Perilaku seksual remaja adalah tindakan yang dilakukan oleh remaja yang
berhubungan dengan dorongan seksual yang datang baik dari dalam dirinya
maupun dari luar dirinya. Adanya penurunan usia rata-rata pubertas mendorong
remaja untuk aktif secara seksual lebih dini. Adanya persepsi bahwa dirinya
memiliki resiko yang lebih rendah atau seksual, semakin mendorong remaja
mengira bahwa kehamilan remaja tidak akan terjadi pada p (senggama)
yang pertama kali atau mereka merasakan bahwa dirinya tidak akan pernah
hubungan seksual. Perilaku seksual ditanggapi sebagai suatu hal yang selalu
yang bertujuan untuk menarik perhatian lawan jenis. Perilaku seksual ini sangat
luas sifatnya, contohnya antara lain mulai dari berdandan, mejeng, merayu,
menggoda, bersiul sekaligus juga terkait dengan aktivitas dan hubungan seksual
(PKBI,1999).
1. Waktu atau saat mengalami pubertas saat itu mereka tidak pernah
2. Kontrol sosial kurang tepat yaitu terlalu ketat atau terlalu longgar
. Frekuensi pertemuan dengan pacarnya. Mereka mempunyai
5. Kurangnya kontrol dari orang tua, orang tua terlalu sibuk sehingga
seksualnya
pada pacarnya
hormone reproduksi/seksual.
1. Pengalaman seksual
2. Faktor-faktor kepribadian
, p
, kemampuan membuat keputusan,
bertanggung jawab.
yang produktif
dengan norma dan nilai yang berlaku serta menyalurkan energy psikis
secara produktif
remaja.
berikut :
yang akan dihadapinya. Dalam hal ini yang berperan bukan saja nafsu
lebih membutuhkan suatu hubungan, penerimaan, rasa aman dan harga diri
Seks menurut para ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan seseorang, jadi wajar jika semua orang tidak
d. Rasa penasaran
e. Pelampiasan diri
Faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri misalnya karena terlanjur
Bagi seorang remaja mungkin aturan yang diterapkan oleh kedua orang
tuanya tidak dibuat berdasarkan kepentingan kedua belah pihak (orang tua
merugian bagi remaja itu sendiri termasuk keluarga, sebab pada masa ini remaja
mengalami perkembangan yang penting yakni kognitif, emosi, social dan seksual.
pemahaman ini disebabkan berbagai factor antara lain adat istiadat, budaya,
seksual selama masa pubertas dan 20% mempunyai empat atau lebih pasangan.
Ada sekitar 5% perempuan berumur antara 15-19 tahun melakukan hubungan
seksual sebanyak dua kali lipat dari pada permepuan. Laporan ini disampaikan
Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting
dalam pembentukan hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis. Dengan
bentuk pacaran atau percintaan. Bila ada kesempatan para remaja melakukan
seksual (Soetjiningsih,2004).
Meskipun fungsi seksual remaja perempuan lebih cepat matang dari pada
remaja laki-laki, tetapi pada perkembangannya remaja laki-laki lebih aktif secara
seksual dari pada remaja perempuan. Banyak ahli berpendapat hal ini dikarenakan
adanya perbedaan sosialisasi seksual antara remaja perempuan dan remaja laki-
orang yang terlibat saling mencintai ataupun saling terikat. Mereka sering
bahwa remaja perempuan, lebih dari pada remaja laki-laki, mengatakan bahwa
alasan utama mereka aktif secara seksual adalah karena jatuh cinta
(Soetjiningsih,2004).
Perasaan bersalah atau berdosa tidak jarang dialami oleh kelompok remaja
yang pernah melakukan onani dalam hidupnya. Hal ini berakibat adanya
tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan olehnya,
antara lain boleh atau tidaknya untuk melakukan pacaran, melakukan onani,
cukup membingungkan antara apa saja yang boleh dilakuka atau tidak.
Kebingungan ini akan menimbulkan suatu perilaku seksual yang kurang sehat
baca pornografi, cium pipi, cium bibir, petting, berhubungan intim (p ).
dengan lawan jenis atau sesama jenis. Contohnya pegangan tangan, cium kering,
. Cium kering : Berupa sentuhan pipi dengan pipi atau pipi dengan bibir
seksual, seperti leher, á , paha, alat kelamin dan lain-lain
aerogen/sensitive)
10.
(senggama) : Merupakan aktivitas seksual dengan
p
(ASAI) skala Guttman yaitu sebagai berikut :
1. Berpelukan ( p ),
2. Memegang tangan,
. Menghabiskan waktu berduaan,
4. Berciuman (pp ),
5. Bermanja-manjaan (p ),
6. Tidur bersama-sama,
c
Dari faktor-faktor penyebab timbulnya perilaku seksual pada remaja, maka dapat dilakukan
meletakan dasar-dasar kepribadian anak. Selain orang tua, saudara kandung dan
posisi anak dalam keluarga juga berpengaruh pada remaja tersebut. Pola asuh
anak. Orang tua yang menerapkan disiplin yang kaku dan menuntut anak untuk
Pola asuh permisif adalah dimana orang tua memberikan kebebasan kepada
kepada anak juga disertai adanya control dari orang tua sehingga apabila terjadi
keluarga sehingga hal tersebut juga akan sangat membantu proses pencarian
pahami. Karena pada dasarnya remaja merupakan masa transisi, masa terjadi
perubahan baik fisik, emosional, maupun seksual. Hormon seks dalam tubuh
mulai berfungsi dan siap untuk melakukan tugasnya yaitu berkembang biak
kematangan seksual dan dorongan itu akan semakin liar jika tidak diberi
bimbingan yang benar tentang perubahan ini. Akibat dorongan seksual yang
atau film-film porno, bahkan ada yang sengaja melakukan hubungan seksual
harus dilalui dalam kehidupan manusia. Harusnya memasukan ajaran agama dan
berdiskusi masalah seks yang ingin diketahui oleh si anak. Cara seperti itu akan
menghilangkan rasa segan dalam dirinya. Lebih baik pendidikan seks itu
didapatkan dari orang tuanya dari pada si anak mendapatkannya dari pendapat
atau khayalan sendiri, teman, buku-buku atau film-film porno yang kini dijual
bebas.
Ciri khas dan karakteristik remaja yang cenderung keras kepala dan berani
Permasalahan yang dihadapi orang tua yang berkaitan dengan perilaku anak-
anak dan remaja bersumber dari hubungan yang keliru. Untuk itu penyelesaian
dasar bagi hubungan yang berdasarkan atas persamaan. Cirri-ciri khas hubungan
berikut:
7. Saling membantu dan menerima satu sama lain karena tidak ada orang
yang sempurna.
á
á
teman sekolah dan mungkin teman sekerja atau tetangga. Tekanan berarti
dorongan yang berasal dari orang-orang yang sering kamu temui. Tekanan
sebaya adalah sesuatu yang berat, khususnya jika sudah menyangkut masalah
hubungan seks.
teman mereka berfikir dengan melakukan hubungan seks adalah . Tekanan
lain berasal dari teman kencan kita. Lebih mudah melakukan hubungan seks dari
(Mercy,2007).
Dalam pekembangan social remaja maka remaja mulai memisahkan diri dari
orang tua dan mulai memperluas hubungan dengan teman sebayanya. Pada
umumnya remaja menjadi anggota kelompok usia sebaya (
).
kehidupan social remaja. Kelompok sebaya juga merupakan wadah untuk belajar
anggotanya (Soetjiningsih,2004).
bisa merupakan kelompok yang besar karena anggotanya banyak, yang disebut
tetapi juga bisa kelompok kecil yang bisa disebut sebagai cp kelompok
besar biasanya terdiri dari beberapa p. Karena jumlah anaknya sedikit, maka
kelompok juga akan diikuti dengan adanya perilaku konfornitas kelompok, dimana
identitas diri remaja karena dalam hal ini remaja akan lebih mementingkan
perannya sebagai anggota kelompok dari pada mengebangkan pola norma diri
sendiri. Nilai-nilai norma dalam kelompok tersebut dapat berbeda sekali dengan
nilai-nilai yang dibawa remaja dan keluarga, maka hal tersebut tidak akan
(Soetjiningsih,2004).
yang dapat diwujudkan dengan kencan dan berpacaran. Pada akhir usia remaja
ikatan dengan kelompok teman sebaya menjadi kurang dan nilai-nilai dalam
kelompok menjadi berkurang begitu penting karena pada umumnya remaja lebih
á
teknologi canggih (video, kaset, foto dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi.
Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru
apa yang akan dilihat atau didengar dari media massa karena masalah seksual
secara lengkap tidak diketahui dari orang tua. Orang tua sendiri karena
mengenai seks dengan anak tidak terbuka terhadap anak, maka anak akan
cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah seksual
(Muhamad,1998).
reproduksi dan masalah tentang seksualitas masih dianggap hal yang tabu untuk
dibicarakan oleh para orang tua maupun guru-guru sekolah atau pengajian.
seksual. Melalui ragam media inilah wacana dan praktik keterbukaan seksualitas
merambah dunia. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin
mencoba akan meniru apa yang dilihat atau didengar dari media massa karena
khususnya di wilayah urban juga karena adanya pemaparan atas bacaan atau
dibanding dulu tapi lebih karena besarnya kesempatan serta gencarnya paparan
(Radjab,2007).
membahas seputar masalah dan kebutuhan mereka, sedangkan di sisi lain media
merasa remajalah yang pas menjadi konsumen dari berbagai produk yang
ditawarkan. Memang benar ornag tua dapat meminimalisir dampak buruk media
memberikan informasi yang benar, hak untuk meningkatkan rasa percaya diri,
tersebut tidak akan bisa terlaksana begitu saja tanpa bantuan media massa baik
Beberapa hal yang bisa diterapkan antara lain dengan membatasi jam
menonton televisi, memonitor media apa saja yang dikonsumsi, mulai dari
mereka agar mampu membedakan antara fiktif dan yang riil. Sehingga para