Anda di halaman 1dari 17

Oseanologi dun Limnologi di/ndonesia 2004

No. 36 : 51 -67 -
BLOOMING ALGA DINOFLAGELATA Ceralium ltirudinrlla 1)1
WADUK KAKANGKATES, MALANG, JAWA TIMUR.

oleh

ABSTRAK

Kondisi blooming Ceralium hinrdinella di Waduk Karangkates telah diamati pada


bulan Juni dan September 2003. Pengamatan mencakup aspek kondisi fisik-kimiawi
perairan, kandungan klorofil-a, komposisi fitoplankton, kelimpahan dan distribusi C.
hirudinela. Factor pendorong melimpahnya jenis algae ini, dampak pada ekosistem
perairan serta upaya pengendaliannya dianalisis. Karakteristik kondisi perairan
menunjukkan status hipereutrofik yang ditandai dengan rendahnya kedalaman Cakram
Secchi (0,36 - 0,80 m), tingginya kandungan klorofil-a (86,9 - 466,52 mg/m3dan 34,988 -
125,141 mg/m3 masing-masing pada bulan Juni dan September dan tingginya konsentrasi
T-N danT-P dengan kisaran masing-masing 0,033 -5,577 mg/l dan 0,003 - 0,523 mg/l.
Distribusi suhu menunjukkan kondisi perairan yang terstratifikasi secara temal. Nilai DO,
pH dan turbiditas juga menunjukkan nilai berturut-turut 6,48 - 13,28 mg/l, 8,9 - 9,17 dan
21 - 99 NTU pada kolom permukaan sampai 3 m. C. hirudinella merupakan jenis
fitoplankton yang mendominasi komposisi fitoplankton dengan kisaran kelimpahan 12480
- 544320 individdl pada kolom permukaan sampai kedalaman 4 m dan 3420 - 119700
individd pada kedalaman 5 m sampai dasar perairan. Melimpahnya C. hinrdinella dapat
dikaitkan dengan adanya mekanisme penurunan kelimpahan Microcystis yang blooming
sebelum kejadian ini dan terjadi perubahan keseimbangan nuh.ien. Belum banyak diketahui
dampak kandungan toxin jenis ini di perairan tawar namun blooming jenis ini dapat
mengganggu ekosistem perairan antma lain penurunan kualitas air dan kematian ikan.
Upaya pengandalian dapat dilakukan melalui manipulasi keseimbangan nutrien dan rasio
kedalaman eufotik dan kedalaman teraduk (Z.,/L).

ABSTRACT

ALGAE BLOOM OF DINOFLAGELLATES Ceratium hirudirzella IN


KARANGKATES RESERVOIR MALANG, EAST JAVA. Algae bloom of Ceralium
himdinella was observed in Karangkates on June and September 2003. Observation
includes waters physical and chemichal aspect, chlorophyll-a doncentration, phytoplankton
composition, distribution and abundance of C. hirudinella. Driving factor of the occurrence
of algae bloom, the impact on aquatic ecosystem and controlling the algae bloom were also
analyzed. Water quality characteristic showed hypereutrophic stage condition indicated by
low in Secchi depth (0.36 - 0.80 m), high chlorophyll-a concentration (86.9 - 466.52
mg/m3and 34.988 - 125.141 mg/m3 in June and September respectively, high T-N and T-P
concentration that is 0.033 -5.577 mgA and 0.003 - 0.523 mg/l respectively. Temperature
distribution indicated the water column stratified themally. DO, pH and turbidity value
6.48 - 13.28 mg/l, 8.9 - 9.17 dan 21 - 99 NTU respectively from surface to 3 m depth.
C. hirudinella was dominant species with the range of abunbance 12480-544320

--

I) Pusat Penelitian Limnologi LIP1


SULASTRI et al
-
individuaVl from surcafe to 4 m depth and 3420 - 119700 individual11 from 5 m to the
bottom. Blooming of C. hinidinella could be related to the mechanism of reducing
Microcysris abundance that was bloom before this period. There was no any report about
the impact of toxin on freshwater ecosystem but blooming of this algae could reduce the
water quality and cause the death of fish. To control this alga bloom could be conducted
through manipulation of nutrient balance and ratio euphotic and mixing depth.

Waduk Karangkates terletak di daerah aliran Sungai (DAS) Brantas


Kabupaten Malang, Jawa Timur (Gambar 1). Waduk ini terletak pada
ketinggian 270 m diatas permukaan laut dengan kedalaman maksimuni
(Z,,k) 50 m serta volume air (V) 0,34 km3 (LEHMUSLUTO & MACHBUB
1995). Waduk Karangkates memiliki fungsi sebagai pembangkit tenaga
listrik penyedia air bekih, wisata, irigasi pGanian dan perikanan. Beberapa
tahun terkhir Waduk Karangkates dilaporkan mengalami penyuburan yang
ditandai dengan blooming alga microc cyst is aeruginosa pada tahun 2001 dan
2002 (BRAHMANA et al. 2002; BRAHMANA & BABRI 2002). Lebih
jauh dilaporkan bahwa jenis alga yang dominan pada waktu itu adalah
Microcystis aeruginosa dan Phormidium tenue dengan kisaran kelimpahan
Microcystis aemginosa pada bagian tepian dan teluk antara 198.000 -
1.974.000 individufl dan bagian pelagik (tengah) antara 8580 - 124300
individufl, sedangkan kelimpahan Phormidium tenue pada bagian tepian dan
teluk antara 115.500 - 122.100 individufl dan pada bagian tengah antara
119240 - 28600 individull. Blooming alga tersebut menyebabkan bau
kurang sedap serta menimbulkan keresahan masyarakat sekitarnya. Upaya
pengendalian blooming Microcystis yang telah dilakukan adalah secara
manual yakni dengan menjaring alga tersebut ke tepian perairan. Dilaporkan
oleh masyarakat setempat bahwa setelah dilakukan pengendalian
Microcystis terjadi pembahan wama dari kehijauan menjadi kecoklatan,
kondisi ini menunjukkan adanya perubahan komposisi fitoplankton yang
dominan di perairan hi.
Ceratium hirudinella temasuk kelompok dinoflagelata dari klas
Dinophyceae, ordo Peridinales dan famili Ceraticeae yang memiliki ukuran
bervariasi tergantung dari kondisi lmgkungan perairan yakni berkisar 100 -
400p (Gambar 2a) dan apabila jumlahnya melimpah perairan benvarna
coklat pekat seperti kopi (PRESCOTT 1951). Di Indonesia blooming algae
kelompok dinoflagelata di perairan tawar jarang di jumpai namun di
perairan laut sudah sering dijumpai yang diienal dengan adanya Red Tide.
Menurut PRESCOlT (1951) sejumlah besar nitrogen dan fosfor yang
berakumulasi pada jenis C. hirudinella memiliki efek terhadap kondisi
limnologi perairan danau apabila jenis ini melimpah di perairan. Penelitian
ini ditujukan untuk mengetahui kondisi blooming C. hirudinella, factor
penyebab melimpahnya jenis ini, hubungannya dengan blooming
BLOOMING ALGA DINOFLAGELATA Ceratium hirudinella
P

Microcystis aeruginosa (Gambar 2 b) kemungkian dampaknya pada


ekosistem perairan dan upaya pengendaliannya.

BAHAh' DAN METODE

Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni dan September 2003 di


Waduk Karangkates, Jawa Timur. Pengambilan data dilakukan pada bagian
basin waduk yang dekat dengan aliran air keluar (Stasiun I), basin waduk
bagian tengah (Stasiun 2), basin waduk bagian tengah (Stasiun 3) dan basin
waduk kearah aliran air masuk (Stasiun 4) atau lebih jelasnya lokasi
pengambilan sample disajikan pada Gambar 1. Pengambilan contoh
fitoplankton dilakukan dengan menyaring air sebanyak 1 liter air,
selanjutnya disaring dengan plankton net no 25 (40pm) dan diawetkan
dengan larutan lugol 1 % untuk studi taksnomi di laboratorium.
Pengambilan contoh air untuk pengambilan sample fitoplankton
menggunakan alat Kemmerer Water Sampler pada strata kedalaman 1,2, 3,
4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 15, 20, 25 m dan dasar perairan atau sesuai dengan
kedalaman maksimum masing-masing stasiun. Jenis fitoplankton
diidentifikasi menggunakan buku identifikasi yang disajikan oleb
PRESCOTT (1951), PRESCOTT (1963), SCOTT IT PRESCOTT (1961)
dan dianalisis secara kuantitatif dengan metoda Lackey Drop Microtransect
seperti yang disajikan oleh Standard Method APHA (American Public
Health Association) (1976). Beberapa parameter fisik dan kimiawi juga
diukur seperti kecerahan, suhu, konduktivitas, kekeruhan (turbiditas), DO
p q kandungan klorofil-a dan unsur hara. Beberapa parameter fisik d m
kimiawi perairan diukur langsung dilapangan menggunakan alat Water
Quality Checker Horiba U-10. Sedangkan kandungan klorofil-a dan unsur
hara dianalisis di laboratorium Hidrokimia Puslit Limnologi-LIP1 menurut
Standard Method APHA (1992).
SULASTRI er al.

Gambar 1. Peta Waduk Karangkates.


Figure 1. Map of Karangkates Reservoir.

2a 2b
Gambar 2a. Ceratium hirudinella , 2b. Microcystis aeruginosa dariwaduk
Karangkates.
Firmre 2a. Ceratium hirudinella, 26. Microcystis aeruginosa from Karangkates
Reservoir.
BLOOMING ALGA DINOFLAGELATA Ceratium hirudinella
P

HASU DAN PEMBAHASAN

Kondisifisik dan kimiawiperairan.


Nilai dan distribusi suhu, konduktivitas, turbiditas, pH dan oksigen
terlarut (DO) di Waduk Karangkates disajikan pada Gambar 3. Kecerahan
perairan atau kedalaman Secchi dan kandungan unsur hara disajikan pada
Table 1. Disrtibusi suhu secara vertikal menunjukkan Waduk Karangkates
terstratifikasi secara termal dengan lapisan termoklin pada bulan Juni
dijumpai di kedalaman 4 sampai 8 m pada Stasiun 1; 2 sampai 6 m pada
Stasiun 2, serta 2 sampai 4 m pada Stasiun 3. Posisi kedalaman termoklin
dipengaruhi kondisi cuaca. Oleh karena tapisan termoklin itu pada suatu
waktu dapat bergeser pada kolom perairan yang lebih dalam atau kearah
kolom permuakaan perairan.
Distribusi vertikal konduktivitas perairan Waduk Karangkates
menunjukkan adanya nilai yang meningkat pada kolom yang lebih dalam
dan dasar perairan. Kondisi ini dapat dipahami karena mineral dan material
anorganik cenderung terakumulasi pada kolom perairan yang lebih dalam
dan dasar perairan. Distribusi turbiditas (kekeruhan) di Waduk Karangkates
menunjukkan tingginya kekeruhan pada kolom atas perairan yakni pada
permukaan perairan sampai kedalaman 3 m, yang disebabkan oleh tingginya
kelimpahan fitoplankton C. hirudinella di kolom tersebut. Demikian juga
distribusi vertikal kandungan DO menunjukkan tingginya kandungan
oksigen pada kolom permukaan sampai 2 m yang diperoleh dari proses
fotosintesis fitoplankton yang melimpah pada kolom tersebut dan penurunan
yang sangat tajam pada kedalaman 4 m mencirikan kondisi perairan sangat
subur atau hipereutrofik (WETZEL 2001).
Pada perairan yang blooming fitoplankton terjadi ketersediaan
oksigen, yang pada malam hari dapat membahayakan kehidupan ikan. Nilai
kisaran pH menunjukkan perairan besifat lebih alkali pada bulan Juni. Nilai
pH di stasiun 1 berkisar antara 7,88 - 9,17; di Stasiun 2 berkisar antara 7.97
- 8,94 dan Stasiun 3 berkisar antara 7,99 - 9,02. Menurut ELLIS dalam
ALABASTER & LLOYD (1984) nilai pH yang baik untuk mendukung
kehidupan ikan berkisar antara 6,7 - 8,9. Tingginya nilai pH pada
permukaan dapat dipengaruhi oleh proses fotosintesis fitoplankton yang
melimpah di permukaan dan kolom atas perairan.
3oJ 33 J

00 ow'-) Turbiditas (NTU

~~~b~~ 3, Disirbusi , turbiditas dan konduktivitas pads w a n Juni


p ~ DO,
2003.
~i~~~~ 3. ~ i ~ t ~ i bof~ temperature,
t i ~ n pH, DO, turbidity and conductivity on June
2003.
7
BLOOMING ALGA DINOFLAGELATA Ceratium hirudinella

Tabel 1. Keceraban dan konsentrasi kandungan unsur bara d i Waduk Karangkates,


Juni and September 2003.
Table 1. Transparancy and nutrient concentration in Karangkates Reservoir on June
and September 2003.

Stasiun
Parameter
Stasiun 1 I Stasiun 2 1 Stasiun 3 1 Stasiun 4
Kedalaman I 1 I I

Hasil pengukuran kedalaman Cakram Secchi Waduk Karangkates


berkisar antara 0,36 - 0,80 m, mengindikasikan kondisi perairan yang
hipereutrofik atau sangat subur. Dilaporkan oleh RYDING & RAST (1989)
nilai kisaran kecerahan ( kedalaman Secchi) berkisar 0,4 - 0,5 m.
Demikian juga nilai kandungan unsur hara menunjukkan kondisi perairan
yang subur menurut standard status trofik yang disajikan RYDING & RAST
(1989) yakni untuk total P nilainya berkisar antara 16,2 - 386 pg/l
sedangkan untuk total N pada tingkat status eutrofik berkisar 393 - 6100 p/1.
Pada umumnya rata - rata kandungan amonia cukup tinggi khususnya pada
pengamatan bulan September 2003. Nilai amonia yang tinggi seperti ini
menunjukkan konsentrasi yang h a n g baik untuk kehidupan aquatik. Untuk
perlindungan kehidupan aquatik konsentrasi amonia tidak terionisasi (NH3)
harus tidak melebihi dari 0,02 mg/l amonia atau 0,016 N-NH3 mg/l NEELY
et al. dalam ANONYMOUS (2001). Demikian juga kandungan nitrit cukup
tingi pada pengamatan bulan September 2003.Tingginya kandungan nitrit
disebabkan juga oleh tingginya kandungan ammonia. Nilai kandungan unsur
hara yang tinggi umumnya dijumpai di kolom atas atau permukaan perairan
SULASTRI et al.

misalnya pada parameter total nitrogen, ammonia dan ortofosfat.Tingginya


kandungan unsur hara pada kolom atas perairan dapat disebabkan oleh
tingginya material organik termasuk fitoplankton di kolom perairan tersebut.

Klorojil-a.
Kandungan klorofil-a juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat
kesuburan dan kondisi blooming algae. Kandungan klorofil-a dapat
memberikan informasi yang standard tentang tingkat kesuburan perairan
dikarenakan klorofil-a merupakan ukuran biomasa fitoplankton. Penilaian
tingkat kesuburan perairan melalui jumlah individu jenis fitoplankton
mungkin memberikan hasil yang berbeda untuk setiap jenis individu
fitoplankton karena adanya perbedaan ukuran volume dari masing-masing
jenis fitoplankton, misalnya C hirudinella memiliki ukuran yang cukup
besar yakni 100 - 400 p. (PRESCOTT 1951).
Hasil pengamatan kandungan klorofil-a pada pengamatan bulan
Juni 2003 pada kolom permukaan sampai kedalaman 3 m berkisar antara
86,9 - 466,52 mg/m3. Selanjutnya pada pengamatan bulan Semptember
2003 pada kolom permukaan sampai kedalaman 3 m berkisar antara 34,988
- 125,141mg/m3 (Gambar 4). Nilai kandungan klorofil-a ini cukup tinggi
untuk status trofik perairan. Dilaporkan oleh SELLER dan MARKLAND
(1987) untuk peraian yang subur atau eutrofik kandungan klorofil-a berkisar
antara 10 - 100 mg/m3. Kandungan klorofil-a Waduk Karangkates pada
saat blooming Microc stis tahun 2002 berkisar antara 0,0014 - 1,736 mg/l
atau 1,4 - 1736 mglmY(BRAHMANA dan BAHRI 2002).

Koinposisijifoplanktort
Komposisi fitoplankton disajikan pada Tabel 2. Hasil pengamatan
komposisi fitoplakton Waduk Karangkates menunjukkan bahwa
fitoplankton didominasi oleh jenis Ceratium hirudinella dari kelompok
Phyrrophyta atau dinoflagelata sedangkan Microcystis aeruginosa bukan
merupakan kelompok yang dominan namun masih menunjukkan
kelimpahan yang tinggi dibandingkan jenis-jenis lainnya (SULASTRI et al.
2003). Menurut REYNOLDS (1993) bahwa perubahan dominansi jenis
fitoplankton disebabkan oleh perubahan parameter-parameter lingkungan
seperti hidrologi, parameter kualitas air, keseimbangan nutrient dan
sebagainya. Menurut HARRIS (1986) bahwa apabila ada suksesi musiman
suatu jenis fitoplankton
BLOOMING ALGA DINOFLAGELATA Ceratium hirudinella
>

30 1 30 '
Stasiun 4, September 2003
Stasiun 3

Gambar 4. Kandungan klorofil-a Waduk Karangkates pads bulan Juni dan


September 2003.
Figure 4. Chlorophyll-a concentration in Karangkates reservoir on June and
September 2003.

dengan tahapan berikutnya terjadi sedimentasi populasi fitoplankton dan


penurunan kandungan nutrien terlarut pada kolom permukaan perairan maka
jenis fitoplankton dapat berinteraksi dengan jenis lainnya untuk beradaptasi
terhadap perubahan kondisi lingkungan sehingga muncul melimpah
bergantian jenis lainnya di perairan. Kondisi ini diberikan contoh di
Esthwaite Water yang menunjukkan dominansi jenis Ceratium sebagai
pengganti alga setelah periode blooming Microcystis.
Tabel 2. Kompusisi dan kelimpahan fituplankton di Stasiun 3 pada bulan Juni 2003.
Table 2. Phytoplapkton composition and abundance at Station 3 in June, 2003.

Kedalaman (m)
Kelompok taksonomi
0 2 4 6 8 10 20
Chrysophyta
Cymbella
Diafoma
Fragillaria
Melosira granulala
Melosira sp 30
Navicula
Nitsrchia
@nedra ulna
Cblorophyta
Cosmarium
Crucigenia
Closteriuni calosparunt
Diclyosphaeritim
Euostrum
Oocys1is
Pediastrun~duplex
Quadrigda
Scenedeasmus
Slaurasfrunz
Tetraedron
Ulotrix
Cyanophyta
Anaboena
Aphanocapsa
Coelospaerium
Mycrocysfisaeruginosa
M aeruginosa (Sel)
Oscillaloria
Phyrrophyta
Cerafiumhirudinella 259200 174960
Peridinium
Euglenopbyta
Phacus
Thrachelomonas 60 180 30
Total individdl 259230 175023 30639 11016 69068 17244 17530
BLOOMING ALGA DINOFLAGELATA Cerafiumhirudineua
P

'*
Kelimpahan Ceratiumhirudinella,Juni ZCQ3
Kelimpahan Cemtiumhimdinella.
Dmai September2003

Gambar 5. Kelimpahan C. hirudinella Waduk Karangkates pada bulan Juni dan


September 2003.
Figure 5. The abundance of C himdin& in Karangkates Reservoir on June and
September 2003.

Kelimpahan C. hirudinela
Kelimpahan C. hirudinella pada bulan Juni 2003 berkisar antara
174960 - 544320 individull. Selanjutnya pada bulan September berkisar
antara 12480 - 477090 individdl pada kedalman 0 sampai 4 m dan 3420
sampai 119700 individdl pada kedalaman 5 m sampai dasar perairan
(Gambar 5). Kelimpahan fitoplankton juga menunjukkan tingkat status
trofik perairan.Untuk perairan trofik kelimpahan fitoplankton mencapai
lebih dari 15000 individull LANDER dalam KOESNANTO (2003). Lebih
jauh dilaporkan oleh REYNOLDS (1984) pada kondisi blooming
kelimpahan fitoplankton dapat mencapai lebih dari 1 x 10' individa.
BRAHMANA dan BAHRI melaporkan (2002) bahwa kelipahan
Microcystis di Waduk Karangkates saat blooming tahun 2002 mencapai
198000 - 1.947.000 individdi pada bagian litoral (tepian) dan 8580 -
124300 individull pada bagian pelajik atau tengah perairan.
Kelimpaha (indiuidud)
o 5moo imooo i5oooo aoooo m o o n

Kelimpahan MiwKyslisaeruginosa,Juni 2003


'1
Dasar
&limpahan Mimystis&?mgimsa,
September2003

Gambar 6. Kelimpahan Microcystis oerugirrosa. di Waduk Karangkates pada bulan


Juni dan September 2003.
Figure 6. The abundance of Microcystis oeruginosa in Karangkates Reservoir on June
and September 2003.

Distribusi spasial C. hirudinella menunjukkan bahwa jenis ini


banyak menempati permukaan dan kolom atas perairan (Gambar 5).
Kondisi ini dapat dikaitkan dengan pemanfaatkan kandungan nutrien yang
tinggi pada kolom tersebut (SULASTRI et al. 2003 a) dan untuk tujuan
fotosintesis. Dilaporkan oleh HARRIS (1986) bahwa C. hirudinella
memiliki kemampuan migrasi secara vertikal dengan baik untuk
memanfaatkan sumberdaya diseluruh kolom air, bahkan mampu bermigrasi
untuk memanfaatkan nutrien di kolom hipolimnion. Lebih jauh dilaporkan
suhu juga merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan C. himdinella.
Secara temporal pada pengamatan bulan Juni 2003 kelimpahan yang tinggi
C. hirudinella dijumpai di stasiun 1 pada dan pada pengamatan bulan
September kelimpahan yang tinggi dijumpai di Stasiun 2 (Gambar 5).
Kondisi ini mungkin adanya interaksi C. himdinella dengan Microcystis
dalam memanfaatkan mang agar tidak terjadi kompetisi ruang antara kedua
jenis hi. Pada Gambar 6 terihat bahwa pada pengamatan bulan Juni 2003
kelimpahan yang tinggi Microcystis dijumpai di Stasiun 2 dan pada
pengamatan bulan September kelimpahan Microcystis yang tinggi dijumpai
di Stasiun 1.
BLOOMING ALGA DLNOFLAGELATA Ceratium hirudinella
P

Faktor pendorong melimpahnya C. hirudinella


Melimpahnya kehadiran fitoplankton dapat dikaitkan oleh adanya
perubahan factor fisik dan kimiawi perairan seperti stabilitas kolom air dan
keseimbangan nutrien (HARRIS 1986). REYNOLDS dalam HARRIS
(1986) memberikan contoh suatu matrik kelompok jenis-jenis fitoplankton
sebagai suatu fungsi dari nutrien (unsur hara) dan pengadukan kolom air
(Gambar 7).
Pada matrik ini menunjukkan bahwa Microcystis mempakan
kelompok algae yang banyak tumbuh pada perairan dengan ketersediaan
nutrien yang lebih tinggi dan pada kolom perairan yang lebih stabil
dibandingkan dengan Ceratium. Lebih jauh dilaporkan bahwa peluang
blooming Microcystis sebesar 40-50 % terjadi pada stabilitas kolom air (M)
< 2 dan rasio TN:TP> 50, dimana M adalah rasio kedalaman tennoklin dan
kedalaman rata- rata danau (M = Df&) Bardasarkan fakta ini dapat
dianalisis bahwa menurunnya blooming Microcystis dan melimpahnya C .
hirudinella dapat dikaitkan adanya perubahan - perubahan factor fisik dan
kimiawai perairan seperti stabilitas kolom air dan keseimbangan nutrient.
Perubahan keseimbangan nutrient unsur hara Waduk Karangkates dapat
dilihat pada Table 1. Kondisi ini dapat terjadi karena adanya mekanisme
kematian alga yang blooming pada suatu masa tertentu yang disebabkan
adanya penurunan unsur hara atau nutrien akibat pemanfaatan oleh algae
yang melimpah tersebut ( ANONYMOUS 1999). Pada kondisi seperti ini
jenis lain yang ada diperairan seperti C. hirudinella dapat tumbuh
mendominasi karena sifatnya yang dapat tumbuh dan beradaptasi pada
gangguan ketersediaan nutrien seperti pada matrik yang disajikan
REYNOLDS dalam HARRIS (1986). Disamping itu juga bahwa jenis ini
dapat bermigrasi untuk memanfaatkan ketersediaan nutrien diseluruh kolom
perairan termasuk kolom dalam (hipolimnion) atau dasar perairan C.
hirudinella juga memiliki sifat yang permanen atau abadi artinya jenis ini
terus menerus hidup dalam perairan apabila jenis ini sudah pernah tumbuh
di perairan tersebut (HAkIUs 1986). Kistanya dalam perairan dapat tumbuh
kembali bila kondisi lingkungannya mandukung untuk tumbuh dengan baik.
Sifat sepetti ini juga dijutnpai pada jenis seperti Microcystis aeruginosa.

Dampak melimpahnya C. hirudinella.


Seperti yang disebutkan diatas C. hirudnella termasuk jenis-jenis
dari kelompok dinoflagelata. Di perairan laut beberapa jenis dari kelompok
dinoflagelata memilii bahan toksik yang menyebabkan kematian pada ikan
juga dapat menyebabkan keracunan pada manusia. Melimpahnya jenis-jenis
dari kelompok dinoflagelata di perairan laut dikenal dengan adanya Red
Tide.
Ketersediaan Nutrien
tinggi rendah

tinggi

-E,
0
0

--3
U

.- ir
J

5
7 10
rendah 11 tinggi

rendah tinggi
Gangguan Nutrien
Keterangan :
IAslerionella, Melosira italica, 2Asterionella, Sfephanodiscusaslraea, 3.Ezrdori11a, Volvax
,4,Sphaerocystis, S.Chrysaphyle, 6Anabaena, Aphantomenon, 7 . Tabellaria, Fragilaria,
Slaurasfm, 8.hlelosira granulala, Fragilaria, Closteritim, 9.Microqstic, lO.Ceratinum,
1 1 .Pediastrunr, Coelosfrt~m,
Oscillaforiaagardhii, X , Opparl~misls

Gambar 7. Matrik kemnngkinan Reynold tentang pengelompokan &is-jenis


titoplankton yang mennnjukan fnngsi ketersediaan nutrien dan
pengadukan kolom air (REYNOLDS dalam HARRIS 1986).
Figure 7. REYNOLDS matrix possibility the most likely phytoplankton assemblages
as a function of nutrient and mixing (REYNOLDS in HARRlS,1986).

1 2
Blooming Alga --r Penputan Alga -+Penipjsan Okigen
Kecerahan ladah Kecerahantiqgi
..,._.!..
- . :.:.;.*.. I!.
. . .., '
,. ., . .. . . ..q. .-.,. .-i
. . . Air jemih
~kdgen~gl..,~
i, ./.:
: L.. ..'.,
, .><.<.; ,.., ,. :' !'
..
-<,.*.. ;-,.,I.'
Distnhusi Alga Alga knggelamke Bakted mengambil Kematian ikan
melata dnslr danrhbusuk okken

Gambar 8. Skema kejadian kematiau ikan secara massal pada perairan danan
hiperentrofik.
Figure 8. Schematic diagram of events accompanying summer kill in bypereutrophic
Lake.
BLOOMING ALGA DINOFLAGELATA Cer-atium himdinella

Namun jenis C. hirudinella yang hidup di perairan tawar belum banyak


diketahui tentang kasus keracunan karena kandungan toxin C. hirudinella
karena jenis ini jarang dijumpai blooming di perairan tawar. Namun
demikian adanya blooming algae akan berdampak terhadap gangguan
ekosistem perairan seperti penurunan kualitas air, kematian ikan secara
massal dan sebagainya. Mekanisme kematian ikan massal karena adanya
blooming algae dapat terjadi melalui proses seperti yang digambarkan oleh
ANONYMOUS (1999) (Gambar 8). Pada kondisi blooming alga, tingkat
kecerahan perairan menjadi rendah dan kandungan oksigen menjadi tinggi
yang diperoleh melalui proses fotosintesis. Proses selanjutnya terjadi
penyusutan alga dan pengendapan alga yang sudah mati. Pada fase ini
kecerahan perairan meningkat kembali. Alga yang mati mengalami
pemhusukan, jumlah bakteri meningkat dan terjadi penurunan oksigen
karena dimanfaatkan bakteri pada proses dekomposisi alga tersebut. Adanya
proses pengadukan kolom perairan oleh angin, maka oksigen yang rendah
pada kolom dalam perairan naik keatas dan menyebabkan kematian ikan
secara masal.

Pengendalian blooming algae


Upaya pengendalian blooming algae memungkinkan untuk
dilakukan dengan memanipulasi variabel-variabel yang mengontrol
suksesnya pertumbuhan algae atau fitoplankton tersebut di perairan.
Berdasarkan gambar matrik tersebut diatas dapat diidentifikasi kondisi
lingkungan yang mengelompokkan masing-masing jenis algae sesuai untuk
pertumbuhannya. Keseimbangan nutrien, faktor fisik seperti stabilitas dan
pengadukan kolom air yang merupakan variable-variabel mengontrol
suksesnya pertumbuhan algae di perairan. Dari hasil pengamatan empiris
yang dilaporkan HARRIS (1986) diketahui bahwa kehadiran blooming
algae merupakan fungsi dari stabilitas kolom air dan keseimbangan nutrien.
Diberikan contoh misalnya pada perairan yang stabilitas kolom airnya (M) <
2 dengan rasio TN:TP < 30 maka komposisi fitoplakton dihuni oleh jenis-
jenis alga biru hijau pemfiksasi nitrogen yaitu Aphanizornenon dan
Anabaena. Oleh karena itu melalui penurunan pasokan fosfor akan
merubah komposisi jenis alga dan menurunkan total biomasa algae.
Perubahan komposisi fitoplankton juga dapat dilakukan melalui manipulasi
faktor fisik seperti rasio kedalaman eufotik dan kedalaman teraduk
(Z,/Z,). Adanya siklus musiman menyebabkan terjadinya fluktuasi rasio
Z,/Z, dan berakibat munculnya suksesi musiman jenis-jenis fitoplankton.
Diberikan contoh yakni pada kondisi rasio Z,/Z, tinggi akan tumbuh jenis-
jenis kelompok r species yakni jenis- jenis yang memiliki ukuran kecil
ditemukan pada kondisi lingkungan yang tidak stabil, sedikit energi
diperlukan untuk reproduksi, siklus hidupnya relatif pendek misalnya
kelompok flagellate. Selanjutnya ketika terjadi pengadukan secara vertikal
komposisi fitoplankton berubah menjadi kelompok W spesies atau disebut
SULASTRL et al.

kelompok winter diatom untuk daerah temperate, yakni jenis-jenis diatom


yang muncul dominan pada saat terjadi pengadukan kolom air yang kuat
seperti pada musim gugur (autum) dan musim dingin (winter) misanya
Fragilaria, Meosira, Diatoma. Dan ketika pada musim panas terjadi
stratifikasi kolom air dan tidak terjadi pengadukan pada kolom air maka
kelompok K species akan melimpah yakni jenis-jenis yang memiliki ukuran
besar, hidup kondisi lingkungan yang lebih stabil, memiliki siklus hidup
yang lebih panjang, cenderung memiliki sifat kompetitor yang lebih baik,
dapat migrasi secara vertikal yang dapat mengatur dirinya untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan kondisi lingkungan
misalnya jenis-jenis alga biru hijau atau Microcystis dan dinoflagelata atau
Ceratium (HARRIS 1986). Melalui pemahaman ini maka metode
pengendalian blooming algae seperti Microcystis atau C hirudinella dapat
dikendalikan melalui manipulasi rasio kedalaman eufotik dan kedalaman
teraduk (Z,,/Z,) yang dapat dilakukan dengan melakukan pengadukan
kolom air secara buatan (artificial mixing) untuk merubah dominansi
komposisi jenis dan menurunkan biomasa fitoplankton. Dilaporkan bahwa
perubahan Z,,/Z, >4 menjadi Z,,/Z, < 1 selama 10 sampai 20 hari melalui
pengadukan yang kuat menghasilkan perubahan keragaman titoplankton
dari jenis-jenis W, r dan K species yang dapat hidup secara bersama dan
biomasa fitoplankton menurun (HARRIS 1986).

Karakteristik kondisi fisik-kimiawai perairan menunjukkan kondisi


status hipereutrofik yang ditandai dengan rendahnya kedalaman Cakram
Secchi, tingginya kandungan, klorofil-a, tingginya kandungan T-N dan T-P.
Fitoplakton didominasi oleh jenis C. hirudinella dengan kelimpahan cukup
tingi pada kolom permukaan sampai kedalaman 4 m. Melimpahnya C.
himdinela dapat dikaitkan adanya mekanisme penurunan kelimpahan jenis
algae yang blooming sebelumnya yang didominasi oleh Microcystis
aeruginosa dan selanjutnya terjadi perubahan keseimbangan nutrien. Belum
banyak diketahui kandungan toxin jenis ini terhadap kehidupan aquatik
namun blooming jenis ini dapat mengganggu ekosistem perairan antara lain
penurunan kualitas air dan kematian ikan Upaya pengandalian dapat
dilakukan melalui manipulasi keseimbangan nutrien dan rasio kedalaman
eufotik dan kedalaman teraduk (Z,,/Z,).

DAFTAR PUSTAKA

ANONYMOUS 1976. Standard Methods for The Examination of Water and Waste Water.
14IhEdition. APHA-AWWA-WCF:I 193 pp.
ANONYMOUS 1992. Standard Method For the Examination of the Water and Waste
Water. 17"Edition. APA-AWWA-WPCF: 1100 pp.
BLOOMING ALGA DINOFLAGELATA Ceratium hirudinella
P

ANONYMOUS 1999. Planning and Management of Lakes and Reservoir, an Integrated


Approach to eutrophication. UNEP-IETC. UNEP International Environmental
Technology Center. OsakdSiga :375 pp.
ANONYMOUS 2001. Pernrasalahan Danau Maninjau don Pendekatan Penyelesaiannyo.
Kerjasama Proyek Pengembangan Dan Peningkatan Tehnologi Dan Pusat
Penelitian Limnologi-LIPI: 94 hal.
ALABASTER, J.S and R.LLOYD.1984. Water Quality Criteria for Freshwater Fish.
Buttenvork, London, Boston Durban, SingaporeSecond Editom361 pp.
J BRAHMANA, S.S, U. SUYATNA ,S. BAHRI dan R. FANSHURY 2002. Pencemaran air
dan eutrofikasi Waduk Karangkates. Jurnal Penelilian dun Pengembangan
Pengairan. Puslithang Sumber Daya Air. Badan Pengembangan Pemukiman dan
Prasarana Wilayah, (16) 49: 73 - 81.
J BRAHMANA dan SYAMSUL BAHRI 2002. Pengaluh nitrogen dan fosfat terhadap
terjadinya alga bloom di Waduk Karangkates. Bulelin Pusoir. Media Informasi
Kegiatan Penelitian Keairan, (XI) 38: 23 - 28.
HARRIS, G.P. 1986. Phjvopoplankton Ecolog~! Slructure, Function and FlucluaN'on.
Chapman and Hall. London. New York: 384 pp.
KUSNANTO, H. 2003. Distribusi Spasial Unsur Hara dan N dan P Serta Sh-uktur
Komunitas Fitoplankton Di Perairan Silu Tegal Abidin, Kabupalen Bekasi. Skripsi.
Fakultas Perikanan, lnstitut Pertanian Bogor: 108 hal.
LEHMUSLUTO, P and B. MAHBUB 1995. Research project of the major of Indonesian
lake and reservoir. A limnological study in 1991 - 1994. Progress report with main
results and suggested further action. Expedition Indodanau ,Helsinski.
PRESCOTT, GW. 1963. The FreslnvalerAlgae.W.M. Brown Company Publisher:347 pp.
PRESCOTT, GW. 1951. Algae of the Western Great Lakes Area. Cranbrook Institute of
Science. Bloomfield Hills, Michigan. Bulletin no 31.
REYNOLDS,C.S. 1984. The Ecology of Phytoplankton. Cambridge University Press. New
York: 384 pp.
JREYNOLDS, C.S. 1993. Scale of disturbance and their rolein Plankton ecology.
Hydrobiologio (349): 157 - 171.
RYDING S-0 and W. RAST 1989 The control of eutrophication of Lake and Reservoir.
Man and The Biosphere Series. UNESCO and The Parthenon Publishing
Group:3 14 pp.
SELLER, H.B and R. MARKLAND, 1987. Decaying Lakes. The Origin and Control of
Eutrophication. John Wiley and Sons. New York: 254 pp
SCOTT, A.M. and G.W. PRESCOTT 1961. Indonesian Desmid. Hydrohiologia. XVII.
Acta Hyohiologica Hydographica et Trotistologica. Dr.W.Junh.Den Haag:123 pp.
SULASTRI, A.A. MEUTIA, T. SURYONO dan ARIANTO, 2003. Komposisi dan
kelimpahan fitoplankton Waduk Karangkates, dan Sengguruh, Malang Jawa
Timur, dalam proses penerbitan.16 pp.
SULASTRI, A.A. MEUTIA dan T. SURYONO, 2003 a. Kualitas air Waduk Karangkates,
dalam proses penerbitan 12 pp.
WETZEL, R.G 2001. Limnologv. Lake and River Ecosystem. 3" Academic Press, New
York, London:1006 pp.

Anda mungkin juga menyukai