Anda di halaman 1dari 38

Pertemuan 1 CB4

PENGANTAR ETIKA TERAPAN


Learning outcome

Student will able to distinguish the ethics problem form


cultural and moral problem

Bina Nusantara
1. Pengantar Etika Terapan
Sejak jaman Plato dan Aristoteles ditekankan bahwa etika merupakan
filsafat praktis.

Filsafat praktis:
filsafat yg ingin memberikan penyuluhan kepada tingkah laku manusia,
dengan memperlihatkan apa yg harus dan tidak boleh dilakukan.

Pada abad pertengahan, Thomas Aquinas melanjutkan tradisi filsafat


praktis ini dan menerapkannya di bidang teologi moral.

Pada zaman modern muncul etika khusus (ethica specialis) yg


membahas masalah etis tentang suatu bidang tertentu, seperti keluarga
dan negara.

Etika terapan adalah etika khusus yg bertujuan menyoroti hal-hal


praktis kehidupan manusia.
Bina Nusantara
2. Penjernihan Istilah
2.1 Etika dan Moral
Dari arti etimologis (menurut asal usul kata)
Kata ‘etika’ berasal dari bahasa Yunani kuno ‘ethos’ (bentuk
jamaknya ‘ta etha’), yg berarti adat kebiasaan, cara berpikir,
akhlak, sikap, watak, cara bertindak.
Dari kata Yunani itu diturunkan kata ethics (Inggris), etika
(Indonesia).

Kata ‘moral’ berasal dari bahasa Latin ‘mos’ (bentuk jamaknya


‘mores’), yg memiliki arti adat kebiasaan. Dari kata Latin itu
diturunkan kata ‘moral’ (Inggris), moral (Indonesia).

Jadi, etika dan moral mempunyai arti yg sama secara etimologis


Bina Nusantara
2. Penjernihan Istilah (2)

Dari arti leksikal (menurut kamus) Kamus Besar Bahasa


Indonesia 1998, pengertian etika dibedakan menjadi 3 arti:
• Ilmu tentang apa yg baik dan apa yg buruk, dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak)
• Kumpulan azas atau nilai yg berkenaan dengan akhlak
• Nilai mengenai benar dan salah, yg dianut suatu golongan
masyarakat

Dengan pembedaan tiga pengertian tsb, maka kita mendapatkan


pengertian yg lebih lengkap tentang etika, sekaligus kita lebih
mampu memahami pengertian etika.

Bina Nusantara
2. Penjernihan Istilah (3)
Menurut K. Bartens (seorang dosen dan pakar etika di
Indonesia) dalam bukunya yg berjudul Etika membedakan
juga pengertian etika atas 3 arti yang dipertajam dan diubah
urutannya.
• Nilai-nilai dan norma-norma moral yg menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya
=> sistem nilai
• Kumpulan asas atau nilai moral
=> kode etik
• Ilmu tentang baik atau buruk

Bina Nusantara
2. Penjernihan Istilah (4)
Pengertian moral
nilai-nilai dan norma-norma yg menjadi pegangan bagi
seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah
lakunya.

Perbuatan tidak bermoral => perbuatan yg melanggar nilai-nilai


dan norma-norma etis yg berlaku dalam masyarakat.

Kata ‘moralitas’ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti


pada dasarnya sama dengan ‘moral’, hanya saja bernada lebih
abstrak, karena berkaitan dengan sifat moral (segi baik-buruk)
suatu perbuatan.
Bina Nusantara
2. Penjernihan Istilah (5)
2.2 Etika dan Etiket (Ethics dan Etiquette)

Kesamaan Etika dan Etiket


• Berkaitan dengan perilaku manusia
• Mengatur perilaku manusia secara normatif => norma-
norma bagi perilaku manusia, yang menyatakan apa yang
harus dan tidak boleh dilakukan.

Karena sifat normatif ini, maka kedua istilah tersebut


mudah dicampuradukkan dalam pemakaian.

Bina Nusantara
2. Penjernihan Istilah (6)

Perbedaan Etika dan Etiket


Etika: berlaku dalam pergaulan
Etiket: tetap berlaku, dengan atau tanpa kehadiran
orang lain
Contoh:
Etiket: Tidak makan sambil berbunyi, sambil
meletakkan kaki di atas meja, dengan
tangan (di Barat)
Etika: Larangan mencuri tetap berlaku, baik ada
atau tidak ada orang lain yang
Bina Nusantara
menyaksikan tindakan itu.
2. Penjernihan Istilah (7)

Perbedaan Etika dan Etiket


Etika: menyangkut cara suatu perbuatan dilakukan
Etiket: menyangkut apakah suatu tindakan boleh
atau tidak boleh dilakukan
Contoh:
Etiket: Memberikan/menyerahkan/mengembalikan
sesuatu kepada orang lain => diserahkan
langsung, dengan perantara orang lain,
dengan tangan kiri atau kanan
Etika: Mengembalikan barang pinjaman adalah
suatu keharusan
Bina Nusantara
2. Penjernihan Istilah (8)

Perbedaan
Etika: bersifat relatif => sesuatu yg dianggap tidak sopan
di suatu daerah bisa saja dianggap sopan di daerah
lain.
Etiket: lebih bersifat absolut
Contoh:
Etiket: Memanggil orang tua dengan cara menyebutkan
nama aslinya bisa sangat tidak sopan di suatu
daerah, sedangkan di daerah atau kebudayaan lain
malah dianggap sebagai ungkapan rasa hormat.
Etika: Jangan membunuh, jangan mencuri, jangan
berbohong, dsb. Merupakan prinsip-prinsip etika
Bina Nusantara
yg berlaku umum
2. Penjernihan Istilah (9)
Perbedaan
Etika: lebih pada penampilan rohania atau batiniah
Etiket: lebih pada penampilan lahiriah.
Contoh:
Etiket: Etiket bertelepon, etiket menerima tamu, etiket
berbusana, ramah, dermawan
Etika: maksud yg ada di balik suatu tindakan =>
dermawan karena memang ingin membagikan
sebagian dari rezeki yg diperoleh atau ada motif
lain di balik kedermawanan tersebut.

Bina Nusantara
2. Penjernihan Istilah (10)

2.3 Amoral dan Immoral


Dua kata yang mirip, namun memiliki arti yang sangat berbeda.
Menurut kamus Concise Oxford Dictionary

“amoral” => unconcerned with, out of the sphere of moral, non-moral”, yg


artinya
- tidak berhubungan dengan konteks moral
- non moral
- di luar suasana etis

“immoral” => opposed to morality; morally evil, yg artinya


- bertentangan dengan moralitas
- secara moral buruk
- tidak etis
Bina Nusantara
2. Penjernihan Istilah (11)
2.3 Amoral dan Immoral
Memeras para pensiun => tindakan immoral
=> tindakan tidak bermoral

“Decision-making in business: amoral”?


Tidak bisa diterjemahkan
“Apakah pengambilan keputusan dalam bisnis tidak bermoral”?

Yg tepat adalah
“Apakah pengambilan keputusan dalam bisnis tidak mempunyai
relevansi moral”?

- Wrong statement : corruption is an amoral behavior


- It should be : corruption is an immoral behavior.
Bina Nusantara
3. Peranan Etika
dalam Dunia Modern
Mengapa etika pada zaman modern ini semakin diperlukan?
3.1 Adanya pluralisme moral
Kita hidup dalam zaman yg semakin pluralistik, tidak terkecuali dalam
hal moralitas. Setiap hari kita bertemu dengan orang-orang dari suku,
daerah, lapisan sosial, dan agama yg berbeda.

Pandangan dan sikap yg selain memiliki banyak kesamaan, memiliki


juga banyak perbedaan bahkan pertentangan. Masing-masing
pandangan itu mengklaim diri sebagai yg sah.
Berhadapan dengan situasi semacam itu, kita bertanya:
Manakah yg kita ikuti?
Dalam hal ini yg kita tanyakan bukan hanya apa yg merupakan
kewajiban kita dan apa yg bukan, melainkan manakah norma-norma
untuk menentukan apa yg dianggap sebagai kewajiban.
Bina Nusantara
3. Peranan Etika
dalam Dunia Modern (2)
3. 2. Timbulnya masalah-masalah etis baru
Masalah-masalah etis baru muncul terutama karena
perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya
ilmu-ilmu biomedis.

• Telah terjadi manipulasi genetis, yakni campur tangan manusia


atas perkembangbiakan gen-gen manusia.
• Ada reproduksi artifisial seperti fertilisasi in vitro, entah
dengan donor atau tanpa donor, entah dengan ibu yg
“menyewakan” rahimnya atau tidak.
• Bisa terjadi juga adanya eksperimen dengan jaringan embrio
untuk menyembuhkan penyakit tertentu, entah jaringan itu
diperoleh melalui abortus yg disengaja atau abortus spontan.
Bina Nusantara
3. Peranan Etika
dalam Dunia Modern (3)
3.2 Timbulnya masalah-masalah etis baru

Masalah kloning dan penciptaan manusia-manusia super


serta tindakan manipulasi genetik lainnya tentu sangat
mengandung masalah-masalah etis yg serius dalam
kehidupan manusia.

Bagaimana sikap kita mengahadapi perkembangan


seperti ini?

Bina Nusantara
3. Peranan Etika
dalam Dunia Modern (4)
3.3 Munculnya kepedulian etis yg semakin universal
Gejala yg paling mencolok tentang kepedulian etis adalah Deklarasi
Universal tentang Hak-hal Azasi Manusia yg diproklamirkan oleh
PBB pada tgl. 10 Desember 1948.

Kejadian ini pernah disebut sebagai kejadian etis paling penting


dalam abad ke-20, dan merupakan pernyataan pertama yg diterima
secara global karena diakui oleh semua anggota PBB. Contoh lain
kepedulian etis yg bersifat universal adalah masalah etis yg
berhubungan dengan perkembangan iptek, masalah lingkungan
hidup, dsbnya.

Universalitas berhadapan dengan pluralitas.


Bina Nusantara
3. Peranan Etika
dalam Dunia Modern (5)
3.4 Hantaman gelombang modernisasi
Modernisasi telah menyebabkan banyak perubahan, baik
perubahan pada barang atau peralatan yg diproduksi makin
canggih tetapi juga dalam hal cara berpikir yg berubah secara
radikal.

Ada banyak cara berpikir yang berkembang, seperti rasionalisme,


individualisme, nasionalisme, sekularisme, materialisme,
konsumerisme, pluralisme religius.

Cara berpikir dan pendidikan modern telah banyak mengubah


lingkungan budaya, sosial, dan rohani masyarakat kita.
Bina Nusantara
3. Peranan Etika
dalam Dunia Modern (6)
3.5 Tawaran berbagai ideologi
Proses perubahan sosial budaya dan moral yg terus terjadi, tidak
jarang telah membawa kebingungan bagi banyak orang atau
kelompok orang. Banyak orang merasa bingung, kehilangan
pegangan, dan tidak tahu harus berbuat atau memilih apa.

Etika dapat membantu orang u/ sanggup menghadapi secara kritis


dan objektif berbagai ideologi yg muncul.
Pemikiran kritis dapat membantu u/ membuat penilaian yg
rasional dan objektif, tidak mudah terpancing oleh berbagai
alasan yg tidak mendasar.
Bina Nusantara
3. Peranan Etika
dalam Dunia Modern (7)
3.6 Tantangan bagi agamawan
Etika juga diperlukan oleh para agamawan u/ tidak menutup diri
terhadap persoalan-persoalan praktis kehidupan umat manusia.

Pentingnya etika bagi agama:


• Masalah interpretasi terhadap perintah atau hukum yg termuat
dalam wahyu Tuhan terutama seperti yg tertuang dalam kitab
suci keagamaan. Masalah ini yg sering kali menyebabkan
perbedaan pendapat.
• Masalah-masalah moral yg baru yg tidak langsung dibahas
dalam wahyu. Masalahnya adalah bagaimana menanggapi dari
segi agama masalah-masalah moral yg pada waktu wahyu
diterima belum dipikirkan.
Bina Nusantara
3. Peranan Etika
dalam Dunia Modern (8)
3.6 Tantangan bagi agamawan
Etika diperlukan u/ mengambil sikap yg dapat
dipertanggungjawabkan terhadap masalah-masalah yg timbul
kemudian.

Di masa pra-modern
Tradisi menduduki tempat utama, menjadi satu-satunya acuan
Di masa sekarang (post-tradisional society)
“tradisi” dipertanyakan, diragukan, dan mungkin juga dibuang.

Meski demikian tradisi tidaklah hilang.


Bina Nusantara
4. Munculnya
Etika Terapan
4.1 Muncul dari kepedulian etis yang mendalam
yang dipicu oleh:
– Perkembangan dalam bidang iptek, khususnya dalam
sektor ilmu-ilmu biomedis.
– Terciptanya semacam ”iklim moral” yang mengundang
minat baru untuk etika :
• Munculnya perjuangan civil right (hak-hak warga
negara) di Amerika, khususnya persamaan hak bagi
golongan kulit hitam.
• Tuntutan persamaan hak antara pria dan wanita di
dunia Barat
• Revolusi mahasiswa di beberapa negara Barat pada
Bina Nusantara akhir tahun 1960-an dan permulaan tahun 1870-an.
4. Munculnya
Etika Terapan (2)
4.1 Muncul dari kepedulian etis yang mendalam
 Protes keras terhadap keterlibatan tentara Amerika
Serikat dalam perang Vietnam.
 Ketidaksenangan dan penolakan dari banyak kalangan
tentang persenjataan nuklir dan perlombaan senjata yg
sedang berlangsung antara dua negara adikuasa waktu
itu, amerika Serikat dan Uni Soviet, bersama sekutu
masing-masing.
Gerakan lain:
Gerakan buruh melawan majikan, gerakan pelestarian
lingkungan, gerakan anti perang, gerakan anti nuklir, gerakan
menuntut demokratisasi, gerakan kaum perempuan, gerakan
kaum gay, dsbnya.
Bina Nusantara
4. Munculnya
Etika Terapan (3)
4.2 Gambaran keseriusan perhatian pada etika terapan
 Di banyak tempat di seluruh dunia setiap tahun diadakan kongres
dan seminar tentang masalah-masalah etis.
 Telah didirikan cukup banyak institut, di dalam maupun di luar
kalangan perguruan tinggi, yang khusus mempelajari persoalan-
persoalan moral
 Terutama di Amerika Serikat, etika dalam salah satu bentuk
seringkali dimasukkan dalam kurikulum di perguruan tinggi
 Terdapat suatu banjir publikasi tentang etika terapan yang tidak
pernah terpikirkan beberapa dekade yang lalu.
 Pada dekade-dekade terakhir ini tidak jarang jasa ahli etika
diminta untuk mempelajari masalah-masalah yang berimplikasi
moral (terutama jika pemerintah suatu negara ingin membuat
peraturan hukum tentang masalah baru atau mengubah hukum
yg sedang berlaku).
Bina Nusantara
Munculnya Etika
Terapan (4)

4.3 Kaitan etika terapan dengan etika umum

Etika terapan merupakan produk dari etika umum. Kualitas teori


etika yg digunakan menentukan kualitas etika terapan.

Bina Nusantara
5. Bidang Garapan
Etika Terapan
5.1 Dua bidang besar yg disoroti oleh etika terapan

 Wilayah profesi : etika kedokteran, etika politik,


etika bisnis, dsbnya.
 Wilayah masalah : penggunaan tenaga nuklir;
pembuatan, pemilikan, dan penggunaan senjata
nuklir; pencemaran lingkungan hidup; diskriminasi
dalam segala bentuk (ras, agama, jenis kelamin,
dll)

Bina Nusantara
5. Bidang Garapan
Etika Terapan (2)
5.2 Pembagian ke dalam makroetika dan mikroetika
Makroetika => membahas masalah-masalah moral pada
skala besar (menyangkut suatu bangsa
seluruhnya atau bahkan seluruh umat manusia)
Contoh:
ekonomi dan keadilan, lingkungan hidup dan alokasi sarana
pelayanan kesehatan.

Mikroetika => membahas pertanyaan-pertanyaan etis dimana


individu terlibat
Contoh:
Kewajiban dokter terhadap pasiennya atau kewajiban pengacara
terhadap kliennya.
Bina Nusantara
5. Bidang Garapan
Etika Terapan (3)
5.2 Pembagian ke dalam makroetika dan mikroetika
Kadang di antara makroetika dan mikroetika disisipkan lagi jenis
terapan ketiga, yg disebut mesoetika (meso=madya), yg menyoroti
masalah-masalah etis yg berkaitan dengan suatu kelompok atau profesi,
seperti kelompok ilmuwan, profesi wartawan, profesi pengacara,
dsbnya.

5.3 Pembagian ke dalam etika individual dan etika sosial


Etika individual => membahas kewajiban manusia terhadap dirinya
sendiri
Etika sosial => kewajiban manusia sebagai anggota masyarakat
Pembagian ini diragukan relevansinya karena adalah makhluk sosial.
Bunuh diri => tdk ada masalah yg bisa dilepas dari konteks sosial
Bina Nusantara
6. Pendekatan
Etika Terapan
Pendekatan
Pendekatan multidisipliner Etika Terapan
Pendekatan interdisipliner
usaha pembahasan tentang tema usaha pembahasan tentang tema
yg sama oleh ilmuwan dari yg sama oleh ilmuwan dari
berbagai disiplin ilmu, setiap berbagai disiplin ilmu, setiap
ilmuwan memberikan ilmuwan meleburkan diri ke
pandangannya. dalam satu pandangan yg
menyeluruh.
Tujuan:
mendapatkan berbagai pandangan Tujuan:
dari berbagai disiplin ilmu yg mencapai suatu pandangan
dipusatkan pada tema yg sama. terpadu dari berbagai disiplin ilmu

Walau pendekatan multidisipliner juga sulit u/ dilaksanakan,


namun pendekatan itu lebih realistis
Bina Nusantara
6. Pendekatan
Etika Terapan (2)
Peranan sangat terbatas etika di tengah-tengah ilmu-ilmu lain
mempunyai dua efek yang sulit dihindari:
• Etika terapan sering dipraktekkan tanpa mengikutsertakan
etikawan profesional
• Etika semakin keluar dari keterasingannya, terpaksa
melepaskan diri dari konteks akademis yg eksklusif, dan
memasuki suatu kawasan yg lebih luas.
Supaya perananya berguna dalam rangka kerjasama
multidisipliner, para ahli etika atau filsuf moral harus keluar
dari isolasinya (jangan menghuni menara gading) dan menjadi
akrab dengan bidang ilmiah lainnya.

Bina Nusantara
6. Pendekatan
Etika Terapan (3)

6.2 Pentingnya pendekatan kasuistik


Pendekatan kasuistik:
usaha memecahkan kasus-kasus konkrit di bidang moral
dengan menerapkan prinsip-prinsip etika umum.

Pendekatan kasuistik diakui sebagai metode yg efisien u/


mencapai kesepakatan di bidang moral (pendekatan dari sisi teori
akan sulit mencapai suatu kesepakatan).

Bina Nusantara
6. Pendekatan
Etika Terapan (4)
6.2 Pentingnya pendekatan kasuistik

Dengan pendekatan kasuistik ini sifat penalaran menunjukkan


dua hal:
• Mengandaikan secara implisit bahwa relativisme moral tidak
bisa dipertahankan. Timbul karena ada keyakinan umum
bahwa prinsip-prinsip etis bersifat universal dan tidak relatif
saja terhadap suatu keadaan konkret.
• Umum diterima juga bahwa prinsip-prinsip etis tidak bersifat
absolut begitu saja, dan tidak peduli dengan situasi konkret.

Bina Nusantara
7. Metode
Etika Terapan
Ada 4 unsur yg mewarnai pemikiran etis:
• Sikap awal
Sikap tertentu seseorang terhadap suatu hal atau masalah yg
dihadapinya

Sikap awal => sikap yg belum direfleksikan (belum dipikirkan


mengapa bersikap demikian)
Faktor yg menentukan sikap ini: pendidikan, agama, kebudayaan,
watak seseorang, pengalaman pribadi, media massa, kebiasaan,
dll. Masalah muncul apabila terjadi perbedaan pandangan tentang
sesuatu hal, misalnya: hukuman mati, eutanasia, pemberantasan
korupsi, dll. Perbedaan pandangan inilah yg menimbulkan
refleksi etis.
Bina Nusantara
7. Metode
Etika Terapan (2)
• Informasi
Tanpa informasi yg memadai, maka sikap moral kita terhadap
sesuatu sulit dipertanggungjawabkan.
Pentingnya mendapatkan informasi yg memadai merupakan
salah satu alasan terpenting mengapa etika terapan harus
dijalankan dlam konteks kerja sama multidisipliner.

• Norma-norma moral
Norma-norma moral yg relevan untuk topik atau bidang
bersangkutan.
Norma-norma yg sudah diterima sebagai yg berlaku umum
oleh masyarakat, penting diperhatikan apabila norma tersebut
berkaitan dan dapat diterapkan dalam kasus atau masalah yg
sedang dihadapi.
Bina Nusantara
7. Metode
Etika Terapan (3)
• Logika berpikir
Proses pembahasan suatu masalah yang sedang dihadapi harus
mematuhi tuntutan berpikir logis-rasional. Ini diperlukan bagi
setiap usaha pembahasan untuk menghasilkan kesimpulan
yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral

Keempat unsur tersebut merupakan unsur-unsur paling penting


yg membentuk etika terapan. Diskusi yg berlangsung dalam etika
terapan dimungkinkan sebagai buah hasil kerjasama dan interaksi
antara empat itu. Dengan cara demikian, etika terapan dapat
membantu untuk mengangkat pertimbangan dan keputusan moral
kita dari suatu taraf subyektif serta emosional ke suatu taraf
obyektif dan rasional.
Bina Nusantara
8. Panduan Diskusi

1. Selain ajaran dan pandangan agama, mengapa kajian etika


sangat diperlukan dalam menghadapi masalah-masalah
penting kehidupan.
2. Sebutkan satu contoh kasus yg memperlihatkan dengan jelas
adanya pluralitas pandangan moral di dalamnya, dan
bagaimana sebaiknya kita menyikapi situasi semacam itu
secara lebih bertanggung jawab!
3. Masalah-masalah etis baru akan terus muncul sejalan dengan
perkembangan yg terus terjadi di berbagai bidang kehidupan.
Bagaimana sebaiknya kita menghadapi situasi tersebut.

Bina Nusantara
9. Bahan Refleksi Pribadi

1. Dari pengalaman nyata Anda sendiri, biasanya Anda lebih mudah


jatuh dalam pelanggaran etika atau etiket?
dalam hal-hal apa? Dan bagaimana Anda memperbaikinya?
2. Apa yg biasanya membuat daya kritis Anda menjadi kurang
berperan dalam menilai dan menanggapi pengaruh-pengaruh
kurang baik yg datang dari dalam dan luar diri Anda? Bagaimana
Anda meningkatkan daya kritis tersebut?
3. Sebutkan satu contoh masalah moral yg Anda hadapi, dimana sikap
moral Anda terhadap masalah itu tidak jelas! Mengapa sikap moral
Anda seperti itu, dan bagaimana Anda menyikapi atau
memperbaiki hal itu selanjutnya?

Bina Nusantara

Anda mungkin juga menyukai