Anda di halaman 1dari 16

KEHIDUPAN DAN ASAL MULANYA1

Made Wardhana
Yayasan Institut Bhaktivedanta Indonesia

PENDAHULUAN
Apa itu kehidupan? Setiap orang ingin tahu tentang kehidupan, baik dia seorang ilmuwan, filsof,
sastrawan, seniman atau agamawan, laki maupun perempuan. Kita semua ingin tahu tentang
kenyataan dan tujuan dari keberadaan kita - "mengapa kita dilahirkan?", "mengapa kita mati?",
"mengapa kita menderita penyakit dan mengalami umur tua?", "apa tujuan terakhir kita?" Seorang
pakar fisika dari Austria Erwin Schrodinger, walaupun bukan pakar biologi ia menulis karya klasik
mengenai ’apa itu kehidupan?’ pada tahun 1944.
Beberapa dekade terakhir, banyak kemajuan yang pesat dalam ilmu genetika dan biologi molekuler, dan
sudah memberikan pemahaman tambahan bagi kita mengenai pertanyaan tentang kehidupan dan
evolusi. Para ilmuan mempunyai banyak pertanyaan yang rumit dalam mengatasi persoalan tentang
proses kehidupan, struktur dan fungsi dari biomolekuler. Sedangkan, jawaban untuk pertanyaan - 'apa
itu kehidupan?' masih belum terjawab.
Berkaitan dengan hal ini, Karl Popper, salah seorang ahli filsafat ilmu pengetahuan termasyur abad ke
20, juga menyatakan, "permasalahan yang tidak terpecahkan dengan biologi molekuler telah membuat
masalah menjadi semakin rumit terhadap asal usul kehidupan dari sebelumnya: kita sudah memperoleh
masalah baru dan semakin dalam."1
Usaha yang serius untuk mendapatkan pemahaman kehidupan yang jelas baik secara ilmiah, filosofis
dan secara keagamaan adalah dasar yang penting dan hal tersebut akan memberikan pengaruh besar
pada kehidupan kita dan cara pandang dunia. Dalam tulisan singkat ini, pertama-tama penulis ingin
memberikan pandangan tentang teori ilmiah modern mengenai kehidupan dan evolusi serta ketidak-
lengkapan teori evolusi untuk menjelaskan kehidupan. Setelah itu, penulis mengajukan paradigma
alternatif tentang kehidupan yang berdasarkan dari pandangan Vedanta, dan kemudian lebih jauh
menjelajahi kajian kesadaran dan berbagai subyek kajian lain yang berhubungan dengan kehidupan dari
pandangan Vedanta.

TEORI TENTANG KEHIDUPAN


Kehidupan dan Evolusi Kimiawi
Bila badan mahluk hidup dianalisis secara kimiawi, kita akan menemukan bahwa badan mahluk hidup
tersusun dari empat elemen utama yaitu; Hidrogen, Oksigen, Nitrogen dan Carbon). Bahan kimia
seperti air, protein, lemak, karbohidrat dan asam nukleat menyusun 95% dari seluruh molekul yang ada
dalam badan mahluk hidup. Kemudian, para ahli mencoba menyimpulkan bahwa kehidupan mungkin
merupakan produk dari reaksi kimia yang kompleks tersebut. Berdasarkan konsep ini, semua riset yang
berhubungan dengan asal-usul kehidupan difokuskan pada kemungkinan dapat mensintesis molekul
besar dan kecil untuk menyusun badan mahluk hidup. Tapi apakah molekul DNA (asam
deoksiribonukleat) atau RNA (asam ribonukleat) merupakan suatu kehidupan? Akankah kombinasi
dari sintesis biomolekuler akan menciptakan kehidupan? Jika kehidupan dapat diciptakan dari bahan
kimia, apa bedanya antara kehidupan dan kematian? Apakah para ilmuwan benar-benar mempelajari
kehidupan?
Berdasarkan biologi modern, unit terkecil dari kehidupan disebut sel. Semua mahluk hidup mempunyai
sel. Organisme seperti bakteri dan protozoa mempunyai sel tunggal sedangkan bentuk makhluk hidup

1
Disampaikan pada Seminar Nasional “Kehidupan dan Asal-mulanya” di Denpasar, 25 Agustus 2007

Kehidupan dan Asal mulanya/7/17/2008 1


yang lebih tinggi seperti manusia mempunyai milyaran sel. Sel terdiri dari banyak kimia inorganik
sederhana seperti air dan ion inorganik.

Sedangkan, molekul organik yang


kompleks seperti protein, RNA, DNA, lemak, dan lain-lain, menyediakan sebagian besar untuk fungsi-
fungsi biologis penting bagi sel.
Para ilmuwan, terutama biologist, mempelajari kehidupan dan asal -usulnya dengan memulai dari
biomolekuler. Mereka berusaha untuk mengembang-biakkan sel dengan mereaksikan beberapa
biomolekuler tersebut. Banyak pakar biologi dan pakar kimia evolosioner - seperti Oparin, Fox, Miller
Orgel, Ponamperuma dan lainnya telah membuat percobaan secara intensif untuk mencoba membuat
kehidupan dari reaksi molekuler. Berbagai model sudah diajukan untuk memahami bagaimana
kehidupan mungkin berkembangbiak dari bahan kimia di muka bumi tempo dulu, seperti model
Coacervates dari Oparin, model Protenoid mikrosfer dari Fox, model Tanah liat dari Cairns-Smith,
sebagaimana leluhur kita, model Thioester dari Christian de Duve, model reaksi lucutan elektrik dari
Miller yaitu dengan membuat petir buatan di dalam sebuah alat berisi campuran gas dasar yang terdiri
dari H2, H2O, NH3,CH4, dan lain-lain, gas kimia tersebut dianggap sebagai gas jaman purba di planet
bumi. Yang menarik adalah bahwa Miller sendiri yang merupakan salah seorang dari para perintis
utama kimia prebiotik, akhirnya menyatakan, "kita benar-benar tidak mengetahui seperti apa bumi ini
ketika tiga atau empat milyar tahun yang lalu”. Jadi terdapat berbagai macam teori dan spekulasi,
ketidak-pastian yang utama berkaitan dengan apakah atmosfir itu. Ini adalah arena perdebatan yang
panjang. Hal tersebut diluar pembahasan tulisan ini untuk menjelaskan semua model tersebut.
Sedangkan, penulis ingin menekankan bahwa semua model tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda
perkembang-biakkan kehidupan sampai saat ini.

Mana yang adas lebih dahulu -DNA atau molekul protein?


Pada tahun 1953, Watson dan Crick mengajukan model dobel Helix dari struktur DNA. Penemuan
tersebut membantu menjelaskan bagaimana materi genetika digandakan di dalam sel, informasi
genetika berasal dari DNA, yang ada di dalam nukleus (inti sel) dari masing-masing sel, kemudian
dikirim ke RNA, dengan membawa informasi genetika keluar dari nukleus ke dalam sel dengan
menggunakan instruksi yang telah dikode dalam inti sel untuk menghasilkan suatu protein (yang dapat
berupa enzim dan juga mempersiapkan kerangka struktur sel). Sedangkan duplikasi DNA
membutuhkan sejumlah enzim untuk mempercepat reaksi-reaksi tersebut. Dan enzim adalah protein itu
sendiri, produk akhir dari informasi yang telah dikode didalam DNA. Dengan kata lain, protein
dibutuhkan untuk mensintesis DNA dan DNA dibutuhkan untuk sintesis protein. Jadi, bagaimana bisa
sel pertama dengan DNA - berdasarkan biologi molekuler telah terjadi proses kimiawi secara spontan
pada awal kehidupan di bumi? Seperti halnya telur dan ayam, mana lebih dahuku, dari kajian evolusi
kehidupan yang berasal dari kimiawi - "mana yang muncul lebih dahulu - DNA atau molekul protein?"

Kehidupan dan Asal mulanya/7/17/2008 2


Apakah DNA suatu kehidupan?

Dunia RNA
Pada akhir tahun 1960 beberapa pakar biologi termasuk Crick, Carl Woese dan Leslie Orgel
menyatakan bahwa molekul purba bukanlah DNA ataupun protein, melainkan RNA. Asam ribonekleat
(RNA), yang mereka katakan, mungkin akan mempercepat reaksi yang diperlukan untuk replikasi
seiring dengan penyediaan informasi genetika yang diperlukan untuk menggandakannya sendiri.
Penggandaan RNA sendiri berdasarkan teori tersebut yang timbul pertama kali, dan DNA serta protein
lainnya akan ditambahkan kemudian. DNA dapat berevolusi dari RNA dan kemudian menjadi lebih
stabil, dengan mengambil peranan RNA sebagai penjaga keturunan.
Ide ini kemudian mendapatkan dukungan pada awal tahun 1980 dari penemuan Thomas Cech dan
Sidney Altman mengenai sejenis RNA sebagai reaksi katalisasi. Molekul RNA yang mengkatalisasi
reaksi ini kemudian diberi istilah dengan "ribozymes". Pada tahun 1986, Walter Gilbert, dalam sebuah
artikel dari majalah Nature, menggambarkan dunia purba sebagai "dunia RNA" dimana molekul RNA
mengkatalisasi dan mensintesis sendiri. Sejak itu kemudian, istilah dunia RNA menjadi hipotesis umum
bahwa pertama-tama adalah RNA, kemudian DNA dan protein. Para peneliti terus menemukan hal
baru untuk menggandakan RNA, secara berulang-ulang untuk menggambarkan seberapa bergunakah
molekul RNA tersebut.
Walaupun ada banyak kesulitan dan masalah dalam dunia RNA. Leslie Orgel, pada tahun 1960, salah
seorang ilmuwan yang pertama kali menyatakan bahwa para peneliti yang berusaha untuk
menggambarkan kemungkinan pembentukan secara spontan unsur kimia RNA. Ribosa, adalah gula
yang merupakan bagian penting dari molekul RNA, sulit untuk tercipta dari hipotetis kondisi awal bumi
kecuali dalam jumlah yang sangat kecil. Stanley Miller dan rekan-rekannya juga melaporkan, "Ribosa
dan gula yang lain secara mengejutkan memiliki paruh-hidup yang pendek untuk pembusukan pada pH
netral, membuatnya sangat tidak mudah, sehingga gula yang tersedia sebagai reagen prebiotik.
Dunia RNA menyatakan bahwa di dunia purba, ribonukleotida secara spontan memadat membentuk
polimer-polimer untuk membentuk molekul RNA dan molekul RNA yang terbentuk akan mempunyai
aktifitas katalisator untuk mereplikasi dirinya sendiri, dan populasi replikasi molekul oleh dirinya
sendiri seperti ini akan meningkat. Seandainya RNA dapat dibentuk secara spontan, hal itu akan
diturunkan secara terus menerus melalui hidrolisis spontan dan proses penghancuran yang lainnya alam
primitif. Joyce dan Orgel menunjukkan banyak masalah yang terperinci dengan postulat dunia RNA
tersebut. Mereka akhirnya menyarankan untuk tidak menerima "mitos dari penggandaan diri molekul
RNA oleh dirinya sendiri sehingga membangkitkan ‘de novo’ dari sup polinukleida secara kebetulan.
Bukan hanya paham seperti ini yang tidak realistis dalam pemahaman kita saat ini terhadap unsur kimia
prebiotik, tapi hal itu seharusnya meregangkan kecenderungan pandangan yang optimis terhadap
potensial katalitis RNA. Francis & Crick, mengungkapkan keraguan mengenai dunia RNA. Dia
berkata, "pada saat ini, pemisah dari primordial soup pada sistim RNA pertama sesuai dengan seleksi

Kehidupan dan Asal mulanya/7/17/2008 3


alam yang terlihat sangat bertentangan. Dengan demikian konsep teori kimiawi tentang kehidupan
tampak sangat tidak menjanjikan.

PARADIGMA BARU TENTANG KEHIDUPAN


Banyak ilmuwan yang akan menyetujui bahwa para pakar evolusi kimia tidak sungguh-sungguh
mempelajari kehidupan. Mereka hanya mempelajari bagaimana biomolekul seperti RNA, DNA,
protein, dan lain-lain, mungkin sudah terbentuk pada saat adanya alam semesta. Tapi usaha mereka
tampaknya tidak menuju kepada kehidupan dan hal itu sangat meragukan sehingga para ilmuwan tidak
akan pernah dapat menciptakan kehidupan dari reaksi molekuler yang bukan kehidupan.
Leslie Orgel, pada tahun 1998 mengungkapkan dalam artikel yang berjudul, "Asal mula kehidupan:
mengungkapkan fakta dan spekulasi" dan menyimpulkan keadaan kita saat ini berkaitan dengan
kehidupan dan asal-usulnya; "ada beberapa teori yang dapat dipertahankan mengenai asal-usul material
organik di bumi purba, tapi tidak ada kasus yang mendukung bukti-bukti itu. Demikian pula, beberapa
skenario alternatif yang mungkin memperhatikan organisme dari penggandaan diri material organik
prebiotik, tapi itu semua diformulasikan dengan baik berdasarkan pada hipotesis sintesis kimia yang
masih merupakan masalah."
Sehingga kelihatannya bahwa para ilmuwan tidak mampu untuk menciptakan kehidupan melalui reaksi
biomolekuler di laboratorium. Sehingga pengetahuan DNA atau biomolekuler apapun tidak akan dapat
menjelaskan mengenai apa itu kehidupan. Kehidupan berada diluar susunan biomolekuler. Werner
Arber, seorang pakar mikrobiologi yang terkenal dan penerima Nobel di bidang kedokteran dan
fisiologi dari Universitas Basel, Switzerland menyakan sebagai berikut, "ini merupakan penemuan
penting dari Thomas R. Cech dan Sidney Altman … bahwa RNA dapat bertindak sebagai katalis.
Sedangkan, saya tidak yakin mengenai pentingnya RNA sehubungan dengan studi mengenai asal-usul
kehidupan. RNA sendiri bukanlah kehidupan…..bagi saya hal itu mungkin akan tetap sebagai misteri,
sehingga berapa banyak molekul yang berbeda yang bisa bersama-sama membentuk sel primordial.….
saya pikir bahwa kehidupan bisa jadi diluar susunan biomolekul."
Oleh karena itu, akan sangat bermanfaat untuk menguji paradigma baru dari kehidupan. Schrodinger,
salah satu dari pencetus mekanika kuantum, juga merasa bahwa kehidupan membutuhkan beberapa
hukum yang luar biasa untuk dijelaskan. Dia mengatakan, "kita harus siap untuk menemukan semacam
hukum fisika baru yang berlaku."
Michael Polanyi, seorang pemikir abad 20 mengungkapkan dengan sangat yakin: "pengakuan dasar
ketidak mungkinan sudah meletakkan fondasi beberapa prinsip utama dari ilmu fisika dan ilmu kimia;
hal yang serupa merupakan pengakuan terhadap ketidak mungkinan dari pemahaman makhluk hidup
jika disitilahkan dalam ilmu fisika dan ilmu kimia, yang jauh dari batasan untuk pemahaman kita
terhadap kehidupan, yang akan membimbing kita kedalam arah yang benar … teori-teori akan
membantu untuk menggambarkan tentang kehidupan dan manusia yang lebih benar dari pada yang
diberikan pada kita melalui konsep biologi saat ini."

4. KEHIDUPAN: Partikel Spiritual atau Spiriton


Berdasarkan Vedanta, pengetahuan spritual purba dari India, seluruh makhluk hidup dijiwai oleh
adanya partikel non-kimiawi atau partikel non-molekuler yang merupakan partikel dasar spritual yang
disebut - spiriton (disebut atman dalam istilah Vedanta; istilah spiriton digunakan oleh HH BSDS).
Vedanta menyebutkan bahwa spiriton atau partikel spiritual mempunyai bagian sebagai berikut:
a. Dia adalah energi spiritual yang berbeda dengan energi material Tuhan
b. Dia adalah partikel transendental dan berebeda dari material secara ontologikal
c. Hanyalah karena interaksi antara spiriton dan elemen material sehingga badan materialkelihatan
menjadi aktif dan hidup.
d. Sifat dasarnya adalah: i. kesadaran ii. keinginan bebas iii. niat iv. tujuan

Kehidupan dan Asal mulanya/7/17/2008 4


e. Hal ini berada diluar persepsi panca indera biasa tapi hal itu bisa dibuktikan. Kesadaran adalah
gejala kehidupan yang paing dapat dilihat. Sedangkan, material yang kompleks mungkin bisa, tapi
tidak pernah mempunyai kesaaran.
f. Keberadaannya kekal dan dia tidak dapat diciptakan atau dihancurkan.
g. Dia memiliki keinginan untuk memperoleh ilmu pengatahuan.
h. Dia memiliki keinginan untuk bahagia.
i. Dia memiliki kekuatan yang menarik bukan hanya dengan makhluk individu tapi juga dengan
material. Kekuatan yang menarik atau memaksa antara ibu dan bayinya karena interaksi dari
spiriton. Sedangkan, ketika bayinya meninggal, kekuatan menariknya akan hilang karena
spiritonnya tidak ada lagi di dalam tubuh anak itu.

Lebih jauh, ketika seseorang meninggal, seseorang dapat mengalami gejala lepasnya spiriton melalui
mata, mulut, rektum, atau melalui lubang kulit dari kepala sepanjang nafas kehidupan.
Dalam Vedanta, ada dua aspek realitas - alam spiritual dan alam material. Yang seharusnya dicatat
bahwa aktifitas makhluk hidup bukanlah aktifitas fisika yang sederhana, banyak ilmuwan menghadapi
kesulitan yang sangat besar untuk menjelaskan tingkah laku manusia hanya dalam istilah mekanik atau
material dan merasakan keterbatasan seperti ini secara intuitif. James Watson, penemu model double
helix struktur DNA, mengatakan, "masih ada masalah yang sangat utama untuk dipecahkan mengenai
bagaimana informasi disimpan dan didapatkan kembali dan digunakan didalam otak. Ini adalah
masalah yang lebih besar dari pada DNA, dan masalah yang lebih sulit … kamu dapat menemukan gen
untuk tingkah laku, tapi hal itu tidak memberi tahu kamu bagaimana otak bekerja … kita masih tidak
tahu bagimana otak bekerja …" Baru-baru ini, Stephen Hawking juga mengungkapkan dalam
kuliahnya, sebagaimana Dirac ungkapkan, keseimbangan cahaya dari Maxwell dan keseimbangan
gelombang relativitas … membuat sebagian besar ahli fisika, ahli kimia dan biologi bertanya. Jadi pada
dasarnya, kita seharusnya dapat memprediksi tingkahlaku manusia, walaupun saya tidak mengatakan
bahwa saya sudah mempunyai banyak keberhasilan. Masalahnya adalah bahwa otak manusia terdiri
dari terlalu banyak pertikel bagi kita untuk dapat memecahkan masalah tersebut."
Berdasarkan vedanta, otak dalam makhluk hidup yang berkembang adalah bagian organ penting dari
mesin tubuh dengan gejala adanya kesadarannya disalurkan. Energi kesadaran disalurkan dari jiwa
spiritual atau spiriton.
Dalam buku biologi, kehidupan atau makhluk hidup secara umum didefinisikan sesuai dengan
kemampuan untuk tumbuh, berkembang-biak, bergerak, merespon rangsangan seperti sinar, panas dan
suara dan ditunjang oleh nutrisi, pernafasan dan ekskresi. Tapi apa yang membuat sistim tersebut
berkerja?
Secara biologist menjelaskan bahwa pertumbuhan disebabkan oleh penggandaan sel melalui berbagai
level pembelahan sel seperti meiosis dan mitosis. Tapi mengapa ada sel yang mulai membelah diri pada
tempatnya yang pertama? Mengapa sebuah telur yang telah dibuahi mengalami pembelahan yang
mengakibatkan pembentukan seluruh organ tubuh? Vedanta menjelaskan bahwa karena adanya
spiriton, tubuh itu dihidupkan dan aktif serta mengalami 6 tipe transformasi. Dilahirkan, hidup untuk
beberapa saat, tumbuh, melahirkan beberapa keturunan, secara bertahap menjadi tua, dan pada akhirnya
mati.
Hal itu seperti analogi dari mobil dan pengendara didalamnya. Ketika pengendaranya pergi, mobil itu
tidak dapat bergerak. Demikian pula, ketika sang roh, atau spiriton pergi atau yang biasa kita sebut
dengan kematian, tubuh tidak lagi mempunyai jiwa walaupun sebenarnya semua mesin molekuler yang
membangun tubuh itu masih tetap utuh. Srimad Bhagavadgita (7.4-5) menyebutkan tentang spiriton
berbeda dari materi sebagai berikut :
bhumir apo ‘nalo vayuh kham mano bhudir eva ca
ahankara itiyam me bhinna praktir astadha
apareyam itas tv anyam prakrtim viddhi me param
jiva-bhutam maha baho yayedam dharyate jagat

Kehidupan dan Asal mulanya/7/17/2008 5


Tanah, air, api, udara, angkasa, pikiran, kecerdasan dan keakuan yang palsu, keseluruhan delapan unsur
ini merupakan tenaga material yang terpisah dariku. Wahai Arjuna, disamping tenaga tersebut, ada pula
tenagaku yang lain bersifat utama, terdiri dari para mahluk hidup (spiriton) yang menggunakan sumber-
sumber alam material yang rendah tersebut.
Berdasarkan Vedanta, pengetahuan tentang sang roh atau spiriton (atman) adalah hakikat yang utama
dari spiritualitas. Bhagavadgita mengacu pengetahuan itu sebagai : raja-vidya raja-ghuhyam pavitram
idam uttamam pratyaksavagamam dharmyam su-sukham kartum aviayam yang berarti ”Pengetahuan
ini adalah raja pendidikan, yang paling rahasia dari segala rahasia. Inilah pengetahuan paling murni,
pengetahuan ini adalah kesempurnaan dharma, karena memungkinkan seseorang melihat sang diri
secara langsung melalui keinsafan diri. Pengetahuan ini kekal dan dilaksanakan dengan riang (Bg. 9.2)
Berdasarkan Vedanta, tujuan akhir dari kehidupan manusia adalah untuk menemukan identitas spiritual
yang sejati dan hubungan kita dengan Yang Maha Kuasa sebagai sumber segala sumber.

5. KEHIDUPAN DAN KESADARAN


Kita semua setuju bahwa kesadaran adalah salah satu sifat yang paling penting dari kehidupan. Tidak
seorang pun dapat menolak keberadaannya. Dia adalah sumber dari kualitas manusia yang mulia seperti
pemaaf, rendah hati, cinta kasih dan sebagainya, dan juga sumber dari pengorbanan, toleransi dan
kebenaran. Kenyataannya, bahkan merupakan sumber dari teori ilmiah yang kreatif yang dibimbing
oleh roh yang sejati , Tuhan Yang Mmaha Kuasa.
Berdasarkan vedanta, kesadaran adalah kualitas dasar dari spiriton. Jadi merupakan spiritual murni dan
bersifat transendental, berbeda dengan materi. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, materi adalah
energi inferior (tenaga material) dari Tuhan. Dia bersifat inferior, walaupun dia tersusun begitu
kompleks, dia tidak akan pernah mempunyai gejala kesadaran. Dilain pihak, makhluk hidup merupakan
energi superior dari Personalitas Tuhan. Disebut superior karena mempunyai kesadaran. Seorang pakar
fisika yang terkenal, Eugene Wigner juga mengungkapkan, "ada dua macam realitas atau eksistensi ;
eksistensi dari kesadaran saya dan realitas dari segalanya yang lain."
Semua makhluk hidup, mikroorganisme, burung, binatang, dan lain-lain memiliki tingkat kesadaran
yang berbeda-beda. Dengan kata lain, semua makhluk hidup ini ditutupi oleh tingkat tiga sifat alam
(triguna) material yang berbeda (lihat bab 8). Mikroorganisme menempati gejala kesadaran yang sangat
sederhana karena lapisan penutup tiga sifat alam sangat tebal yang sangat tebal. Walaupun demikian,
mereka memiliki kesadaran. Pakar bilogi terkenal George Wald dan Lynn Marguilis menyatakan bahwa
protozoa, binatang bersel satu seperti parasit dan bakteria juga memiliki kesadaran.
Sejak beberapa dekade terakhir, ada pertumbuhan yang cepat untuk meneliti kesadaran antara pakar
fisika kuantum, pakar fisiologi saraf, para filosof dan para rohaniawan. Wiliam James, Von Neumann,
Eugene Wigner, Erwin Schrodinger, dan David Bohm adalah para pelopor dalam studi mengenai
kesadaran. Salah satu hal yang paling umum diantara pakar fisika kuantum yang terkemuka adalah
bahwa mereka semua mencoba untuk menjelaskan keruntuhan fungsi gelombang melalui beberapa
interaksi pikiran atau kesadaran. Beberapa pakar lain keberatan dengan paham tersebut. Menurut
pendapat penulis, mekanika kuantum, dengan batasannya dalam bahasa matematika yang terbaik dapat
menunjukkan adanya kesadaran tapi hal itu tidak dapat membuktikannya ataupun menjelaskannya. Max
Planck menyatakan, "kenyataannya bahwa ada petunjuk, petunjuk tunggal didalam permukaan yang
luas yang tidak dapat diukur dari pikiran dan materi, oleh karena ilmu pengetahuan dan setiap metode
sebab-akibat dari riset tidak dapat diterapkan, tidak hanya dalam praktek, tapi juga pada wilayah logika,
dan akan selalu tetap tidak dapat diterapkan. Ini adalah poin dari kesadaran individual kita." Ada
banyak pandangan yang berbeda diantara para akhli berhubungan dengan kesadaran dan studi yang
lebih mendalam adalah sangat diperlukan.
Berdasarkan vedanta, kesadaran bukanlah fungsi dari otak. Sebagaimana dikatakan sebelumnya, otak
makhluk hidup yang berkembang adalah organ penting dari mesin tubuh yang menyalurkan gejala
kesadaran. Energi kesadaran disalurkan dari roh, yaitu spiriton. Jadi kesadaran adalah spiritual yang

Kehidupan dan Asal mulanya/7/17/2008 6


sejati. Dia adalah energi hidup dan kualitas dasar dari partikel kehidupan yaitu spiriton. Seperti
komputer, seberapapun canggihnya komputer, komputer tidak akan pernah menjadi sadar karena
komputer tidak akan pernah mempunyai pemahaman dari apa yang dia lakukan sendiri. Programnya
harus disediakan oleh programmer yang cerdas. Komputer itu menyalurkannya pilihan kedalam
program melalui sang programmer, yaitu jiwa manusia. Ini akan menjadi bidang riset yang bagus untuk
mempelajari bagaimana energi kesadaran disalurkan dari sang roh atau spiriton ke otak.
Niels Bohr, yang membuat usulan yang sangat besar pada pemahaman kita terhadap struktur atom dan
mekanika kuantum, mengungkapkan, "kita dapat terus terang mengakui tidak menemukan apapun
dalam ilmu fisika atau kimia dan bahkan membawa sesuatu yang jauh dari kesadaran. Walaupun kita
semua tahu bahwa ada hal semacam ini sebagai kesadaran, karena kita semua memilikinya. Karenanya
kesadaran pasti menjadi bagian dari alam, atau lebih umum dari realitas yang berarti bahwa bagian dari
hukum fisika dan kimia, sebagaimana diletakkan dalam teori kuantum, kita juga harus menyadari
hukum alam yang berbeda."26
Lebih jauh, vedanta menjelaskan materi sebagai wilayah aktifitas dan alamnya, materi adalah tak
berdaya dan tidak mempunyai kesadaran. Tapi ada hubungan antara partikel kesadaran individu dan
materi melalui kesadaran universal. Lebih jauh, peristiwa alam yang terjadi di dunia material adalah
peta dari peristiwa yang terjadi di dalam ruang lingkup spiritual (kesadaran).
Sekitar 4 abad yang lalu, filsof Prancis yang terkenal Rene Descartes menyimpulkan bahwa dia
mengetahui sesuatu hal secara pasti :"karena saya berpikir maka saya ada." Dari sudut pandang
vedanta, ungkapan, "saya" adalah pengalaman yang sadar dan bagian dari transendental diri yang
inherent. Ribuan tahun yang lalu sebelum Descartes, para acarya dari peradaban veda menyadari
prinsip yang lebih jauh, aham brahmasmi, yang berarti saya adalah brahma, saya adalah roh, diri yang
mempunyai kesadaran. Kesadaran dalam sansekerta disebut cetana. Tindakan berfikir melalui manusia
adalah gejala kesadaran dan dia memiliki kehidupan. Pemahaman yang salah diungkapan bahwa, "saya
adalah produk dari alam material".
Jadi para pakar biologi modern dan biokimia seharusnya memasukkan studi kesadaran di dalam riset
mereka. Hal tersebut tidak seharusnya ditinggalkan oleh para ilmuwan saraf, para pakar fisika kuantum,
para psikologi, dan para filosof.
Berdasarkan vedanta, ada dua kategori kesadaran yaitu kesadaran universal dan individual. Personalitas
Tertinggi, Tuhan adalah kesadaran terhadap segalanya di alam semesta ini sedangkan kesadaran
makhluk hidup adalah kesadaran hanya pada diri mereka sendiri. Ontologi alam kesadaran adalah non-
fisik. Sankhya Darsana dari Srimad Bhagavatam (skanda 3, Bab 26) menjelaskan bahwa kehidupan,
atau spiriton ditentukan oleh adanya kuantum kesadaran dan dia tetap didalam domain yang terpisah.
Didalam Bhagavadgita (15.7), kita menemukan: mamaivamso jivaloke jivabhutah sanatanah, artinya
seluruh makhluk hidup adalah percikan yang kekal dari Ku (Tuhan). Dalam bentuk spiritual yang
murni, makhluk hidup juga bersifat transendental dan tubuh mereka juga dibangun dari tiga elemen
spiritual yang membangun tubuh transendental dari Tuhan. Sedangkan, perbedaan antara Iswara, Tuhan
dan jiwa, makhluk hidup adalah kesadaran dari Tuhan YMK, Tuhan adalah bersifat universal
(seluruhnya dapat meresap) sedangkan kesadaran jiwa, makhluk hidup bersifat lokal. Menurut uraian
Srila Bhaktisiddhanta Saraswati Thakura, Iswara, Tuhan adalah bersifat mutlak dan tidak ada batasan
dan jiwa makhluk hidup adalah mutlak dan sangat terbatas. Dengan kata lain, makhluk hidup
mempunyai kualitas spiritual yang sama sebagaimana Isvara (Tuhan). Tapi kapasitas makhluk hidup
terbatas sedangkan kapasitas Personalitas Tertinggi, Tuhan tidak terbatas. Jiwa manusia bagaimanapun
cerdasnya akan selalu tetap berada dibawah kesadaran Personalitas Tuhan.

PIKIRAN, BADAN DAN PARTIKEL SPIRITUAL


Berdasarkan vedanta, setiap makhluk hidup adalah partikel kehidupan yang memiliki kesadaran,
spiriton atau atman dan mempunyai pikiran serta kecerdasan. Vedanta menyatakan bahwa seluruh
makhluk hidup termasuk mikroorganisme memiliki pikiran dan kecerdasan. George Wald, peraih nobel

Kehidupan dan Asal mulanya/7/17/2008 7


dalam Biologi, dibingungkan oleh kecerdasan yang dilukiskan dalam tingkah laku dari sel tunggal yang
sederhana. Melihat tingkah laku kecerdasan dari protozoa yang bersilia (berrambut) didalam risetnya
yang menggunakan makanan, dia menyatakan, "itulah yang akan saya lakukan!"
Ada dua macam aktifitas dalam tingkah laku seseorang yaitu aktifitas fisik dan aktifitas mental atau
psikologi. Ketika kita ingin melakukan tindakan tertentu, pertama-tama pikiran kita membuat rencana.
Kemudian dilaksanakan secara fisik. Sedangkan berdasarkan pada vedanta, aktifitas manusia akhirnya
dilaksanakan oleh keinginan dari partikel kesadaran yaitu spiriton.
Vedanta memberikan hirarki otak, pikiran dan kecerdasan sebagai berikut (lihat gambar 1):
indriyani parany ahur indriyebhyah param manah
manasas tu para buddhir yo buddheh paratas tu sah
Indria-indria yang bekerja lebih halus daripada alam yang bersifat material, pikiran lebih halus dari
pada indria, kecerdasan lebih halus dari pikiran dan dia (sang roh atau spiriton) lebih halus dari
kecerdasan.(Bg. 3.42)

Partikel Spiritual
(Sang Roh memiliki kesadaran)

Kecerdasan

Pikiran

Indera

Badan manusia

Hubungan kesadaran dengan kecerdasan, pikiran dan indera-indera dijelaskan didalam Katha Upanisad
(1.3.3-4) sebagaimana gambaran kereta perang (lihat gambar 2) sebagai berikut :
atmanam rathinam viddhi sarinam ratham eva ca
bhudim tu sarathim viddhi manah pragraham eva ca
indriyani hayan ahur visayams tesu gocaran
atmendrya-mano-yuktam bhoktety ahur manisinah
“Individual (jiwa atau spiriton) adalah penumpang dalam kereta perang dari badan material, dan
kecerdasan adalah pengemudinya. Pikiran adalah tali kemudi, dan indera-indera adalah kuda-kudanya.
(jiwa atau spiriton) diri kemudian adalah yang menikmati atau menderita berkaitan dengan pikiran dan
indera-indera. Hal ini hendaknya dipahami oleh orang-orang yang berfikir."

Kehidupan dan Asal mulanya/7/17/2008 8


1. Kereta = Badan
2. Penumpang = Spiriton (Sang Roh)
3. Kusir = Kecerdasan (bhudi)
4. Tali kendali = Pikiran (manah)
5. Kuda = indria-indria

Partikel kesadaran individual yaitu spiriton diibaratkan penumpang karena, dia adalah penghuni utama
dan kemudian yang menikmati atau menderita dari perjalanan itu. Kuda-kuda menunjukkan inderia-
inderia yang selalu menarik kereta dari badan manusia ke obyek dari indria-indria. Kecerdasan
diibaratkan kusir karena kusir perlu menentukan arah dalam perjalanan agar berhasil dan nyaman. Tali
kendali diibaratkan dengan pikiran karena mereka secara langsung berhubungan dengan kuda-kuda
(indria-indria) dan dibimbing oleh kusir (kecerdasan). Seorang kusir yang cakap (kecerdasan)
mengendalikan tali kendali (pikiran) yang dihubungkan dengan kuda-kuda (indria) untuk membimbing
secara tepat kereta menuju tujuannya. Dengan cara ini, penumpang atau jiwa dapat mencapai tujuan
yang diinginkan dengan menggunakan seluruh fasilitas yang layak. Dilain pihak, jika ada aturan yang
tidak terkendali dan tidak terkoordinasi secara tepat dalam hirarki tersebut, maka cepat atau lambat
akan terjadi kecelakaan.
Jadi, berdasarkan vedanta, aktifitas manusia ditentukan oleh keinginan dari partikel kesadaran
(spiriton), yang kemudian diterjemahkan melalui kecerdasannya dan pikiran ke tubuh manusia. Pikiran
berinteraksi dengan tubuh melalui otak. Otak adalah merupakan pusat unit prosesing(CPU) dari
rangkaian komputer, semua sinyal aktifitas masuk dan juga keluar, tapi dia berfungsi berdasarkan pada
keinginan sang programmer. John Eccles mengatakan psikon sebagai unit dasar dari pikiran dan dia
berinteraksi dengan otak melalui dendron. Karl Pribram menyatakan bahwa psikon adalah sesuatu yang
menyerupai fungsi Gabor, yaitu fungi gelombang. Sedangkan, vedanta menunjukkan bahwa partikel
kesadaran terletak di luar partikel material dan gelombang alam. Karenanya interaksi partikel
kehidupan dan kecerdasan adalah interaksi kompleks yang tinggi dan mungkin terletak di luar wilayah
pembahasan ilmu pengetahuan modern.
Didalam riset sains modern, mayoritas para ilmuwan banyak melakukan reduksionisme dan
mereka tidak berfikir diluar partikel material, kekuatan, gelombang, dan lain-lain. dan hubungan logika
matematika mereka yang mencoba untuk menjelaskan realitas alam semesta. Vedanta menyatakan
bahwa pendekatan yang hanya disatu sisi ini tidak akan dilakukan. Sehubungan dengan ini, John
Eccles, peraih hadiah nobel dalam ilmu kedokteran dan fisiologi mengatakan, "saya menyadari bahwa
mesteri manusia adalah sangat merendahkan diri saya melalui reduksionisme ilmiah, dengan
pernyataannya berkaitan dengan materialisme untuk memperhitungkan semua dunia spiritual berkaitan
dengan pola aktivitas neuron(sel saraf). Kepercayaan ini harus digolongkan sebagai yang tak masuk
akal … kita harus mengakui bahwa kita adalah makhluk spiritual dengan adanya jiwa didalam dunia
spiritual sebagaimana makhluk material dengan tubuh dan otak yang ada di dunia material." Dia juga
berkata, "ada misteri yang mendasar dalam eksistensi diri saya, transendental biologis berkaitan dengan

Kehidupan dan Asal mulanya/7/17/2008 9


perkembangan tubuh saya dan otak saya. Kepercayaan itu, tentu saja berada dalam penjagaan konsep
keagamaan tentang sang roh dan merupakan ciptaan khusus oleh Personalitas Tuhan."

KEHIDUPAN, KEINGINAN BEBAS DAN TIGA SIFAT ALAM


Untuk mengakomodasi keinginan yang berbeda dari makhluk hidup, alam material, melalui kehendak
Personalitas Tuhan mewujudkan sifat alam material (triguna) dalam kualitas yang berbeda-beda. Alam
material ini secara luas dibagi kedalam tiga kategori yang disebut triguna : sattvam (kebaikan), rajah
(nafsu) dan tamah (kebodohan). Makhluk hidup berperilaku secara berbeda ketika mereka berhubungan
dengan triguna ini. Sattvam(kebaikan) lebih suci dari pada dua sifat yang lain dan seluruh makhluk
hidup seperti manusia, binatang, burung, tanaman dan lain-lain dipengaruhi tingkat yang berbeda
melalui sifat alam yang berbeda.
Akfitas apapun yang dilakukan makhluk hidup disebut karma. Kata karma adalah kata dalam bahasa
sansekerta yang berarti tindakan; baik secara psikologi dan fisik yang dilakukan oleh makhluk hidup di
bawah pengaruh tiga sifat alam material.
Manifestasi dalam alam semesta adalah penuh dengan aktifitas yang berbeda-beda. Seluruh
makhluk hidup bekerja dengan aktifitas yang berbeda. Aktifitas ini dibawa dari waktu yang tidak dapat
diingat pada kehidupan masa lalu dan makhluk hidup senang atau menderita adalah buah dari perbuatan
ini. Berdasarkan aktifitas yang berbeda ini dari makhluk hidup, ada hukum alam yang disebut hukum
karma dalam tradisi vedanta. Hukum karma menyatakan bahwa setiap makhluk hidup mempunyai
takdir kesenangan atau penderitaan dalam badan saat ini berdasarkan pada tindakan yang dilakukan
oleh makhluk hidup (spiriton) itu pada kehidupan masa lalu. Konsep karma sama dengan hukum aksi
dan reaksi dalam hukum Newton. Roda karma dikendalikan oleh keinginan dan kehendak dari makhluk
hidup. Hasil dari hukum karma adalah tunggal dan tidak akan terjadi kesalahan (Mahaadil).
Karma mempunyai hubungan yang dekat dengan keinginan bebas dari individu dari spiriton
(free will). Tidak seorangpun yang dapat menolak bahwa kita semua mempunyai keinginan bebas
walaupun hal itu tidak dapat dideteksi di laboratorium. Profesor Charles Townes, peraih hadiah Nobel
dalam fisika mengatakan, "banyak para ilmuwan akan mengatakan, saya tidak dapat mempercayai
agama. Dilain pihak, jika kamu bertanya kepada mereka, apakah kamu pikir kamu mempunyai
keinginan bebas, sebagian besar setiap ilmuwan secara insting berpikir demikian. Dia mempunyai
keinginan bebas. Dia dapat memilih sesuatu. Dia dapat memutuskan untuk pergi dengan cara ini dan
itu. Kenyataannya, tidak ada ruang untuk keinginan bebas dalam hukum ilmiah saat ini dan sebagian
besar ilmuwan pada hakikatnya menganggap dia memilikinya." Jadi dalam ilmu pengetahuan, tidak ada
ruang untuk keinginan bebas, oleh karena itu ilmu pengetahuan tidak mempunyai kapasitas untuk
menjelaskan kehidupan secara penuh.
Berdasarkan pada hukum karma, keinginan bebas adalah kekayaan dari partikel kehidupan
(sang roh) dan dengan melatih keinginan bebas seseorang melakukan berbagai tindakan dan
dimplikasikan dalam berbagai reaksi. Penggunaan keinginan bebas baik secara benar ataupun secara
salah akan menentukan keadaan kehidupannya kelak. Ketika makhluk hidup mencapai bentuk
kehidupan manusia, keinginan bebas secara penuh terwujud dan dari kehidupan manusia, dan rantai
karma dapat dipotong melalui memilih tindakan yang benar yaitu tindakan spiritual.
Jadi karma tidak kekal (dapat diubah sesuai kehendak kita). Kita dapat mengubah hasil dari karma
dengan menggunakan keinginan bebas secara benar. Perubahan ini tergantung pada kesempurnaan ilmu
pengetahuan kita. Vedanta menjelaskan bahwa seluruh bentuk kehidupan yang lain dibawah tingkat
kesadaran manusia tidak dapat melarilakan diri dari rantai karma di bawah keadaan yang normal. Tapi,
ketika dia berubah menjadi bentuk kehidupan manusia, orang itu dapat melatih keinginan bebasnya.
Pilihan ini hanya tersedia dalam bentuk kehidupan manusia. Karenanya, dalam vedanta, pentingnya
bentuk kehidupan manusia sangat ditekankan.
Berdasarkan pada vedanta, jawaban untuk pertanyaan, "mengapa hal-hal yang buruk terjadi
pada orang yang baik?" adalah karena adanya reaksi karma. Seseorang tidak akan mengingat apa yang

Kehidupan dan Asal mulanya/7/17/2008 10


sudah dia lakukan pada kehidupan masa lalu. Sedangkan, informasi karma masih tersimpan dalam buku
karma dari individu tersebut walaupun dia mungkin tidak mengingatnya.
Kita mempunyai pilihan dari tindakan yang benar atau yang salah, secara moral atau secara tidak
bermoral. Kehidupan sebagai manusia mempunyai kewajiban untuk melindungi dan membimbing
bukan hanya manusia saja tapi juga seluruh bentuk kehidupan yang lebih rendah. Kita dapat
menghancurkan diri kita sendiri dan bentuk kehidupan yang lainnya ataupun kita dapat bertindak
dengan suatu cara yang akan mengangkat dan menguntungkan dunia ini, jadi dapat membuat berguna
bagi bentuk kehidupan manusia. Jika manusia itu menggunakan keinginan bebasnya untuk
menghancurkan kehidupan yang tidak berdosa, dan lain-lain, dia akan dianggap sebagai "melakukan
kejahatan melawan penciptaan."

BIODIVERSITAS (Keragaman Spesies Kehidupan)


Berdasarkan pengetahuan veda, ada 8 400 000 ragam kehidupan (mikroorganisme, tanaman, makhluk
air, burung, reptil, binatang, sejenis manusia, dan manusia) dihitung berdasarkan pada perbedaan
tingkat kesadarannya. Berdasarkan pada skala waktu kosmis evolusi kesadaran (bukan evolusi fisik),
seseorang mendapatkan bentuk kehidupan manusia setelah melewati jutaan jenis spesies kehidupan.
Berdasarkan biologi modern, biodiversitas adalah karena variasi genetik yang disebabkan oleh proses
mutasi yang sekali-sekali terjadi. Sedangkan berdasarkan vedanta, biodiversitas adalah proses untuk
mengakomodasi tingkat kesadaran dari setiap individu dan ada evolusi kesadaran secara bertahap yang
dilalui dari bentuk tingkat kesadaran yang lebih rendah ke bentuk kesadaran yang lebih tinggi
berdasarkan pada hukum karma (hukum sebab dan akibat). Hukum karma dan sifat alam material yaitu;
sattva, rajas dan tamas yang bertanggung jawab atas adanya biodiversitas sebagaimana diversitas dalam
istilah tingkat kecerdasan, tingkat perkembangan pemikiran dan kesadaran dari makhluk yang
mempunyai tubuh didalam spesies yang sama.
Vedanta menjelaskan bahwa banyak bentuk kehidupan, yang terbentuk secara simultan. Dengan
kata lain, variasi genetika sudah berada dalam rancangan alam semesta. Pengamatan Werner Arber
bahwa mutasi genetika bukan karena kerusakan atau kesalahan sesuai dengan konsep vedanta. Dia
berkata, "evolusi tidak terjadi dengan dasar kesalahan, kecelakaan atau tindakan elemen genetik yang
mementingkan diri sendiri. Evolusi gen pasti terancang dengan sangat bagus untuk fungsi mereka untuk
menyediakan dan untuk mengisi berbagai ragam yang luas dari bentuk kehidupan… "jadi, berdasarkan
vedanta, bentuk biologis sudah ada di dalam rancangan kosmis dan oleh karena itu berlawanan dengan
konsep evolusi biologi Darwin. Kenyataannya, teori evolusi Darwin mempunyai banyak kelemahan.
Stephen Jay Gould, pakar evolusi yang terkenal dari universitas Harvard menulis, "yang paling jarang
terjadi dari bentuk perubahan dari rekaman fosil tetap berlaku sebagai rahasia palentology (studi
mengenai fosil). Di areal tertentu, seekor spesies tidak naik secara bertahap melalui transformasi terus
menerus dari nenek moyangnya, semuanya terlihat terbentuk secara penuh dan sekaligus." Bukanlah
seleksi alam dan mutasi acak yang akan menyebabkan biodiversitas. Kesadaran diri (spiriton atau jiwa)
yang akan terus berpindah dari satu bentuk ke bentuk berikutnya sampai kesadaran diri atau partikel
spiritual atau spiriton mencapai bentuk manusia dimana kesadaran berkembang dengan penuh.
Jadi, berlawanan dengan teori evolusi, kesadaranlah yang berevolusi, bukan badan yang berevolusi.
Perpindahan kesadaran dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya terjadi berdasarkan karmanya. Itu yang
di sebut evolusi kesadaran, dan dia akan terus berlanjut sampai mencapai eksistensi Ketuhanan. Ada
karma yang bagus dan ada karma yang jelek berdasarkan pada penggunaan keinginan bebas seseorang
secara layak atau tidak layak. Konsep ini berada diluar wilayah biologi modern.

EVOLUSI SPIRITUAL: Transmigrasi Sang Roh


Pengetahuan veda menjelaskan evolusi sebagai perjalanan dari partikel kesadaran kehidupan (sang roh
atau spiriton) yang tidak terhitung dalam waktu dan ruang sebagaimana mereka berpindah dari satu
bentuk badan satu ke badan yang lain di bawah hukum karma (sebab dan akibat). Setiap tingkatan

Kehidupan dan Asal mulanya/7/17/2008 11


makhluk hidup atau tingkatan kesadaran, guna (kualitas) dan karma (aktifitas) akan menentukan arah
jalan evolusinya. Kesalahan Darwin adalah dia tidak dapat memahami adanya kesadaran atau partikel
spiritual. Jadi, vedanta tidak menerima teori evolusi Darwin. Kesadaran berevolusi secara linier
sebagaimana langkah yang bijaksana. Badan atau bentuk material yang berbeda untuk mengakomodasi
kesadaran tertentu sudah disusun oleh alam di dalam rencana kosmis (mayadhyaksena praktih -
Bhagavadgita 9.10) sebagaimana telah dinyatakan sebelumnya, Brahma-vaivarta purana menyatakan
“asitim caturas caiva laksam tan jiva-jatisu bhrahmadbhih purusaih prapyam manusyam janma-
paryayat” yang artinya “ada 8.400.000 bentuk kehidupan dan seseorang mendapatkan bentuk
kehidupan manusia setelah mengalami perubahan 8,0 x 106 bentuk kehidupan yang lain.
Padma Purana memberikan pernyataan secara terperinci berkaitan dengan bentuk kehidupan yang
berbeda sebagai berikut :
jala-ja nava-laksani sthavara laksa vimsati
krmaya rudra-sankhyakah paksinam dasa-laksanam
trimsal-laksani pasavas catur-laksanimanusah
"Ada 900 000 spesies hidup yang hidup di air; 2 000 000 spesies tumbuh-tumbuhan dan pohon-
pohonan; 1 100 000 spesies kehidupan kecil, serangga, reptil; 1 000 000 spesies kehidupan burung; 3
000 000 spesies binatang buas; dan 400 000 spesies kehidupan manusia."
Bentuk biologis memiliki keterbatasan dalam perkembangan kesadaran. Oleh karena itu, tinggkat
kesadaran yang berbeda diungkapkan melalui tubuh yang berbeda. Vedanta membagi tingkat kesadaran
kedalam lima kategori utama yaitu : acchadita (tertutup), sankucita (menguncup), mukulita (mulai
berkembang), vikasita (berkembang), dan purnavikasita (berkembang secara penuh).
Pohon-pohon dan tanaman misalnya hampir tidak terlihat kesadarannya. Mereka termasuk kategori
'kesadaran tertutup'. Sedangkan ketika kita mengamatinya dengan hati-hati, kita melihat bahwa mereka
memiliki kesadaran yang terbatas. Jagadish Chandra Bose melaporkan bahwa tanaman mempunyai
kesadaran. Makhluk hidup yang lain seperti cacing, serangga dan binatang yang lain termasuk yang
mempunyai 'kesadaran menguncup'. Mereka tidak tertutupi sebagaimana tanaman, tapi kesadaran
mereka tidak begitu berkembang.
Manusia mempunyai 'kesadaran yang mulai berkembang'. Sebuah perkembangan yang tampaknya
mengecil, tapi hal itu mempunyai potensi untuk merekah kedalam sebuah bunga. Kesadaran manusia
mempunyai potensi yang sama. Jadi, manusia mempunyai kemampuan bawaan untuk mengembangkan
kesadarannya sampai luasnya yang hampir tak terbatas, sampai kepada poin mengetahui pengetahuan
kebenaran mutlak. Spesies lain tidak mempunyai kemampuan khusus seperti ini. Itulah mengapa
vedanta menjelaskan bahwa bentuk kehidupan manusia adalah bentuk kenaikan tertinggi dan menuju ke
Brahman, kebenaran mutlak, Tuhan yang secara khusus dimaksudkan untuk bentuk kehidupan manusia.
Kesadaran terus berevolusi dengan cara ini karena tujuan kehidupan adalah untuk mencapai tingkat
kesadaran sac-cid-ananda. Kemudian didalam vedanta, kehidupan berbeda dengan badan material yang
menempatinya. Didalam bentuk kehidupan manusia, ketika seseorang mulai merasakan tentang
Brahman, kebenaran mutlak, perkembangan seseorang kearah Tuhan - seperti halnya kesadaran
spiritual yang mulai berkembang atau berevolusi. Itulah tingkat kesadaran 'berkembang'. Hal tersebut
akan berakibat terhadap kesadarannya, dia akan mempraktekkan disiplin spiritual yang teratur, dia
berevolusi lebih jauh dan semakin jauh. Akhirnya, dia mencapai perwujudan transendental secara
penuh, kesadaran Tuhan, tingkat kesadaran 'berkembang secara penuh'.
Dalam kosmologi vedanta, ada perputaran periodik yang dikenal sebagai perputaran Yuga
(perputaran jaman), yaitu dari proses penciptaan sampai proses peleburan dunia material beserta
makhluk hidup yang menempatinya secara terus menerus berubah seperti halnya musim. Ada empat
Yuga didalam setiap perputaran yuga : Satya yuga, Treta yuga, Dvapara yuga dan Kali yuga. Denih
kehidupan atau spiriton disuntikkan oleh Tuhan kedalam rahim dari alam material. Ketika perputaran
kosmis yang tampaknya tepat, banyak bentuk biologis yang berbeda terwujud dalam perputaran yuga
yang sementara itu. Berdasarkan vedanta, keseluruhan bentuk biologis sudah ada dalam keadaan

Kehidupan dan Asal mulanya/7/17/2008 12


tersembunyi, baik berwujud ataupun tidak berwujud, mempunyai tubuh kehidupan yang ada di bumi
yang akan dimulai dari organisme apapun; bakteri, tanaman, burung, bintang, manusia, dan lain-lain,
berdasarkan hukum karma. Kemudian, kosmologi vedanta mendukung perwujudan organisme secara
simultan. Prinsip ini berada dalam kontradiksi secara langsung dengan paradigma Darwin.
Jika adanya jiwa atau spiriton diakui dalam paradigma Darwin maka paradigma spiritual vedanta dapat
sesuai dengan paradigma Darwin. Jadi elemen yang hilang dalam paradigma Neo Darwinian atau
biologi molekuler adalah jiwa atau spiriton. Walaupun, didalam paradigma vedanta, kesadaran
berevolusi dan bentuk biologis yang dirancang seperti ini sehingga setiap bentuk dapat menempati
tingkat kesadaran yang berevolusi dari makhluk hidup itu. Proses ini juga dikenal sebagai perpindahan
jiwa (reinkarnasi).
Selama kehidupan dari setiap dunia, melalui karma dari kesadaran makhluk hidup, beberapa bentuk
makhluk hidup terwujud dalam periode tertentu dari kalpa (waktu) yang berbeda dan beberapa makhluk
hidup mungkin tidak terwujud. Ada juga peleburan secara parsial (hanya sebagian saja) dan peleburan
secara total dari alam semesta yang membawa akibat ke seluruh kelompok makhluk hidup, bisa
musnah. Jadi, didalam perhitungan kosmologi vedanta, adalah sangat beralasan untuk memperkirakan
bahwa seseorang tidak akan dapat menemukan perhitungan universal yang sistematis atau rekaman
fosil dalam sejarah global. Didalam model vedanta, musnahnya kadal raksasa atau dinosaurus yang
masih misteri bagi ilmu pengetahuan barat, bukanlah sesuatu yang tidak masuk akal.

Memperhatikan jijnasa adalah kualitas kehidupan fundamental yang lain. Setiap orang menemukan
tentang sesuatu atau yang lainnya pada masa kehidupan, seseorang mengalami fase yang berbeda
seperti usia tua, penyakit dan berbagai macam penderitaan. Kemudian dia bertanya, "mengapa saya
menderita?" oleh karena itu, dia ingin menemukan solusi untuk masalah ini. Setiap riset hendaknya
semacam pencarian jawaban. Sifat dan kapasitas manusia dimulai ketika pertanyaaan ini dibangkitkan
dalam pikiran seseorang. Pertanyaan untuk memahami arti kehidupan yang lebih dalam adalah
membelokkan poin dalam kehidupan individu.
Oleh karena itu, bentuk penyelidikan adalah proses paling penting dari perolehan ilmu pengetahuan.
Kita ingin tahu mengenai hal-hal yang berada di luar yang dapat kita lihat secara konvensional. Kita
menemukan mikroskop elektron, teleskop, dan lain-lain untuk memuaskan rasa ingin tahu kita. Tapi ini
tidak cukup. Indria dan perkembangan indria kita masih sangat terbatas.
Dapatkah burung menyelidiki tentang arti kehidupannya?, makhluk hidup yang tidak berdosa dan
makhluk hidup biasa seperti burung dan binatang hanya menyelidiki kebutuhan jasmaninya saja.
Mereka ingin mengetahui, dimanakah air? dimanakah makanan? dimanakah tempat berlindung? dan
lain sebagainya. Sedangkan mereka tidak mempunyai kapasitas untuk memahami tentang tujuan yang
lebih dalam dan arti kehidupan. Tapi dalam bentuk kehidupan manusia, seseorang diberkati dengan
kemampuan yang unik untuk memahami di luar kebutuhan tubuh ini. Ini adalah kualifikasi unik dan
khusus dari bentuk kehidupan manusia.
Ketika seorang anak tumbuh, dia mengamati dari orang tuanya tentang banyak hal disekelilingnya,
seperti apa ini? apa itu? dan lain-lain. Dengan cara ini, anak itu mengumpulkan ilmu pengetahuan dari
orang tuanya. Karena kesadaran inteligensi berkembang secara penuh, manusia dapat membuat tingkat
pengamatan yang berbeda termasuk pertanyaan yang lebih dalam mengenai kehidupan. Pemahaman
paling penting dari kehidupan manusia seharusnya adalah untuk menemukan tentang kebenaran mutlak,
jivasya tattvajijnasa (Srimad Bhagavatam 1.2.10).
Kemampuan untuk memahami tentang kebenaran tertinggi dari kehidupan membuat manusia secara
unik berbeda dari segala bentuk kehidupan lain. Newton bertanya mengapa apel jatuh kebawah.
Sebagaimana jawaban untuk pertanyaan ini, dia menemukan hukum gravitasi. Jadi Vedanta
menekankan bahwa subyek primer materi dari bentuk kehidupan manusia adalah untuk menyelidiki
tentang ilmu kebenaran mutlak, Personalitas Tuhan.
Katha Upanishad (1.3.14) berkata dengan sangat tegas dan cermat melakukan sebuah klarifikasi semua
kehidupan manusia dalam sloka berikut ini:

Kehidupan dan Asal mulanya/7/17/2008 13


uttistha jagrataprapya varan nibhodata
ksurasya dhara nisita duratyaya
durgam pathas tat kavayo vadanti
Bangkitlah ! Bangunlah ! cobalah untuk memahami tulang yang kamu miliki sekarang dalam bentuk
kehidupan manusia ini. Realisasi jalan spiritual sangat sulit; jalan itu seperti mata pisau cukur yang
tajam, sulit untuk dijalani dan sulit untuk diseberangi, jadi ikutilah orang suci yang terpelajar.
Siapa saya? Apa itu kebenaran mutlak Tuhan? Dari mana asal usul kehidupan? Bagaimana eksistensi
Tuhan? Kemana nasib sang roh manusia ketika badannya mati? Pertanyaan-pertanyaan tersebut
merupakan beberapa pertanyaan dasar yang hendaknya dipahami oleh manusia bisa. Kehidupan
manusia didapat dari proses evolusi spiritual.
Penyelidikan ilmiah saat ini tanpa pengetahuan tentang spiritual adalah pemahaman satu sisi
saja. Segala bentuk penyelidikan manusia seharusnya ditujukan untuk mencari kebenaran mutlak,
Personalitas Tuhan. Karenanya, tujuan semua ilmu seharusnya adalah untuk menyelidiki tentang planet
Tuhan. Seorang pakar fisika seharusnya menyelidiki: dari mana sumber yang sesungguhnya dari hukum
alam? pakar kimia dapat menyelidiki: siapa bahan kimia Yang Tertinggi disamping seluruh molekul
yang mengagumkan seperti DNA, khlorofil, protein, dan sebagainya. Vedanta menjelaskan bahwa jika
kita melakukan riset cukup jauh, kita akan menemukan bahwa sumber tertinggi adalah Personalitas
Tuhan.
Jadi, Vedanta memperingatkan bahwa orang-orang cerdas tidak seharusnya disesatkan oleh
berita-berita dari ilmuan atheis yang bersifat sementara dan tidak lengkap yang mencoba untuk
menghilangkan Tuhan dari segalanya. Ini akan menjadi berguna untuk pengetahuan ilmiah modern.
Ketika seseorang menyadari kebenaran mutlak melalui penyelidikan seperti ini, dia akan memahami
dasar kenyataan yang sebenarnya. Dan kemudian, tugasnya adalah mengagungkan Tuhan YMK melalui
pemahaman ilmiah. Ini adalah dasar kebahagiaan yang tersembunyi dan yang sebenarnya. Ini adalah
apa yang Narada Muni (seorang acarya dan rsi yang agung) memerintahkan muridnya, Vyasadeva,
inkarnasi Tuhan dibidang sastra dalam Bhagavata Purana, dalam komentarnya mengenai Vedantasutra.
Albert Einstein, suatu ketika menyatakan, “hal yang penting bukanlah berhenti bertanya. Rasa
ingin tahu mempunyai alasan untuk keberadaannya. Seseorang tidak dapat membantu selain perasaan
kagum ketika dia merenungkan misteri keabadian, dari kehidupan, dari struktur alam material yang
mengagumkan. Adalah sesuatu yang cukup jika seseorang hanya mencoba untuk mengerti sedikit dari
misteri ini setiap hari.”
Dalam bentuk kehidupan manusia, kesadaran (cetana), kecerdasan (buddhi), pikiran (manas), indra
(indria) berkembang dengan sempurna. Jadi, manusia dilengkapi secara sempurna untuk dapat
menanyakan (jijnasa) yang paling dalam, yaitu pemahaman spiritual. Pesan yang serupa dalam
pernyataan Albert Einstein yang menyatakan bahwa mengetahui rencana Tuhan adalah hal yang paling
utama dan sisanya adalah pelengkapnya. Melalui pemahaman ini, sambandha, hubungan antara diri kita
dan Tuhan akan muncul pengetahuan spiritual yang murni akan dapat dimenegerti. Isa Upanisad lebih
jauh menyatakan, isavasyamidam sarvam, segala sesuatu adalah milik Personalitas Tertinggi, Tuhan.
Oleh karena itu, segala sesuatu hendaknya digunakan melakukan pelayanan kepada Personalitas Tuhan,
termasuk usaha para ilmuwan dan semua pemimpin didunia. Dengan singkat, ini merupakan pandangan
Vedanta berkaitan dengan tugas utama umat manusia.

KESIMPULAN
Studi kehidupan dan asal-usulnya sehubungan dengan molekul sudah menjadi model penelitian dari
pakar biologi dan para pakar kimia evolusi. Walaupun, para ilmuwan sejauh ini tidak dapat
menghasilkan kehidupan dari biomolekul dan tidak dapat menjelaskan kehidupan dan asal-usulnya
secara sempurna. Justru, konsep ini semakin meniadakan secara menyeluruh dimensi kehidupan
spiritual dan intinya, berlawanan dengan fakta. Bagaimana bisa kita menggambarkan kehidupan tanpa
mengikut sertakan perasaan kita, yang ikut mengambil bagian pada sebagian besar dari kehidupan kita?

Kehidupan dan Asal mulanya/7/17/2008 14


kita tidak dapat mengabaikan seluruh estetika dunia yaitu: keindahan, musik, seni pahat, puisi,
kesusastraan, teater, tarian, dan sebagainya yang memainkan peranan utama dalam kehidupan kita.
Sehingga terlihat bahwa dalam studi kehidupan dan asal-usulnya, berbagai pendekatan disiplin ilmu
bergabung dalam berbagai bidang seperti biologi, fisika, teologi dan yang lainnya adalah sangat penting
dan perlu. Studi terhadap konsep spiritual tentang kehidupan dari semua tradisi agama dunia termasuk
tradisi Vedanta kuno akan sangat diperlukan.
Bioengineering dan Bioteknologi juga sudah meningkatkan banyak masalah bioetika. Kita harap selama
abad 21 ini, kita mungkin dapat melihat perkembangan yang luar biasa dari banyak aspek tentang
kehidupan, termasuk aspek spiritual. Kita mungkin mempunyai kesempatan untuk mengambil
pandangan yang baik kedalam theisme dan atheisme melalui studi sains kehidupan pada abad 21. Jadi
didalam riset itu untuk pemahaman kehidupan yang lebih dalam, termasuk spiritualitas dalam penelitian
ilmiah bisa menjadi faktor yang penting. Dengan kata lain, ilmu pengetahuan dan spiritualitas
seharusnya menjadi partner penting dalam bidang kajian yang sangat besar dari pertanyaan manusia
tentang hidup dan kehidupan.

Daftar Pustaka
1. Karl R. Popper, "Reduction and the Essential Incompleteness of All Science", Studies in the Philosophy of: Biology
,eds. Francisco Jose Ayala and Theodosius Dobzhansky, 1974, p.271.
2. "From Primordial Soup to the Prebiotic Beach", Interview with Stanley Miller by Sean Henahan, October 1996,
Access Excellence, National Health Museum; web: www.accessexcellence.org/WN/NM/miller.html
3. Carl Woese, The Genetic Code: The Molecular Basis for Genetic Expression, New York, Harper and Row, 1967;
F.H.C. Crick, "The Origin of the Genetic Code", /. Mol. Biol, 1968, 38:367-379; L.E. Orgel, "Evolution of the
Genetic Apparatus", /. Mol. Biol, 1968, 38:381-393.
4. K. Kruger, P.J. Grabowski, A.J. Zaug, J. Sands, D.E. Gottschling, and T.R. Cech, "Self-Splicing RNA: Autoexcision
and Autocyclization of the Ribosomal RNA Intervening Sequence of Tetrahymena," Cell, 1982, 31:147-157; C.
Guerrier-Takada & S. Altman, "Catalytic Activity of an RNA molecule prepared by transcription in vitro", 1984,
Science, 223:285-9.
5. Walter Gilbert, "The RNA World," Nature, 1986, 319: 618.
6. G. Joyce, "RNA evolution and the origins of life," Nature 338 (1989): 217-224; T.J. Gibson and A.I. Lamond,
"Metabolic complexity in the RNA World and implications for the origin of protein synthesis," /. Mol. Evol. 30
(1990): 7-15; G.F. Joyce and L.E. Orgel, "Prospects for understanding the origin of the RNA World," in The RNA
World, eds. R.F. Gesteland and J.F. Atkins, New York, Cold Spring Harbor Laboratory Press, 1993, pp. 1-25.
7. Leslie E. Orgel, "The Origin of Life on the Earth", Scientific American, 1994, vol.271, No A, pp.76-83. Also refer R.
Shapiro, "The improbability of prebiotic nucleic acid synthesis," Origins of Life 14 (1984): 565-570; R. Shapiro,
"Prebiotic ribose synthesis: a critical analysis," Origins of Life 18 (1988): 71-85; R. Shapiro, "The prebiotic role of
adenine: a critical analysis," Origins of Life and the Evolution of the Biosphere 25 (1995): 83-98.
8. Rosa Larralde, Michael P. Robertson, and Stanley L. Miller, "Rates of decomposition of ribose and other sugars:
Implications for chemical evolution," Proc. Natl. Acad. Sci. USA, 1995, 92: 8158-8160. The ribose half-lives are
very short, Larralde et al. report: 73 minutes at pH 70 and 100° C and 44 years at pH 70 and O°C.
9. C. Thaxton, W. Bradley, and R. Olsen, The Mystery of Life's Origin, New York, Philosophical Library, 1984.
10. G.F. Joyce and L.E. Orgel, "Prospects for understanding the origin of the RNA World", The RNA World, eds. R.F.
Gesteland and J.F. Atkins, New York, Cold Spring Harbor Laboratory Press, 1993, pp. 1-25. Also refer Gordon C.
Mills & Dean Kenyon, "The RNA World: A Critique", Origins & Design, 17:1, 1996.
11. Ibid.
12. Francis Crick, "Foreword", The RNA World, eds., R.F. Gesteland & J.F. Atkins, 1993, p.xiii.
13. Orgel, L. E., "The origin of life - a review of facts and speculations", Trends in Biochemical Sciences , 1998,
Volume 23, pp 491-495.
14. T.D. Singh & W. Arber, "Dialogue on Life and its Origin", Savijnanam - Scientific Exploration for a Spiritual
Paradigm, Vol.1, Kolkata, 2002, p.8 & p. 16.
15. E. Schrodinger, What is Life?, Cambridge University Press, Cambridge, 1944, p.81.
16. M.Polanyi, "Life's Irreducible Structure", Science, 160:1308-1312.
17. Refer A. C. Bhaktivedanta Swami Srila Prabhupada, Bhagavad-Gita As It Is, Bhaktivedanta Book Trust, Bombay,
1997.
18. Ibid., verse 2.23—nainam chindanti sastrani nainarh dahati pavakah na cainam kledayantyapo na sosayati
marutah, meaning, "the soul can never be cut to pieces by any weapon, nor burned by fire, nor moistened by water,
nor withered by the wind."
19. A Conversation with James Watson, Scientific American, 2003, 288(4):66-70. Also refer to the extended version of
this conversation at Scientific American's website www.sciam.com

Kehidupan dan Asal mulanya/7/17/2008 15


20. Lecture by Stephen Hawking on "Godel and the End of Physics" at Texas A&M University in College Station,
Texas, March 8, 2003; adapted from http://www.damtp.cam.ac.uk/ strtst / dirac / hawking
21. We should note that some religious traditions do not accept the existence of the soul and some others proclaim that
the soul is present in human beings only. However, ancient Vedic science of India does not accept such statements
and states very firmly that all living entities have spirit souls.
22. Bhagavad-GM As It Is, verse 2.20 purport, Ibid.
23. Ibid., verses 7.4-5.
24. Ibid., verse 9.2.
25. Eugene P. Wigner, "Two Kinds of Reality," The Monist, Vol. 48, 1964, p.250.
26. T. D. Singh and R. L. Thompson, back cover, Consciousness The Missing Link.
27. Discours de la Mithode, 1637.
28 The individual living entity is called jiva in Sanskrit language.
29. Bhagavad-GM verse 3.42, Ibid.
30. J. C. Eccles, Proc. Roy. Soc., B777, 1986, 411-28.
31. T.D.Singh & Karl H. Pribram, "Science is Spiritual", Savijnanam- Scientific Exploration for a Spiritual Paradigm,
Vol.1, Kolkata, 2002, p.38.
32. John Eccles, Evolution of the Brain: Creation of the Self, New York, 1989, p.241.
33. The Voice of Genius, Ed. Denis Brian, Cambridge, Massachusetts, 1995, 371.
34. Bhagavad-Gita As It Is, Ch.14, Ibid.
35. Thoughts on Synthesis of Science and Religion, eds. T. D. Singh and Samaresh Bandyopadhyay, Kolkata, 2001,
p.103.
36. Refered in Brahma-vaivarta Purana and Padma Purana.
37. T.D. Singh & W. Arber, "Dialogue on Life and its Origin", Savijnanam - Scientific Exploration for a Spiritual
Paradigm, Vol.1 Kolkata, 2002, p. 12.
38. Stephen Jay Gould, "Evolution's Erratic Pace", Natural History, vol. 86, May 1977, p.14.
39. Srlla Bhaktivinoda Thakura, Jaiva-Dharma.
40. "... In many other ways we are able to find that the plant has a heart that beats continuously as long as life remains."
[Cf. Dibakarsen and Ajoy Kumar Chakraborty, C. Base Speaks, Puthipatra, Calcutta, 2000, pp.153, 195-200.]
41. 1000 cycles of four yugas (ages)
42. A.C. Bhaktivedanta Swami Srlla Prabhupada, Srlmad-Bhagavatam, Canto 1, Ch. 2 Verse 10, Bhaktivedanta Book
Trust, Bombay, 1987.
43. Srimad-Bhagavatam, Canto 1, Ch. 5, Verse 21, Ibid.
44. In Donald O. Bolander, Instant Quotation Dictionary, 1979.
45. R. Clarck, The Life and Times of Einstein, The World Publishing Co., New York, 1971, p.19.

Kehidupan dan Asal mulanya/7/17/2008 16

Anda mungkin juga menyukai