Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional


yang dikembangkan dan berdasarkan Standar Isi, Standar Kompetisi Lulusan, Standar
Proses, Standar Penilaian, Panduan Pengembangan KTSP yang diterbitkan oleh
BSNP, dan peraturan-peraturan lainnya yang relevan. KTSP merupakan terobosan
pemerintah di era reformasi dalam pengembangan kurikulum yang sangat berbeda
dibanding pengembangan kurikulum masa silam. Kehadiran KTSP sekaligus
mengakhiri era pengembangan kurikulum yang sepenuhnya dilaksanakan oleh
pemerintah pusat.

KTSP bukan nama kurikulum, tetapi merupakan proses dan produk


pembentukan kurikulum di tingkat satuan pendidikan. Kurikulum sekarang ini yang
dipakai di sekolah-sekolah adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang sesuai amanat
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional.

KTSP memang menghendaki sekolah mengembangkan sendiri kurikulum yang


sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing. Kemendiknas dan Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) –lembaga yang tugasnya antara lain membuat kurikulum
—hanya memberikan kisi-kisi materi yang akan diujikan secara nasional.

Pada SBI kurikulum diperkaya (diperkuat, diperluas dan diperdalam) agar


memenuhi SNP plus kurikulum bertaraf internasional yang digali dari berbagai
sekolah dari dalam dan dari luar negeri yang jelas-jelas memliki reputasi internasional.
Guru harus memiliki kompetensi bidang studi (penguasaan mata pelajaran),
pedagogik, kepribadian dan sosial bertaraf internasional yang ditunjukan oleh
penguasaan salah satu bahasa asing, misalnya bahasa Inggris. Selain itu, guru
memiliki kemampuan menggunakan ICT mutakhir dan canggih.
Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional merupakan “Sekolah/Madrasah yang
sudah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan dan diperkaya dengan mengacu
pada standar pendidikan salah satu negara anggota Organization for Economic Co-
operation and Development (OECD) dan atau negara maju lainnya yang mempunyai
keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan sehingga memiliki daya saing di forum
internasional”. Pada prinsipnya, Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional harus bisa
memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar yang lebih tinggi dari Standar
Nasional Pendidikan.
Esensi dari rumusan konsepsi Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional tersebut
dijabarkan sebagai berikut:
1. Sekolah/Madrasah yang sudah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan
yaitu Sekolah/Madrasah yang sudah melaksanakan standar isi, standar proses,
standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana,standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar
penilaian.
2. Diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu anggota OECD
dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang
pendidikan dapat dilaksanakan melalui dua cara sebagai berikut:

a. Adaptasi yaitu penyesuaian unsur-unsur tertentu yang sudah ada dalam


Standar Nasional Pendidikan dengan mengacu pada standar pendidikan salah
satu negara anggota OECD dan atau negara maju lainnya yang mempunyai
keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan;
b. Adopsi yaitu penambahan unsur-unsur tertentu yang belum ada dalam
Standar Nasional Pendidikan dengan mengacu pada standar pendidikan salah
satu negara anggota OECD dan atau negara maju lainnya yang mempunyai
keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan;
KTSP menghendaki analisis yang serius dari sekolah sebelum membuat
kurikulum. Diantaranya sekolah harus memahami sarana dan prasarana yang dimiliki,
tuntutan dan kondisi siswa, kondisi daerah, serta potensi dan kelemahan sekolah.

Setelah sekolah melakukan analisis kesenjangan (SWOT sederhana), barulah


menyusun kurikulum. Mata pelajaran apa yang dibutuhkan dan perlu ditekankan.
Dengan adanya KTSP setiap sekolah akan punya kekhasan sendiri-sendiri. Pada SBI
setelah melaksanakan analisis harus mampu membuat kurikulum SNP plus dengan
adaptasi atupun adopsi dari salah satu negara anggota OECD dan atau negara maju
lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu.Serta menerapkan standar kelulusan
yang lebih tinggi dari Standar Kompetensi Lulusan

B. Landasan

Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional secara yuridis formal berlandaskan


pada:
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dalam Pasal 50 menyatakan bahwa:
• Ayat (1): Pengelolaan sistem pendidikan nasional merupakan tanggung jawab
Menteri.
• Ayat (2): Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional
pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional.
• Ayat (3): Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan
sekurang-kurangnya satu sekolah pada semua jenjang pendidikan untuk
dikembangkan menjadi sekolah yang bertaraf internasional.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
dalam Pasal 61 Ayat (1) menyatakan bahwa: Pemerintah bersama-sama
pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu sekolah pada
jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang
pendidikan menengah untuk dikembangkan menjadi sekolah bertara internasional.
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah.
6. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009
menyatakan bahwa untuk meningkatkan daya saing bangsa, perlu dikembangkan
sekolah bertaraf internasional pada tingkat kabupaten/kota melalui kerjasama yang
konsisten antara pemerintah dengan pemerintah kabupaten/kota yang
bersangkutan, untuk mengembangkan SD, SMP, SMA, dan SMK yang bertaraf
internasional sebanyak 112 unit di seluruh Indonesia.
7. Buku Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Beraraf Internasional Pada
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, dalam bab IV tentang peranan Institusi
berkenaan dengan Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional menyatakan bahwa
Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) melakukan model adaptasi dan
adopsi kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian dengan mengacu pada
standar pendidikan salah satu Negara anggota OECD dan/ atau negara maju
lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah Pasal 13 ayat 1 (f),
9. Perintisan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) UUSPN 20/2003 pasal 50
ayat 3, pemerintah dan/atau pemerintahdaerah menyelengarakan
sekurang-kurangnya satu satuan pendidikandan semua jenjang
pendidik untuk dikembangkan menjadi satuanpendidikan bertaraf
internasional.
10Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
9 Peraturan pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP), pasal 61 ayat 1
9 PP 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
emerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota
9 PP No. 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
9 PP No. 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan Permendiknas No. 63 tahun 2009 tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan
9 Permendiknas No. 78 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Sekolah
Bertaraf Internasional.

C. Tujuan

Buku Penyusunan dan Implementasi kurikulum KTSP dan muatan lokal ini
disusun untuk sekolah bertaraf internasional agar dapat menghasilkan lulusan yang
kompetitif pada level internasional, selanjutnya diharapkan satuan pendidikan dapat:
1. memiliki persepsi yang sama tentang pola pengembangan kurikulum SBI yang
dilakukan untuk memperkaya Standar Isi atau KTSP satuan pendidikan;
2. memiliki persepsi yang sama tentang jenis mata pelajaran yang dapat diperkaya
dari kurikulum negara maju;
3. melakukan penyesuaian baik adopsi maupun adaptasi terhadap model-model
kurikulum yang sudah ada berdasarkan kebutuhan masing-masing;
BAB II

PENYUSUNAN DAN IMPLEMENTASI KTSP DALAM


PENYELENGARAAN SD, SMP SBI DI JAWA BARAT

A. Kurikulum, Proses Pembelajaran, dan Penilaian SBI


Selain memenuhi Standar Isi, memenuhi SKL, dan menerapkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), serta menerapkan sistem satuan kredit semester di
SMP/MTs, kurrikulum SBI harus memenuhi:
1. sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
di mana setiap saat siswa bisa mengakses transkripnya masing-masing;
2. muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran yang sama
pada sekolah unggul dari salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju
lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan; dan
3. menerapkan standar kelulusan sekolah/madrasah yang lebih tinggi dari Standar
Kompetensi Lulusan.
Proses pembelajaran disesuaikan dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik yang memenuhi Standar Proses. Selain itu, proses
pembelajaran ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci tambahan sebagai
berikut:
1) proses pembelajaran pada semua mata pelajaran menjadi teladan bagi
sekolah/madrasah lainnya dalam pengembangan akhlak mulia, budi pekerti luhur,
kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa entrepreneural, jiwa patriot, dan jiwa
inovator;
2) diperkaya dengan model proses pembelajaran sekolah unggul dari negara anggota
OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam
bidang pendidikan;
3) menerapkan pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran;
4) pembelajaran mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan
menggunakan bahasa Inggris, sementara pembelajaran mata pelajaran lainnya,
kecuali pelajaran bahasa asing, harus menggunakan bahasa Indonesia; dan
5) pembelajaran dengan bahasa Inggris untuk mata pelajaran kelompok sains da
matematika untuk SD/MI baru dapat dimulai pada Kelas IV.
Dalam proses pembelajaran selain menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris, juga bisa menggunakan bahasa lainnya yang sering digunakan dalam forum
internasional, seperti bahasa Perancis, Spanyol, Jepang, Arab, dan China.
Penilaian dilakukan untuk mengendalikan mutu pendidikan sebagai bentuk
akuntabilitas kinerja pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Penilaian
terhadap peserta didik dilakukan oleh para guru untuk memantau proses, kemajuan,
dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan yang memenuhi
Standar Penilaian. Selain itu, proses penilaian diperkaya penilaian kinerja pendidikan
dengan model penilaian sekolah unggul dari negara anggota OECD dan/atau negara
maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.

B. Karakteristik SBI dan Implementasinya terhadap Kurikulum


Berdasarkan konsepsi SBI di atas, ada 4 aspek yang terkait dengan
karakteristik SBI yang digunakan sebagai acuan pengembangan Kurikulum SBI yang
diperkaya dengan cara mengadaptasi kurikulum dari negara anggota OECD dan atau
negara maju lainnya berstandar Internasional, yaitu:
a. Aspek Fisik
b. Aspek Intelektual
c. Aspek Sosial
d. Aspek Spiritual
Keempat aspek disebut sebagai aspek FISS dijabarkan dalam karakteristik SBI dan
implikasinya terhadap kurikulum sebagai berikut:
a. ASPEK FISIK

Karakteristik SBI Implikasi terhadap Kurikulum


1. Melatih peserta didik untuk disiplin 1. Membangun budaya sekolah yang disiplin
dan bermotivasi tinggi agar sesuai standard yang berlaku secara
mampu bersaing di dunia universal (mis: menghargai waktu, budaya
internasional. antri, mengerjakan tugas tepat waktu,
menghargai orisinalitas, taat pada
peraturan sekolah dan negara, berani
mengambil resiko, dll).
2. Merangsang peserta didik agar selalu
berorientasi pada prestasi di tingkat
nasional maupun internasional.
3. Membuka wawasan peserta didik agar
dapat membandingkan kemajuan di
negaranya dengan kemajuan di negara-
negara lain.
4. Menyiapkan untuk melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi baik di dalam
maupun di luar negeri.
Sumber: Model Kurikulum Sekolah Bertaraf Internasional-2007 9

b. ASPEK INTELEKTUAL

Karakteristik SBI Implikasi terhadap Kurikulum


2. Menggunakan standar yang lebih 1. Mengadaptasi dan/ atau mengadopsi
tinggi dari Standar Isi dan Standar (menerapkan) isi, metode, pendekatan,
Kompetensi Lulusan yang penilaian dan hasil pembelajaran secara
diperkaya dengan mengadaptasi komprehensif sesuai dengan standar
kurikulum negara lain yang sudah Internasional yang diacu.
maju dan atau kurikulum 2. Mendorong guru untuk menggunakan multi
internasional metode (termasuk riset, penulisan karya
ilmiah, dan pembelajaran dengan
eksperimen)
3. Mendorong peserta didik untuk menggali
keterkaitan antara etika, sains, estetika,
dan teknolgi (misalnya kloning)
4. Mendorong peserta didik untuk terlibat
dalam kegiatan iInteraksi antara
kurikulum dengan kehidupan nyata
(seperti pelayanan masyarakat, kepedulian
lingkungan, pendidikan kesehatan dan
sosial)

5. Mendorong dan memfasilitasi peserta didik


melakukan riset dan penulisan karya
ilmiah.
3. Mengembangkan kemampuan 1. Menciptakan komunitas dwi-bahasa
komunikasi peserta didik dengan (Bilingual Community) dalam sekolah.
sekurangkurangnya satu bahasa 2. Mendorong siswa agar mampu
asing mengkomunikasikan gagasan, baik dalam
bahasa asing maupun dalam bahasa ibu
secara lisan dan tulisan
4. Menerapkan bidang ICT sebagai 1. Mendorong siswa agar mampu
daya saing di dunia internasional. menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi dalam mengerjakan tugas-
tugas sekolah.
2. Memberikan fasilitas yang mendukung
untuk dapat menerapkan ICT dengan baik.
3. Menciptakan situasi yang ”melek” ICT di
sekolah.
4. Menyediakan sofware and hardware yang
memadai untuk menerapkan ICT di
sekolah.

5. Menggunakan system pengelolaan 1. Menggunakan sistem paket dan sistem SKS


pembelajaran satuan kredit di SMP jika sekolah telah menyiapkan
semester (sks) semua sarana dan prasarana pendukung.
2. Menerapkan sistem SKS di SMA.
Sumber: Model Kurikulum Sekolah Bertaraf Internasional-2007 9

c. ASPEK SOSIAL

Karakteristik SBI Implikasi terhadap Kurikulum


6. Mengembangkan sikap peduli 1. Memberikan pemahaman kepada peserta
terhadap lingkungan alam, sosial, didik tentang konservasi lingkungan hidup
dan budaya Indonesia dan menumbuhkan tanggung jawab
peserta didik terhadap lingkungannya
(misalnya menggunakan bahan-bahan
daur ulang, menanam pohon, membuang
sampah pada tempatnya).
2. Menyediakan sarana untuk menunjang
sikap peduli terhadap lingkungan alam
(mis: tong sampah yang berbeda untuk
sampah organik dan non organik,
menyediakan lahan untuk bercocok
tanam/green house)
3. Mendorong peserta didik mengerti
mengenai masalah-masalah sosial dan
berperan aktif dalam memecahkannya.
4. Menyediakan pelajaran dan sarana belajar
untuk tempat pengembangan minat
terhadap budaya Indonesia (musik,
taritarian, kuliner, kerajinan
tangan/ketrampilan khas Indonesia, dll)
7. Menyiapkan peserta didik menjadi a. Mendorong siswa agar mampu melihat
warga dunia yang bangga terhadap masalah dari berbagai sudut pandang
budaya bangsanya, mampu b. Membiasakan siswa untuk berdiskusi agar
berpikir kritis dan holistik, bersedia menerima perbedaan pendapat
memecahkan masalah, mandiri dan bekerja sama dengan orang lain
serta dapat berkerja sama dengan c. Mendorong siswa agar mampu mandiri dan
orang lain dapat menjalin kerja sama baik dengan
orang lain maupun bangsa lain
d. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan
kebudayaan baik bersifat nasional maupun
internasional
e. Mendorong siswa agar dapat mengapresiasi
karya budaya bangsa Indonesia dan
bangsa lainnya.
Sumber: Model Kurikulum Sekolah Bertaraf Internasional-2007 9

d. ASPEK SPIRITUAL

Karakteristik SBI Implikasi terhadap Kurikulum


8. Mengembangkan peserta didik 1. Menjadikan peserta didik subyek
menjadi manusia Indonesia yang pembelajaran
beriman dan bertakwa kepada 2. Menyediakan sarana dan media bagi
Tuhan Yang Maha Esa, berahklak peserta didik untuk mengutarakan
mulia, dan menjadi warga Negara pendapatnya sebagai warga sekolah dan
yang demokratis warga negara yang demokratis dan
menghargai pendapat orang lain.
3. Membimbing peserta didik melakukan cara
belajar yang benar (Learning How to
Learn).
4. Memberikan pengenalan nilai-nilai
universal
Sumber: Model Kurikulum Sekolah Bertaraf Internasional-2007 9
BAB III

PENYUSUNAN DAN IMPLEMENTASI MUATAN LOKAL


DALAM PENYELENGARAAN SD, SMP SBI DI JAWA BARAT

A. Pengertian
Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk
keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata
pelajaran yang ada. Substansi mata pelajaran Muatan Lokal ditentukan oleh satuan
pendidikan disesuaikan dengan karakteristik daerah masing-masing.
Muatan Lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang
terdapat pada Standar Isi dan harus diwujudkan dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan. Keberadaan mata pelajaran Muatan Lokal merupakan bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan
pendidikan di masing-masing daerah lebih meningkat relevansinya terhadap keadaan
dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan upaya peningkatan
mutu pendidikan nasional sehingga keberadaan mata pelajaran Muatan Lokal
mendukung dan melengkapi mata pelajaran yang lain.
Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus
mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis
Muatan Lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu
mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahwa dalam satu tahun satuan
pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran Muatan Lokal. Pelaksanaan
pembelajaran Muatan Lokal dapat dilaksanakan secara berkesinambungan sesuai
dengan kompetensi yang dicapai.

B. Tujuan
Muatan Lokal bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan
perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang
keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang
berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta
pembangunan nasional.
Lebih jelas lagi agar peserta didik dapat:
1. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya,
2. Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai
daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada
umumnya,
3. Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang
berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur
budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional.
4. Menyadari lingkungan dan masalah-masalah yang ada di masyarakat serta dapat
membantu mencari pemecahannya.
5. Memiliki keterampilan khusus yang dapat menciptakan lapangan kerja.
C. Kedudukan
Mata pelajaran Muatan Lokal mempunyai kedudukan yang sama dengan mata
pelajaran lain. Hal ini sesuai dengan Struktur Kurikulum pada Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006, karena memiliki alokasi waktu sebanyak
2 jam per minggu pada setiap satuan pendidikan.
Disamping itu, sesuai dengan prinsip otonomi daerah, Pemerintah Daerah
berkewajiban melestarikan dan mengembangkan potensi daerah masing-masing,
sehingga keunggulan lokal pada daerah tersebut dapat dimunculkan dan menjadi
kebanggaan daerah tersebut.
Dalam rangka mengembangkan keunggulan lokal yang dimiliki oleh Satuan
Pendidikan, maka Satuan Pendidikan dapat juga menerapkan keunggulan lokal yang
dimilikinya pada mata pelajaran Muatan Lokal sesuai kebutuhan masing-masing
peserta didik dan satuan pendidikan.
D. Ruang Lingkup
1. Lingkup Keadaan dan Kebutuhan Daerah. Keadaan daerah adalah segala sesuatu
yang terdapat di daerah tertentu yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan
alam, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan sosial budaya. Kebutuhan daerah
adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya
untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut, yang
disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta potensi daerah yang
bersangkutan. Kebutuhan daerah tersebut misalnya kebutuhan untuk:
a. Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah
b. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu, sesuai dengan
keadaan perekonomian daerah
c. Meningkatkan penguasaan bahasa asing untuk keperluan sehari-hari, dan
menunjang pemberdayaan individu dalam melakukan belajar lebih lanjut (belajar
sepanjang hayat)
d. Meningkatkan kemampuan berwirausaha.
2. Lingkup isi/jenis Muatan Lokal, memiliki ciri khas dan potensi daerah. Mata
pelajaran Muatan Lokal meliputi cakupan: Budaya Lokal, Keterampilan
Wirausaha/Keterampilan Pra-vokasional, Pendidikan Lingkungan dan Kekhususan
Lokal lain. Pada akhirnya dari ketiga lingkup tersebut bersinergi membentuk
kecakapan hidup (life skill) yang dimiliki peserta didik.
Rincian ruang lingkup muatan lokal sebagai berikut:
a. Budaya Lokal
Adalah keseluruhan yang kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,
hukum, adat istiadat serta kemampuan-kemampuan dan kebiasaan lainnya yang
diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat di tempat dimana dia berada. Budaya
lokal dalam mata pelajaran Muatan Lokal meliputi :
• keagamaan,
• aktivitas sosial,
• struktur sosial/kelompok kesukuan,
• media dan transportasi,
• adat istiadat,
• budi pekerti,
• bahasa daerah dan bahasa asing,
• sumber budaya (cerita rakyat/legenda),
• isu kontroversial (konflik),
• permainan dan olahraga daerah,
• kesenian, kerajinan, dan masakan khas daerah,
• dll
b. Kewirausahaan (Pra-vokasional dan Vokasional)
Kewirausahaan adalah kecakapan yang disiapkan agar peserta didik memiliki sikap
ulet, bekerja keras, mampu melihat peluang usaha, memiliki jiwa kepemimpinan dan
kemandirian.

Pra-vokasional adalah kecakapan yang disiapkan agar peserta didik memiliki


keterampilan teknis.
Vokasional adalah kecakapan yang disiapkan agar peserta didik mampu berjiwa usaha
sebagai persiapan bekal hidup/kemandirian dan persiapan studi lanjut.
Kewirausahaan (pra-vokasional dan vokasional) dalam mata pelajaran Muatan Lokal
meliputi:
• keterampilan sederhana
• keterampilan rumah tangga (tata boga, tata busana)
• keterampilan pengolahan (memancing, bertani, perikanan, kerajinan)
• keterampilan dasar (mengetik, komputer, sempoa, elektronik, otomotif, pendidikan
teknologi dasar)
• manajemen perencanaan (jasa perniagaan)
• manajemen keuangan (pembukuan, pemasaran)
• komunikasi bisnis
• dll
c. Pendidikan Lingkungan dan Kekhususan Lokal Lain
Adalah suatu upaya yang sistematis untuk memberikan kesadaran kepada peserta didik
agar lebih peduli terhadap lingkungan sekitar dan berpartisipasi aktif di dalamnya.
Pendidikan Lingkungan dan Kekhususan Lokal Lain dalam mata pelajaran Muatan
Lokal meliputi:
• lingkungan alam sekitar (daur ulang, konservasi alam),
• isu-isu atau masalah lingkungan,
• kepedulian, sikap positif, dan partisipasi aktif terhadap lingkungan,
• terhadap lingkungan,
• dll
d. Kecakapan Hidup
Adalah kemampuan yang ada pada diri seseorang untuk menempuh perjalanan hidup
mulai dari masa anak-anak sampai akhir hayat. Kecakapan hidup dalam mata
pelajaran Muatan Lokal meliputi:
• kemampuan berbahasa dan menghitung,
• kemampuan matematis lain,
• perencanaan dan pengorganisasian kegiatan,
• pemecahan masalah dan pengambilan keputusan,
• kerja kelompok,
• manajemen waktu dan pemberdayaan,
• terampil, inisiatif dan pandai beradaptasi,
• evaluasi dan memberi respon (umpan balik),
• kecakapan berelasi,
• kemandirian,
• kecakapan komunikasi dan informatika,
• dll

E. Pengembangan
Proses pengembangan mata pelajaran Muatan Lokal sepenuhnya ditangani oleh
sekolah dan komite sekolah yang membutuhkan penanganan secara profesional dalam
merencanakan, mengelola, dan melaksanakannya. Dengan demikian di samping
mendukung pembangunan daerah dan pembangunan nasional, perencanaan,
pengelolaan, maupun pelaksanaan muatan lokal memperhatikan keseimbangan dengan
kurikulum tingkat satuan pendidikan. Penanganan secara profesional muatan local
merupakan tanggung jawab pemangku kepentingan (stakeholders) yaitu sekolah dan
komite sekolah.
Pengembangan mata pelajaran Muatan Lokal oleh sekolah dan komite sekolah dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah,
b. Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal,
c. Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal,
d. Menentukan mata pelajaran muatan lokal,
e. Mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan
oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah
Kegiatan ini dilakukan untuk menelaah dan mendata berbagai keadaan dan kebutuhan
daerah yang bersangkutan. Data tersebut dapat diperoleh dari berbagai pihak yang
terkait di daerah yang bersangkutan seperti Pemda/Bappeda, Instansi vertikal terkait,
perguruan tinggi, dan dunia usaha/industri. Keadaan daerah seperti telah disebutkan di
atas dapat ditinjau dari potensi daerah yang bersangkutan yang meliputi aspek sosial,
ekonomi, budaya, dan kekayaan alam. Kebutuhan daerah dapat diketahui antara lain
dari:
1) Rencana pembangunan daerah bersangkutan termasuk prioritas pembangunan
daerah, baik pembangunan jangka pendek, pembangunan jangka panjang, maupun
pembangunan berkelanjutan (sustainable development),
2) Pengembangan ketenagakerjaan termasuk jenis kemampuan-kemampuan dan
keterampilan-keterampilan yang diperlukan,
3) Aspirasi masyarakat mengenai pelestarian alam dan pengembangan daerahnya,serta
konservasi alam dan pemberdayaannya
b. Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal
Berdasarkan kajian dari beberapa sumber seperti di atas dapat diperoleh berbagai jenis
kebutuhan. Berbagai jenis kebutuhan ini dapat mencerminkan fungsi muatan lokal di
daerah, antara lain untuk:
1) Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah,
2) Meningkatkan keterampilan di bidang pekerjaan tertentu,
3) Meningkatkan kemampuan berwiraswasta,
4) Meningkatkan penguasaan bahasa asing untuk keperluan sehari-hari.
c. Menentukan bahan kajian muatan lokal
Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai kemungkinan
muatan lokal yang dapat dijadikan sebagai bahan kajian sesuai dengan dengan
keadaan dan kebutuhan sekolah. Penentuan bahan kajian muatan lokal didasarkan
pada kriteria berikut:
1) Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik,
2) Kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan,
3) Tersedianya sarana dan prasarana,
4) Tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa,
5) Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan,
6) Kelayakan berkaitan dengan pelaksanaan di sekolah,
7) Lain-lain yang dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan kondisi dan situasi
daerah.
d. Menentukan mata pelajaran Muatan Lokal
Berdasarkan bahan kajian muatan lokal tersebut dapat ditentukan kegiatan
pembelajarannya. Kegiatan pembelajaran ini pada dasarnya dirancang agar bahan
kajian muatan lokal dapat memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku
kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di
daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan
nasional. Kegiatan ini berupa kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi
yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah serta prospek pengembangan
daerah termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke
dalam mata pelajaran yang ada.
Serangkaian kegiatan pembelajaran yang sudah ditentukan oleh sekolah dan komite
sekolah kemudian ditetapkan oleh sekolah dan komite sekolah untuk dijadikan nama
mata pelajaran muatan lokal. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan
pendidikan.
e. Mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar, Silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya dengan
mengacu pada panduan penyusunan KTSP dari BSNP.
1) Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Standar kompetensi lulusan
digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari
satuan pendidikan. Standar kompetensi
lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut. Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan
menengah umum bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, ahklak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Standar
Kompetensi Lulusan dapat disusun sebelum atau sesudah merumuskan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
2) Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar adalah langkah awal
dalam membuat mata pelajaran muatan lokal agar dapat dilaksanakan di sekolah.
Adapun langkah-langkah dalam mengembangkan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar adalah sebagai berikut:
a) Pengembangan Standar Kompetensi
Standar Kompetensi adalah ukuran kompetensi minimal yang harus dicapai peserta
didik setelah mengikuti suatu proses pembelajaran pada satuan pendidikan tertentu.
Sedangkan kompetensi itu didefinisikan sebagai kemampuan bersikap, berpikir, dan
bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang dimiliki peserta didik. Penentuan Standar Kompetensi dengan
didasarkan pada materi sebagai basis pengetahuan.
b) Pengembangan Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa. Penentuan ini
dilakukan dengan melibatkan guru, ahli bidang kajian, ahli dari instansi lain yang
sesuai dan ahli lain yang relevan.
3) Pengembangan silabus
Langkah-langkah Pengembangan Silabus
a) Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar, dengan memperhatikan hal-hal
berikut:
i. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi,
tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI,
ii. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran,
iii. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.
b) Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi
dasar dengan mempertimbangkan:
i. potensi peserta didik,
ii. relevansi dengan karakteristik daerah,
iii. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta
didik,
iv. kebermanfaatan bagi peserta didik,
v. struktur keilmuan,
vi. aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran,
vii. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan, dan
viii. alokasi waktu.
c) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian
kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang
dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang
bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan
hidup yang perlu dikuasai peserta didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut.
i. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik,
khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
ii. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh
peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
iii. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep
materi pembelajaran.
iv. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua
unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu
kegiatan siswa dan materi.

d) Merumuskan Indikator
Pencapaian Kompetensi Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar
yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran,
satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang
terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk
menyusun alat penilaian.
e) Menentukan Jenis Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis
maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa
tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.
i. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
ii. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bias dilakukan
peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan
posisi seseorang terhadap kelompoknya.
iii. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan.
Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis
untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta
untuk mengetahui kesulitan siswa.
iv. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa
perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik
yang pencapaian kompetensinya di bawah criteria ketuntasan, dan program
pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.
v. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh
dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan
pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada
proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil
melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.
vi. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis
maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa
tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri
vii. Pelaporan mata pelajaran muatan lokal dinilai secara kuantitatif
f) Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan jumlah jam pelajaran tiap minggu untuk mata pelajaran Muatan Lokal 2
jam pelajaran. Jika jumlah jam pelajaran dianggap belum mencukupi dalam satu
minggu maka kekurangan jam pelajaran tersebut dapat mengambil dari 4 jam
pelajaran pada struktur kurikulum yang ditentukan. Alokasi waktu pada setiap
kompetensi dasar didasarkan pada jumlah
minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan
mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan,
dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam
silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk
menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.
g) Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan
fisik, alam, sosial, dan budaya.
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar
serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi.
Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran,
dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masingmasing guru. Silabus harus
dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan masukan
evaluasi hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran), dan evaluasi
rencana pembelajaran.
4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Setelah silabus selesai dibuat, maka guru perlu merencanakan pelaksanaan
pembelajaran untuk satu kali tatap muka. Adapun komponen dari RPP berisi antara
lain:
a). Tujuan Pembelajaran,
b). Materi Ajar,
c). Metode Pembelajaran,
d). Kegiatan Pembelajaran,
e). Sumber Belajar,
f). Penilaian.
5) Kegiatan Pembelajaran mata pelajaran Muatan Lokal
Kegiatan pembelajaran mata pelajaran Muatan Lokal diupayakan agar guru dapat
menanamkan apresiasi terhadap budaya lokal, sikap kewirausahaan (pra–vokasional
dan vokasional), kesadaran melestarikan lingkungan dan kekhususan lokal lainnya
serta mengembangkan kecakapan hidup.
Pembelajaran keterampilan diharapkan dapat memberikan bahan keterampilan,
sehingga peserta didik dapat mengerjakan, menangani, membuat sendiri serta
mempunyai kesempatan untuk mencoba berbagai keterampilan.
Pendekatan pembelajaran muatan lokal mengacu pada:
• Penekanan pada bagaimana keterampilan dilakukan bukan pada teori,
• Disesuaikan dengan perkembangan motorik peserta didik,
• Dimulai dari tingkat sederhana sampai mahir,
• Disesuaikan dengan dengan bakat, minat dan kesadaran peserta didik,
• Menanamkan apresiasi atau penghargaan.

Referensi

PANDUAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN


JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH. BADAN STANDAR
NASIONAL PENDIDIKAN

,2006

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 41 TAHUN 2007, TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN
PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH.

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA

PEDOMAN SEKOLAH , KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN


PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT KURIKULUM,

JAKARTA, 2010

MODEL KURIKULUM SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL PUSAT


KURIKULUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN
PENDIDIKAN NASIONAL ,2007

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan
Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Buku Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Beraraf Internasional Pada
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, dalam bab IV tentang peranan Institusi
berkenaan dengan Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional menyatakan bahwa Badan
Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) melakukan model adaptasi dan adopsi
kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian dengan mengacu pada standar
pendidikan salah satu Negara anggota OECD dan/ atau negara maju lainnya yang
mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah
Peraturan pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(SNP),
PP 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara emerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota
PP No. 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
PP No. 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
Permendiknas No. 63 tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
Permendiknas No. 78 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf
Internasional.

Anda mungkin juga menyukai