BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
Proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis dalam
melakukan asuhan keperawatan pada individu, kelompok dan masyarakat yang
berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respon pasien terhadap
penyakitnya. Proses keperawatan digunakan untuk membantu perawat melakukan
praktik keperawatan secara sistematis dalam memecahkan masalah keperawatan.
Dengan menggunakan metode ini perawat dapat mendemonstrasikan tanggung gugat
dan tanggung jawab pada klien sehingga kualitas praktik keperawatan dapat
meningkat.
Proses keperawatan memberikan kerangka yang dibutuhkan dalam asuhan
keperawatan kepada klien, keluarga serta komunitas dan merupakan metode yang
efisien dalam membuat keputusan klinik serta pemecahan masalah baik actual maupun
potensial dalam mempertahankan kesehatan.
Dalam proses keperawatan ada lima tahap, dimana tahap-tahap tersebut tidak
dapat dipisahkan dan saling berhubungan. Tahap-tahap dalam proses keperawatan
tersebut adalah sebagai berikut:
2
a. Pengkajian
b. Diagnosa keperawatan
c. Perencanaan
d. Pelaksanaan
e. Evaluasi
Untuk menghindari kesalahan terhadap tindakan yang dilakukan oleh perawat
kepada pasien maka dibutuhkan pendokumentasian terhadap proses keperawatan
tersebut yang juga berfungsi sebagai mekanisme pertanggung gugatan bagi perawat
terhadap semua tindakan yang telah ia lakukan.
Dokumentasi keperawatan itu sendiri merupakan bukti pencatatan dan
pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan perawatan yang berguna
untuk kepentingan klien, perawat, dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan.
Pada bab berikutnya akan dibahas tentang pendokumentasien proses
keperawatan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan yang merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data yang
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian
merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan individu. Oleh karena itu pengkajian yang akurat, lengkap sesuai dengan
kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa
keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan respon individu,
bagaimana yang telah di tentukan dalam standar praktek keperawatan dari ANA
( American Nursing Association).
Standar dokumentasi pengkajian bersifat sistematis, komprehensif, akurat, terus
menerus, dan berlanjut, sehingga di dapatkan berbagai masalah pasien yang lengkap
dari hasil pengkajian.
1. Tujuan dokumentasi pengkajian adalah :
a. Untuk mengidentifikasi berbagai kebutuhan dan respon pasien terhadap
masalah yang dapat mempengaruhi perawatan
b. Untuk konsolidasi dan organisasi informasi yang didapat dari berbagai
sumber tentang masalah kesehatan pasien sehingga dapat dianalisis dan
diidentifikasi.
c. Untuk dapat dijadikan sebagai ukuran dalam mencapai/mendapatkan
informasi. Dengan kata lain, dapat dijadikan sebagai rujukan untuk
ukuran dan perubahan kondisi pasien.
d. Untuk mengidentifikasi berbagai macam karakteristik serta kondisi
pasien dan respon yang akan mempengaruhi perencanaan perawatan.
e. Untuk menyediakan data yang cukup pada kebenaran hasil observasii
terhadap respon pasien
f. Untuk menyediakan dasar pemikiran pada rencana keperawatan.
b. Daftar periksa
2. Bentuk daftar periksa dapat berupa daftar yang telah disediakan atau
dibuat sedemikian rupa dengan tujuan mengumpulkan data yang
digunakan untuk kerangka organisasi.
c. Format kuesioner
Format ini paling banyak digunakan dilingkungan rawat jalan untuk
mendapatkan informasi tentang riwayat kesehatan.
4. Metode dokumentasi pengkajian
Fokus dokumentasi pengkajian pada data klinik adalah perawat dapat
mengimplementasikan dan mengorganisasikan data. Bentuk dokumentasi dapat berupa
data dasar, lembar alur (flow sheet), dan catatan perkembangan, yang semuanya
termasuk tipe pengkajian informasi. Untuk mencapai catatan pengkajian yang sesuai
secara aktual maka perlu pertimbangan pedoman dalam pembuatan catatan pengkajian
antara lain :
a. Gunakan format yang terorganisasi untuk mencatat pengkajian, seperti riwayat
kesehatan awal pada saat masuk RS, pengkajian pola persepsi kesehatan, riwayat
medis, dan lain-lain
b. Gunakan format yang telah ada
c. Format yang telah mencakup pengkajian perkembangan, pemeriksaan dari
kepala keseluruh tubuh dapat memperluas informasi
d. Catat informasi tanpa bias dan nilai- nilai opini pribadi
e. Masukkan pernyataan yang mendukung pasien.
5
Maturasional.
b. Diagnosa keperawatan resiko dan resiko tinggi
Menurut NANDA, diagnosa keperawatan resiko adalah keputusan klinis tentang
individu, keluarga, atau komunitas yang sangat rentan untuk mengalami masalah
dibandingkan individu atau kelompok lain pada situasi yang sama atau hampir sama.
Diagnosa keperawatan ini mengganti istilah diagnosa keperawatan potensial
dengan menggunakan ”resiko terhadap atau resiko tinggi terhadap”. Validasi untuk
menunjang diagnosa resiko tinggi adalah faktor resiko yang memperlihatkan keadaan
dimana kerentanan meningkat terhadap klien atau kelompok dan tidak menggunakan
batas karakteristik.
c. Diagnosa keperawatan kemungkinan
Menurut NANDA, diagnosa keperawatan memungkinkan adalah pernyataan
tentang masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan dengan harapan masih
diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan gejala utama adanya faktor resiko.
d. Diagnosa keperawatan sejahtera
Menurut NANDA, diagnosa keperawatan sejahtera adalah ketentuan klinis
mengenai individu, kelompok dan masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan
khusus ketingkat kesehatan yang lebih tinggi. Cara pembuatan diagnosa ini
menggabungkan pernyataan fungsi positif dalam masing- masing pola kesehatan
fungsional sebagai alat pengkajian yang disahkan.
e. Diagnosa keperawatan sindrom
Menurut NANDA, diagnosa keperawatan sindrom adalah diagnosa keperawatan
yang terdiri dari sekelompok diagnosa keperawatan aktual atau resiko tinggi yang
diduga akan muncul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
c. Gunakan istilah diagnosa keperawatan yang dibuat dari daftas NANDA, atau lain.
d. Mulai pernyataan diagnosa keperawatan yang mengidentifikasi informasi
tentang data untuk diagnosa keperawatan.
e. Masukkan pernyataan diagnosa keperawatan ketika menemukan masalah
perawatan.
f. Gunakan diagnosa keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian,
perencanaan, intervensi, dan evaluasi.
C. DOKUMENTASI PERENCANAAN
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
keperawatan yang meliputi tujuan perawatan, menetapkan pemecahan masalah, dan
menentukan tujuan perencanaan untuk mengatasi masalah pasien. Rencana
keperawatan memuat tujuan sebagai berikut:
1. Konsolidasi dan organisasi informasi pasien sebagai sumber dokumentasi.
2. Sebagai alat dokumentasi antara perawat dan klien
3. Sebagai alat komunikasi antara anggota tim kesehatan
4. Langkah dari proses keperawatan ( pengkajia, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi) yang merupakan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.
Proritas kebutuhan dasar manusia menurut Maslow :
a. Kebutuhan fisiologi
b. Kebutuhan keamanan dan keselamatan
c. Kebutuhan mencintai dan dicintai
d. Kebutuhan harga diri
e. Kebutuhan aktualisasi diri
Tujuan adalah hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi diagnosa keperawatan.
Secara umum, dokumentasi tujuan ditulis dengan singkat, jelas, dapat dimengerti,
spesifik, dapat diukur dan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan.
Kriteria hasil merupakan standar evaluasi yang merupakan gambaran tentang
faktor-faktor yang dapat memberi petunjuk bahwa tujuan telah tercapai.
Kriteria hasil mempunyai ciri- ciri sebagai berikut:
a. Setiap kriteria hasil berhubungan denga tujuan yang telah di tetapkan
b. Hasil yang ditetapkan dalam kriteria hasil, memungkinkan untuk dicapai
c. Setiap kritetia hasil adalah pernyataan satu hal yang spesifik
d. Kriteria harus sekongkrit mungkin untuk memudahkan pengukuran
8
e. Kriteria cukup besar atau dapat diukur. Hasilnya dapat dilihat dan didengar
f. Kriteria menggunakan kata- kata positif bukan menggunakan kata negatif.
Keuntungan :
Menyediakan data secara berurutab dan mudah diidentifikasi
Memudahkan perawat untuk secara bebas bagaimana informasi akan dicatat
Format dapat menyederhanakan proses pencatatan
Kerugian
Potensial terjadinya pengumpulan data yang terfragmentasi karena tidak
berdasrkan urutan waktu
Kadang – kadang kesulitan untuk mencari data sebelumnya
Superficial pencatatan tanpa data yang jelas
Memerlukan pengkajian data dari berbagai sumber untuk menetukan masalah
da tindakan
Waktu pemberian asuhan memerlukan waktu yang banyak
Perkembagan klien sulit dimonitor
Model ini memusatkan data tentang klien didokumentasikan dan disusun menurut
masalah klien
Model ini terdiri atas 4 komponen yaitu :
1. Data dasar
2. Daftar masalah
3. Daftar awal rencana asuhan
4. Catatan perkembangan
Keuntungan
fokus catatan asuhan keperawatan lebih menekankan pada masalah klien dan
penyelesaianya dari pada tugans dokumentasi
pencatatan tentang kontinuitas dari asuhan kep.
evaluasi dan penyelesaian masalah secara jelas dicatat
Daftar maslah merupakan “check list” dan membantu mengingatkan perawat
untuk suatu perhatian
Data yang perlu diintervensi dijabarkan dalam rencana tindakan keperawatan
Kerugian
Penekanan hanya berdasarkan pada masalah, penyakit dan ketidakmampuan
dapat menyebabkan pada pendekatan pengobatan yang negatif
Kemungkinan adanya kesulitan jika daftar masalh belum dilakukan tindakan,
atau menimbulkan masalh baru
Dapat menimbulkan kebigungan jika setiap hal masuk dalam daftar masalah
Soapier dapat menimbulkan pengulangan yang tidak perlu.
Perawat yang rutin mungkin diabaikan dlam pencatatan jka flowsheet dalam
pencatan tidak tersedia
P (dalam soap) mungkin terjadi duplikasi dengan rewncana tindakan
keperawatan
11
1. Komunikasi
12
2. Proses keperwatan
3. Standar keperawatan
4. Tabel atau pormat yang telah di bakukan untuk pemerisaan
Tabel pemeriksaan maturitas neuromuskuler yang digunakan skala dobowit
Cara menentukan kehamilan post partum menurut Ballard ( 1977 )
Tabel penilaian AFGAR
GRAFIK LUBCHEKO
Antara lain;
RM.1
Format ini di isi oleh petugas administrasi yang ada di ruang emergency dan
dokter spesialis yang merawat untuk diagnose masuk dan akhir
RM.2
Biodata klien, penanggung jawab, klien dibawa oleh siapa?, hasil pemeriksaan
fisik,cara pambayaran, riwayat singkat penyakit,hasil pemeriksaan, diagnose dan
catatan pengobatan
RM.3
RM.3.1
Anamneses kehamilan
Format ini biasanya digunakan di ruangan perinatologi dan ruang terkait RM.3.1
terdiri dari satu halaman pokok dan dua lampiran terkait berupa pengkajian
13
o umur kehilan,
o riwayat minum jamu,
o komplikasi kehamilan misalnya, eklamsi, pendarahan,anemia, febris,
hipertesi dan lain lain.,
o Gizi
o Prenatal care
o HPHT
C. PERSLINAN
o Spontan
o Buatan
o Air ketuban
o Letak anak
Di lembar pertama juga dilapirkan juga jumlah dan keadaan anak sebelumnya sperti
table dibawah
Pada lampiran berikutnya berisi anamnesa pengkajian neonates yang dapat mengetahui
riwayat prenatal, riwayat penyakit pada bayi, riwayat imunisasi, data bayi,pengukuran
14
antopomerti, dan tanda tanda vital, pengkajian fisik dari mulai kulit, kepala/leher, mata,
mulut, THT , thorax, paru paru, jantung, abdomen, genital, anus, tulang belakang,
ektrmitas, suhu, reflek, juga dilampirkan beberapa tabel yang terkait dengan
pemeriksaan fisik pada neonatus
Tabel 1.1
Table 1.2
15
Table 1.3
16
RM 5
Pada RM 5 berisi tentang diagnose penyakit, perjalanan penyakit dan catan
pengobatan serta catan untuk pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan
RM 18
Berupa lembar catatan untuk iform consen atau persetujuan dan penolakan
tindakan yang akan dilakukan pada klien
RM.4
17
Berupa flow sheet berisi lembar isian tentang ringkasan tanda-tanda vital berupa
Grafik catatan intake output cairan,coding cara dan tindakan persalinan,catatan
pengobatan
Lembar flow sheet ini akan berbeda dengan lembar flow sheet yang ada di
ruangan critical care seperti ICU dan HCU,karena sifatnya yang hanya dikaji
dengan tentang waktu per 8 jam/hari
RM.8
Berisi resume ringkas keluar klien dari rumah sakit yang diisi oleh perawat dan
dokter yang memeriksa dan ditandatangani oleh dokter spesialis yang
memeriksa
RM.6
Berisi pengkajian awal keperawatan di ruang rawat inap perinatologi
meliputi;identitas klien,riwayat kesehatan,pemeriksaan fisik head to toe oleh
perawat,pola kebiasaan pasien,datapsikologis dan spiritual,data penunjang serta
rumusan masalah atau diagnose keperawatan yang ditandatangani oleh perawat
primer atau perawat yang menerima klien pertama kali jika pada shift malam
atau siang
RM.6.2
Berisi rekaman asuhan keperawatan yang berorientasi padaPIE
RM.6.3
Format implkementasi berupa data ceklist
RM.6.4
Catatan perkembangan,yang baerisi format SOAPIER
RM.7
Berisi pendokumentasian perkembangan hasil kolaburasi pemeriksaan
penunjang yang dilakukan pada klien seperti pemeriksaan
laboratorium,EKG,USG,CT scan dan pemeriksaan penunjang lainnya
RM.9
Berisi lembar observasi istimewa yang dilakukan pada klien dengan keadaan
kritis atau memerlukan observasi ketet,format ini berbeda dengan format yang
ada dengan lembar observasi ruang ICU dan HCU serta RM.4
RM.19
18
Merupakan lembar observasi nifas yang diisi tiap hari meliputi kontraksi
uterus,lochea,laktasi,keadaan perineum
KELENGKAPAN KELENGKAPAN
19
Format pengkajian teori tidak begitu SUDAH LEBIH LENGkap karena sudah
lengkap karena belum dilampirkan dilampirkan beberapa tabel terkait
1. Tabel pemeriksaan maturitas dengan pemeriksaan neonatus
neuromuskuler yang diantaranya
digunakan skala dobowit
1. Tabel pemeriksaan maturitas
2. Cara menentukan kehamilan
neuromuskuler yang
post partum menurut Ballard
digunakan skala dobowit
( 1977 )
2. Cara menentukan kehamilan
3. Tabel penilaian AFGAR
post partum menurut Ballard
4. GRAFIK LUBCHEKO
( 1977 )
3. Tabel penilaian AFGAR
KEEFEKTIFAN
4. GRAFIK LUBCHEKO
Lebih efekif karena telah lebih
banyak menggunakan format ceklis
KEEFEKTIFAN
apalagi rasio perwat dengan pasen
Format kurang efektif untuk
masih jauh dari harapan
digunakan di perinatologi
disamping rasio pasen dengan
perawat masih jauh dengan
harapan juga format
mengharuskan perawat dengan
keluarga harus banyak kontak
untuk melaksanakan anamnesa
sedangkan diruang perinatologi
anak dirawat terpisah untuk
meminimalisir nosokomial
SISTEM PENDOKUMENTASIAN
Secara historis,perawat telah meyakini bahwa makin banyak informasi yang dicatat
seorang perawat,makin baik pembelaan hukumnya bila ada gugatan hukum.Namun
sekarang ini ,perawat mengenal bahwa system dokumentasi yang efisien,komprehensif
dapat mendokumentasikan lebih banyak data dalam waktu dan tempat yang lebih
sedikit.Dokumentasi keperawatan harus objektif dan komprehensif dan harus secara
akurat mencerminkan status klien dan apa yang telah terjadi padanya.Bila ada
gugatan,catatan keperawatan harus menggambarkan apa yang ditulis oleh perawat
secara teliti dan harus menunjukan bahwa hal tersebut telah sesuai dengan kebijakan
institusi.
Sayangnya,rumah sakit dan institusi lain tidak menelaah dengan serius apa sebenarnya
diperlukan dalam dokumentasi.Banyak perawat telah diajarkan untuk menulis
sebanyak mungkin,dan melaksanakannya sesuai dengan yang telah diajarkan, “Jika
tidak dicatat, berate tidak dilakukan.” Apakah pencatatan yang buruk mununjukan
perawatan yang buruk?Bersama dengan pertanyaan ini timbul pertanyaan lain :seperti
apakah pencatatan yang buruk itu? Dengan standar apa pencatatan itu dinilai buruk?
Beberapa hal yang sering menjadi alas an kurangnya mutu pendokumentasian pada
ruang perinatologi adalah
A. TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN
1. Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan pada saat
kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah ( WHO, 1961 ).
2. Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya pada saat
kelahiran kurang dari 2500 gr sampai dengan 2499 gr
4. Asfiksia adalah kurangnya oksigen dalam darah dan meningkatnya kadar karbon
dioksida dalam darah serta jaringan (Kamus saku kep. Edisi 22).
5. Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan
mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan
lebih lanjut (Medicine and linux.com).
22
1) Etiologi BBLR
e) Faktor janin : cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini.
2.Etiologi Asfiksia
Etiologi secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas atau pengangkutan
O2 dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir,
penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari :
1) Faktor Ibu
a.Hipoksia ibu
Oksigenasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat hipoventilasi selama anestesi,
penyakit jantung sianosis, gagal pernafasan, keracunan karbon monoksida, tekanan
darah ibu yang rendah.
• Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat
penyakit atau obat.
2. Faktor plasenta
23
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta.
.Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya:
Plasenta tipis
Plasenta kecil
Solusio plasenta
Perdarahan plasenta
3.Faktor fetus
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir dapat terjadi karena
5.Faktor persalinan
Partus lama
Partus tindakan
(Medicine and linux.com DAN Pediatric.com)
C. PATOFISIOLOGI
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia
ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat
24
perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primary gasping”
yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan.
Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai
dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha
bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita
asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam
periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan
penurunan tekanan darah.
1. Klasifikasi Asfiksia
a. Asfiksia berat ( nilai APGAR 0-3)
Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali.
Karena selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan natrikus bikarbonat 7,5%
dengan dosis 2,4 ml per kg berat badan, dan cairan glucose 40%1-2 ml/kg berat
badan, diberikan via vena umbilikalis.
b. Asfiksia sedang (APGAR 4-6)
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas kembali.
c. Bayi normal atau asfiksia ringan ( nilai APGAR 7-9).
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
25
Asfiksia berat dengan henti jantung, dengan keadaan bunyi jantung menghilang
setelah lahir, pemeriksaan fisik yang lain sama dengan asfiksia berat. Pediatric.com
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
2. Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas, tonus
otot dan reflek).
4. Pengkajian spesifik/
F. MANIFESTASI KLINIS
Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksi janin yang menimbulkan tanda:
- DJJ lebih dari 1OOx/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur
- Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
- Apnea
- Pucat
- Sianosis
- Penurunan terhadap stimulus.
(Medicine and linux.com)
G. PENATALAKSANAAN KLINIS
1. Tindakan Umum
Kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir mudah mengalir, bila perlu
digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari saluran nafas yang
lebih dalam.Saluran nafas atas dibersihkan dari lendir dan cairan amnion dengan
pengisap lendir, tindakan ini dilakukan dengan hati- hati tidak perlu tergesa- gesa
atau kasar. Penghisapan yang dilakukan dengan ceroboh akan timbul penyulit
seperti: spasme laring, kolap paru, kerusakan sel mukosa jalan nafas. Pada asfiksia
berat dilakukan resusitasi kardiopulmonal.
Pertahankan suhu tubuh agar bayi tidak kedinginan, karena hal ini akan
memperburuk keadaan asfiksia.Bayi baru lahir secara relative banyak kehilangan
panas yang diikuti oleh penurunan suhu tubuh. Penurunan suhu tubuh akan
mempertinggi metabolisme sel sehingga kebutuhabn oksigen meningkat. Perlu
diperhatikan agar bayi mendapat lingkungan yang hangat segera setelah lahir.
Jangan biarkan bayi kedinginan (membungkus bayi dengan kain kering dan hangat),
Badan bayi harus dalam keadaan kering, jangan memandikan bayi dengan air dingin,
gunakan minyak atau baby oil untuk membersihkan tubuh bayi. Kepala ditutup
dengan kain atau topi kepala yang terbuat dari plastik (Medicine and linux.com DAN
Pediatric.com).
2) Tindakan khusus
a. Asfiksia berat
Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal. dapat
dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan O2 yang
diberikan tidak 30 cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan message
jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan sternum 80 –100 x/menit.
b. Asfiksia sedang/ringan
Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30-60 detik. Bila
gagal lakukan pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi
ektensi maksimal beri O2 1-2 1/mnt melalui kateter dalam hidung, buka tutup
mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atas-bawah secara teratur 20 x/menit
Penghisapan cairan lambung untuk mencegah regurgitasi (Medicine and linux.com).
3. Peran Perawat terhadap Therapi Cairan pada bayi baru lahir dengan asfiksia
1. Memastikan tidak ada kesalahan maupun kontaminasi cairan infuse maupun
kemasannya.
2. Memastikan cairan infuse diberikan secara benar (pasien, jenis cairan, dosis, cara
pemberian dan waktu pemberian)
3. Memeriksa kepatenan tempat insersi
4. Monitor daerah insersi terhadap kelainan
5. Mengatur kecepatan tetesan sesuai dengan program
6. Monitor kondisi dan reaksi pasien
28
BAB III
A. PENGUMPULAN DATA
1. Identitas klien
Nama : By. Y
Usia : 7 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Ruang/kamar : Peristi/Dahlia
No. Reg : 407221
Diagnosa medik : BBLSR dengan Asfiksia Berat
Dr. penanggung jawab : dr. S Sp A
Tanggal masuk : 5-6-2010 Pukul 07.15 WIB
Tanggal pengkajian : 13-6-2010 Pukul 08.00 WIB
Apgar skor : 3 (Asfiksia Berat)
Masalah utama :
Sesak nafas
1) Riwayat Penyakit Sekarang :Pada saat dikaji tanggal, bayi tampak sesak nafas
dengan respirasi 76 x/menit. Sesak berkurang jika posisi bayi semi ekstensi dan
terpasang O2 Sungkup 5 liter/menit ditandai dengan menurunnya retraksi rongga
dada dan sesak tampak bertambah dengan posisi bayi fleksi ditandai dengan
peningkatan PCH.
2) Riwayat Penyakit Dahulu :Bayi lahir melalui persalinan spontan dengan gravidarum
II, APGAR SCORE pada menit pertama 3, menit ke 5 nilainya 3 dan pada menit ke 10
nilainya 3, berat badan 1400 gram, panjang badan 38 cm dan air ketuban berwarna
jernih. Dan ibu klien mengatakan riwayat kehamilan dan persalinan anak pertama
prematur.Riwayat penyakit keluarga :
Keluarga klien mengatakan bahwa keluarganya tidak mempunyai penyakit infeksi
menular (Misalnya TB), penyakit kardiovaskuler (Hipertensi), dan penyakit
keturunan (DM/Asma). Riwayat kehamilan persalinan sebelumnya adalah prematur
dan tidak ada riwayat kehamilan gemeli (Kembar).Genogram
29
2 Data Sosial Ekonomi :Kepala keluarga adalah ayah klien, sekaligus penangung jawab
perekonomian, keputusan diambil oleh ayah dan ibu klien secara musyawarah.
B. PENGKAJIAN FISIK :
1. Keadaan umum
Keadaan umum : Klien tampak lemah
Lingkar kepala : 26 cm
Lingkar Dada : 28 cm
Lingkar Perut : 25 cm
Panjang Badan : 38 cm
Berat badan lahir : 1400 gr
BB saat dikaji : 1200 gr
Lingkar lengan atas : 5 cm
2. Vital Sign
P : 138 x/menit
RR : 76 x/menit
T : 39,1 0C
3. Kepala
Bentuk kepala normochepal, rambut tipis lurus dengan warna rambut hitam, tidak
terdapat benjolan, tidak ada lesi, keadaan sutura sagitalis datar, tidak ada nyeri
tekan, terdapat lanugo disekitar wajah.
4. Mata
Bentuk mata simetris, tidak terdapat kotoran, bulu mata belum tumbuh, sklera tidak
ikterik.
5. Telinga
Bentuk simetris, tidak terdapat serumen, tidak terdapat benjolan dan lesi, tulang
telinga lunak, tulang kartilago tidak mudah membalik/lambat, terdapat lanugo
6. Hidung
Bentuk hidung normal, PCH positif, terpasang O2 sungkup 5 liter/menit, terpasang
NGT, keadaan hidung bersih, tidat terdapat polip dan benjolan.
7. Mulut
Bentuk bibir simetris, tidak terdapat labio palato skizis, tidak terdapat stomatitis,
mukosa bibir tampak pucat dan terdapat jamur sisa – sisa pemberian PASI.
8. Dada
Bentuk dada cekung, bersih, terdapat retraksi (pada dinding epigastrium), RR
30
76x/menit, suara nafas Vesikuler, Cor BJ I BJ II terdengar jelas, tidak terdapat bunyi
jantung tambahan (BJ III), tidak terdapat kardiomegali, palpasi nadi radialis
brakhialis dan karotis teraba lemah dan ireguler.
9. Punggung
Keadaan punggung bersih, terdapat banyak lanugo, tidak terdapat tanda-tanda
dekubitus/ infeksi.
10. Abdomen
Bentuk abdomen datar, BU 10 x/menit, lingkar perut 25 cm, tidak terdapat
hepatomegali, turgor kulit kurang elastis ditandai dengan kulit kembali ke bentuk
semula lebih dari 2 detik.
11. Umbilikus
Tidak ada kelainan dan tanda-tanda infeksi tali pusat, warna merah muda, bau tidak
ada, tali pusat sudah terlepas.
12. Genitalia
Labia mayor belum menutupi labia minor, Anus paten ditandai dengan bayi sudah
BAB, mekoniun sudah keluar dan warna terlihat hitam dan konsistensi lembek.
13. Integumen
Struktur kulit halus dan tipis, merah pucat (Pale Pink), lapisan lemak tipis pada
jaringan kulit, keriput, tidak ada ruam merah (Skin rash). Lanugo tersebar diseluruh
permukaan tubuh.
15. Ekstrimitas
Atas : Bentuk simetris, jari-jari tangan lengkap, akral dingin tidak terdapat benjolan
dan lesi.
Bawah : Bentuk simetris, jari-jari kaki lengkap, akral dingin, terpasang IVFD D5 ½
NS Mikro drip di kaki sebelah kanan dengan 10 tetes/menit, tidak terdapat benjolan
dan lesi.
Udema Sianosis
16. Refleks
Moro : Moro ada ditandai dengan cara dikejutkan secara tiba-tiba
dengan respon bayi terkejut tapi lemah (sedikit merespon)
Menggenggam : Refleks genggam positif tetapi lemah ditandai dengan respon
bayi menggenggam telunjuk pengkaji tetapi lemah.Menghisap : Menghisap lemah
ditandai dengan bayi mau menghisap dot
tetapi daya hisap masih lemah.
Rooting : Rooting positif tapi masih lemah ditandai dengan kepala bayi mengikuti
stimulus yang di tempelkan yang disentuhkan di daerah bibir bawah dagu hanya
tetapi bayi hanya mengikuti setengah dari stimulus tersebut.Babynski : Refleks
31
babinsky positif ditandai dengan semua jari hiper ekstensi dengan jempol kaki dorsi
pleksi ketika diberikan stimulus dengan menggunakan ujung bolpoint pada telapak
kaki.
17. Therapy
Efotax 2 x 100 mg Antibiotik iv
Gentamicine 3 x 5 mg Antibiotik iv
Aminophiline 3 x 5 mg Bronkodilator iv
Dexamethasone 3 x 1/3 ampul Kortikosteroid iv
Sanmol 2 x 0.2 cc Antipiretik parenteral
Sorbital 30 mg Antikompulsif iv (Jika perlu)
IVFD D5 ½ NS Mikro drip 9 tts/menit iv
18. Laboratorium
WBC 10.0 103/mm3 4.0/11.0 103/mm3
HGB 13,3 g/dl 11.0/18.8 g/dl
HCT 36,9 % 35.0/55.0 %
PLT 235 103/mm3 150/400 103/mm3
MPV 107 Fl 6.0/10.0 Fl
DATA IBU
Nama : Ny. Y
Usia : 32 tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Status Kehamilan : G2 P2 A0 usia kehamilan 29 minggu
Riwayat Persalinan : Persalinan spontan, P2 A0
C. ANALISA DATA
Ds:I
Do:
RR 76 x/Menit
PCH +
rumusan masalah
Ds:II
Do:
S : 39,1 0C/Anal
rumusan masalah
Do
NGT terpasang
BB lahir 1400 gr
Distensi abdomen
Rumusan masalah
Do :
Hospitalisasi
Cemas
Terpasang NGT
S : 39,1 0 C
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : By. Y
No Medrek : 407221
Umur : 7 hari Dx Medis : BBLSR + Asfiksia
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Asfiksia. Ditandai dengan :
Ds:
Do:
RR 76 x/Menit
PCH +
TUJUAN
1. Posisi kepala sedikit ekstensi bertujuan untuk membuka jalan nafas dan
mempermudah pengaliran O2 atau oksigenasi
3. Mengetahui perubahan yang terjadi apakah pernafasan dalam batas normal atau
terjadi gangguan.
S:
39,1 0C/Anal
TUJUAN
RECANA
2 Observasi TTV
3 Kompres bayi dengan kasa yang telah dibasahi dengan air hangat.
RASIONAL
2 Observasi TTV ditegakan untuk mengetahui apakah bayi mengalami gangguan atau
masih dalam keadaan batas normal.
NGT terpasang
BB lahir : 1400 gr
BB saat dikaji : 1200 gr Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x
24 jam kebutuhan cairan dan elektrolit dapat terpenuhi dengan kriteria :
• Turgor kulit elastis
• Tidak terjadi penurunan BB
• Produksi urine 1 -2 ml / kg BB / jam.
• Retensi cairan normal
Rencana tindakan
3 Beri ASI atau PASI tiap 2 jam jika tidak terjadi retensi
Rasiomal
1 Reflek hisap dan menellan pada bayi menandakan bayi sudah dapat di berikan
asupan peroral
3 ASI PASI sebagai nutrisi utama pada bayiMencegah terjadinya kebasian sisa
makanan dan terjadinya pertumbuhan jamur
4. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan tidak terjadinya
Bonding Attachment. Ditandai dengan :
Ds :
Do :
Rencana keperawatan
Rasionalisasi
2. Observasi TTV
3. Perawatan NGT
4. Perwatan IVFD
5. Kolaborasi pemberian antibiotik
1. Tanda-tanda infeksi diantaranya dolor, kalor, rubor, tumor dan fungsio laesa.
2. Untuk mengetahui keadaan umum bayi apakah terjadi gangguan atau dalam batas-
41
batas normal
3. Mencegah infeksi
4. Mencegah infeksi
5. Antibiotik berfungsi untuk mematikan invasi bakteri penyebab infeksi
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan study kasus BBLRdengan Asfiksia pada By. Y di Ruang Perinatologi RSUD
Sumedang, ditemukan beberapa masalah keperawatan yaitu :
4. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kurangnya transfer oksigen dari ibu
ke janin.
Dari beberapa diagnosa yang di temukan dilapangan, ada beberapa diagnosa yang tidak
muncul pada teori diantaranya :
A. ANALISA DATA
( ETIOLOGI )
Terpasang O2
sungkup (5 liter /
menit)
C. PERENCANAAN,IMPLEMENTASI,DAN EVALUASI
•
PCH + Frekuensi O2 tiap 2 8. Mengetahui therapy dada
nafas jam perubahan injeksi berlebiha
Terpasang normal 30 yang terjadi Aminophiline n tidak
O2 sungkup – 60 apakah dosis 5 mg terdapat
(5 liter / x/menit. pernafasan dan suara
menit) • Sianosis 5. Kolaboras dalam batas Dexamethaso nafas
negatif. i normal atau n 1/3 ampul tambahan
pemberia terjadi secara
n obat gangguan. parenteral
bronchod intravena. 3
ilator 9. Saturasi O2
sesuai dilakukan R : Klien
kebutuha bertujuan tampak
n untuk lemah
mengetahui dan
kadar O2 pernapas
dalam an cepat
jaringan dan
apakah dangkal
dalam batas H:
normal atau Oksigen
terjadi telah
gangguan. terpasang
dengan
10. Obat sungkup
bronkodilato 5
r berfungsi liter/men
untuk it
membantu 4. R:
menurunkan nangis
sesak. lemah
H ; acral
tdk
tampak
cianosis
5
R : Klien
tampak
menyerin
gai
ekspresi
kesakitan
H : Obat
bronckodi
lator telah
diinjekan
46
pada jam
09.00
WIB
DAFTAR PUSTAKA
Garna, Heri.dkk. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi Ke
dua.Bandung : FKU Padjadjaran.
Irianto, Kus. Drs. 2004. Struktur Dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis.
Bandung : Yrama Widya.
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta : EGC.
Markum. 1998. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Ajar Jilid 1, Bagian Kesehatan Anak ,
Fakultas UI, Jakarta.
EGC.