07PFT-00055080000001512001Pert1 CB4
07PFT-00055080000001512001Pert1 CB4
Bina Nusantara
1. Pengantar Etika Terapan
Sejak jaman Plato dan Aristoteles ditekankan bahwa etika merupakan
filsafat praktis.
Filsafat praktis:
filsafat yg ingin memberikan penyuluhan kepada tingkah laku manusia,
dengan memperlihatkan apa yg harus dan tidak boleh dilakukan.
Bina Nusantara
2. Penjernihan Istilah (3)
Menurut K. Bartens (seorang dosen dan pakar etika di
Indonesia) dalam bukunya yg berjudul Etika membedakan
juga pengertian etika atas 3 arti yang dipertajam dan diubah
urutannya.
• Nilai-nilai dan norma-norma moral yg menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya
=> sistem nilai
• Kumpulan asas atau nilai moral
=> kode etik
• Ilmu tentang baik atau buruk
Bina Nusantara
2. Penjernihan Istilah (4)
Pengertian moral
nilai-nilai dan norma-norma yg menjadi pegangan bagi
seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah
lakunya.
Bina Nusantara
2. Penjernihan Istilah (6)
Perbedaan
Etika: bersifat relatif => sesuatu yg dianggap tidak sopan
di suatu daerah bisa saja dianggap sopan di daerah
lain.
Etiket: lebih bersifat absolut
Contoh:
Etiket: Memanggil orang tua dengan cara menyebutkan
nama aslinya bisa sangat tidak sopan di suatu
daerah, sedangkan di daerah atau kebudayaan lain
malah dianggap sebagai ungkapan rasa hormat.
Etika: Jangan membunuh, jangan mencuri, jangan
berbohong, dsb. Merupakan prinsip-prinsip etika
Bina Nusantara
yg berlaku umum
2. Penjernihan Istilah (9)
Perbedaan
Etika: lebih pada penampilan rohania atau batiniah
Etiket: lebih pada penampilan lahiriah.
Contoh:
Etiket: Etiket bertelepon, etiket menerima tamu, etiket
berbusana, ramah, dermawan
Etika: maksud yg ada di balik suatu tindakan =>
dermawan karena memang ingin membagikan
sebagian dari rezeki yg diperoleh atau ada motif
lain di balik kedermawanan tersebut.
Bina Nusantara
2. Penjernihan Istilah (10)
Yg tepat adalah
“Apakah pengambilan keputusan dalam bisnis tidak mempunyai
relevansi moral”?
Bina Nusantara
3. Peranan Etika
dalam Dunia Modern (4)
3.3 Munculnya kepedulian etis yg semakin universal
Gejala yg paling mencolok tentang kepedulian etis adalah Deklarasi
Universal tentang Hak-hal Azasi Manusia yg diproklamirkan oleh
PBB pada tgl. 10 Desember 1948.
Di masa pra-modern
Tradisi menduduki tempat utama, menjadi satu-satunya acuan
Di masa sekarang (post-tradisional society)
“tradisi” dipertanyakan, diragukan, dan mungkin juga dibuang.
Bina Nusantara
5. Bidang Garapan
Etika Terapan
5.1 Dua bidang besar yg disoroti oleh etika terapan
Bina Nusantara
5. Bidang Garapan
Etika Terapan (2)
5.2 Pembagian ke dalam makroetika dan mikroetika
Makroetika => membahas masalah-masalah moral pada
skala besar (menyangkut suatu bangsa
seluruhnya atau bahkan seluruh umat manusia)
Contoh:
ekonomi dan keadilan, lingkungan hidup dan alokasi sarana
pelayanan kesehatan.
Bina Nusantara
6. Pendekatan
Etika Terapan (3)
Bina Nusantara
6. Pendekatan
Etika Terapan (4)
6.2 Pentingnya pendekatan kasuistik
Bina Nusantara
7. Metode
Etika Terapan
Ada 4 unsur yg mewarnai pemikiran etis:
• Sikap awal
Sikap tertentu seseorang terhadap suatu hal atau masalah yg
dihadapinya
• Norma-norma moral
Norma-norma moral yg relevan untuk topik atau bidang
bersangkutan.
Norma-norma yg sudah diterima sebagai yg berlaku umum
oleh masyarakat, penting diperhatikan apabila norma tersebut
berkaitan dan dapat diterapkan dalam kasus atau masalah yg
sedang dihadapi.
Bina Nusantara
7. Metode
Etika Terapan (3)
• Logika berpikir
Proses pembahasan suatu masalah yang sedang dihadapi harus
mematuhi tuntutan berpikir logis-rasional. Ini diperlukan bagi
setiap usaha pembahasan untuk menghasilkan kesimpulan
yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral
Bina Nusantara
9. Bahan Refleksi Pribadi
Bina Nusantara