Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ANGGARAN LOMBA PMR

EXHIBITION IN GLORY OF HUMANITY


SMK NEGERI 3 KOTA TANGERANG
=====================================================

Nama Kegiatan : Lomba PMR “EXHIBITION IN GLORY OF HUMANITY”

Tempat : SMK NEGERI 4 KOTA TANGERANG


Jl. Veteran No . 1A (021-55776754)

Hari/Tanggal : Minggu, 07 November 2010

Nama Peserta : 1. Nur mala Sari


2. Dewi Sri Hanzayani
3. Haniyah
4. Fitri Oktaviani
5. Tia Putri Kahiji
6. Nova
7. Shofi Rhisma D
8. Annisa Tri Pamungkas
9. Dewi Kurniati
10. Dien Hardiyati
11. Miftahul Janah
12. Ulfa Mardhiyah
13. Tri Amalia
14. Sella Aini Febriyanti
15. Tecia Devi Arianti
16. Septiani Wardani
17. Rizki Fajar
18. Aldi Nur Saputra
19. Soni Haji
20. Putra
21. Yuni Permatasari
22. Tri Mulyaning Tyas
Anggaran :

1. Daftar Lomba 1. Kepalang Merahan Rp. 240.000,00 (2 Regu)


2. Donor Darah Suka Rela
3. Tandu Darurat
4. Desain Baju

2. Transportasi Mobil Rp. 3.000,00 x 22 orang Rp. 66.000,00


3. Konsumsi Rp. 7.000,00 x 12 orang Rp. 84.000,00
4. Pelatih 1 orang Rp. 50.000,00
5. Bambu 3 Set Rp. 75.000,00
6. Cet Asturo 2 Set Rp. 100.000,00
7. Selimut 1 Set Rp. 30.000,00
8. Kuas 1 Set Rp. 15.000,00
9. Mitela 1 Set Rp. 60.000,00
Total Keseluruhan Jumlah Rp. 720.000,00
Proses Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme
Barat serta Pengaruhnya bagi Indonesia

1. Perlawanan Rakyat Maluku


A. Latar Belakang
1. Belanda menerapkan monopolui perdagangan
2. Adanya kekhawatiran rakyat akan munculnya kembali kekejaman seperti zaman VOC.
3. Rakyat diharuskan kerja paksa, menyerahkan ikan asin, kopi.
4. Benteng Duurstede diduduki Belanda.
B. Tokoh/ pemimpin
Pattimura
C. Proses Perang
Perlawanan ini dibantu oleh Anthonie Rebok, Thomas Pattiwael, Lucas Latumahina, dan Christina
Martatiahahu. Pada tanggal 15 Mei 1817 seranga di mulai dan berhasil menguasai Banten
Duurstede serta membunuh van den Berg. Akhirnya perang meluas ke Ambon, Seram, Haruku,
Larike, Asilulu, dan Masihu.
D. Akhir perang
Belanda akhirnya mendatangkan bantuan, sehingga Pattimura dapat dikalahkan dan tanggal 16
Desember Pattimura dihukum gantung.
2. Perang Paderi
A. Latar Belakang
1. Adanya Perselisihan antara Kaum adat dan Kaum Paderi. Yaitu
Kaum Paderi menghendaki Gerakan Wahaby yang ditentang Kaum
Adat.
2. Belanda ikut campur tangn membantu Kaum Adat.
B. Proses Perang
1. Tahap I [ 1821-1837 ]
Tahap ini perang antara Kaum Adat dan kaum Padri. Kaum Adat terdesak lalu minta bantua
Belanda. Dengan begitu Belanda diizinkan membangun Benteng Por Vander Cappelen dan Port
de Kock. Tahun 1825, Belanda berunding dengan Kaum Paderi dan menghasilkan Perjanjian
Paderi.
2. Tahap II
Kaum Paderi dan Kaum Adat bersatu melawan Belanda. Serangan Belanda dipusatkan ke
Bonjol. Belanda menggunakan siasat Devide at Empera dengan cara mendatangkan pasukan
Sebtot Prawirodirjo dari Jawa.
C. Pemimpin / Tokoh
Tuanku Imam Bonjol, Datuk Malim Basa, Tuanku nan Cerdik, Tuanku
Pasmanan, dan Tuanku Hitam.
D. Akhir Perang
Pada tahun 1833 diadakan Perjanjian Plakat panjang yang isinya penduduk diberi kebebasan
membayar pajak dan kerja rodi, tetapi penduduk hanya berdagang dengan Belanda. Namu
akhirnya Tuanku Imam Bonjol tetap ditangkap pada tahun 1837.
4. Perang Dipenogoro
a. Latar Belakang
sebab Umum:
1. Belanda ikut campur masalah kerajaan
2. Bangsawan kecewa karena dilarang menyewakan tanahnya
3. Kaum Ulama kecewa karena masuknya peradaban Barat di keraton
4. Rakyat dibebani berbagai macam pajak dan kerja paksa
Sebab Khusus:
1. Pembuatan jalan raya yang melewati makam leluhur tanpa
Seizin Pangeran Dipenogoro
b. Pemimpin/ tokoh
Pangeran Dipenogoro, Kiai mojo, Sentot Prawirodirjo,Pangeran Mangkubumi, dll.
c. Proses Perang
Perang dimulai 20 Juli 1825. Perang dimulai ketika Belanda menyerbu kediaman Pangeran
Dipenogoro. Pangeran dipenogoro menggunakan taktik geriliya, sedang belanda
menggunakan siasat Benteng Stelsel.
d. Akhir Perang
Pasukan Dipenogoro mulai terdesak setelah Belanda menggunakan siasat Devide et Empera.
Pangeran Dipenogoro berhasil ditangkap pada tahun 1830 setelah Belanda menerapkan
siasat tipu muslihat.
5. Perang Jagaraga bali
a. Latar belakang
1. Belanda memaksa Bali mengakui kedaulatan Belanda
2. Belanda memaksa Bali menghapus hak Tawan karang.
b. Pemimpin / Tokoh
I Gusti ketut Jelantik
c. Proses Perang
Pada 1845 Belanda Menyerang kerajaan Buleleng. Belanda menyerang Bali tiga kali:
1. Tahun 1846: Serangan dapat dihalau I Gusti Ketut Jalantik
2. Tahun 1848: Belanda gagal merebut Benteng Jagaraga
3. Tahun 1849: Belanda berhasil menguasai Benteng Jagaraga
d. Akhir Perang
Sejak tahun 1849 Belanda berhasil menguasai Bali
6. Perang Banjar
a. Latar Belakang
1. Belanda memaksakan monopoli pedagang
2. Belanda ikut campur tangan urusan kerajaan
b. Pemimpin / Tokoh
Pangeran Antasari
c. Proses Perang
Pertempuran terjadi pada 18 April 1859. Pangeran Antasari berhasil merebut Benteng
Belanda dan menenggelamkan kapal Onrus milik Belanda.
d. Akhir Perang
Pangeran Antasari wafat pada tahun 1862, digantikan oleh Haji Buyasin yang akhirnya
ditangkap Belanda.
7. Perang Aceh
a. Latar Belakang
1. Belanda ingin menguasai aceh yang letaknya strategis.
2. Belanda menuntut agar Aceh mengakui kedaulatan Belanda
3. Belanda melarang Aceh menjalin hubungan dengan
luar negeri
4. Traktat Sumatra 1871 memberi peluang Belanda untuk
menyerang Aceh.
b. Pemimpin / Tokoh
Teuku Umar, Teuku Cik Ditiro, Panglima Polim, Cut Nya’ Dien
c. Proses Perang
Belanda menyerang Aceh pertama pada 1873
di bawah pimpinan Jend. Kohler di depan Masjid Raya,
namun gagal. Serangan kedua Desember 1873 dipimpin
Jend. Van Suieten, berhasil merebut masjid Raya dan
Istana. Belanda melakukan Siasat Konsentrasi Stelsel, Devide
et Empera, kekerasan dengan membentuk pasukan Marsose.
d. Akhir Perang
Pada 1904 Aceh terpaksa menandatangani Perjanjian singkat
Yang berisi, “ Aceh mengakui kedaulatan Belanda”

Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme


Barat di Indonesia
Latabelakang masuknya bangsa Eropa ke Indonesia
Pada permulaan abad pertengahan, bangsa Eropa sudah mengenal hasil / komoditas
dagang dari Indonesia, yaitu rempah-rempah.Rempah-rempah dari Indonesia masuk
ke wilayah Eropa melalui perdegangan secara berantai. Jatuhnya kota Konstantinopel
ke tangan penguasa Turki Usmani menutup perdagangan di Laut Tengah bagi orang-
orang Eropa, keadaan ini menyebabkan perdagangan antara dunia Timur dengan
Eropa menadi mundur,sehingga barang-barang yang sangat dibutuhkan oleh orang-
orang Eropa menjadi berkurang di pasaran Eropa,terutama rempah-rempah.
Pada akhir abad ke-15 dan permulaan abad ke-16 pelaut-pelaut Eropa berhasil
menjelajahi samudera dan sampai ke negeri-negeri baru seperti Amerika, Afrika, Asia
Timur, termasuk Indonesia.
Faktor-faktor yang mendorong orang-orang Eropa mengadakan penjelajahan
samudera pada akhir abad ke-16 diantaranya:
1. Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan penguasa Turki Usmani tahun 1453.
2. Kisah perjalanan Marco Polo ke dunia Timur.
3. Penemuan Copernicus yang di dukung oleh Galileo yang menyatakan bahwa
bumi itu bulat.
4. Penemuan kompas.
5. Semangat Reconquesta,yaitu semangat pembalasan dendam terhadap
kekuasaan Islam di mana pun.
Tujuan penjelajahan samudera ini adalah G, Gold, Glory, Gospel, yaitu mencari
kekayaan, kejayaan dan menyebarkan agama Nasrani.
Penjelajahan samudera di pelopori oleh bangsa Spanyol dan Portugis.  Setelah
perjanjian Thordesillas (1492) pelaut-pelaut Spanyol dan Portugis melakukan
penjelajahan samudera untuk mencari dunia baru. Pelaut-pelaut tersebut di antaranya:
1. Penjelajah dari Spanyol
1. Christopher Columbus, tahun 1492 sampai ke Bahama di Laut Karibia
(Amerika) yang diyakini sebagai India,sehingga penduduk aslinya
disebut Indian
2. Cortez, tahun 1519 berhasil menduduki Mexico setelah menaklukan
kerajann Aztec dan suku Maya
3. Pizzaro, tahun 1530 berhasil menguasai Peru setelah menaklukan
kerajaan Inca
4. Ferdinand Magelhaens, tahun 1520 sampai di wilayah Filipina
5. Sebastian d’Elcano, tahun 1521 sampai di wilayah Maluku, namun di
Maluku telah berkuasa bangsa Portugis.
2. Penjelajah dari Portugis
1. Bartholomeus Diaz, tahun 1496 sampai ke ujung Afrika yang di beri
nama Tanjung Haeapan ( cape of good hope )
2. Vasco da Gama, tahun 1498 sampai ke Kalkuta,India
3. Alfonso d’Albuquerque, tahun 1511 berhasil sampai ke Malaka, tahun
1512 sampai ke Maluku.
Daerah-daerah yang berhasil di datangi oleh para pelaut Spanyol dan Portugis
dijadikan daeah kekuasaan negaranya masin-masing, mereka memperkenalkan
budaya latin sehingga berkembang budaya latin di daerah-daerah yang berhasil di
dudukinya.

Perkembangan kekuasaan bangsa Eropa di Indonesia


1. Kekuasaan Bangsa Portugis di Indonesia ( 1511-1641)
Pada tahun 1511, Malaka berhasil direbut oleh bangsa Portugis dibawah
pimpinan Alfonso d’Albuquerque,dengan demikian bangsa Portugis dapat
mengadakan perdagangan langsung dengan daerah-daerah di Indonesia seperti
Ternate, Ambon, Banda, dan Timor. Bangsa Portugis berusaha menanamkan
kekuasaannya di daerah Maluku dengan tujuan agar dapat memonopoli
perdagangan rempah-rempah. Tindakan Portugis yang sewenang-wenang dan
bertindak kejam menimbulkan pertentangan antara rakyat Maluku dengan
bangsa Portugis.Kekuasaan Portugia yang berlangsung dari tahun 1511-1641
meninggalkan peninggalan-peninggalan kebudayaan seperti bahasa, kesenian
( seni musik keroncong), penggunaan nama-nama yang meniru nama-nama
orang Portugis, dan juga benda-benda peninggalan berupa meriam-meriam
yang diberi nama Nyai Setomi (Solo), si Jagur ( Jakarta ), dan Ki Amuk
(Banten). Selain itu bangsa Portugis menyebarkan agama Katolik oleh seorang
Missionaria bernama Fransiscus Xaverius.

2. Kekuasaan VOC ( Kompeni Belanda ) di Indonesia


Bangsa Belanda memulai pelayarannya pada tahun 1596 di bawah pimpinan
Cornelis de Houtman dan sampai di wilayah Banten dengan tujuan untuk
berdagang. Dari Bandar Banten, pelaut Belanda melanjutkan pelayarannya kea
rah timur dan berhasil membawa rempah-rempah dalam jumlah yang cukup
banyak.Sejak keberhaslannya itu, para pedagang Belanda semakin ramai dating
ke Indonesia yang menyebabkan timbulnya persaingan diantara para pedagang
Belanda. Untuk mengatasinya, pemerintah Belanda membentuk kongsi dagang
yang diberi nama VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) pada tahun
1602.

3. Tujuan dibentuknya VOC adalah :


1. menghindari persaingan antarpedagang Belanda
2. memperkuat kedudukan Belanda dalam menghadapi Portugis dan
Spanyol
3. mencari keuntungan sebesar-besarnya.

4. Hak istimewa VOC :


1. hak monopoli perdagangan
2. hak octrooi, yaitu hak untuk mencetak dan mengedarkan uang sendiri
3. hak ekstirpasi, yaitu hak untuk mengurangi hasil produksi rempah-
rempah
4. hak mengadakan perjanjian, memungut pajak, memiliki angkatan
perang, mendirikan benteng, dan hak untuk menjajah.
Pada awalnya VOC berpusat di Banten, tahun 1618 Jan Pieterzoon Coen mendirikan
benteng di Jayakarta, tahun 1619 Jan Pieterzoon Coen mendirikan kota baru yaitu
Batavia setelah Jayakarta di baker, dan Batavia dijadikan sebagai pusat kekuasaan
Belanda di Indonesia.
Pada awal abad ke-18, VOC mengalami kemunduran yang disebabkan oleh:
1. Banyak pegawai VOC yang korupsi.
2. Persaingan dagang dangan prancis dan inggris.
3. Perdagangan gelap yang meraja lela.
4. Hutang VOC yang semakin besar.
5. Penduduk Indonesia banyak yang miskin.
6. Anggaran belanja yang besar untuk gaji pegawai.
Tanggal 31 Desember 1799 pemerintah Belanda membubarkan VOC.
Indonesia di bawah pemerintahan kerajaan Belanda
Setelah di bubarkan,segala hak dan  kewajiban diambil alih oleh pemerintah Republik
Bataafshe sampai th 1807,tahun 1807 diganti menjadi kerajaan Holland oleh Kaisar
Napoleon Bonaparte ( Perancis) dan menunjuk adiknya Raja Louis Napoleon untuk
memerintah Kerajaan Holland. Raja Louis Napoleon mengangkat Hernan Willen
Daendels sebagai Gubernur Jendral di wilayah Indonesia, tugasnya adalaj
mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris. Tindakan yang dilakukan
Daendels adalah:
1. Membangun ketentaraan dan mendirikan pabrik senjata.
2. Membangun jalan pos dari Anyer sampai Panarukan.
3. Membangun pelabuhan laut di Merak dan Ujung Kulon.
4. Bupati seluruh Jawa dijadkan pegawai negeri.
5. Perbaikan gaji dan pemberantasan korupsi.
Dibidang ekonomi, untuk mengisi kas Negara yang kosong, di lakukan beberapa
cara, yaitu:
1. Kewajiban menanam kopi
2. Pelaksanaan kerja rodi
3. Penjualan tanah kepada pengusaha swasta ( tanah partikelir )
4. Menetapkan contingenten: pajak penyerahan hasil bumi
Masuknya kolonialisme dan imperialisme asing ke
wilayah Indonesia: portugis, spanyol, dan voc-
belanda

Kolonialisme adalah penguasaan suatu wilayah dan rakyatnya oleh negara lain
untuk tujuan-tujuan yang bersifat militer atau ekonomi. Kolonialisme memberi
keuntungan sepihak kepada negara-negara kolonial. Sebaliknya kolonialisme
membuat kesengsaraan di negarnegara yang dijadikan koloni. Kolonialisme
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: memindahkan sekelompok emigran dari
tanah airnya ke wilayah baru untuk membentuk unit politik baru; menancapkan
kekuasaannya di negara terjajah. Imperialisme adalah sistem politik yang
bertujuan menjajah negara lain untuk mendapatkan kekuasaan dan keuntungan
sepihak yang lebih besar. Imperialisme dapat dicirikan dengan adanya
hubungan superior-inferior dengan keadaan yang menggambarkan wilayah dan
rakyatnya tunduk terhadap kehendak negara asing.
Dua konsep inilah yang menjadikan Indonesia sejak sekitar awal abad ke-18
mengalami kesengsaraan, yaitu dengan dijadikannya Indonesia sebagai negara
terjajah berada di bawah kekuasaan bangsa-bangsa Eropa. Pada awalnya,
kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia adalah untuk berdagang, tetapi lambat
laun mereka kemudian menguasai wilayah Indonesia untuk dijarah kekayaan
alamnya sebagai modal pembangunan negara mereka.
1. Masuknya Armada Dagang Portugis ke Maluku
Portugis mencapai India pada tahun 1498 dengan melalui jalur pantai Barat
Afrika dan melewati Tanjung Pengharapan yang terletak di selatan benua
Afrika. Tujuan Portugis adalah menguasai daerah-daerah penghasil rempah-
rempah, sehingga Portugis tidak segan-segan menyerang dan menaklukkan
kota-kota pelabuhan yang tidak mau tunduk. Setelah menaklukkan dan
mendirikan kantor dagang di Goa India, Portugis melanjutkan ekspedisinya
yang berhasil merebut Malaka pada tahun 1511 dan Maluku tahun 1512.
Portugis mendirikan benteng-benteng untuk mempertahankan kekuasaan di
daerah-daerah yang sudah didudukinya. Daerahdareah tersebut kemudian
dijadikan sebagai bagian kerajaan Portugis yang berada di seberang lautan yang
menandai dilaksanakannya politik imperialisme.
Pertemuan antara Portugis dengan orang Indonesia sudah terjadi sejak Portugis
menguasai Goa, India. Ketika Portugis menyerang Malaka, keadaan di Malaka
tidak siap untuk melawan serangan Portugis. Ketidaksiapan dalam menghadapi
serangan Portugis dikarena faktor kekuatan militer dan persenjataan yang tidak
seimbang.  Penguasaan terhadap Maluku terjadi ketika sedang adanya
persaingan antara kerajaan Ternate dan Tidore. Dalam hal ini Ternate meminta
bantuan kepada Portugis untuk membantu mendirikan benteng pertahanan.
Portugis memanfaatkan dengan baik situasi ini dengan memberikan bantuan
kepada Ternate dengan meminta imbalan hak monopoli rempah-rempah.
Muncul ketegangan antara Ternate dengan Portugis, karena rakyat mendapatkan
kesulitan menjual rempah-rempah akibat dari politik monopoli perdagangan
yang dijalanakan oleh Portugis, dan juga dengan adanya aktifitas penyebaran
agama Kristen di sekitar Ternate yang merupakan kerajaan Islam. Seorang
penyebar agama Kristen Katolik di Maluku yang terkenal yaitu Francis
Xaverius.
Puncak dari konflik antara Ternate dengan Portugis berakhir dengan terusirnya
Portugis dari Ternate pada tahun 1575. Muncul sebagai pahlawan yang gigih
berjuang melawan Portugis adalah Sultan Baabullah (1570–1583) bersama
dengan puteranya Sultan Said. Dengan kekalahan ini, Portugis pindah ke
wilayah Tidore dan pada tahun 1578 mendirikan benteng untuk
mempertahankan kekuasannya di wilayah Maluku.
2. Pendaratan Bangsa Spanyol di Maluku
Pada tahun 1521 Spanyol berhasil mendarat di Maluku. Dikarenakan wilayah
Ternate dikuasai oleh Portugis, maka Spanyol memilih Tidore sebagai tempat
untuk berlabuh. Mereka disambut dengan baik oleh sultan Tidore yang saat itu
sedang membutuhkan bantuan untuk menghadapi Ternate yang dibantu oleh
Portugis. Bagi Portugis, kedatangan Spanyol menimbulkan ancaman sebagai
pesaing dalam perdagangan rempah-rempah. Oleh karena itu, terjadilah
persaingan tidak sehat di antara keduanya yang menjurus pada peperangan.
Selain itu, antara Ternate dan Tidore pun sedang terjadi pertentangan.
Pertempuran tidak dapat dihindarkan lagi, Spanyol bersama dengan Tidore
menyerang Portugis yang bersekutu dengan Ternate. Pertempuran ini berakhir
setelah diadakannya Perjanjian Saragosa di Spanyol pada tahun 1592. Untuk
selanjutnya, bangsa Spanyol (Ispanya) membuka koloni-koloni mereka di
Kepulauan Filipina dengan Manila sebagai pusatnya.
3. Masuknya VOC-Belanda serta Akibat yang Ditimbulkannya
Belanda mendarat di Indonesia, tepatnya di pelabuhan Banten, pada tahun 1596
di bawah pimpinan Cornelis de Houtman, dengan tujuan untuk mendapatkan
rempah-rempah. Sebelumnya Belanda hanya merupakan pedagang perantara
yang membeli rempah-rempah di Lisabon, Portugis untuk dijual kembali.
Belanda pada masa itu masih berada di bawah jajahan Spanyol. Pada tahun
1585 pada perang 80 tahun Portugis dikuasai oleh Spanyol, yang mengakibatan
Belanda tidak dapat membeli rempah-rempah di Portugis.
Kedatangan Belanda di Banten, pada awalnya disambut dengan baik karena
memberikan keuntungan perdagangan bagi Banten, tetapi pedagang-pedagang
Belanda mulai menunjukkan sikap-sikap yang tidak menyenangkan seperti
melakukan penekanan-penekanan agar bisa mendapatkan rempah-rempah
dalam jumlah yang lebih besar, sikap yang tidak sopan terhadap pedagang
pribumi. Selain itu, Belanda juga terlibat persaingan dengan Portugis, berebut
pengaruh terhadap raja Banten. Portugis berhasil mendekati raja Banten, dan
berhasil merusakkan hubungan Banten dengan Belanda. Maka terjadilah perang
antara Belanda dengan Banten dan Portugis. Belanda berhasil di usir dari
Banten, kemudian berlayar ke Madura, dan di Madura Belanda kembali di usir
karena sikapnya yang tidak menghormati penduduk pribumi. Akhirnya dengan
sisa kekuatan yang ada Belanda kembali ke negaranya dengan membawa
sedikit rempah-rempah.
Rombongan Belanda yang kedua tiba di Banten pada tahun 1598 di bawah
pimpinan Jacob van Neck. Pada saat itu hubungan antara Banten dengan
Portugis sedang mengalami keretakan, dan belajar dari pengalaman
pendahulunya, van Neck besikap hatihati dalam melakukan hubungan dengan
para pembesar Banten sehingga Belanda diterima dengan baik dan berhasil
mengirim pulang tiga kapalnya ke Belanda dengan muatan penuh
rempahrempah. Belanda pada tahun 1599 meneruskan pelayarannya hingga ke
Maluku. Penduduk Maluku menerima dengan baik kedatangan Belanda, selain
karena menunjukkan sikap yang baik, juga dianggap sebagai musuh dari orang-
orang Portugis yang tidak disukai oleh penduduk Maluku. Pada tahun 1600
armada Belanda kembali ke negerinya dengan membawa rempah-rempah yang
banyak. Keberhasilan inilah yang menjadikan kongsi-kongsi dagang di Belanda
berbondong-bondong datang ke Indonesia. Akibatnya adalah Indonesia
dipenuhi oleh para pedagang dari Belanda. Di antara kongsi dagang Belanda
sendiri terjadi persaingan, selain itu persaingan juga terjadi dengan Inggris,
Spanyol dan Portugis. Akibatnya mereka tidak mendapatkan keuntungan
bahkan merugi.
a. Latar Belakang Berdirinya VOC
Atas dasar inilah, diprakarsai oleh pembesar Belanda Olden Barneveldt, pada
bulan Maret 1602 semua kongsi dagang Belanda di Hindia Timur dipersatukan
dalam sebuah kongsi besar dengan nama Verenigde Oost-Indishce Compagnie
(VOC) yang disahkan oleh Staten-General, yakni Republik Kesatuan Tujuh
Propinsi berdasarkan suatu piagam yang memberikan hak eksklusif kepada
perseroan untuk berdagang, berlayar, memonopoli pedagangan, dan memegang
kekuasaan. Pimpinan VOC terdiri atas tujuh belas orang, maka disebut Hereen
Zeventien. Dalam perkembangannya Belanda (VOC) menjadi satu-satunya
bangsa Eropa yang mendominasi perdagangan di Indonesia, serta mampu
menancapkan kuku kekuasaannya dengan menjadikan Indonesia sebagai
wilayah kolonial dan imperialisnya hingga ratusan tahun lamanya.
Kongsi besar VOC menjadi cikal bakal kolonialisme dan imperialisme di
Indonesia. Tujuannya tidak lagi sebatas berdagang tetapi termasuk di dalamnya
adalah penguasaan wilayah dan menerapkan sistem monopoli perdagangan.
Jaringan perdagangan yang sudah berkembang sebelumnya yang dipelopori
oleh para pedagang Islam secara berangsur-angsur mengalami keruntuhan.
VOC dalam memaksakan sistem perdagangan monopolinya yaitu dengan cara
militer. Walaupun VOC sebagai kongsi dagang, tetapi oleh pemerintah Belanda
diberi kekuasaan yang besar, dengan diberikannya hak Octrooi. Hak octrooi
tersebut, antara lain:
(a) hak monopoli perdagangan;
(b) hak untuk mencetak dan mengedarkan uang sendiri;
(c) hak mengadakan perjanjian;
(d) hak mengumumkan perang dengan negara lain;
(e) hak menjalankan kekuasaan kehakiman;
(f) hak mengadakan pemerintahan sendiri;
(g) hak melakukan pungutan pajak;
(h) hak memiliki angkatan perang sendiri;
(i) menjadi wakil pemerintah Belanda di Asia.
b. Sepak Terjang VOC di Indonesia
Gubernur jenderal VOC pertama di Indonesia adalah Pieter Both. Ia
menentukan pusat kedudukan VOC di Ambon atas dasar kemudahan monopoli
rempah-rempah. Belakangan, ia berencana memindahkan pusat kekuasaan ke
Jayakarta karena dipandang lebih strategis dan berada di jalur perdagangan
Asia. Dari Jayakarta pula VOC lebih mudah mengontrol gerak Portugis yang
ada di Malaka. Untuk itu, Pieter Both meminta izin Pangeran Jayakarta untuk
mendirikan kantor dagang di Jayakarta. Permintaan itu dikabulkan, namun
harus berbagi juga dengan EIC yang juga akan mendirikan kantor di Jayakarta.
Dalam upaya mempertahankan kekuasaannya, VOC mendirikan benteng di
wilayah-wilayah yang strategis. Pada awalnya, VOC memusatkan kegiatannya
di Maluku, tetapi karena letaknya yang kurang strategis maka dipindahkan ke
pulau Jawa, yaitu Jayakarta. Dalam usahanya mendirikan benteng di Jayakarta,
Jan Pieter Zoen Coen (oleh kaum pribumi disebut “Mur Jangkung”),
gubernur jenderal VOC, mendapatkan tentangan dari Pangeran Jayakarta,
Wijayakarma, dan Inggris, karena kehadiran bagi Wijayakarma dan Inggris,
kehadiran VOC dapat menimbulkan ancaman terhadap kepentingan dagang
mereka. Pada awalnya, VOC mengalami kekalahan dalam dalam peperangan
menghadapi Wijayakarma yang dibantu oleh EIC (East India Company) dari
Inggris ketika terjadi pertempuran di laut, yang memaksa J.P. Coen melarikan
diri ke Maluku. Pada tanggal 30 Mei 1619 VOC, di bawah komando J.P. Coen
VOC kembali dari Maluku dengan membawa pasukan yang besar, menyerang
Jayakarta yang berakhir dengan kemenangan VOC.
Maka bergantilah pada tahun itu nama Jayakarta menjadi Batavia, yang diambil
dari kata Bataaf, yang merupakan nenek moyang bangsa Belanda. Dan pada
tanggal 4 Maret 1622 Batavia diakui dengan resmi oleh Hereen Zeventien
sebagai pusat VOC di Indonesia. Wilayah lain yang dikuasai oleh VOC setelah
Jayakarta adalah Banten, yang berhasil diduduki pada tahun 1621. Dalam
usahanya menduduki Banten, Belanda memanfaatkan konflik internal kerajaan
Banten dengan cara politik adu domba. Antara Sultan Haji, Putra Mahkota
Banten, sedang berselisih dengan Sultan Ageng Tirtayasa mengenai pergantian
kekuasaan kerajaan. Dalam hal ini VOC memberikan bantuan kepada Sultan
Haji untuk melengserkan Sultan Ageng Tirtayasa. Setelah berhasil
melengserkan Sultan Ageng Tirtayasa, VOC meminta imbalan berupa
perjanjian, yang menyatakan bahwa Banten merupakan wilayah yang berada di
bawah kekuasaan VOC, dan VOC diijinkan mendirikan benteng. Banten juga
harus memutuskan hubungan dengan dengan bangsa-bangsa lain dan
memberikan hak monopoli kepada VOC untuk berdagang di Banten.
Kerajaan-kerajaan yang saat itu sedang berkuasa di Indonesia di antaranya,
Mataram, Cirebon, Maluku, Banda, Ambon, Makassar, dan Bone, satu persatu
dilucuti wibawa dan kekuasaannya. VOC melakukan cara apapun untuk dapat
mencapai tujuannya, seperti pembantaian, tipu daya, politik Devide et Impera
(pecah belah dan kuasai). Di Makassar, selain rempah-rempah, berbagai
komoditas bumi lainnya juga diperdagangkan, di antaranya: produk hutan (kayu
cendana, kayu sapan, rotan, damar), produk laut (sisik penyu dan mutiara),
industri rumah tangga (parang, pedang, kapak, kain selayar, kain bima), produk
Cina (porselin, sutera, emas, perhiasan emas, alat musik gong), dan produk
India berupa kain tekstil.
c. Keruntuhan VOC Tahun 1799
Menjelang abad ke-18, VOC mengalami kebangkrutan yang ditandai dengan
memburuknya kondisi keuangan VOC dan menumpuknya utang-utang VOC.
Korupsi merupakan sebab utama kebangkrutan itu. Hal itu diperparah oleh
hutang peperangan VOC dengan rakyat Indonesia dan Inggris dalam
memperebutkan kekuasaan di bidang perdagangan yang semakin menumpuk.
Sebab lainnya adalah kemerosotan moral di antara penguasa akibat sistem
monopoli perdagangan. Keserakahan VOC membuat penguasa setempat tidak
sungguh-sungguh membantu VOC dalam memonopoli perdagangan.
Akibatnya, hasil panen rempah-rempah yang masuk ke VOC jauh dari jumlah
yang diharapkan.
Hal utama lainnya adalah ketidakcakapan para pegawai VOC dalam
mengendalikan monopoli. Akibatnya verplichte leveranties (penyerahan wajib)
dan Preanger Stelsel (Aturan Priangan) tidak berjalan semestinya. Kedua aturan
itu tadinya dimaksudkan  untuk mengisi kas VOC yang kosong. Verplichte
leveranties mewajibkan tiap daerah mneyerahkan hasil bumi berupa lada, kayu,
beras, kapas, nila, dan gula dengan harga yang ditentukan VOC. Sedangkan
Preanger-stelsel mewajibkan rakyat Priangan menanam kopi dan menyerahkan
hasil panennya kepada VOC, juga dengan tarif yang ditentukan VOC.
Sementara itu, perang antara Belanda dan Ingrris terjadi juga di Asia. Armada
kapal EIC berturut-turut merebut kedudukan VOC di Persia, Hindustan, Sri
Lanka, sampai Malaka.
Menyadari ancaman itu, Republik Bataaf mulai bertindak keras kepada VOC.
Selain VOC tidak dapat diandalkan lagi dalam menghadang serangan Inggris,
persoalan internal yang berarut-larut dalam tubuh VOC dan anggaran VOC
yang menyedot uang negara membuat pemerintah Republik Bataaf mencabut
Hak Octrooi izin usaha VOC dan pada 31 Desember 1799 VOC pun
dibubarkan. Sejak itu, Indonesia berada di bawah kekuasaan Republik Bataaf.
Tidak lama kemudian, pada 1804, Napoleon Bonaparte berkuasa sebagai kaisar
Prancis. Ia mengubah Republik Bataaf kembali menjadi Kerajaan Belanda dan
menunjuk adiknya, Louis Napoleon menjadi Raja Belanda. Dengan perubahan
itu, Indonesia berada di bawah kekuasaan kerajaan Belanda tetapi di bawah
kekuasaan Prancis.Untuk menangani Indonesia, Louis Napoleon menunjuk
Daendels untuk menjadi Gubernur Jenderal di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai