PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada ilah
(Tuhan, yang didahulukan) melainkan Allah. Allah memiliki sifat-sifat
terpuji; demikian agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikat pun tidak
akan mampu menjangkau hakikat-Nya.
Dan katakanlah, "Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu
tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu
tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan." (QS.An-Naml (27): 93)
Mahasuci Allah dan segala sifat yang mereka sifatkan kepada-Nya, kecuali
(dari) hamba-hamba Allah yang terpilih (QS Ash-Shaffat [37]: 159-160).
Semua itu menunjukkan bahwa makhluk tidak dapat mengetahui dengan baik
dan benar betapa kesempurnaan dan keterpujian Allah SWT Itu sebabnya
1
mereka --sebelum memuji-Nya-- bertasbih terlebih dahulu dalam arti
menyucikan-Nya. Jangan sampai pujian yang mereka ucapkan tidak sesuai
dengan kebesaran-Nya. Bertitik tolak dari uraian mengenai kesempurnaan
Allah, tidak heran kalau Al-Quran memerintahkan manusia untuk
berserah diri kepada-Nya, karena segala yang bersumber dari-Nya adalah
baik, benar, indah, dan sempurna.
(Dialah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan melainkan Dia, maka
jadikanlah Allah sebagai wakil (pelindung). (QS. Al-Muzzammil (73): 9)
Allah mengetahui dan kamu sekalian tidak mengetahui (QS Al-Baqarah:
216). Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja
bencana yang menimpamu, itu dan (kesalahan) dirimu sendiri (QS An-Nisa'
[4]: 79).
Jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahi nikmat, bukan jalan orang
yang dimurkai, dan bukan (jalan) mereka yang sesat (QS Al-Fatihah [1]: 7).
B. Tujuan Makalah
Adapun tujuan makalah ini buat untuk :
1. Mengetahui Pengertian Akhlaq kepada Allah dan bagaimana cara
melaksanakannya?
2. Sebagai salah satu tugas pada mata kuliah Aqidah Akhlaq?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. Pentingnya Takwa Kepada Allah SWT
a. Takwa adalah kunci keberuntungan di dunia dan akhirat
Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu
kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Ali Imra
[3]:130)
b. Takwa mengundang limpahan berkah dan rahmat Allah SWT
Allah SWT berfirman, “Jika sekiranya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf [7]:96)
3
Dia juga berfirman, “Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-
orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang
beriman kepada ayat-ayat Kami." (QS. Al-A’raf [7]:156)
c. Takwa adalah kunci mendapatkan ampunan dan kasih sayang Allah
SWT
Allah SWT berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah,
niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan
segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan
Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. Al-Anfal [8]:29)
4
Dia juga berfirman, “Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah
niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS.
Ath-Thalaq [65]:4)
3. Hakekat Taqwa
Takwa merupakan wasiat Allah kepada seluruh umat, baik generasi
pertama maupun generasi akhir. Allah Ta’ala berfirman, “Dan kepunyaan
Allah-lah apa yang ada dilangit dan yang dibumi, dan sungguh Kami
telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum
kamu, dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika
kamu kafir, maka (ketahuilah) sesungguhnya apa yang di langit dan apa
yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah, dan Allah Maha Kaya lagi
Maha Terpuji.” (QS. An-Nisa: 131)
Ali bin Abi Thalib ditanya tentang takwa, lalu beliau menjawab, “Takut
kepada Al-Jalil (Yang Mahamulia), mengamalkan tanzil (Al-Qur’an),
5
qana’ah kepada pemberian yang sedikit, serta bersiap-siap untuk
menghadapi yaum ar-rahil (hari kematian).”
Umar bin Abdul Aziz berkata, “Takwa adalah meninggalkan apa yang
diharamkan dan melaksanakan apa yang diwajibkan Allah. Maka, apa-apa
yang dikaruniakan Allah sesudah itu adalah kebaikan ditambah
kebaikan.”
Thalq bin Habib berkata, “Takwa adalah taat kepada Allah, mengikuti
cahaya dari Allah dengan mengharap pahala dari Allah, dan
meninggalkan maksiat kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah
dengan rasa takut akan hukuman Allah.”
Takwa secara garis besar adalah mengekang jiwa yang beriman dari
dalam sehingga muncul kebaikan dari dirinya tanpa tekanan-tekanan
eksternal, dan menjauhi keburukan tanpa ancaman atau paksaan.
6
B. Cinta dan Ridho
1. Cinta pada Allah
Mencintai Allah adalah merupakan kewajiban bagi hamba, hingga Allah
SWT menjadi lebih dia cintai daripada siapapun dan apapun. Bahkan
seharusnya dia tidak mencintai sesuatu melainkan demi kecintaannya
kepada Allah. Dan sebab terwujudnya rasa cinta terhadap sesuatu
adakalanya karena ada kesempurnaan padanya atau kemuliaan atau
karena mendapat perhatian khusus darinya.
7
pada diri kita berapa banyak nikmat Nya kepada kita, dan apakah kita
sudah mensyukurinya?.
8
semua orang membencinya. Bahkan merupakan kesempurnaan sifat cinta
adalah mencintai apa yang dicintai yang kekasih dan membenci apa yang
dibenci oleh sang kekasih.
Ridho adalah tentramnya qalbu kepada Dzat Yang Maha Mengatur dan
membiarkan pilihan kepadaNya disertai kepasrahan. Tidak ada yang lebih
berat bagi nafsu kecuali harus ridho terhadap ketentuan Allah Ta’ala.
Karena ridho pada ketentuanNya biasanya berbeda dengan kerelaan hawa
nafsunya. Maka berbahagialah jika ada hamba yang memprioritaskan
ridhonya Allah Ta’ala dibanding kerelaan dirinya.
9
c. Ketentuan taat dari Allah Ta’ala maka bagi hamba harus rela dan
memandang anugerahNya serta menegakkan kewajiban hingga maut
menjemputnya.
d. Ketentuan maksiat, maka bagi hamba ridho bahwa takdir Allah Ta’ala
dan bertaubat.
Sayyidina Ali bin Abi Thalib, di tanya mengenai Qodlo dan Qadar. Beliau
menjawab, ” Malam yang gelap, lautan yang dalam, dan rahasia Allah
yang agung. Siapa yang ridho kepadaNya, maka ia akan ridho atas takdir
itu. Dan siapa yang benci maka Allah akan membencinya.”
10
"Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali jika (pelaku) amal itu
ikhlas dan mencari keridhaan Allah dengannya ". (HR. Nasa'i)
11
sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan, dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orangorang yang kafir ". (QS. Al Baqarah [2]: 264)
12
Berikutnya yang diadili adalah orang yang diberi kelapangan oleh Allah dan
juga diberi-Nya berbagai macam harta. Lalu dia didatangkan ke pengadilan,
diperlihatkan kepadanya nikmat-nikmatnya. Maka diapun mengakuinya. Allah
bertanya, "Apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?" Dia
menjawab, 'Aku tidak meninggalkan satu jalanpun yang Engkau suka agar
dinafkahkan harta, melainkan aku menafkahkannya karena-Mu.' Allah
berfirman, "Engkau dusta. Tetapi engkau melakukannya agar dikatakan, 'Dia
seorang pemurah.' Dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu) ".
Kemudian diperintahkan agar dia diseret dengan muka tertelungkup lalu
dilemparkan ke dalam neraka ". (HR. Muslim, An-Nasa'I, At-Tarmidzi dan
Ibnu Hiban)
13
orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) tuhan mereka, dan orang-
orang yang beriman dengan ayat-ayat tuhan mereka, dan orang-orang yang
tidak mempersekutukan tuhan mereka (dengan sesuatu apapun), dan orang-
orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang
takut (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali
kepada tuhan mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-
kebaikan dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya." [QS. Al-
Mukminun: 57-61].
1. Hakikat Khauf
Khauf (takut) adalah ibadah hati, tidak dibenarkan khauf ini kecuali
terhadap-Nya Subhanahu wa Ta'ala. Khauf adalah syarat pembuktian
keimanan seseorang. Allah berfirman: "Sesungguhnya mereka itu tidak
lain syaitan-syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya
(orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada
mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar orang yang
beriman." [QS. Ali Imran: 175].
14
Apabila khauf kepada Allah berkurang dalam diri seorang hamba, maka
ini sebagai tanda mulai berkurangnya pengetahuan dirinya terhadap Rabb-
nya. Sebab orang yang paling tahu tentang Allah adalah orang yang paling
takut kepada-Nya.
15
menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya)." [QS. Al-
Qashash: 18].
e. Khauf wahm, yaitu rasa takut yang tidak ada penyebabnya, atau ada
penyebabnya tetapi ringan. Takut yang seperti ini amat tercela bahkan
akan memasukkan pelakunya ke dalam golongan para penakut.
2. Hakikat Roja`
Adapun roja` secara bahasa artinya harapan/cita-cita; sedangkan menurut
istilah ialah bergantungnya hati dalam meraih sesuatu di kemudian hari.
Roja` merupakan ibadah yang mencakup kerendahan dan ketundukan,
tidak boleh ada kecuali kepada Allah 'Azza wa Jalla. Memalingkannya
kepada selain Allah adalah kesyirikan, bisa berupa syirik besar atau pun
syirik kecil tergantung apa yang ada dalam hati orang yang tengah
mengharap.
16
dari pahala dan kenikmatan; ketiga, membentengi diri dengan amal shaleh
dan bergegas dalam kebaikan.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap muslim meyakini, bahwa Allah adalah sumber segala sumber dalam
kehidupannya. Allah adalah Pencipta dirinya, pencipta jagad raya dengan
segala isinya, Allah adalah pengatur alam semesta yang demikian luasnya.
Allah adalah pemberi hidayah dan pedoman hidup dalam kehidupan manusia,
dan lain sebagainya. Sehingga manakala hal seperti ini mengakar dalam diri
setiap muslim, maka akan terimplementasikan dalam realita bahwa Allah lah
yang pertama kali harus dijadikan prioritas dalam berakhlak.
Jika kita perhatikan, akhlak terhadap Allah ini merupakan pondasi atau dasar
dalam berakhlak terhadap siapapun yang ada di muka bumi ini. Jika
seseorang tidak memiliki akhlak positif terhadap Allah, maka ia tidak akan
mungkin memiliki akhlak positif terhadap siapapun. Demikian
pula sebaliknya, jika ia memiliki akhlak yang karimah terhadap Allah, maka
ini merupakan pintu gerbang untuk menuju kesempurnaan akhlak terhadap
orang lain.
18
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, mudah-mudahan penulis secara khusus dan
pembaca umumnya dapat diberikan pemahaman tentang akhlaq pada Allah
SWT. Tentunya dengan memahaminya dengan baik juga harus diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
19