Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN KEUANGAN

A. PENDAHULUAN
Laporan Keuangan merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban
pemerintah kepada publik dalam hal pengelolaan keuangan negara. Karena itu,
penting juga bagi publik untuk memahami dan mengerti Laporan Keuangan
Pemerintah untuk melakukan kontrol atas jalannya pemerintahan. Laporan
keuangan yang diterbitkan harus berdasarkan standar akuntasni yang berlaku
agar laporan keuangan ersebut dapat dibandingkan dengan laporan keuangan
periode sebelumnya atau dibandingkan dengan laporan entitas yang lain.
Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2005.
Setiap laporan keuangan yang dihasilkan harus diperiksa oleh BPK
(Badan Pemeriksa Keuangan) terkait dengan penilaian atas entitas tersebut.
Untuk Laporan Keuangan yang disusun oleh pemerintah baik pusat maupun
pemerintah daerah, akan di periksa dan di beri opini oleh BPK (Badan
Pemeriksa Keuangan).
Berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), ada
4 opini yang akan diberikan atas pemeriksaan BPK terhadap Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, yaitu Disclaimer, Tidak Wajar,
Wajar Dengan Pengecualian Wajar Tanpa Pengecualian.

B. KASUS

“Laporan Keuangan Pemda Buruk, Aceh Tengah Satu-satunya Daerah


Berpredikat WTP“
Sumber : www.harian-aceh.com
Rabu, 20 Mei 2009 07:42

Jakarta | Harian Aceh - Pemerintah Aceh Tengah patut diacungi jempol.


Berdasarkan pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Aceh Tengah,
satu-satunya daerah yang memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP). “Ya. Aceh Tengah satu-satunya yang mendapat opini ini,” kata Ketua
BPK, Anwar Nasution.

Laporan Keuangan “Bab 5” >> 1


Dalam penyerahan Buku Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II-2008
kepada DPD, di Gedung DPR, Jakarta, Senin (18/5), Anwar mengatakan dari
191 LKPD yang diperiksa BPK, sebanyak 72 LKPD memperoleh opini
disclaimer, delapan LKPD memperoleh opini Tidak Wajar, 110 LKPD
memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian, dan hanya satu LKPD yang
memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian. “Satu-satunya daerah itu
adalah Aceh Tengah,” katanya lagi.
Menurut Anwar, secara nasional, hasil ini memperlihatkan masih buruknya
kualitas laporan keuangan daerah.
Di sisi lain, Anwar juga menyatakan BPK menemukan kerugian daerah
sebesar Rp310,86 miliar dari 556 kasus dalam pemeriksaan atas LKPD
(Laporan Keuangan Pemerintah Daerah) Semester II-2008.
Ketua BPK Anwar Nasution mengatakan hasil pemeriksaan BPK atas 191
LKPD semester II-2008 telah ditemukan 3.051 kasus senilai Rp9,93 triliun
terkait ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku. "Dari jumlah tersebut sebanyak 556 kasus senilai Rp310,86 miliar
merupakan kategori kerugian daerah," katanya,
Di sisi lain, Anwar menyatakan BPK menemukan potensi kerugian keuangan
daerah sebesar Rp1,22 triliun dalam 1.869 kasus atas belanja daerah dan
belanja Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah).
"BPK melakukan PDTT (Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu) terhadap
pengadaan barang dan jasa serta belanja Pilkada dengan cakupan
pemeriksaan senilai Rp18,6 triliun. Temuan PDTT BPK atas belanja daerah
dan belanja Pilkada mengungkapkan terdapat 1.869 kasus senilai Rp 1,22
triliun akibat ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan,"
tuturnya.
Kemudian, dari total temuan PDTT terhadap belanja pemerintah daerah,
sebanyak 756 kasus diantaranya dengan nilai Rp253 miliar merupakan
ketidakpatuhan terhadap peraturan yang mengakibatkan kerugian daerah.
Anwar mengatakan, penyebab kerugian negara/daerah tersebut antara lain
karena adanya kelebihan pembayaran sebanyak 206 kasus senilai Rp52
miliar, rekanan tidak menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan perjanjian
(kekurangan volume pekerjaan) sebanyak 338 kasus senilai Rp100 miliar,
pemahalan harga (mark up) sebanyak 34 kasus senilai Rp7 miliar, spesifikasi
barang/jasa yang diadakan tidak sesuai kontrak sebanyak 57 kasus senilai
Rp27 miliar, serta sebanyak 121 kasus pembebanan pekerjaan tidak sesuai
dengan ketentuan senilai Rp 67 miliar.
Menurut Anwar, secara umum hasil PDTT menyimpulkan adanya kelemahan
sistem pengendalian intern atas entitas/program/kegiatan yang diperiksa dan
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang antara lain
mengakibatkan timbulnya kerugian negara/daerah/perusahaan, munculnya
potensi kerugian negara/daerah/perusahaan, kekurangan penerimaan,
bahkan adanya indikasi tindak pidana korupsi.
"Total temuan BPK atas hasil PDTT pada Pemerintah Pusat dan Daerah pada
Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II-2008 mendekati Rp 30 triliun,"
tukasnya.(mhy)
Laporan Keuangan “Bab 5” >> 2
C. PEMBAHASAN
1. Masalah
Dari kasus diatas, ada beberapa permasalahan yang didapat,
diantaranya:
a. Apa penyebab buruknya LKPD?

b. Kelemahan apa saja yang ada pada PEMDA dalam penyusunan


LKPD?

c. Bagaimana solusi untuk mengurangi kelemahan tersebut?

2. Penyelesaian
a. Apa penyebab buruknya LKPD?

• Lemahnya pengendalian intern,

• Ketidaktaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang


berlaku,

• Penyusunan LKPD yang belum sesuai dengan Standar


Akuntansi Pemerintahan (SAP),

b. Kelemahan apa saja yang ada pada PEMDA dalam penyusunan


LKPD?

Dalam menyusun laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD),


kebanyakan pemerintah daerah masih di bantu oleh tim BPKP
dengan dibuatnya MOU kerjasama, atau di bantu oleh konsultan IT
dengan menggunakan software aplikasi akuntansi pemerintahan,
dan sebagian lagi mencoba menyusun LKPD dengan sumber daya
yang tersedia.

Namun LKPD yang dihasilkan berdasarkan hasil audit tim BPK RI


masih menunjukkan kualitas yang buruk. Kualiatas LKPD yang
buruk ini, disebabkan masih banyaknya kelemahan-kelemahan

Laporan Keuangan “Bab 5” >> 3


yang ada pada pemerintah daerah dalam menyusun laporan
keuangan.

Kelemahan-kelemahan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga


bagian utama yaitu :

 Kelemahan Dalam Struktur Organisasi

Kelemahan dalam struktur organisasi ini pada tingkat


pemerintah daerah dapat terlihat dari banyaknya pemerintah
daerah yang belum membentuk badan atau dinas yang mengelola
keuangan daerah yang bertanggungjawab menyusun LKPD.
Sedangkan pada tingkat SKPD tidak tersedia sub bagian akuntansi
yang bertanggungjawab menyusun laporan keuangan SKPD
bersangkutan.

 Kelemahan Dalam Sistem Pengendalian Intern

Kelemahan dalam sistem pengendalian intern dapat


dilihat pada pemerintah daerah dari tidak adanya aturan-aturan
setingkat peraturan daerah, peraturan kepala daerah, atau surat
keputusan kepala daerah yang mengatur tentang pengelolaan
keuangan daerah

 Kelemahan Dalam Sumber Daya Manusia (SDM)

Kelemahan yang paling mendasar pada pemerintah


daerah dalam menyusun LKPD terletak pada Sumber Daya
Manusianya. Kelemahan ini terlihat dari kebijakan dan praktek
SDM yang diterapkan pemerintah daerah yaitu :

• Rekrutmen CPNS dari sarjana akuntansi masih sangat kurang


dibandingkan dengan kebutuhan.

• Pengangkatan pejabat pengelola keuangan daerah dan


bendahara pada satuan kerja tidak berdasarkan pada
kemampuan, keahlian, atau kopetensi.
Laporan Keuangan “Bab 5” >> 4
• Sedikit sekali pegawai yang memahami tentang SAP dan
aturan-aturan pengelolaan keuangan daerah. Hal tersebut tidak
diminimalisasi dengan mengadakan bintek atau pelatihan
akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah secara teratur dan
berkesinambungan.

• Pegawai yang telah mengikuti bintek atau pelatihan akuntansi


dan pengelolaan keuangan daerah di mutasi dari bagian
keuangan dan akuntansi ke bagian lain.

• Belum jelasnya jenjang karir bagi sarjana akuntansi yang


bekerja pada pemerintah daerah.

c. Bagaimana solusi untuk mengurangi kelemahan tersebut?


 Perlunya penerapan anggaran berbasis kinerja.
 Perlunya sistem aplikasi penyusunan laporan keuangan
pemerintah yang terintegrasi dan andal.
 Perlunya kebijakan tentang pengadaan SDM di bidang akuntasi.
 Perlunya quality assurance berupa penataan kembali fungsi
pengawasan internal seperti BPKP, inspektorat jenderal/satuan
pengendali intern, dan badan pengawasan daerah.
 Pembentukan panitia akuntabilitas publik agar dapat mendorong
pemerintah menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK dan
memantau pelaksanaan APBN dan APBD secara keseluruhan.

D. KESIMPULAN
Memang tidak mudah menutupi semua kelemahan tersebut diatas, namun
pemerintah daerah dapat melakukannya secara bertahap dan konsisten. Dan
yang sangat penting adalah adanya kemauan dari kepala daerah dan
dorongan dari DPRD setempat munuju LKPD yang berkualitas untuk
terwujudnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan.

Laporan Keuangan “Bab 5” >> 5


Harapan kita adalah setiap pemerintah daerah pada akhirnya dapat
menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah secara mandiri dan
memperoleh opini WTP dari BPK RI.

DAFTAR PUSTAKA

Iswayudi, Dedi.2007.Akuntansi Pemerintahan.Jakarta: Salemba Empat.

http://www.harian-aceh.com/ekbis/67-ekbis/2667-laporan-keuangan-
pemda-buruk-aceh-tengah-satu-satunya-daerah-berpredikat-wtp.html
http://www.kompas.com/read/xml/2009/06/09/11503357/bpk.laporan.keuangan.pemer
intah.buruk

Laporan Keuangan “Bab 5” >> 6

Anda mungkin juga menyukai