Ayu Nadya sebagai Aya Abdullah Kurniawan sebagai Roy Ahmad Suwito sebagai Riko Ainur Risa sofiarini sebagai Ibu Lastri Selvi Asihana sebagai Evi Vina Inayatuka sebagai Ibu Asih Prima Vera Putra sebagai H. Ramli Yuni Misofa sebagai Rani
SMP NEGERI 14 KOTA PEKALONGAN
Jl. Raya Simbang Wetan No. 2 Telp. (0285) 420620 PUNK ROCK MENCARI CINTA
Kehidupan yang sulit membuat roy
dan riko merasa serba kekurangan sehingga mereka membuat penampilan mereka menjadi punk rock supaya banyak orang memperhatikannya. Mereka hanya tinggal dengan ibu mereka karena ayah mereka sudah meniggal. Ibu Roy bernama Lastri dan ibu Riko bernama Asih. Riko dan Roy sering mengamen dengan kedua temannya yaitu Evi dan Aya. Hari ini Roy menghampiri Riko dan temannya yang lain untuk mengamen.
Roy : “Tok..tok..ok..Riko, ayo
jalan”. Ibu Asih : “Eh, nak Roy. Rio sedang tidur, nak!” Roy : “Ya bangunin donk. Gimana sich”. Ibu Asih : “Memangnya mau apa, nak. Mau ngamen lagi ? Roy : “Nggak perlu tau, cepet bangunin”. Ibu Asih : “Ya Allah, apa tidak bisa pelan lagi ngomongnya ? ibu itu sudah tua!” Riko : “Memang sudah tua, sini bagi duitnya”. Ibu Asih : “Buat apa ?” Riko : “Banyak nanya, ya buat makanlah”. Ibu Asih : “Cepat pulang ya, nak”. Riko : “Ayo coy, kita kerumah Evi sama Aya’”. Roy : “ Cabut coy….”
Sampai dirumah Evi dan Aya’
Riko : “Hy..my friends yo, cabut”. Evi : “Ok…coy..” Ketika mengamen dirumah-rumah warga, mereka lalu mengamen ke rumahnya H. ramli yang saat itu ke dua anaknya sedang berada di tera. Aya’ : “Misi, mbak ?” Rana : “Eh, mau apa ?” Evi : “Nggak lihat kami bawa gitar” Rana : “Ok,di jamin bagus nggak ?” Rani : “Rana, kamu nggak sopan bangt sich. Udah dengerin saja dulu”.
Mereka menyanyi, tapi mereka marah
dan tidak mau dibayar karena mereka merasa sakit hati dengan omongan Rana”. Rana : “Nich, uangya”. Riko : “Nggak perlu” Roy : “Makasih…” Rani : “Hayo, mereka marah tuch”. Rana : “Biyarin aja. Ayo kita masuk, kak”. Evi : “Kenapa nggak diminta, coy..” Roy : “Mereka nyebelin banget”. Riko : “Tapi mereka cantik, ya ?” Aya’ : “Nkasir, nich. Sikat coy… Prikitiuww..”
Mereka tertawa bersama dan
melanjutkan mengamen di tempat lain. Keesokkan harinya riko dan roy kembali datang kerumah itu, namun hanya berdua. Ketika sampai didepan rumah, mereka lari ketakutan karena H. Ramli keluar dengan membawa gunting pemotong rumput. Riko : “Sampai juga kita”. Roy : “Coy, lihat itu. Ayahnya bawa gunting gede banget”. Riko : “Jangan-jangan mau nyunatin kita”. Roy : “Huzz..aku sudah sunat tau !” Riko : “Cabutt coy…!!!” Rana : “Hahahaha….kenapa mereka”. Rani : “Ayah kok ngusir mereka sich. Bawa gunting segala”. Rana : “Iya, ayah kok tau aku benci sama mereka”. H. Ramli : “Siapa yang mau ngusir mereka, ayah Cuma mau motong rumput”. Rani : “Mungkin takut sama kumis ayah. Ha ha ha ha…” H. Ramli : “Kamu bisa saja, emang terlalu tebal, ya ?” Rana+Rani : “Hahahaha…., Ayah..ayah..!!!”
Sementara itu, riko roy sedang
membicarakan ketakutan mereka. Merekapun pulang kerumah. Roy : “Gaswaat, ayahnya ngerii..berrr..” Riko : “Iya..betulll..betul..betull..” Roy : “Ya sudah, ayo pulang. Gimana kalu kita besok ke sana lagi sama ibu kita”. Riko : “Ya, okelah kalau begitu. Coy, kamu kan dari kemarin belum pulang”. Roy : “Iya, betul..betul..betul..” Ibu Lastri : “Kenapa baru pulang, nak ?” Roy : “Voy, mendingan lho pulang dan ngomong sama ibu lho”. Riko : “Okelah kalau begitu”. Roy : “Bu, aku lapar nich”. Ibu Lastri : “Kamu tidak sopan sekali sama ibu, sudah kurang ajar sekali”. Roy : “Aku itu bukan kurang ajar, tapi kurang ganteng”. Ibu Lastri : “Astagfirullah hal adzim..sudah sana, katanya mau makan ?” Roy : “Sebentar, bu besok main kerumah H.Ramli ya…?” Ibu Lastri : “Memangnya mau apa ?” Roy : “Kenalin aku sama anaknya H. Ramli”. Ibu Lastri : “Ibu sidah lama tidak bersama mereka”. Roy : “Tenang sajalah, anakmu inikan ganteng. Pasti mereka sangat senang kalau kita datang”. Ibu Lastri : “Ya, sudah. Tolong ajak Ibu Asih, ya ?” Roy : “OK, bu”.
Waktu yang ditunggu pun tiba, Riko
dan Roy serta ibunya datang ke rumah H. Ramli kali ini mereka berpakaian sangat rapi, sehingga evi dan aya’ sangat kaget ketika bertemu di jalan”. Evi : “Hai coy..tumben rapi”. Aya’ : “Monggo, bu”. Ibu Asih : “Ya”. Riko : “Coy, hari ini kita tidak ngamen dulu ya. Mau maen ke rumah pujaan hati nich”. “Nyanyian pujaan hati = kangen band) Roy : “Iya, coy. Ma’af ya ?” Aya’ : “Tapi nggak salah lihat atau salah denger kan ?” Evi : “Ya, ini mimpi. Ya tapi tidak lach ini nyata coy...” Ibu Lastri : “Ya, sudah. Ayo lanjutin lagi”.
Mereka pun sampai di rumah H. Ramli.
Ibu Lastri : “Assalamu’alaikum Wr. Wb”. H. Ramli : “Wa’alaikumsalam Wr. Wb”. Rana : “Ka’, bukain pintunya”. (Nyanyian Buka Hatimu = Armada) Rani : “iya, dech. Aaek....mari masuk, bu”. Ibu Asih : “Terimakasih, H. Ramlinya ada ?” Rani : “Iya ada. Tinggu sebentar, ya !” H. Ramli : “Siapa, Ran ?” Rani : “Itu ibu dari pengamen yang kemaren, yah ?” H. Ramli : “Oh, ibu Lastri dan ibu Asih. Ini anak kalian ?” Ibu Lastri : “Benar pak, ini Roy anak saya, pak”. H. Ramli : “Dan ini Riko anak saya, pak”. H. Ramli : “Rana, Rani, mereka itu istrinya Alm teman ayah”. Rana : “Oh, yang benar ini Roy sama Riko ?” Roy : “Benar lach, kaget ya ?” Rana : “Ih, biasa aja kali”. H. Ramli : “Rani, ajak mereka maen ya” Rani : “Iya, yah. Ayu ngobrol di teras. Ayo, na !” H. Ramli : “Terimakasih, bu sudah mau maen ke sini lagi”. Ibu Asih : “Sama-sama, pak. Ini juga karena anak kami ingin kenal lebih dekat dengan anaknya bapak !”. H. Ramli : “Oh, begitu”.
Di luar rumah, Riko dan Roy ngobrol
dan menceritakan bagaimana asalnya mereka berubah kepada Rana dan Rani. Rana : “Kok, bisa sich kalian berubah”. Rani : “Iya...jangan-jangan Cuma bo’ongan. Ha ha ha..” Riko : “Ya tidaklah, kami tulus hanya untuk kalian”. Roy : “(Nyanyian Cinta Gila = Ungu) Riko : “(Nyanyian Puspa = St 12) Rana : “Kamu bohong” Rani : “Aah, gombal banget nich”. Roy : “Gombal, keset sekalian”. Rana : “Nggak kami suka sama kalian. Kami nggak percaya iya ?” Riko : “Oh, begitu. Kamu pikir saya tidak bisa apa-apa, iya ?” Rani : “Bukanya kalian sudah punya pacar”. Rana : “Mana mungkin pynua pacar, nggak ada yang mau, kak !”. Roy : “Nggak percaya. Gua bawa ya pacar saya kesini. Bentar lagi aku kembali. Ayo riko !”. Riko : “Lihat, ya !”
Tak lama kemudian mereka membawa
Evi dan Aya’ sebagai pacar tipuan mereka. Lalu mereka bertengkar, sehingga orang tua mereka tahu dan melerai mereka. Roy : “Evi, Aya’. Plis bantu kami !” Riko : “Iya, Rana nantang kami bawa pacar kami. Gimana kalau kalian, tapi tipuan !” Evi+aya : “Okelah kalu begitu” Riko : “Na, ini pacar kami”. Rana : “Oh ini, bener aja dia mau sama sich”. Evi : “Maksudmu apa, jangan songong ya, lho”. Aya : “Cemburu, ya”. (Nyanyian Jika Cinta Dia = Geisha) H. Ramli : “Ada apa ini kok ribut sekali”. Rana : “Ini yah. Mereka gangguin kami”. H. Ramli : “(Nyanyian Perdamaian = Gigi) Ibu Asih : “Riko, kurang ajar sekali kamu !” Riko : “Dia yang duluan mulai”. Rani : “Bu, apa benar itu pacar mereka ?” Ibu Lastri : “Pacar, mereka sahabatan dari kecil, nak !” Rana : “Hah, bo’ong kan” H. Ramli : “Aduh-aduh dasar anak abg, begitu saja berantem”. Roy : “Ma’af pak, kami hanya ingin dekat sama Rana dan Rani, saya suka sama Rana”. H. Ramli : “Bertemanlah dulu, baru kalian pikirkan yang selanjutnya”. Rani : “Widih...rana..!!!” Rana : “Apa’an sich, aku nggak mau”. Roy : “Nggak mau nolak maksudnya”. Bersama-sama : “He...prikitiuwwww”. Merekapun kini berhubungan lebih dekat, akhirnya Roy, Riko, Evi dan Aya’ menyadari bahwa tingkah mereka kurang baik dan merekapun berpenampilan lebih sopan lagi.