Anda di halaman 1dari 4

Artikel adalah karangan faktual secara lengkap dengan panjang tertentu

yang dibuat untuk dipublikasikan (melalui koran, majalah, buletin, dsb) dan bertujuan
menyampaikan gagasan dan fakta yang dapat meyakinkan, mendidik, dan menghibur.

Isi
Di dalam sebuah artikel biasanya terkandung:

1. Sejarah
2. Petualangan
3. Argumentasi
4. Hasil penelitian
5. Bimbingan untuk melakukan/ mengajarkan sesuatu.

Esai adalah sebuah tulisan yang menggambarkan opini si penulis tentang subyek
tertentu yang coba dinilainya. Sebuah esai dasar bisa dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

 Pertama, pendahuluan yang berisi latar belakang informasi yang mengidentifikasi


subyek bahasan dan pengantar tentang subyek yang akan dinilai oleh si penulis
tersebut.
 Kedua, tubuh esai yang menyajikan seluruh informasi tentang subyek.
 Ketiga, adalah bagian akhir yang memberikan kesimpulan dengan menyebutkan
kembali ide pokok, ringkasan dari tubuh esai, atau menambahkan beberapa observasi
tentang subyek yang dinilai oleh si penulis.

Jika dipetakan mengenai langkah-langkah membuat esai, bisa dirunut sebagai berikut:

1. Menentukan tema atau topik


2. Membuat outline atau garis besar ide-ide yang akan kita bahas
3. Menuliskan pendapat kita sebagai penulisnya dengan kalimat yang singkat dan jelas
4. Menulis tubuh esai; memulai dengan memilah poin-poin penting yang akan dibahas,
kemudian buatlah beberapa subtema pembahasan agar lebih memudahkan pembaca
untuk memahami maksud dari gagasan kita sebagai penulisnya, selanjutnya kita harus
mengembangkan subtema yang telah kita buat sebelumnya.
5. Membuat paragraf pertama yang sifatnya sebagai pendahuluan. Itu sebabnya, yang
akan kita tulis itu harus merupakan alasan atau latar belakang alasan kita menulis esai
tersebut.
6. Menuliskan kesimpulan. Ini penting karena untuk membentuk opini pembaca kita
harus memberikan kesimpulan pendapat dari gagasan kita sebagai penulisnya. Karena
memang tugas penulis esai adalah seperti itu. Berbeda dengan penulis berita di media
massa yang seharusnya (memang) bersikap netral.
7. Jangan lupa untuk memberikan sentuhan akhir pada tulisan kita agar pembaca merasa
bisa mengambil manfaat dari apa yang kita tulis tersebut dengan mudah dan sistematis
sehingga membentuk kerangka berpikir mereka secara utuh.
Contoh artikel

Kedokteran Nuklir
Ilmu Kedokteran Nuklir adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan sumber radiasi terbuka
berasal dari disintegrasi inti radionuklida buatan, untuk mempelajari perubahan fisiologi, anatomi
dan biokimia, sehingga dapat digunakan untuk tujuan diagnostik, terapi dan penelitian kedokteran.
Pada kedokteran Nuklir, radioisotop dapat dimasukkan ke dalam tubuh pasien (studi invivo) maupun
hanya direaksikan saja dengan bahan biologis antara lain darah, cairan lambung, urine da
sebagainya, yang diambil dari tubuh pasien yang lebih dikenal sebagai studi in-vitro (dalam gelas
percobaan).
Pemeriksaan kedokteran nuklir banyak membantu dalam menunjang diagnosis berbagai
penyakitseperti penyakit jantung koroner, penyakit kelenjar gondok, gangguan fungsi ginjal,
menentukan tahapan penyakit kanker dengan mendeteksi penyebarannya pada tulang, mendeteksi
pendarahan pada saluran pencernaan makanan dan menentukan lokasinya, serta masih banyak lagi
yang dapat diperoleh dari diagnosis dengan penerapan teknologi nuklir yang pada saat ini
berkembang pesat.
Disamping membantu penetapan diagnosis, kedokteran nuklir juga berperanan dalam terapi-terapi
penyakit tertentu, misalnya kanker kelenjar gondok, hiperfungsi kelenjar gondok yang membandel
terhadap pemberian obat-obatan non radiasi, keganasan sel darah merah, inflamasi
(peradangan)sendi yang sulit dikendalikan dengan menggunakan terapi obat-obatan biasa. Bila
untuk keperluan diagnosis, radioisotop diberikan dalam dosis yang sangat kecil, maka dalam terapi
radioisotop sengaja diberikan dalam dosis yang besar terutama dalam pengobatan terhadap jaringan
kanker dengan tujuan untuk melenyapkan sel-sel yang menyusun jaringan kanker itu.
Di Indonesia, kedokteran nuklir diperkenalkan pada akhir tahun 1960an, yaitu setelah reaktor atom
Indonesia yang pertama mulai dioperasikan di Bandung. Beberapa tenaga ahli Indonesia dibantu
oleh tenaga ahli dari luar negeri merintis pendirian suatu unit kedokteran nuklir di Pusat Penelitian
dan Pengembangan Teknik Nuklir di Bandung. Unit ini merupakan cikal bakal Unit Kedokteran Nuklir
RSU Hasan Sadikin, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Menyusul kemudian unit-unit
berikutnya di Jakarta (RSCM, RSPP, RS Gatot Subroto) dan di Surabaya (RS Sutomo). Pada tahun
1980-an didirikan unit-unit kedokteran nuklir berikutnya di RS sardjito (Yogyakarta) RS Kariadi
(Semarang), RS Jantung harapan Kita (Jakarta) dan RS Fatmawati (Jakarta). Dewasa ini di Indonesia
terdapat 15 rumah sakit yang melakukan pelayanan kedokteran nuklir dengan menggunakan kamera
gamma, di samping masih terdapat 2 buah rumah sakit lagi yang hanya mengoperasikan alat
penatah ginjal yang lebih dikenal dengan nama Renograf.
Radioisotop dan Teleterapi
Henry Bacquerel penemu radioaktivitas telah membuka cakrawala nuklir untuk kesehatan. Kalau
Wilhelm Rontgen, menemukan sinar-x ketika gambar jari dan cincin istrinya ada pada film. Maka
Marie Currie mendapatkan hadiah Nobel atas penemuannya Radium dan Polonium dan dengan itu
pulalah sampai dengan 1960-an Radium telah digunakan untuk kesehatan hampir mencapai 1000 Ci.
Tentunya ini sebuah jumlah yang cukup besar untuk kondisi saat itu. Masyarakat kedokteran
menggunakan radioisotop Radium ini untuk pengobatan kanker, dan dikenal dengan Brakiterapi.
Meskipun kemudian banyak ditemukan radiosiotop yang lebih menjanjikan untuk brakiterapi,
sehingga Radium sudah tidak direkomendasikan lagi
Selain untuk Brakiterapi, radisotop Cs-137 dan Co-60 juga dimanfaatkan untuk Teleterapi, meskipun
belakangan ini teleterapi dengan menggunakan radioisotop Cs-137 sudah tidak direkomendasikan
lagi untuk digunakan. Meskipun pada dekade belakangan ini jumlah pesawat teleterapi Co-60 mulai
menurun digantikan dengan akselerator medik . Radioisotop tersebut selain digunakan untuk
brakiterapi dan teleterapi, saat ini juga telah banyak digunakan untuk keperluan Gamma Knife,
sebagai suatu cara lain pengobatan kanker yang berlokasi di kepala.
Teleterapi adalah perlakuan radiasi dengan sumber radiasi tidak secara langsung berhubungan
dengan tumor. Sumber radiasi pemancar gamma seperti Co-60 pemakaiannya cukup luas, karena
tidak memerlukan pengamatan yang rumit dan hampir merupakan pemancar gamma yang ideal.
Sumber ini banyak digunakan dalam pengobatan kanker/tumor, dengan jalan penyinaran tumor
secara langsung dengan dosis yang dapat mematikan sel tumor, yang disebut dosis letal. Kerusakan
terjadi karena proses eksitasi dan ionisasi atom atau molekul. Pada teleterapi, penetapan dosis
radiasi sangat penting, dapat berarti antara hidup dan mati. Masalah dosimetri ini ditangani secara
sangat ketat di bawah pengawasan Badan Internasional WHO dan IAEA bekerjasama dengan
laboratorium-laboratorium standar nasional.
Orang pertama yang menggunakan radioisotop nuklir sebagai tracer (perunut) pada 1913-an adalah
GC Havesy, dan dengan tulisannya dalam Journal of Nuclear Medicine, Havesy menerima hadiah
Nobel Kimia 1943. Prinsip yang ditemukan Havesy inilah yang kemudian dimanfaatkan dalam
Kedokteran Nuklir, baik untuk diagnosa maupun terapi. Radioisotop untuk diagnosa penyakit
memanfaatkan instrumen yang disebut dengan Pesawat Gamma Kamera atau SPECT (Single Photon
Emission Computed Thomography). Sedangkan aplikasi untuk terapi sumber radioisotop terbuka ini
seringkali para pakar menyebutnya sebagai Endoradioterapi.
Rutherford dan Teknologi Pemercepat Radioisotop
Penemuan Rutherford memberikan jalan pada munculnya teknologi pemercepat radioisotop,
sehingga J Lawrence dapat menggunakan Siklotron Berkeley dapat memproduksi P-32, yang
merupakan radioisotop artifisial pertama yang digunakan untuk pengobatan leukimia. Sekitar 1939,
I-128 diproduksi pertama kalinya dengan menggunakan Siklotron, namun dengan keterbatasan
pendeknya waktu paro, maka I-131 dengan waktu paro 8 hari diproduksi. Perkembangan teknologi
Siklotron untuk kesehatan menjadi penting setelah beberapa produksi radioisotop dengan waktu
paro pendek mulai dimanfaatkan dan sebagai dasar utama PET (Positron Emission Tomography).
Radioisotop selain diproduksi dengan pemercepat, juga dapat diproduksi dengan reaktor nuklir.
Majalah Science telah mengumumkan bahwa reaktor nuklir penghasil radioisotop pada 1946, dan
menurut Baker  sampai sekitar 1966 ada 11 reaktor nuklir di Amerika Serikat memproduksi
radiosisotop untuk melayani kesehatan. Perkembangan teknologi reaktor juga saat ini dimanfaatkan
untuk produksi secara in-situ aktivasi Boron untuk pengobatan penyakit maligna dan biasanya
dikenal dengan BNCT (Boron Netron Capture Therapy ). Meskipun saat ini banyak juga berkembang
BNCT dengan metode akselerator.
Generator radioisotop-pun saat ini juga berperan besar dalam memproduksi radioisotop untuk
kesehatan, terutama kedokteran nuklir. Produksi, pengembangan dan pemanfaatan generator Mo-
99/Tc-99m merupakan dampak positif dalam aplikasi nuklir untuk kesehatan dan farmasi. Dengan
generator ini masalah-masalah faktor produksi ulang, waktu, dan jarak terhadap tempat yang
memproduksi radioisotop, selain juga mengurangi dosis yang diterima oleh pasien.
Contoh esai

“Pembukaan Pikiran Mengenai Gaya Elektrostatik dalam


Sudut Pandang Fisika Kuantum “
Semenjak SD kita telah disuguhkan mengenai pengetahuan yang berhubungan dengan
keberadaan antithesis yang saling berinteraksi dalam ranah gaya. Seperti halnya magnet
berkutub selatan saling tarik menarik dengan magnet berkutub utara. Benda bermuatan listrik
positif saling tarik menarik dengan benda bermuatan negatif. Dan sayangnya pemahaman kita
akan hal-hal ini sangatlah dogmatis yang dalam artian kita memahaminya “tanpa tedeng
aling-aling” dengan pertanyaan mengapa hal tersebut bisa terjadi?

Semenjak era fisika kuantum  membahana dalam dunia post-modern ini, pemahaman
mengenai hal tersebut makin terbuka, walaupun tidak dibahas secara gamblang dan hanya
sambil lalu saja, tanpa memperhatikan sendi-sendi utama mengapa hal tersebut terjadi.

Dalam pemahaman fisika kuantum yang dimulai semenjak Prof. Hideki Yukawa menemukan
keberadaan kuanta pembawa gaya yang sering disebut sebagai “Meson”, gaya dipahami
sebagai hasil interaksi dari partikel kuanta pembawa medan tersebut saling dipertukarkan
antar benda tersebut. Jika kita berangkat dari pemahaman ini apakah interaksi gaya
elektrostatik juga dapat ditelaah dengan pemahaman ini?

Gaya elektrostatik yang diperkenalkan oleh Coulomb menunjukkan bagaimana 2 buah benda
yang saling berlawanan muatan tarik menarik dan 2 buah benda yang memiliki muatan yang
sama akan saling tolak menolak. Coulomb juga menunjukkan bahwa hukum kuadrat
kebalikan ternyata mempengaruhi dalam interaksi gaya elektrostatik.

Sekarang yang menjadi  pertanyaannya adalah “Meson” macam apakah yang mempengaruhi
interaksi ini? Dalam buku “Fisika Modern” karangan John Gribbin secara implisit
menunjukkan bahwa setiap “kelompok” partikel tertentu akan berinteraksi dengan “Meson
tertentu”.

Source: http://islam-download.net/contoh-contoh/contoh-esai-singkat.html#ixzz12xcWP5uD

Anda mungkin juga menyukai