banyak berdoa serta memohon
kesembuhan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kesurupan semacam ini pernah menimpa seorang wanita hitam yang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa Salam. Ia berharap beliau berdoa kepada Allah untuk menghilangkan penyakitnya. Tetapi Nabi Shallallahu
‘alaihi wa Salam memberikan dua pilihan padanya. Antara tetap bersabar atas penyakit ini dan baginya
surga, atau dengan kesembuhan sempurna tetapi ia tidak dijamin masuk surga. Wanita itu memilih bersabar
atas penyakit yang menimpanya karena dia dijamin masuk surga. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam
berdoa jangan sampai auratnya tersingkap saat kesurupan itu mendatanginya. Demikianlah yang disebutkan
Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma`ad.

2-Kesurupan karena gangguan Jin.

Kesurupan karena gangguan jin ini banyak sekali sebabnya, diantaranya:

Kecintaan Jin laki-laki kepada wanita dari bani Adam. Atau sebaliknya; yaitu adanya cinta dari jin wanita
kepada seorang lelaki dari bani Adam.

Akibat perbuatan zhalim seorang manusia (tanpa sepengetahuannya) kepada jin. Apakah karena
melemparnya dengan air panas, menjatuhinya dengan barang dari tempat tinggi atau hal-hal lain, yang saat
melakukannya dia (manusia) lupa untuk membaca bismillah.

Perbuatan zhalim seorang jin kepada manusia tanpa adanya sebab apapun. Hal ini sekedar perbuatan iseng
jin kepada manusia. Kesurupan seperti ini tidak mungkin terjadi pada manusia, kecuali pada situasi-situasi di
bawah ini:

- Ketika sangat marah.

- Sangat ketakutan.

- Saat tenggelam dalam nafsu syahwat.

- Ketika lalai dari dzikir kepada Allah.


 

3-Tanda-tanda orang kesurupan:

Di saat sedang tidur: Keluar banyak keringat, sering terjaga (Susah tidur), sering mimpi buruk dan
menakutkan, merasa kesakitan saat tidur, sering bermimpi seakan-akan jatuh dari tempat sangat tinggi, atau
melihat dirinya berada di kuburan, tempat sampah, di jalan-jalan menakutkan dan lain sebagainya.

Di saat terjaga dan sadarkan diri: Pusing terus menerus tanpa sebab yang jelas, malas berdzikir kepada Allah,
pikiran linglung, badan terasa lemah dan malas melakukan aktifitas apa pun, kejang-kejang, serta merasa
sakit pada setiap anggota tubuh, yang para dokter tidak mampu mengobatinya.

4- Cara Mengobatinya Kesurupan Karena Gangguan Jin:

Cara mengobati kesurupan ini dilakukan dari dua pihak. Pertama dari pasien yang sakit itu, dan kedua dari
orang yang mengobatinya.

Bagi pasien yang kesurupan, ia harus menguatkan diri dan tidak mudah menyerah dengan penyakit yang
menyerangnya, ia harus mempergiat ibadah kepada Allah dan banyak membaca ta`awwudz, juga doa-doa
sahih yang diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam kepada umatnya, sehingga hati dan lisannya
menjadi terbiasa dengan doa dan ta`awwudz-ta`awwudz tadi.

Sedangkan dari pihak yang mengobati, ia juga harus melakukan hal yang sama, seperti mempergiat ibadah
dan semakin mendekatkan hubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan diutamakan bagi orang yang
mengobati ini, adalah seseorang yang mengerti betul tentang Jin dan syetan, mengerti betul dari arah mana
saja syetan itu merasuki jiwa manusia.

Contohnya adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu, beliau seorang alim yang sangat terkenal,
sampai bangsa Jin pun mengenalnya. Ketika beliau menghadapi pasien yang kesurupan, Jin itu berkata
kepada beliau: “saya akan keluar karena kemuliaan yang ada padamu.” Ibnu Taimiyah menjawab: “tidak!
Tapi keluarlah karena taat kepada Allah dan rasul-Nya.”

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: Seringkali Syaikh kami [Ibnu Taimiyah] saat meruqyah
orang yang sedang kesurupan, beliau membaca ayat ini di telinga pasiennya:

)115 :_‫ (المؤمنون‬ َ‫تُرْ َجعُون‬ ‫أَفَ َح ِس ْبتُ ْم أَنَّ َما َخلَ ْقنَا ُك ْم َعبَثًا َوأَنَّ ُك ْم إِلَ ْينَا اَل‬

“Apakah kalian mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kalian hanya untuk main-main
(saja), dan kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al-Mu’minun : 115).

Beliau juga sering membaca ayat Kursi saat mengobati sang pasien. Bahkan menyuruh
setiap pasien dan yang mengobati, untuk senantiasa membaca ayat kursi dan al-mu’awidzatain
[Surat an-Nas dan al-Falaq].
Jika ruh yang merasuk ke dalam tubuh seorang manusia sangat nakal, suka membangkang
dan tidak mau keluar, maka cara mengeluarkannya adalah dengan memukulinya (Zaadul Ma`ad:
4/68).

5- Tanda Untuk Mengetahui Hadirnya Jin.


Tanda yang bisa dijadikan patokan bahwa kita sedang berbicara dengan Jin, adalah jika sang pasien
atau orang yang kesurupan ini: menutup kedua mata atau membelalakkannya, meletakkan kedua tangan
pada mata, badan dan seluruh bagian tubuhnya gemetaran, menjerit dan berteriak keras, serta terus-terusan
menyebut namanya.

6- Setelah Penyembuhan:
Masa setelah penyembuhan adalah masa yang sangat sulit, karena seorang manusia yang baru saja
kerasukan Jin dan berhasil diobati, kemungkinan besar Jin itu akan kembali lagi. Karena itu, orang yang baru
saja ditinggalkan Jin ini harus mengkhususkan diri dengan banyak beribadah kepada Allah, selalu menjaga
shalat Lima waktu secara berjamaah, banyak membaca dzikir dan doa, banyak membaca atau mendengarkan
Al-Qur`an, dan selalu membaca basmalah pada setiap urusan yang akan ia laksanakan.

SURAT-SURAT PENGUSIR SYETAN

1. Surat Al-Fatihah:

Diantara surat-surat yang ampuh untuk mengusir Jin dan syetan adalah surat Al-Fatihah. Seperti
dalam hadits di bawah ini:
‫ت َعلَى قَوْ ٍم ِع ْن َدهُ ْم‬ ُ ْ‫ فَ َم َرر‬،‫ْت‬ ُ ‫ت ثُ َّم َر َجع‬ ُ ‫ فَأ َ ْسلَ ْم‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ‫ي‬ ُ ‫ أَتَي‬:‫ال‬
َّ ِ‫ْت النَّب‬ َ َ‫ت ع َْن َع ِّم ِه ق‬ ِ ‫ار َجةَ ْب ِن الص َّْل‬ ِ َ‫ع َْن خ‬
ُ‫ فَ َرقَيْـتُه‬،‫َاو ْي ِه‬
ِ ‫ك َش ْي ٌء تُد‬ َ ‫احبَكَ هَ َذا قَ ْد َجا َء بِخَ ي ٍْر فَهَلْ ِع ْن َد‬ ِ ‫ص‬َ ‫ إِنا َّ قَ ْد ُحد ِّْثنَا أَ َّن‬:ُ‫ فَقا َ َل أَ ْهلُه‬،‫ق بِ ْال َح ِد ْي ِد‬
ٌ َّ‫َر ُج ٌل َمجْ نـُوْ ٌن ُم َوث‬
‫ َوفِ ْي‬.))‫ ((هَلْ إِالَّ هَ َذا؟‬:‫ال‬ َ َ‫ فَق‬،ُ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَأ َ ْخبـَرْ تُـه‬َ ‫ي‬ َّ ِ‫ْت النَّب‬ ُ ‫ فَأَتَي‬،ً‫ فَأ َ ْعطَوْ نِ ْي ِم ْنهُ َشاة‬،َ‫ب فَبَ َرأ‬ ِ ‫بِفَاتِ َح ِة ْال ِكتَا‬
‫ [رواه أبو‬.))ٍّ‫ فَلَ َع ْم ِريْ لَ َم ْن أَ َك َل بِ ُر ْقيَ ِة بَا ِط ٍل لَقَ ْد أَ َك ْلتَ بِ ُر ْقيَ ِة َحق‬،‫ (( ُخ ْذهَا‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،َ‫ ال‬:‫ت‬ ُ ‫ ((هَلْ قُ ْلتَ إِالَّ هَ َذا؟)) قُ ْل‬:‫ِر َوايَ ٍة‬
]‫ حديث صحيح‬:‫ وقال األلباني‬1032 :‫ والنسائي‬3420 :‫داود‬
Dari Kharijah bin Ash-Shalt dari pamannya ia berkata: saya dulu datang menemui rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam untuk masuk ke dalam Islam. Setelah itu saya kembali ke kampung
halamanku. Di tengah perjalanan, saya bertemu sekelompok kaum, yang diantara mereka terdapat
orang gila sedang dibelenggu dengan besi. Kerabat orang gila itu berkata kepada saya: “Kami telah
diberitahu bahwa temanmu ini (yaitu Rasulullah) telah banyak membawa kebaikan, sekarang
berhubung anda baru saja bertemu dengannya, apakah anda memiliki sesuatu darinya untuk
mengobati saudara kami yang gila ini?” maka saya pun meruqyahnya dengan fatihatul kitab (Surat
al-Fatihah), dan sembuhlah ia dari penyakit gilanya, kemudian mereka menghadiahiku seekor
kambing. Saya langsung menemui Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Salam dan menceritakan kisah
yang baru saja terjadi. Beliau bertanya: “apakah kamu tidak membaca apa-apa selain Al-Fatihah?”
saya menjawab:”tidak”, beliau berkata lagi: “Kalau begitu terimalah kambing itu. Sungguh! Saya
telah mendapati orang yang memakan upah dari ruqyah yang batil, tapi kamu memakan upah ini
dari ruqyah yang benar.” (HR. Abu Dawud no: 3420 dan An-Nasai no: 1032, Syaikh al-albani
berkata: hadits ini adalah sahih).

B. Surat Al-Baqarah:

Surat Al-Baqarah juga Surat yang sangat ampuh untuk mengusir segala roh jahat. Seperti pada hadits
berikut ini:

ُ‫ت الَّ ِذيْ تُ ْق َرأُ فِ ْي ِه سُوْ َرة‬


ِ ‫ إِ َّن ال َّش ْيطَانَ يَ ْنفِ ُر ِمنَ ْالبَ ْي‬،‫ ((الَ تَجْ َعلُوْ ا بُيُوْ تَ ُك ْم َمقَابِ َر‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ‫قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬
.]5/157 :‫ والترمذي‬،6/68 :‫ [رواه مسلم‬.))‫ْالبَقَ َر ِة‬
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah membuat rumah kalian seperti
kuburan , karena syetan selalu terbirit-birit dari rumah yang surat Al-Baqarah dibaca padanya.” (HR.
1

Muslim: 6/68 dan At-Tirmidzi: 5/153).

C. Surat Al-Ikhlash dan Al-Mu’awidzatain

Juga termasuk Surat yang ampuh untuk melindungi seorang hamba dari berbagai gangguan jin dan syetan
adalah surat
Al-Ikhlash, Al-Falaq dan An-Naas. Seperti disebutkan dalam hadits dibawah ini:

‫ ((يَا‬:‫ال‬ َ َ‫ إِ ْذ ق‬،‫احلَتَهُ فِ ْي غ َْز َو ٍة‬


ِ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َر‬ َ ِ‫ بَ ْينَ َما أَنَا أَقُوْ ُد بِ َرسُوْ ِل هللا‬:‫ قَا َل‬-ُ‫ض َي هللاُ َع ْنه‬ ِ ‫ع َْن ُع ْقبَةَ ب ِْن عَا ِم ٍر – َر‬
َ‫ {قُلْ هُ َو هللاُ أَ َح ٌد} فَقَ َرأ‬:‫ال‬ َ َ‫ َما أَقُوْ لُ؟ فَق‬:‫ت‬ ُ ‫ فَقُ ْل‬،َ‫ فَقَالَهَا الثَّالِثَة‬،‫ْت‬ ُ ‫ قُلْ )) فَا ْستَ َمع‬،ُ‫ ((يَا ُع ْقبَة‬:‫ْت ثُ َّم قَا َل‬ ُ ‫ قُلْ )) فَاسْتـ َ َمع‬،َ‫ُع ْقبَة‬
‫ت‬ُ ‫اس} فَقَ َر ْأ‬ ِ َّ‫ {قُلْ أَ ُعوْ ُذ بِ َربِّ الن‬:َ‫ ثُ َّم قَ َرأ‬،‫ت َم َعهُ َحتَّى خَ تَ َمهَا‬ ُ ‫ق} َوقَ َر ْأ‬ ِ َ‫ {قُلْ أَ ُعوْ ُذ بِ َربِّ ْالفَل‬:َ‫ ثُ َّم قَ َرأ‬،‫السُّوْ َرةَ َحتَّى َختَ َمهَا‬
.]‫ حديث صحيح‬:‫ وقال األلباني‬،8/250 :‫ (( َما تَعُوْ ُذ ِب ِم ْثلِ ِه َّن أَ َح ٌد)) [رواه النسائي‬:‫ال‬ َ َ‫ ثُ َّم ق‬،‫َم َعهُ َحتَّى خَ تَ َمهَا‬
Dari Uqbah bin Amir Radhiyallahu `anhu ia berkata: ketika saya membawa kekang kendaraan
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa salam di suatu medan perang, beliau berkata kepada saya:
“Wahai Uqbah, bacalah” saya hanya mendengarkan saja tanpa berucap apapun.” Kemudian beliau
berkata lagi: “Wahai Uqbah, bacalah!” saya tetap mendengarkan saja tanpa berkata apapun. Lalu
beliau berkata lagi untuk ketiga kalinya. Disini saya bertanya: “Wahai rasulullah! Apa yang harus
saya baca?” beliau menjawab: “katakanlah: Qul huwalloohu ahad”, beliau membaca surat ini sampai
habis, kemudian membaca: Qul A`uudzu birobbil falaq, saya pun membacanya bersama beliau
sampai selesai, kemudian melanjutkannya dengan membaca: Qul A`udzu biroobin naas, saya juga
membacanya bersama beliau sampai selesai. Lalu beliau bersabda: “Wahai Uqbah! Tidak ada
seorangpun yang bakal dilindungi Allah dengan sepenuhnya kecuali dengan ketiga surat tadi” (HR.
An-Nasai: 8/250. Syaikh Al-Albani berkata: hadits ini adalah sahih).

1 Membuat rumah seperti kuburan, adalah dengan membuatnya sunyi dari shalat dan bacaan Al-Qur`an. Beliau melarang membuat rumah kita seperti kuburan,
karena di kuburan kita dilarang padanya untuk mengerjakan shalat dan membaca Al-Qur`an, dan setiap rumah yang sunyi dari shalat juga dari bacaan Al-Qur`an,
maka kita telah menjadikannya sebagai kuburan.

D. Al-Qur`an secara keseluruhan adalah penawar dan obat segala penyakit.

Setiap Surat dalam Al-Qur`an yang menyebutkan janji Allah, apakah itu janji-Nya yang berupa keni`matan
atau siksa. Juga yang membahas tentang neraka, Jin dan syetan. Semua surat yang seperti ini, sangat ampuh
untuk mengusir syetan dan jin –dengan izin Allah- terutama saat jin dan syetan tadi merasuki tubuh manusia.
Contoh surat-surat itu adalah: Surat Al-Mu`minun, surat Yasin, surat Ash-Shaaffat, surat Ad-Dukhan, surat Al-
Qari`ah, surat
Al-Kafirun dan surat-surat lainnya.

AYAT-AYAT PENGUSIR JIN DAN SYETAN

A. Dengan Mengucapkan ‫اعوذ باهلل من الشيطان الرجيم‬

Allah Berfirman:

) ‫ان َن ْز ٌغ َفاسْ َتع ِْذ ِباهَّلل ِ إِ َّن ُه ه َُو ال َّسمِي ُع ْال َعلِي ُم‬
ِ ‫ك م َِن ال َّش ْي َط‬
َ ‫(وإِمَّا َي ْن َز َغ َّن‬
َ
“Dan jika syaitan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah.
Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs. Fushshilat ayat 36).

Ayat Kursi:

Ayat Kursi sangat ampuh untuk mengusir roh jahat yang suka mengganggu. Hal ini berdasarkan kisah seorang
lelaki yang mencuri harta zakat pada bulan ramadhan. Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu yang saat itu sedang
menjaga harta langsung menangkap sang lelaki. Lelaki itu berkata: “lepaskan saya, jika anda melepaskanku
niscaya kuajarkan beberapa kata yang sangat berguna bagi anda”. Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu
bertanya: “kata-kata apakah itu?” sang lelaki menjawab: “setiap hendak tidur, bacalah ayat kursi sampai
selesai, jika anda melakukannya niscaya anda senantiasa didampingi seorang malaikat yang menjaga, dan tak
ada seekor syetan pun yang bisa mendekati anda hingga pagi hari”. Lalu Abu Hurairah melepaskannya.

Keesokan harinya ia mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam dan menceritakan peristiwa yang
baru saja ia alami. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Ketahuilah wahai Abu Hurairah! Orang
ini telah berkata jujur padamu, padahal ia adalah ahli dusta, tahukah kamu siapakah lelaki yang berbicara
denganmu selama tiga malam ini?” Abu Hurairah menjawab: “Tidak wahai Rasulullah!” Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Salam menjawab: “lelaki itu adalah syetan.” (HR. Al-Bukhari: 4/487)
C. Dua ayat terakhir dari Surat Al-Baqarah.

Diantara ayat-ayat yang ampuh untuk mengusir Jin dan syetan adalah dua ayat terakhir dari Surat Al-
Baqarah. Yaitu:

‫س ِم ْعنَا َوأَطَ ْعنَا ُغ ْف َرانَ َك‬ َ ‫سلِ ِه َوقَالُوا‬ ُ ‫ق بَيْنَ أَ َح ٍد ِمنْ ُر‬ ُ ‫سلِ ِه اَل نُفَ ِّر‬ ُ ‫سو ُل بِ َما أُ ْن ِز َل إِلَ ْي ِه ِمنْ َربِّ ِه َوا ْل ُمؤْ ِمنُونَ ُك ٌّل َءا َمنَ بِاهَّلل ِ َو َماَل ئِ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر‬ ُ ‫ َءا َمنَ ال َّر‬
‫ص ًرا‬ ‫إ‬ ‫ا‬َ ‫ن‬‫ي‬ َ ‫ل‬‫ع‬ ‫ل‬
ْ ِ ْ َ ْ ِ ْ َ َّ َ ‫م‬ ‫َح‬ ‫ت‬ ‫اَل‬‫و‬ ‫ا‬َ ‫ن‬ ‫ب‬ ‫ر‬ ‫ا‬َ ‫ن‬ْ ‫أ‬َ ‫ط‬ ْ
‫خ‬ َ ‫أ‬ ‫و‬
ْ َ ‫أ‬ ‫ا‬َ ‫ن‬ ‫ي‬‫س‬ِ َ ‫ن‬ ْ‫ن‬ ‫إ‬
ِ ِ‫ا‬َ ‫ن‬ ْ
‫ذ‬ ‫َاخ‬ ‫ؤ‬ُ ‫ت‬ ‫اَل‬ ‫ا‬َ ‫ن‬ ‫ب‬ ‫ر‬ ْ‫ت‬
َّ َ َ َ ‫ب‬ ‫س‬ َ ‫ت‬‫ك‬ْ ‫ا‬ ‫ا‬‫م‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ي‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫و‬ ْ‫ت‬ ‫ب‬ ‫س‬ َ
‫ك‬ ‫ا‬ ‫م‬
َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ ُ ِ ً ُ ُ‫ُ ف‬ ‫ا‬ ‫ه‬َ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ه‬‫ع‬ ‫س‬ ‫و‬ ‫اَّل‬‫إ‬ ‫ا‬ ‫س‬ ْ
‫ف‬ َ ‫ن‬ ‫هَّللا‬ ِّ ‫ل‬‫ك‬َ ‫ي‬ ‫اَل‬ ،‫ر‬ ‫ي‬ ‫ص‬ ‫م‬‫ل‬ْ
ُ ِ َ ‫َربَّنَا َوإِلَ ْي َك ا‬
 َ‫ص ْرنَا َعلَى ا ْلقَ ْو ِم ا ْلكَافِ ِرين‬ ُ ‫ار َح ْمنَا أَ ْنتَ َم ْواَل نَا فَا ْن‬ ْ ‫َك َما َح َم ْلتَهُ َعلَى الَّ ِذينَ ِمنْ قَ ْبلِنَا َربَّنَا َواَل ت َُح ِّم ْلنَا َما اَل طَاقَةَ لَنَا بِ ِه َواعْفُ َعنَّا َوا ْغفِ ْر لَنَا َو‬

“Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula
orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara
seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan
kami ta`at”. (Mereka berdo`a): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat
kembali”. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia
mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (Mereka berdo`a): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa
atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma`aflah
kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami
terhadap kaum yang kafir”. “(Qs. Al-Baqarah ayat 285 dan 286).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda:

ُ ‫ن ِمنْ آ ِخ ِر‬tِ ‫(( َمنْ قَ َرأَ بِاْآليـَتَ ْي‬


))ُ‫س ْو َر ِة ْالبَقَ َر ِة فِ ْي لَ ْيلَ ٍة َكفَتَاه‬
“Siapa saja membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah niscaya Allah Melindunginya
dari segala gangguan” (HR. Al-Bukhari: 6/323).

D. Setiap ayat dalam Al-Qur`an adalah penawar dan obat yang sangat ampuh bagi segala penyakit.

Setiap ayat yang menyebutkan janji Allah, baik yang berupa keni`matan atau siksaan, juga
ayat yang membahas tentang neraka, dan ayat yang membahas tentang Jin dan syetan, semua
ayat seperti ini adalah pengusir sangat ampuh bagi jin-jin dan syetan-syetan -dengan izin Allah-
setiap kita membacanya. Dan keampuhannya semakin hebat terutama saat Jin tadi merasuki tubuh
seorang manusia, ayat-ayat itu seperti:

1. Empat ayat pertama dari Surat Al-Baqarah, yaitu ayat


1 - 4 yang berbunyi:

( َ‫صاَل ةَ َو ِم َّما َرزَ ْقنَا ُه ْم يُ ْنفِقُون‬ ِ ‫)الَّ ِذينَ يُؤْ ِمنُونَ بِا ْل َغ ْي‬2( َ‫ب فِي ِه ُهدًى لِ ْل ُمتَّقِين‬
َّ ‫ب َويُقِي ُمونَ ال‬ َ ‫َاب اَل َر ْي‬ُ ‫) َذلِ َك ا ْل ِكت‬1(‫الم‬
)4( َ‫) َوالَّ ِذينَ يُؤْ ِمنُونَ بِ َما أُ ْن ِز َل إِلَ ْيكَ َو َما أُ ْن ِز َل ِمنْ قَ ْبلِكَ َوبِاآْل ِخ َر ِة ُه ْم يُوقِنُون‬3

2. Dua ayat pada pertengahan Surat Al-Baqarah, yaitu ayat 163 sampai dengan 164.
‫ف اللَّ ْي ِل َوالنَّ َها ِ‪t‬ر َوا ْلفُ ْل ِك‬
‫اختِاَل ِ‬‫ض َو ْ‬‫ت َواأْل َ ْر ِ‬ ‫س َم َوا ِ‬
‫ق ال َّ‬ ‫اح ٌد اَل إِلَهَ إِاَّل ه َُو ال َّر ْح َمنُ ال َّر ِحي ُم(‪)163‬إِنَّ فِي َخ ْل ِ‬ ‫َوإِلَ ُه ُك ْم إِلَهٌ َو ِ‬
‫ث فِي َها ِمنْ ُك ِّل‬ ‫س َما ِء ِمنْ َما ٍء فَأ َ ْحيَا بِ ِه اأْل َ ْر َ‬
‫ض بَ ْع َد َم ْوتِ َها َوبَ َّ‬ ‫اس َو َما أَ ْنزَ َل هَّللا ُ ِمنَ ال َّ‬‫الَّتِي ت َْج ِري فِي ا ْلبَ ْح ِ‪t‬ر بِ َما يَ ْنفَ ُع النَّ َ‬
‫ت لِقَ ْو ٍم يَ ْعقِلُونَ (‪)164‬‬ ‫ض آَل يَا ٍ‪t‬‬‫س َما ِء َواأْل َ ْر ِ‬
‫س َّخ ِر بَيْنَ ال َّ‬ ‫ب ا ْل ُم َ‬
‫س َحا ِ‪t‬‬
‫اح‪َ t‬وال َّ‬
‫يف ال ِّريَ ِ‬ ‫َص ِر ِ‬
‫دَابَّ ٍة َوت ْ‬

‫‪3. Ayat kursi dan dua ayat setelahnya, yaitu ayat 255 sampai dengan 257 dalam Surat Al-‬‬
‫‪Baqarah.‬‬

‫شفَ ُع ِع ْن َدهُ إِاَّل‬ ‫ض َمنْ َذا الَّ ِذي يَ ْ‬ ‫ت َو َما فِي اأْل َ ْر ِ‬ ‫سنَةٌ َواَل نَ ْو ٌم لَهُ َما فِي ال َّ‬
‫س َم َوا ِ‬ ‫هَّللا ُ اَل إِلَهَ إِاَّل ه َُو ا ْل َح ُّي ا ْلقَيُّو ُم اَل تَأْ ُخ ُذهُ ِ‬
‫ض َواَل‬ ‫ت َواأْل َ ْر َ‬ ‫س َم َوا ِ‬
‫سيُّهُ ال َّ‬‫س َع ُك ْر ِ‬‫بِإ ِ ْذنِ ِه يَ ْعلَ ُم َما بَيْنَ أَ ْي ِدي ِه ْم َو َما َخ ْلفَ ُه ْم َواَل يُ ِحيطُونَ بِش َْي ٍء ِمنْ ِع ْل ِم ِه إِاَّل بِ َما شَا َء َو ِ‬
‫ت َويُؤْ ِمنْ بِاهَّلل ِ‪t‬‬ ‫ش ُد ِمنَ ا ْل َغ ِّي فَ َمنْ يَ ْكفُ ْر بِالطَّا ُغو ِ‬‫الر ْ‬ ‫يَئُو ُدهُ ِح ْفظُ ُه َما َوه َُو ا ْل َعلِ ُّي ا ْل َع ِظي ُم(‪)255‬اَل إِ ْك َراهَ ِفي الد ِ‬
‫ِّين قَ ْد تَبَيَّنَ ُّ‬
‫ت إِلَى‬ ‫ظلُ َما ِ‪t‬‬ ‫س ِمي ٌع َعلِي ٌم(‪)256‬هَّللا ُ َولِ ُّي الَّ ِذينَ َءا َمنُوا يُ ْخ ِر ُج ُه ْم ِمنَ ال ُّ‬‫صا َ‪t‬م لَ َها َوهَّللا ُ َ‬‫سكَ بِا ْل ُع ْر َو ِة ا ْل ُو ْثقَى اَل ا ْنفِ َ‬
‫ستَ ْم َ‬‫فَقَ ِد ا ْ‬
‫اب النَّا ِر ُه ْم فِي َها َخالِدُونَ (‪)257‬‬ ‫ص َح ُ‪t‬‬‫ت أُولَئِ َك أَ ْ‬‫ظلُ َما ِ‬ ‫وت يُ ْخ ِر ُجونَ ُه ْم ِمنَ النُّو ِر إِلَى ال ُّ‬ ‫النُّو ِر َوالَّ ِذينَ َكفَ ُروا أَ ْولِيَا ُؤ ُه ُم الطَّا ُغ ُ‪t‬‬

‫‪4. Tiga ayat terakhir dari Surat Al-Baqarah, yaitu ayat 284 sampai dengan 286.‬‬

‫ب َمنْ‬ ‫اس ْب ُك ْم بِ ِه هَّللا ُ فَيَ ْغفِ ُر لِ َمنْ يَشَا ُء َويُ َع ِّذ ُ‬


‫س ُك ْم أَ ْو ت ُْخفُوهُ يُ َح ِ‬ ‫ض َوإِنْ تُ ْبدُوا َما فِي أَ ْنفُ ِ‬ ‫ت َو َما ِفي اأْل َ ْر ِ‬ ‫س َم َوا ِ‬ ‫هَّلِل ِ َما ِفي ال َّ‬
‫سو ُل بِ َما أُ ْن ِز َل إِلَ ْي ِه ِمنْ َربِّ ِه َوا ْل ُمؤْ ِمنُونَ ُك ٌّل َءا َمنَ بِاهَّلل ِ َو َماَل ئِ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه‬ ‫يَشَا ُء َوهَّللا ُ َعلَى ُك ِّل ش َْي ٍء قَ ِدي ٌر(‪َ )284‬ءا َمنَ ال َّر ُ‬
‫صي ُر(‪)285‬اَل يُ َكلِّفُ هَّللا ُ نَ ْف ً‬
‫سا إِاَّل‬ ‫س ِم ْعنَا َوأَطَ ْعنَا ُغ ْف َرانَ َ‪t‬ك َربَّنَا َوإِلَ ْي َك ا ْل َم ِ‬
‫سلِ ِه َوقَالُوا َ‬ ‫ق بَيْنَ أَ َح ٍد ِمنْ ُر ُ‬ ‫سلِ ِه اَل نُفَ ِّر ُ‬
‫َو ُر ُ‬
‫ص ًرا َك َما َح َم ْلتَهُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫سينَا‪ t‬أ ْو أ ْخطَأنَا َربَّنَا َواَل ت َْح ِم ْل َعلَ ْينَا‪ t‬إِ ْ‬ ‫ْ‬
‫ُؤَاخذنَا إِنْ نَ ِ‬ ‫سبَتْ َربَّنَا‪ t‬اَل ت ِ‬ ‫سبَتْ َو َعلَ ْي َها َما ا ْكتَ َ‬
‫س َع َها لَ َها َما َك َ‬ ‫ُو ْ‬
‫ص ْرنَا َعلَى ا ْلقَ ْو ِم‬ ‫ار َح ْمنَا أَ ْنتَ َم ْواَل نَا فَا ْن ُ‬ ‫َعلَى الَّ ِذينَ ِمنْ قَ ْبلِنَا‪َ t‬ربَّنَا‪َ t‬واَل ت َُح ِّم ْلنَا َما اَل طَاقَةَ لَنَا بِ ِه َواعْفُ َعنَّا َوا ْغفِ ْر لَنَا‪َ t‬و ْ‬
‫ا ْل َكافِ ِرينَ (‪)286t‬‬

‫‪5. Empat ayat pertama dari Surat Ali `Imran, yaitu ayat 1 sampai dengan 4.‬‬

‫ص ِّدقًا لِ َما بَيْنَ يَ َد ْي ِه َوأَ ْنزَ َل الت َّْو َراةَ َواإْل ِ ْن ِجي َل(‪ِ )3t‬منْ‬‫ق ُم َ‬ ‫َاب بِا ْل َح ِّ‬
‫الم(‪)1‬هَّللا ُ اَل إِلَهَ إِاَّل ه َُو ا ْل َح ُّي ا ْلقَيُّو ُم(‪)2‬نَ َّز َل َعلَ ْي َ‪t‬ك ا ْل ِكت َ‬
‫ش ِدي ٌد َوهَّللا ُ َع ِزي ٌز ُذو ا ْنتِقَ ٍام(‪)4‬‬ ‫اب َ‬ ‫ت هَّللا ِ لَ ُه ْم َع َذ ٌ‬
‫ان إِنَّ الَّ ِذينَ َكفَ ُروا بِآيَا ِ‪t‬‬ ‫س َوأَ ْنزَ َل ا ْلفُ ْرقَ َ‪t‬‬‫قَ ْب ُل ُهدًى لِلنَّا ِ‬

‫‪6. Ayat ke-18 dari Surat Ali `Imran.‬‬

‫ش ِه َد هَّللا ُ أَنَّهُ اَل إِلَهَ إِاَّل ه َُو َوا ْل َماَل ئِ َكةُ َوأُولُو ا ْل ِع ْل ِم قَائِ ًما بِا ْلقِ ْ‬
‫س ِط اَل إِلَهَ إِاَّل ُه َو ا ْل َع ِزي ُز ا ْل َح ِكي ُم(‪)18‬‬ ‫َ‬

‫‪7. Tiga ayat dalam Surat Al-A`raf, yaitu ayat 54 sampai dengan 56.‬‬

‫شي اللَّ ْي َل النَّ َها َر يَ ْطلُبُهُ َحثِيثًا‪t‬‬ ‫ست ََوى َعلَى ا ْل َع ْر ِ‬


‫ش يُ ْغ ِ‬ ‫ستَّ ِة أَيَّ ٍام ثُ َّم ا ْ‬‫ض فِي ِ‬ ‫ت َواأْل َ ْر َ‬ ‫س َم َوا ِ‬ ‫إِنَّ َربَّ ُك ُم هَّللا ُ الَّ ِذي َخلَ َ‬
‫ق ال َّ‬
‫ض ُّر ًعا‪َ t‬و ُخ ْفيَةً‬ ‫ق َواأْل َ ْم ُر تَبَا َر َ‪t‬ك هَّللا ُ َر ُّب ا ْل َعالَ ِمينَ (‪)54t‬ا ْدعُوا َربَّ ُك ْم تَ َ‬‫ت بِأ َ ْم ِر ِه أَاَل لَهُ ا ْل َخ ْل ُ‬
‫س َّخ َرا ٍ‬‫س َوا ْلقَ َم َر َوالنُّ ُجو َم ُم َ‬‫ش ْم َ‬ ‫َوال َّ‬
‫يب ِمنَ‬ ‫َ‬ ‫ً‬
‫صاَل ِح َها َوا ْدعُوهُ َخ ْوفا َوطَ َم ًعا إِنَّ َر ْح َمة هَّللا ِ قَ ِر ٌ‬ ‫ض بَ ْع َد إِ ْ‬ ‫َ‬
‫سدُوا فِي اأْل ْر ِ‬ ‫)واَل تُ ْف ِ‬‫إِنَّهُ اَل يُ ِح ُّب ا ْل ُم ْعتَ ِدينَ (‪َ 55‬‬
‫سنِينَ (‪)56t‬‬ ‫ا ْل ُم ْح ِ‬

‫‪8. Empat ayat terakhir dari Surat Al-Mu`minun, ayat 115, 116, 117, dan 118.‬‬
‫ش ا ْل َك ِر ِ‬
‫يم(‪t‬‬ ‫س ْبتُ ْم أَنَّ َما َخلَ ْقنَا ُك ْم َعبَثًا َوأَنَّ ُك ْم إِلَ ْينَا اَل ت ُْر َج ُعونَ (‪)115‬فَتَ َعالَى هَّللا ُ ا ْل َملِ ُك ا ْل َح ُّ‬
‫ق اَل إِلَهَ إِاَّل ُه َو َر ُّب ا ْل َع ْر ِ‬ ‫أَفَ َح ِ‬
‫ب ا ْغفِ ْر‬ ‫)وقُ ْل َر ِّ‬
‫سابُهُ ِع ْن َد َربِّ ِه إِنَّهُ اَل يُ ْفلِ ُح ا ْل َكافِ ُرونَ (‪َ 117‬‬ ‫َان لَهُ بِ ِه فَإِنَّ َما‪ِ t‬ح َ‬ ‫ع َم َع هَّللا ِ إِلَ ًها َء َ‬
‫اخ َر اَل بُ ْره َ‪t‬‬ ‫‪َ )116‬و َمنْ يَ ْد ُ‬
‫اح ِمينَ (‪)118t‬‬ ‫ار َح ْم َوأَ ْنتَ َخ ْي ُر ال َّر ِ‬ ‫َو ْ‬

‫‪9. Ayat ke-3 dari Surat Al-Jinn.‬‬

‫َولَدًا(‪)3‬‬ ‫‪َ ‬وأَنَّهُ تَ َعالَى‪َ t‬ج ُّد َربِّنَا‪َ t‬ما ات ََّخ َذ َ‬


‫صا ِحبَةً َواَل‬

‫‪10. Sepuluh ayat pertama dari Surat ash-Shaaffat, ayat 1 sampai dengan 10.‬‬

‫ض َو َما بَ ْينَ ُه َما َو َر ُّب‬ ‫ت َواأْل َ ْر ِ‬ ‫س َم َوا ِ‬


‫احدٌ(‪َ )4‬ر ُّب ال َّ‬ ‫ت ِذ ْك ًرا(‪)3‬إِنَّ إِلَ َه ُك ْم لَ َو ِ‬‫ت زَ ْج ًرا(‪)2‬فَالتَّالِيَا ِ‬ ‫صفًّا(‪)1‬فَال َّز ِ‬
‫اج َرا ِ‪t‬‬ ‫ت َ‬ ‫صافَّا ِ‬
‫‪َ ‬وال َّ‬
‫س َّم ُعونَ إِلَى ا ْل َمإَل ِ اأْل َ ْعلَى‬
‫ان َما ِر ٍد(‪)7‬اَل يَ َّ‬ ‫ش ْيطَ ٍ‬ ‫)و ِح ْفظًا ِمنْ ُك ِّل َ‬ ‫ب(‪َ 6‬‬ ‫س َما َ‪t‬ء ال ُّد ْنيَا بِ ِزينَ ٍة ا ْل َك َوا ِك ِ‬ ‫ا ْل َمشَا ِر ِ‬
‫ق(‪)5‬إِنَّا َزيَّنَّا ال َّ‬
‫ب(‪)10t‬‬ ‫اب ثَاقِ ٌ‬ ‫ش َه ٌ‬ ‫ب(‪ )9‬إِاَّل َمنْ َخ ِطفَ ا ْل َخ ْطفَةَ فَأ َ ْتبَ َعهُ ِ‬ ‫اص ٌ‬ ‫اب َو ِ‬ ‫ب(‪)8t‬د ُُحو ًرا َولَ ُه ْم َع َذ ٌ‬ ‫َويُ ْق َذفُونَ ِمنْ ُك ِّل َجانِ ٍ‬

‫‪11. Empat ayat terakhir dari Surat Al-Hasyr, ayat 21 - 24.‬‬

‫س لَ َعلَّ ُه ْم يَتَفَ َّك ُرونَ (‬


‫ض ِربُ َها لِلنَّا ِ‬ ‫شيَ ِة هَّللا ِ َوتِ ْلكَ اأْل َ ْمثَا ُل نَ ْ‬
‫َص ِّدعًا ِمنْ َخ ْ‬ ‫اش ًعا ُمت َ‬ ‫ان َعلَى َجبَ ٍل لَ َرأَ ْيتَهُ‪َ t‬خ ِ‬ ‫لَ ْو أَ ْن َز ْلنَا‪َ t‬ه َذا ا ْلقُ ْر َء َ‪t‬‬
‫ش َها َد ِة ُه َو ال َّر ْح َم ُ‪t‬ن ال َّر ِحي ُم(‪)22t‬ه َُو هَّللا ُ الَّ ِذي اَل إِلَهَ إِاَّل ُه َو ا ْل َملِ ُك ا ْلقُد ُ‬
‫ُّوس‬ ‫ب َوال َّ‬ ‫‪)21‬ه َُو هَّللا ُ الَّ ِذي اَل إِلَهَ إِاَّل ه َُو عَالِ ُم ا ْل َغ ْي ِ‪t‬‬
‫ص ِّو ُر لَهُ‬ ‫ئ ا ْل ُم َ‬ ‫ق ا ْلبَا ِر ُ‪t‬‬
‫ش ِر ُكونَ (‪)23‬ه َُو هَّللا ُ ا ْل َخالِ ُ‬ ‫ساَل ُم ا ْل ُمؤْ ِمنُ ا ْل ُم َه ْي ِمنُ ا ْل َع ِزي ُز ا ْل َجبَّا ُر ا ْل ُمتَ َكبِّ ُر ُ‬
‫س ْب َحانَ هَّللا ِ َع َّما يُ ْ‬ ‫ال َّ‬
‫ض َو ُه َو ا ْل َع ِزي ُز ا ْل َح ِكي ُم(‪)24‬‬ ‫َ‬
‫ت َواأْل ْر ِ‬ ‫س َم َوا ِ‬ ‫سبِّ ُح لَهُ َما فِي ال َّ‬ ‫سنَى يُ َ‬ ‫س َما ُء ا ْل ُح ْ‬ ‫اأْل َ ْ‬

‫‪12. Empat ayat dalam Surat Ar-Rahman, yaitu ayat 31, 32, 33, dan 34.‬‬

‫ستَطَ ْعتُ ْم أَنْ تَ ْنفُ ُذوا ِمنْ أَ ْقطَا ِر‬ ‫ان(‪)32‬يَا َم ْعش ََر ا ْل ِجنِّ َواإْل ِ ْن ِ‬
‫س إِ ِن ا ْ‬ ‫ي َءااَل ِء َربِّ ُك َما تُ َك ِّذبَ ِ‬ ‫غ لَ ُك ْم أَيُّ َها الثَّقَاَل ِن(‪)31‬فَبِأ َ ِّ‬
‫سنَ ْف ُر ُ‬‫َ‬
‫ِّ‬
‫ي َءااَل ِء َربِّ ُك َما تُ َكذبَا ِن(‪)34‬‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫سلطا ٍن(‪)33‬فبِأ ِّ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬
‫ض فانفذوا اَل تَنفذونَ إِاَّل بِ ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ت َواأْل ْر ِ‬ ‫س َم َوا ِ‬ ‫ال َّ‬

‫‪13. Dua ayat terakhir dari Surat Al-Qalam, yaitu ayat 51‬‬
‫‪dan 52.‬‬

‫)و َما ه َُو إِاَّل ِذ ْك ٌر لِ ْل َعالَ ِمينَ (‪)52‬‬ ‫س ِم ُعوا ِّ‬


‫الذ ْك َر َويَقُولُونَ إِنَّهُ لَ َم ْجنُونٌ (‪َ 51t‬‬ ‫َوإِنْ يَ َكا ُد الَّ ِذينَ َكفَ ُروا لَيُ ْزلِقُونَكَ بِأ َ ْب َ‬
‫صا ِر ِه ْم لَ َّما َ‬
‫‪Wahai saudaraku! Siapapun yang pernah mencoba ruqyah dengan Surat dan ayat-ayat di‬‬
‫‪atas, pasti mengakui betapa ampuh dan hebatnya Al-Qur`an dalam menyembuhkan berbagai‬‬
‫‪macam penyakit. Bahkan penyakit-penyakit seperti kanker, kemandulan, dan lain sebagainya yang‬‬
‫‪para dokter sudah menyerah kalah sekalipun Al-Qur`an tetap bisa mengatasinya.‬‬

‫‪Al-Qur`an adalah senjata yang sangat ampuh, sedangkan penyakit-penyakit yang ada, sangat ganas‬‬
‫‪dan hebat pula. Jadi dalam mengatasinya kita harus menggunakan senjata yang juga ampuh untuk‬‬
‫‪menandinginya.‬‬

‫‪Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:‬‬

‫شفَاهُ هَّللا ُ‪َ ،‬و َمنْ لَ ْم يَ ْكفِ ِه فَالَ َكفَاهُ هللاُ“‬


‫شفِ ِه ْالقُ ْرآنُ فَالَ َ‬
‫“فَ َمنْ لَ ْم يَ ْ‬
“Barangsiapa tidak bisa disembuhkan dengan Al-Qur`an, maka selamanya Allah tak akan
Menyembuhkannya. Demikian pula siapapun yang tidak bisa dilindungi dengan Al-Qur`an, selamanya Allah
tidak akan Melindunginya.”

Beliau juga berkata:

،ً‫ َع ِج ْيبا‬t‫ فَأ َ َرى لَهُ تَـأْثِ ْي ًرا‬t،‫س ْي بِاْلفَاتِ َح ِة‬ ِ ‫ج نَ ْف‬tُ ِ‫ فَ ُك ْنتُ أُعَال‬،‫ َوالَ د ََوا ًء‬tً‫ َوالَ أَ ِج ُد طَبِ ْيبا‬،‫سقَ ْمتُ ِف ْي ِه‬
َ َ‫“لَقَ ْد َم َّر بِ ْي َو ْقتٌ فِ ْي َم َّكة‬
َ‫ص ْرتُ أَ ْعتَ ِم ُد َذلِ َك ِع ْن َد َكثِ ْي ٍر ِمن‬ ِ ‫ ثُ َّم‬.‫ء التَّا َّم‬tَ ‫ فَ َو َجدْتُ ْالبُ ْر‬،ُ‫آخ ُذ ش ُْربَةً ِمنْ ما َ ِء زَ ْمزَ َم َوأَ ْق َرأُهَا َعلَ ْيها َ ِم َرا ًرا ثُ َّم أَش َْربُه‬ ُ
.“ً‫س ِر ْيعا‬ َ ُ‫شتَ ِك ْي أَلَ ًما فَكاَنَ َكثِ ْي ٌر ِم ْن ُه ْم يَ ْب َرأ‬ْ َ‫صفُ َذلِكَ لِ َمنْ ي‬ ِ َ‫ فَ ُك ْنتُ أ‬،‫اع‬ِ َ‫ع فَأ َ ْنتَفِ ُع بِ ِه َغايَةَ ْا ِال ْنتِف‬
ِ َ ‫ْاألَ ْوجا‬
“Pernah pada suatu ketika, saat berada di kota Makkah, saya terjangkit penyakit yang sangat menakutkan.
Saya tidak mendapati seorang dokter atau obat sekalipun, lalu saya berusaha mengobati penyakit ini dengan
Surat Al-Fatihah. Sungguh! Khasiyatnya luar biasa, waktu itu saya mengambil seteguk air zamzam, saya
membaca Surat Al-Fatihah berulang-ulang padanya. Setelah itu saya minum dan langsung sembuh total.
Sejak saat itu setiap terjangkit penyakit apapun, saya langsung menggunakan teori yang sama, dan semua
penyakit bisa teratasi dengan sempurna. Sehingga setiap orang yang datang kepada saya mengadukan
penyakit apapun, saya memberikan padanya resep tadi, dan semuanya bisa sembuh dengan cepat dari
penyakit yang dideritanya”.

ِ ْ‫اض ِباْلقُر‬
Disarikan dari ‫آن َوال ُّس َّن ِة‬ ُ َ‫` عِ ال‬Ilaaju Al-Amroodhi Bi Al-Qur`aani Wa As-Sunnah, karya Abu Anas Abdul Majid
ِ َ‫ج ْاألمْ ر‬
Bin Abdul Aziz Az-Zahim, dimuroja’ah oleh Abdul Muhsin Bin Nashir Al-Ubaikan, Maktabah Daar Al-Arqam, Al-Qashim,
Cet. 1414 H/1994

Anda mungkin juga menyukai