Anda di halaman 1dari 5

INGIN HIDUP BAHAGIA?

Atur Pikiran Anda

Written by administrator
Friday, 17 April 2009 10:09 -

 FEMINA

 Kesuksesan, kesenangan, kedamaian dan kebahagiaan bisa kita raih dengan mengatur pikiran
kita. Bagaimana caranya? .....

Malam belum terlalu larut. Suasana sunyi. Yana, sebut saja narnanya begitu, baru tiba di
rumah. Menyadari tak seorang pun ada di situ, rasa gelisah, cemas. takut. tiba-tiba
menyerbunya. Bunyi, “krekk… kletek…,” bahkan derit kursi yang didudukinya spontan rnembuat
dadanya berdegup kencang, wajahnya berubah tegang.
 Perkara berpangkal sekitar dua tahun lalu. Di suatu malam, ru¬mah orang tua Yana didatangi
sekawanan perampok. Yana dan keluarga memang selamat. Tapi. detik-detik mencekam itu
terus menghantui pikiran Yana. “Saya jadi takut bila sendiri di rumah. Bila ada orang tak dikenal
datang. saya selalu waswas, curiga.” gadis muda itu mengungkapkan.

Semasa kuliah Anita menjatin hubungan dengan seorang pria yang sangat dicintainya.
Hubungan itu kandas karena Anita mengetahui diam-diam kekasihnya memiliki wanita lain.
Anita memang rnasih bisa merangkai hati lagi dengan pria lain, bahkan kemudian sampai
kejenjang pernikahan. Tetapi. dalam menjalani perkawinannya itu. Anita selalu menaruh curiga
kepada Aryo, suaminya. Dari rumah, Anita sering mengecek benarkah suaminya ada di kantor.
Kalau tak ada, ia panik. Dan tak jarang ia memberondong teman sekantor Aryo dengan
pertanyaan-pertanyaan, “Pergi kemana? Dengan siapa? Urusan apa? Kenapa?” Kalau Aryo
pulang terlarnbat, Anita juga curiga. “Jangan-jangan bukan urusan kantor? Jangan-jangan ia
kencan dengan wanita lain. Jangan-jangan ….” Begitu pikiran-pikiran yang berkecamuk di
kepalanya. Kadang-kadang Aryo memaklumi isthnya. Tapi, terkadang kecurigaan tak beralasan
istrinya itu menjadi pemicu pertengkaran mereka.

Walau tidak serupa, mungkin Anda pernah mengalami perasaan, keadaan yang mirip-mirip
seperti ini. Bukan tak mungkin aktivitas dan kehidupan Anda pun jadi ikut kacau. Kalau Anda
mengalami masalah seperti ini, Anda bisa mengatasinya tanpa perlu bantuan orang lain. Anda
bisa membuat diri Anda tenteram, nyaman, damai, bahagia. dan hidup lebih baik. Apa
kuncinya? Semua ada di pikiran Anda!

Apa itu pikiran?

Semasa diberi kehidupan, otak kita tidak pernah berhenti bekerja dan di situ selalu terjadi
pikiran. Coba saja perhatikan. Ketika Anda mengobrol dengan teman. pasti Anda berpikir.
Ketika menulis surat untuk kekasih, membaca koran, menonton televisi, Anda juga berpikir.

1/5
INGIN HIDUP BAHAGIA? Atur Pikiran Anda

Written by administrator
Friday, 17 April 2009 10:09 -

Saat melamun, saat bermimpi dalam tidur. tetap saja ada yang berputar-putar di kepala Anda.

“Pikiran (mind) adalah suatu proses psikologis yang terorganisir dan disadari. Proses ini
berhubungan dengan pengalaman dan terkait dengan lingkungan. Pengalaman itu
berhubungan dengan apa yang didengar (audio), dilihat (visual), dan dirasakan (kinestetis),”
Dra. Endang Retno Wardhani, psikolog, menjelaskan. Contoh, mata kita melihat setangkai
bunga. Otak menangkap rangsangan visual itu dan menerjemahkannya sebagai setangkai
bunga. Ketika otak mengolah setangkai bunga itu den¬gan menambahkan penilaian lain,
seperti. ‘bunga itu berwarna merah’, ‘warnanya cantik sekali’, maka proses pengolahan inilah
yang disebut pikiran. Sama halnya bila kita mendengar seekor anjing menggonggong. Otak
menerima rangsangan audio itu. Ketika otak mengolah dan menambahkan dengan penilaian
seperti, ‘anjing itu galak, jangan-jangan nanti saya digigit’, maka proses ini juga termasuk
pikiran.

Sandy MacGregor dalam bukunya Piece of Mind, menulis bahwa pikiran bisa dibedakan
menjadi dua, yaitu pikiran sadar (conscious mind) dan pikiran bawah sadar (subconscious
mind). Pikiran sadar adalah keadaan sekarang di mana kita aktif bertindak. Dalam aktivitas
sehari-hari kita lebih banyak menggu-nakan pikiran sadar. Sedangkan pikiran bawah sadar bisa
dikatakan sebagai tempat disimpannya berbagai pengalaman-pengalaman yang kita rasakan,
kita alami sejak kecil dulu. Dengan kata lain, pikiran bawah sadar bisa diibaratkan sebagai bank
me mori. Karena itu, kalau dipersentasikan, pikiran sadar hanya me-nempati 12%, sementara
pikiran bawah sadar menempati 88%.

Apakah pikiran pria dan wanita berbeda? “Pada prinsipnya pikiran itu tidak dibedakan oleh jenis
kelamin. Proses pikir yang berlangsung sama saja pada pria dan wanita. Yang agak
mem-bedakan adalah cara berpikirnya. Pria cenderung berpikir lebih umum, sementara wanita
cenderung berpikir lebih detail,” jawab Endang yang sehari-harinya bekerja di Klinik Tumbuh
Kembang dan Edukasi Terpadu. RS Pondok Indah, Jakarta, ini. Misalnya, wanita dan pria
menjalin hubungan, lalu mereka berpisah. Si wanita berusaha menganalisis apa sebetulnya
yang menjadi penyebab perpisahan itu, mengapa, masalahnya apa, dan sebagainya.
Sementara pria jarang menganalisis sampai sejauh itu.

Pikiran perlu diatur

“Pengalaman-pengalaman yang mengendap dalam pikiran bawah sadar cenderung


mempengaruhi bagaimana kita bereaksi terhadap kondisi berikutnya yang kita hadapi,” ujar
Endang yang juga dosen di Fakultas Kejuruan llmu Pendidikan, Universitas Katolik Atmajaya,
Jakarta, ini. Ambil contoh, seseorang baru lulus kuliah, kemudian melamar pekerjaan di suatu
perusahaan. Setelah menjalani seleksi, ternyata ia gagal diterima. Maka, di sini ia mendapat
pengala man yang disadarinya dan tidak menyenangkan. la coba lagi melamar ke perusahaan
lain, dan gagal lagi. Pengalaman ini ke¬mudian diendapkan di pikiran bawah sadarnya.
Akhirnya, setiap ia akan menjalani tes memasuki pekerjaan, belum apa-apa ia sudah merasa
bakal gagal, merasa dirinya tak mampu. Berarti, pikiran bawah sadarnya itu muncul ke
permukaan, menimbulkan pikiran sadar. Reaksi dari timbulnya pikiran ini: ia tidak datang
mengikuti tes. Akibatnya bisa beraneka ragam, ia akan men¬jadi pengangguran terus-menerus,
tidak pernah punya uang un¬tuk memenuhi kebutuhannya, dan sebagainya.

2/5
INGIN HIDUP BAHAGIA? Atur Pikiran Anda

Written by administrator
Friday, 17 April 2009 10:09 -

Yang terjadi pada kasus Yana dan Anita hampirserupa. “Pada Yana, di dalam pikiran bawah
sadarnya mengendap bahwa berada sendiri di rumah, atau kedatangan orang asing berarti
berhadapan dengan kondisi yang tidak aman. Maka, ketika ia mengalami kejadian lain yang
mirip, pikiran bawah sadarnya mengatakan bahwa dulu keadaan ini berbahaya,” kata Endang.
Sementara pada Anita, yang diendapkan di pikiran bawah sadarnya adalah laki-laki suka
berbohong, tidak dapat dipercaya. Pikiran inilah yang selalu dimunculkan ke pikiran sadarnya
setiap saat memantau gerak-gerik orang yang dicintainya walaupun pria itu sudah menjadi
suaminya.

“Kalau pikiran-pikiran negatif ini dibiarkan, apakah orang itu bisa hidup dengan ketenangan,
kenyamanan, bahkan kebahagiaan? Tentu saja tidak! Karena itulah, mengapa pikiran perlu
diatur. Sebab, pikiran kitalah yang menilai suatu kondisi itu positif atau negatif,” Endang
menegaskan.

” Pikiran bawah sadar itu ibarat sebidang tanah yang subur. Apa pun benih yang ditabur di situ
akan tumbuh, jadi ia tidak per¬nah memilih apakah benih yang ditabur adalah benih yang baik
atau buruk. Sementara pikiran sadar diibaratkan sebagai tukang kebun. Memilih dengan
hati-hati apa yang tumbuh di sebidang tanah yang digarapnya adalah tanggung jawabnya,” ujar
RB. Sentanu, Direktur Mind Management Centre (MMC), ternpat yang memberikan pelatihan
untuk mengolah pikiran, yang berlokasi di Bintaro, Jakarta.

“Yang perlu disadari, kita tidak bisa mempunyai pikiran po¬sitif dan negatif pada saat yang
bersamaan. Salah satunya pasti lebih dominan,” tegas Sentanu, Karena pikiran adalah hasil
dari kebiasaan, maka kitalah yang bertanggung jawab untuk selalu memastikan bahwa hanya
pikiran dan perasaan positif yang menguasai pikiran kita. Untuk itulah, maka pikiran perlu
diatur,” lanjut Sentanu.

Bisa kita kendalikan!

“Pikiran merupakan satu hal yang sepenuhnya kita sadari, maka pikiran bisa kita kendalikan
dan kita tata. Untuk mengaturnya, kita harus bisa melihat dan menilai pengalaman yang kita
alami secara objektif. Misalnya, kalau gagal menjalani se¬leksi penerimaan peketjaan,
kendalikan pikiran bahwa, ‘Saya se benarnya mampu, bukannya tidak mampu. Mungkin waktu
itu kondisi saya sedang tidak prima, sehingga ketika menjalani seleksi saya tidak bisa
maksimal.’ Pikiran-pikiran positif seperti inilah yang coba dimunculkan dari pikiran bawah sadar
kita ke pikiran sadar. Dengan demikian, kita bisa yakin bahwa sebenar-nya kita mampu, kita
bisa mengoptimalkan apa yang ada dalam diri kita,” Endang menjelaskan.

Pada kasus Yana bisa dicoba dengan memunculkan kem-bali perasaan-perasaan tenang,
aman, yang dulu pernah dialami nya yang telah tersimpan di pikiran bawah sadar ke pikiran
sadar. Perasaan ini bisa membantunya ketika ia harus berada sendirian di rumah atau di
tempat lain. “Kemudian ia bisa mencoba dengan memberanikan diri menghampiri tamu yang
datang. Dari situ bisa saja kemudian ia memperoleh pengalaman positif bahwa ternyata tidak
semua orang yang datang berniat berbuat jahat kepadanya. Bisa saja orang itu hendak
mengantarkan sesuatu atau menanyakan alamat,” Endang memberi saran.

3/5
INGIN HIDUP BAHAGIA? Atur Pikiran Anda

Written by administrator
Friday, 17 April 2009 10:09 -

Demikian juga halnya dengan Anita. Hidup bisa dijalaninya dengan penuh ketenangan,
ketenteraman, dan kebahagiaan, tidak selalu waswas, penuh curiga, tidak selalu menghadirkan
pikiran-pikiran buruk tentang suaminya di pikirannya.
Apakah semua orang perlu mengatur pikirannya? “Ya, ka-rena tidak semua orang bisa melihat
sesuatu dari pikiran posi¬tif. Ini tergantung dari pengalaman-pengalarnannya. Sementara itu,
semua orang punya peluang yang sama untuk menghadapi pengalaman yang negatif dalam
hidupnya. Maka, semua orang perlu bisa mengatur pikirannya supaya lebih terstruktur, meli¬hat
segala sesuatunya secara lebih objektif. Dengan demikian, kita pun bisa menjalani hidup
dengan lebih baik,” kata Endang.

SATIVA KRISWARA:
“Saya tidak mudah cemas lagi”

“Dulunya, saya ini orangnya grabak-grubuk. Di kantor, kalau diberi tugas oleh atasan, misalnya
diminta segera membuat laporan, saya bisa panik. Akibatnya, pekerjaan yang saya lakukan
malah tidak beres. Yang mau cepat malah jadi lambat. ‘Penyakit’ saya yang lain, kalau
dipanggil menghadap atasan deg-degan. Yang ada di pikiran, ‘Aduh, saya buat salah apa?’”
Sativa Kriswara, Marketing Support Manager Worldbook ini mengungkapkan. Selain itu, wanita
berusia 40 tahun ini juga mengaku bahwa dirinya bila punya perasaan marah, kecewa, sedih,
lebih banyak dipendam. ” Kalau mendapat yang tidak enak, saya bisa terus memikirkannya
sampai saya jadi tidak tenang, ada beban dalam pikiran,” ujarnya.

Namun, setelah Sativa mengikuti latihan mengatur pikiran seperti yang dipraktekkan di MMC,
dalam bekerja ia tidak lagi grabak-grubuk.. “Kalau dapat tugas, saya bisa menyelesaikannya
dengan baik tanpa rasa senewen. Bila dipanggil atas¬an, saya juga lebih santai, tenang, tidak
memikirkan yang buruk-buruk. Jadi, saya tidak merasa stres lagi,” ujarnya tersenyum.

Sekarang, setiap ia merasa stres atau senewen, di mana pun Sativa berada, dengan mudah ia
bisa mengatasinya. “Biasanya, saya mencoba untuk rileks, tarik napas, diam sebentar. Setelah
itu, saya bisa merasa nyaman kembali, stres pun hilang. Kadang-kadang proses itu malah bisa
saya lakukan spontan,” katanya.

Setelah mengikuti pelatihan, Sativa berusaha menerapkan yang diajarkan. “Saya selalu
melakukan meditasi pada pagi hari setelah shalat subuh dan setelah shalat isya. Waktunya
sekitar 15-30 menit. Sekarang setiap menjalani hari-hari saya, saya selalu merasa tenang,” kata
Sativa yang kini juga jadi bisa membaca buku lebih cepat dan lebih khusyuk dalam shalat.
“Sebelumnya, untuk shalat khusyuk ‘kan sulit sekali. Pasti saja saya bisa mendengar bunyi apa
yang ada, atau pikiran berjalan ke mana-mana. Seka¬rang, selain hidup saya lebih tenang,
saya juga merasa le¬bih dekat dengan Tuhan,” tutur Sativa kembali tersenyum.

ENDANG RETNO WARDHANI:


“Saya bisa lebih langsing”

“Saya menyadari bahwa diri saya temperamental dan mudah meledak terutama bila di rumah,”
Endang (37 ta¬hun) mengungkapkan. Setiap ingin bepergian, bila suaminya terlalu santai, atau

4/5
INGIN HIDUP BAHAGIA? Atur Pikiran Anda

Written by administrator
Friday, 17 April 2009 10:09 -

datang terlambat, maka Endang bisa segera ‘naik darah’. Temyata, setelah mengikuti pelatihan
dan mempraktekkannya di rumah setiap hari, Endang merasakan temperamennya lebih bisa
dikendalikan. “Saya tidak mudah meledak-ledak lagi. Kondisi ini ‘kan selain baik untuk saya
juga untuk orang-orang di rumah,” ujar ibu tiga anak yang rajin melakukan meditasi pagi hari
dan malam hari sekitar 10 -15 menit ini, sambil tersenyum. “Kadang-kadang di antara waktu
kerja saya juga melakukannya bila sedang tidak ada pasien,” wanita yang berprofesi psikolog
ini menambahkan.

Bekal latihan mind management yang pernah ia ikuti itu pun ia rasakan membantu
pekerjaannya sebagai psikolog. “Kepada seorang pasien, saya mencoba menerapkan
latihan-latihan menata pikiran yang saya lakukan untuk dipraktekkannya. Ternyata, ini
membantu terapi yang saya jalankan. Biasanya ‘kan psikolog hanya mendengarkan ke-luhan,
kemudian menganalisis lalu memberi penilaian bahwa si pasien ini begini, begitu. Dengan
latihan mengatur pikiran, si pasien jadi tahu permasalahan yang sebetulnya di-hadapinya dan ia
bisa tahu bagaimana cara mengatasinya sendiri,” Endang menjelaskan.

Manfaat lain yang dirasakannya adalah keinginan-keinginannya bisa terwujud. “Yang terjadi
dalam hidup ini sebenarnya bukan suatu kebetulan, tapi bisa kita program di pikiran. Karena
dalam melakukan sesuatu itu sebenarnya kita bisa memprediksinya. Kalau saya melakukan ini,
maka saya bisa sampai di sini,” ujar Endang yang sehari-hari menangani Klinik Tumbuh
Kembang dan Edukasi Terpadu, RS Pondok Indah, Jakarta, ini.

“Kalau saya pikir-pikirlagi, klinik ini bisa ada karena dulu saya pernah punya keinginan
mempunyai klinik yang bisa membantu permasalahan orang lain seperti yang sekarang ini,”
kata Endang yang biasa membuat catatan-catatan keinginannya. “Keinginan itu saya program
di pikiran saya. Dan setiap melakukan relaksasi, saya coba rasakan keber-hasilan yang bakal
dicapai,” lanjutnya.

“Kini yang sedang saya program adalah saya ingin lebih langsing. Soalnya, berat saya sempat
naik delapan kilo!” ujarnya tertawa. Caranya? “Saya memakai patokan celana jins kesayangan
saya yang sekarang sudah tidak muat lagi. Saya bayangkan saya bisa memakai celana jins itu
lagi,” tuturnya.
Hasilnya? “Dalam satu setengah bulan saya sudah bisa turun 3 kg. Saya tidak diet, makan saya
tetap seperti biasa. Tapi, saya merasa sepertinya metabolisme dalam tubuh saya mengikuti apa
yang saya program dalam pikiran saya,” tuturnya.

5/5

Anda mungkin juga menyukai