Wardhana Muasal Kehidupan
Wardhana Muasal Kehidupan
Made Wardhana
Yayasan Institut Bhaktivedanta Indonesia
PENDAHULUAN
Apa itu kehidupan? Setiap orang ingin tahu tentang kehidupan, baik dia seorang ilmuwan, filsof,
sastrawan, seniman atau agamawan, laki maupun perempuan. Kita semua ingin tahu tentang
kenyataan dan tujuan dari keberadaan kita - "mengapa kita dilahirkan?", "mengapa kita mati?",
"mengapa kita menderita penyakit dan mengalami umur tua?", "apa tujuan terakhir kita?" Seorang
pakar fisika dari Austria Erwin Schrodinger, walaupun bukan pakar biologi ia menulis karya klasik
mengenai ’apa itu kehidupan?’ pada tahun 1944.
Beberapa dekade terakhir, banyak kemajuan yang pesat dalam ilmu genetika dan biologi molekuler, dan
sudah memberikan pemahaman tambahan bagi kita mengenai pertanyaan tentang kehidupan dan
evolusi. Para ilmuan mempunyai banyak pertanyaan yang rumit dalam mengatasi persoalan tentang
proses kehidupan, struktur dan fungsi dari biomolekuler. Sedangkan, jawaban untuk pertanyaan - 'apa
itu kehidupan?' masih belum terjawab.
Berkaitan dengan hal ini, Karl Popper, salah seorang ahli filsafat ilmu pengetahuan termasyur abad ke
20, juga menyatakan, "permasalahan yang tidak terpecahkan dengan biologi molekuler telah membuat
masalah menjadi semakin rumit terhadap asal usul kehidupan dari sebelumnya: kita sudah memperoleh
masalah baru dan semakin dalam."1
Usaha yang serius untuk mendapatkan pemahaman kehidupan yang jelas baik secara ilmiah, filosofis
dan secara keagamaan adalah dasar yang penting dan hal tersebut akan memberikan pengaruh besar
pada kehidupan kita dan cara pandang dunia. Dalam tulisan singkat ini, pertama-tama penulis ingin
memberikan pandangan tentang teori ilmiah modern mengenai kehidupan dan evolusi serta ketidak-
lengkapan teori evolusi untuk menjelaskan kehidupan. Setelah itu, penulis mengajukan paradigma
alternatif tentang kehidupan yang berdasarkan dari pandangan Vedanta, dan kemudian lebih jauh
menjelajahi kajian kesadaran dan berbagai subyek kajian lain yang berhubungan dengan kehidupan dari
pandangan Vedanta.
1
Disampaikan pada Seminar Nasional “Kehidupan dan Asal-mulanya” di Denpasar, 25 Agustus 2007
Dunia RNA
Pada akhir tahun 1960 beberapa pakar biologi termasuk Crick, Carl Woese dan Leslie Orgel
menyatakan bahwa molekul purba bukanlah DNA ataupun protein, melainkan RNA. Asam ribonekleat
(RNA), yang mereka katakan, mungkin akan mempercepat reaksi yang diperlukan untuk replikasi
seiring dengan penyediaan informasi genetika yang diperlukan untuk menggandakannya sendiri.
Penggandaan RNA sendiri berdasarkan teori tersebut yang timbul pertama kali, dan DNA serta protein
lainnya akan ditambahkan kemudian. DNA dapat berevolusi dari RNA dan kemudian menjadi lebih
stabil, dengan mengambil peranan RNA sebagai penjaga keturunan.
Ide ini kemudian mendapatkan dukungan pada awal tahun 1980 dari penemuan Thomas Cech dan
Sidney Altman mengenai sejenis RNA sebagai reaksi katalisasi. Molekul RNA yang mengkatalisasi
reaksi ini kemudian diberi istilah dengan "ribozymes". Pada tahun 1986, Walter Gilbert, dalam sebuah
artikel dari majalah Nature, menggambarkan dunia purba sebagai "dunia RNA" dimana molekul RNA
mengkatalisasi dan mensintesis sendiri. Sejak itu kemudian, istilah dunia RNA menjadi hipotesis umum
bahwa pertama-tama adalah RNA, kemudian DNA dan protein. Para peneliti terus menemukan hal
baru untuk menggandakan RNA, secara berulang-ulang untuk menggambarkan seberapa bergunakah
molekul RNA tersebut.
Walaupun ada banyak kesulitan dan masalah dalam dunia RNA. Leslie Orgel, pada tahun 1960, salah
seorang ilmuwan yang pertama kali menyatakan bahwa para peneliti yang berusaha untuk
menggambarkan kemungkinan pembentukan secara spontan unsur kimia RNA. Ribosa, adalah gula
yang merupakan bagian penting dari molekul RNA, sulit untuk tercipta dari hipotetis kondisi awal bumi
kecuali dalam jumlah yang sangat kecil. Stanley Miller dan rekan-rekannya juga melaporkan, "Ribosa
dan gula yang lain secara mengejutkan memiliki paruh-hidup yang pendek untuk pembusukan pada pH
netral, membuatnya sangat tidak mudah, sehingga gula yang tersedia sebagai reagen prebiotik.
Dunia RNA menyatakan bahwa di dunia purba, ribonukleotida secara spontan memadat membentuk
polimer-polimer untuk membentuk molekul RNA dan molekul RNA yang terbentuk akan mempunyai
aktifitas katalisator untuk mereplikasi dirinya sendiri, dan populasi replikasi molekul oleh dirinya
sendiri seperti ini akan meningkat. Seandainya RNA dapat dibentuk secara spontan, hal itu akan
diturunkan secara terus menerus melalui hidrolisis spontan dan proses penghancuran yang lainnya alam
primitif. Joyce dan Orgel menunjukkan banyak masalah yang terperinci dengan postulat dunia RNA
tersebut. Mereka akhirnya menyarankan untuk tidak menerima "mitos dari penggandaan diri molekul
RNA oleh dirinya sendiri sehingga membangkitkan ‘de novo’ dari sup polinukleida secara kebetulan.
Bukan hanya paham seperti ini yang tidak realistis dalam pemahaman kita saat ini terhadap unsur kimia
prebiotik, tapi hal itu seharusnya meregangkan kecenderungan pandangan yang optimis terhadap
potensial katalitis RNA. Francis & Crick, mengungkapkan keraguan mengenai dunia RNA. Dia
berkata, "pada saat ini, pemisah dari primordial soup pada sistim RNA pertama sesuai dengan seleksi
Lebih jauh, ketika seseorang meninggal, seseorang dapat mengalami gejala lepasnya spiriton melalui
mata, mulut, rektum, atau melalui lubang kulit dari kepala sepanjang nafas kehidupan.
Dalam Vedanta, ada dua aspek realitas - alam spiritual dan alam material. Yang seharusnya dicatat
bahwa aktifitas makhluk hidup bukanlah aktifitas fisika yang sederhana, banyak ilmuwan menghadapi
kesulitan yang sangat besar untuk menjelaskan tingkah laku manusia hanya dalam istilah mekanik atau
material dan merasakan keterbatasan seperti ini secara intuitif. James Watson, penemu model double
helix struktur DNA, mengatakan, "masih ada masalah yang sangat utama untuk dipecahkan mengenai
bagaimana informasi disimpan dan didapatkan kembali dan digunakan didalam otak. Ini adalah
masalah yang lebih besar dari pada DNA, dan masalah yang lebih sulit … kamu dapat menemukan gen
untuk tingkah laku, tapi hal itu tidak memberi tahu kamu bagaimana otak bekerja … kita masih tidak
tahu bagimana otak bekerja …" Baru-baru ini, Stephen Hawking juga mengungkapkan dalam
kuliahnya, sebagaimana Dirac ungkapkan, keseimbangan cahaya dari Maxwell dan keseimbangan
gelombang relativitas … membuat sebagian besar ahli fisika, ahli kimia dan biologi bertanya. Jadi pada
dasarnya, kita seharusnya dapat memprediksi tingkahlaku manusia, walaupun saya tidak mengatakan
bahwa saya sudah mempunyai banyak keberhasilan. Masalahnya adalah bahwa otak manusia terdiri
dari terlalu banyak pertikel bagi kita untuk dapat memecahkan masalah tersebut."
Berdasarkan vedanta, otak dalam makhluk hidup yang berkembang adalah bagian organ penting dari
mesin tubuh dengan gejala adanya kesadarannya disalurkan. Energi kesadaran disalurkan dari jiwa
spiritual atau spiriton.
Dalam buku biologi, kehidupan atau makhluk hidup secara umum didefinisikan sesuai dengan
kemampuan untuk tumbuh, berkembang-biak, bergerak, merespon rangsangan seperti sinar, panas dan
suara dan ditunjang oleh nutrisi, pernafasan dan ekskresi. Tapi apa yang membuat sistim tersebut
berkerja?
Secara biologist menjelaskan bahwa pertumbuhan disebabkan oleh penggandaan sel melalui berbagai
level pembelahan sel seperti meiosis dan mitosis. Tapi mengapa ada sel yang mulai membelah diri pada
tempatnya yang pertama? Mengapa sebuah telur yang telah dibuahi mengalami pembelahan yang
mengakibatkan pembentukan seluruh organ tubuh? Vedanta menjelaskan bahwa karena adanya
spiriton, tubuh itu dihidupkan dan aktif serta mengalami 6 tipe transformasi. Dilahirkan, hidup untuk
beberapa saat, tumbuh, melahirkan beberapa keturunan, secara bertahap menjadi tua, dan pada akhirnya
mati.
Hal itu seperti analogi dari mobil dan pengendara didalamnya. Ketika pengendaranya pergi, mobil itu
tidak dapat bergerak. Demikian pula, ketika sang roh, atau spiriton pergi atau yang biasa kita sebut
dengan kematian, tubuh tidak lagi mempunyai jiwa walaupun sebenarnya semua mesin molekuler yang
membangun tubuh itu masih tetap utuh. Srimad Bhagavadgita (7.4-5) menyebutkan tentang spiriton
berbeda dari materi sebagai berikut :
bhumir apo ‘nalo vayuh kham mano bhudir eva ca
ahankara itiyam me bhinna praktir astadha
apareyam itas tv anyam prakrtim viddhi me param
jiva-bhutam maha baho yayedam dharyate jagat
Partikel Spiritual
(Sang Roh memiliki kesadaran)
Kecerdasan
Pikiran
Indera
Badan manusia
Hubungan kesadaran dengan kecerdasan, pikiran dan indera-indera dijelaskan didalam Katha Upanisad
(1.3.3-4) sebagaimana gambaran kereta perang (lihat gambar 2) sebagai berikut :
atmanam rathinam viddhi sarinam ratham eva ca
bhudim tu sarathim viddhi manah pragraham eva ca
indriyani hayan ahur visayams tesu gocaran
atmendrya-mano-yuktam bhoktety ahur manisinah
“Individual (jiwa atau spiriton) adalah penumpang dalam kereta perang dari badan material, dan
kecerdasan adalah pengemudinya. Pikiran adalah tali kemudi, dan indera-indera adalah kuda-kudanya.
(jiwa atau spiriton) diri kemudian adalah yang menikmati atau menderita berkaitan dengan pikiran dan
indera-indera. Hal ini hendaknya dipahami oleh orang-orang yang berfikir."
Partikel kesadaran individual yaitu spiriton diibaratkan penumpang karena, dia adalah penghuni utama
dan kemudian yang menikmati atau menderita dari perjalanan itu. Kuda-kuda menunjukkan inderia-
inderia yang selalu menarik kereta dari badan manusia ke obyek dari indria-indria. Kecerdasan
diibaratkan kusir karena kusir perlu menentukan arah dalam perjalanan agar berhasil dan nyaman. Tali
kendali diibaratkan dengan pikiran karena mereka secara langsung berhubungan dengan kuda-kuda
(indria-indria) dan dibimbing oleh kusir (kecerdasan). Seorang kusir yang cakap (kecerdasan)
mengendalikan tali kendali (pikiran) yang dihubungkan dengan kuda-kuda (indria) untuk membimbing
secara tepat kereta menuju tujuannya. Dengan cara ini, penumpang atau jiwa dapat mencapai tujuan
yang diinginkan dengan menggunakan seluruh fasilitas yang layak. Dilain pihak, jika ada aturan yang
tidak terkendali dan tidak terkoordinasi secara tepat dalam hirarki tersebut, maka cepat atau lambat
akan terjadi kecelakaan.
Jadi, berdasarkan vedanta, aktifitas manusia ditentukan oleh keinginan dari partikel kesadaran
(spiriton), yang kemudian diterjemahkan melalui kecerdasannya dan pikiran ke tubuh manusia. Pikiran
berinteraksi dengan tubuh melalui otak. Otak adalah merupakan pusat unit prosesing(CPU) dari
rangkaian komputer, semua sinyal aktifitas masuk dan juga keluar, tapi dia berfungsi berdasarkan pada
keinginan sang programmer. John Eccles mengatakan psikon sebagai unit dasar dari pikiran dan dia
berinteraksi dengan otak melalui dendron. Karl Pribram menyatakan bahwa psikon adalah sesuatu yang
menyerupai fungsi Gabor, yaitu fungi gelombang. Sedangkan, vedanta menunjukkan bahwa partikel
kesadaran terletak di luar partikel material dan gelombang alam. Karenanya interaksi partikel
kehidupan dan kecerdasan adalah interaksi kompleks yang tinggi dan mungkin terletak di luar wilayah
pembahasan ilmu pengetahuan modern.
Didalam riset sains modern, mayoritas para ilmuwan banyak melakukan reduksionisme dan
mereka tidak berfikir diluar partikel material, kekuatan, gelombang, dan lain-lain. dan hubungan logika
matematika mereka yang mencoba untuk menjelaskan realitas alam semesta. Vedanta menyatakan
bahwa pendekatan yang hanya disatu sisi ini tidak akan dilakukan. Sehubungan dengan ini, John
Eccles, peraih hadiah nobel dalam ilmu kedokteran dan fisiologi mengatakan, "saya menyadari bahwa
mesteri manusia adalah sangat merendahkan diri saya melalui reduksionisme ilmiah, dengan
pernyataannya berkaitan dengan materialisme untuk memperhitungkan semua dunia spiritual berkaitan
dengan pola aktivitas neuron(sel saraf). Kepercayaan ini harus digolongkan sebagai yang tak masuk
akal … kita harus mengakui bahwa kita adalah makhluk spiritual dengan adanya jiwa didalam dunia
spiritual sebagaimana makhluk material dengan tubuh dan otak yang ada di dunia material." Dia juga
berkata, "ada misteri yang mendasar dalam eksistensi diri saya, transendental biologis berkaitan dengan
Memperhatikan jijnasa adalah kualitas kehidupan fundamental yang lain. Setiap orang menemukan
tentang sesuatu atau yang lainnya pada masa kehidupan, seseorang mengalami fase yang berbeda
seperti usia tua, penyakit dan berbagai macam penderitaan. Kemudian dia bertanya, "mengapa saya
menderita?" oleh karena itu, dia ingin menemukan solusi untuk masalah ini. Setiap riset hendaknya
semacam pencarian jawaban. Sifat dan kapasitas manusia dimulai ketika pertanyaaan ini dibangkitkan
dalam pikiran seseorang. Pertanyaan untuk memahami arti kehidupan yang lebih dalam adalah
membelokkan poin dalam kehidupan individu.
Oleh karena itu, bentuk penyelidikan adalah proses paling penting dari perolehan ilmu pengetahuan.
Kita ingin tahu mengenai hal-hal yang berada di luar yang dapat kita lihat secara konvensional. Kita
menemukan mikroskop elektron, teleskop, dan lain-lain untuk memuaskan rasa ingin tahu kita. Tapi ini
tidak cukup. Indria dan perkembangan indria kita masih sangat terbatas.
Dapatkah burung menyelidiki tentang arti kehidupannya?, makhluk hidup yang tidak berdosa dan
makhluk hidup biasa seperti burung dan binatang hanya menyelidiki kebutuhan jasmaninya saja.
Mereka ingin mengetahui, dimanakah air? dimanakah makanan? dimanakah tempat berlindung? dan
lain sebagainya. Sedangkan mereka tidak mempunyai kapasitas untuk memahami tentang tujuan yang
lebih dalam dan arti kehidupan. Tapi dalam bentuk kehidupan manusia, seseorang diberkati dengan
kemampuan yang unik untuk memahami di luar kebutuhan tubuh ini. Ini adalah kualifikasi unik dan
khusus dari bentuk kehidupan manusia.
Ketika seorang anak tumbuh, dia mengamati dari orang tuanya tentang banyak hal disekelilingnya,
seperti apa ini? apa itu? dan lain-lain. Dengan cara ini, anak itu mengumpulkan ilmu pengetahuan dari
orang tuanya. Karena kesadaran inteligensi berkembang secara penuh, manusia dapat membuat tingkat
pengamatan yang berbeda termasuk pertanyaan yang lebih dalam mengenai kehidupan. Pemahaman
paling penting dari kehidupan manusia seharusnya adalah untuk menemukan tentang kebenaran mutlak,
jivasya tattvajijnasa (Srimad Bhagavatam 1.2.10).
Kemampuan untuk memahami tentang kebenaran tertinggi dari kehidupan membuat manusia secara
unik berbeda dari segala bentuk kehidupan lain. Newton bertanya mengapa apel jatuh kebawah.
Sebagaimana jawaban untuk pertanyaan ini, dia menemukan hukum gravitasi. Jadi Vedanta
menekankan bahwa subyek primer materi dari bentuk kehidupan manusia adalah untuk menyelidiki
tentang ilmu kebenaran mutlak, Personalitas Tuhan.
Katha Upanishad (1.3.14) berkata dengan sangat tegas dan cermat melakukan sebuah klarifikasi semua
kehidupan manusia dalam sloka berikut ini:
KESIMPULAN
Studi kehidupan dan asal-usulnya sehubungan dengan molekul sudah menjadi model penelitian dari
pakar biologi dan para pakar kimia evolusi. Walaupun, para ilmuwan sejauh ini tidak dapat
menghasilkan kehidupan dari biomolekul dan tidak dapat menjelaskan kehidupan dan asal-usulnya
secara sempurna. Justru, konsep ini semakin meniadakan secara menyeluruh dimensi kehidupan
spiritual dan intinya, berlawanan dengan fakta. Bagaimana bisa kita menggambarkan kehidupan tanpa
mengikut sertakan perasaan kita, yang ikut mengambil bagian pada sebagian besar dari kehidupan kita?
Daftar Pustaka
1. Karl R. Popper, "Reduction and the Essential Incompleteness of All Science", Studies in the Philosophy of: Biology
,eds. Francisco Jose Ayala and Theodosius Dobzhansky, 1974, p.271.
2. "From Primordial Soup to the Prebiotic Beach", Interview with Stanley Miller by Sean Henahan, October 1996,
Access Excellence, National Health Museum; web: www.accessexcellence.org/WN/NM/miller.html
3. Carl Woese, The Genetic Code: The Molecular Basis for Genetic Expression, New York, Harper and Row, 1967;
F.H.C. Crick, "The Origin of the Genetic Code", /. Mol. Biol, 1968, 38:367-379; L.E. Orgel, "Evolution of the
Genetic Apparatus", /. Mol. Biol, 1968, 38:381-393.
4. K. Kruger, P.J. Grabowski, A.J. Zaug, J. Sands, D.E. Gottschling, and T.R. Cech, "Self-Splicing RNA: Autoexcision
and Autocyclization of the Ribosomal RNA Intervening Sequence of Tetrahymena," Cell, 1982, 31:147-157; C.
Guerrier-Takada & S. Altman, "Catalytic Activity of an RNA molecule prepared by transcription in vitro", 1984,
Science, 223:285-9.
5. Walter Gilbert, "The RNA World," Nature, 1986, 319: 618.
6. G. Joyce, "RNA evolution and the origins of life," Nature 338 (1989): 217-224; T.J. Gibson and A.I. Lamond,
"Metabolic complexity in the RNA World and implications for the origin of protein synthesis," /. Mol. Evol. 30
(1990): 7-15; G.F. Joyce and L.E. Orgel, "Prospects for understanding the origin of the RNA World," in The RNA
World, eds. R.F. Gesteland and J.F. Atkins, New York, Cold Spring Harbor Laboratory Press, 1993, pp. 1-25.
7. Leslie E. Orgel, "The Origin of Life on the Earth", Scientific American, 1994, vol.271, No A, pp.76-83. Also refer R.
Shapiro, "The improbability of prebiotic nucleic acid synthesis," Origins of Life 14 (1984): 565-570; R. Shapiro,
"Prebiotic ribose synthesis: a critical analysis," Origins of Life 18 (1988): 71-85; R. Shapiro, "The prebiotic role of
adenine: a critical analysis," Origins of Life and the Evolution of the Biosphere 25 (1995): 83-98.
8. Rosa Larralde, Michael P. Robertson, and Stanley L. Miller, "Rates of decomposition of ribose and other sugars:
Implications for chemical evolution," Proc. Natl. Acad. Sci. USA, 1995, 92: 8158-8160. The ribose half-lives are
very short, Larralde et al. report: 73 minutes at pH 70 and 100° C and 44 years at pH 70 and O°C.
9. C. Thaxton, W. Bradley, and R. Olsen, The Mystery of Life's Origin, New York, Philosophical Library, 1984.
10. G.F. Joyce and L.E. Orgel, "Prospects for understanding the origin of the RNA World", The RNA World, eds. R.F.
Gesteland and J.F. Atkins, New York, Cold Spring Harbor Laboratory Press, 1993, pp. 1-25. Also refer Gordon C.
Mills & Dean Kenyon, "The RNA World: A Critique", Origins & Design, 17:1, 1996.
11. Ibid.
12. Francis Crick, "Foreword", The RNA World, eds., R.F. Gesteland & J.F. Atkins, 1993, p.xiii.
13. Orgel, L. E., "The origin of life - a review of facts and speculations", Trends in Biochemical Sciences , 1998,
Volume 23, pp 491-495.
14. T.D. Singh & W. Arber, "Dialogue on Life and its Origin", Savijnanam - Scientific Exploration for a Spiritual
Paradigm, Vol.1, Kolkata, 2002, p.8 & p. 16.
15. E. Schrodinger, What is Life?, Cambridge University Press, Cambridge, 1944, p.81.
16. M.Polanyi, "Life's Irreducible Structure", Science, 160:1308-1312.
17. Refer A. C. Bhaktivedanta Swami Srila Prabhupada, Bhagavad-Gita As It Is, Bhaktivedanta Book Trust, Bombay,
1997.
18. Ibid., verse 2.23—nainam chindanti sastrani nainarh dahati pavakah na cainam kledayantyapo na sosayati
marutah, meaning, "the soul can never be cut to pieces by any weapon, nor burned by fire, nor moistened by water,
nor withered by the wind."
19. A Conversation with James Watson, Scientific American, 2003, 288(4):66-70. Also refer to the extended version of
this conversation at Scientific American's website www.sciam.com