SISTEM KONTINU
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
IRVAN NURTIAN
12-2000-111
BANDUNG
2007
”Semua yang tampak berasal dari sesuatu yang tidak tampak.
Semua yang bisa dilihat berawal dari sesuatu yang tidak bisa dilihat.
(Jalaluddin Rumi)
bahwa cahaya kekuatan Tuhan yang menciptakan seluruh isi alam semesta
Sebab aku yakin bahwa sebenarnya aku hanyalah alat bagi Tuhan
(Erbe Sentanu)
LEMBAR PENGESAHAN
SISTEM KONTINU
TUGAS AKHIR
IRVAN NURTIAN
NRP : 12-2000-111
Sekam atau kulit terluar dari gabah padi saat ini masih belum
baku makanan ternak juga sebagai pengisi dan pembakar bata merah. Namun
bakar minyak hingga 80 persen. Tidak hanya itu, produk limbah pertanian ini
dapat menjadi energi alternatif yang ramah lingkungan. Dengan alasan tersebut,
sangat tepat jika kemudian menjadikan sekam yang tersedia melimpah sebagai
sekam dalam bentuk yang praktis dan murah, sehingga mudah terjangkau oleh
masyarakat luas.
pemasukan sekam baru dan pengeluaran abu sekam hasil pembakaran dengan
pemakaian motor listrik ¼ HP; 1410 rpm direduksi oleh sistem puli sabuk
diteruskan pada reduser juga sepasang roda gigi kerucut melalui poros sehingga
pemisahan siklon yang didapat sebesar 99,7 persen dan daya gas pada burner
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas Kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Hidayah,
kesulitan. Bantuan, bimbingan, saran, petunjuk dan nasihat yang tak ternilai
laporan ini. Selain itu penyusun secara khusus juga mengucapkan terima kasih
tersayang Mulqy Arvy Mantasya yang tak hentinya memberikan dorongan dan
do’a dengan sepenuh hati serta bantuannya yang tak terhingga secara moril
maupun materil.
2. Bapak H. Willy Adriansyah, Dr., Ir. selaku dosen pembimbing I yang telah
3. Bapak Encu Saefudin, Ir., M.T. selaku dosen pembimbing II dan dosen wali
yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan yang sangat berharga.
ii
4. Bapak Aman, selaku karyawan Laboratorium Termodinamika PPAU – IR ITB
5. Nendi Indrawan dan Nanan Rustandi, selaku partner terbaik yang selama ini
6. Terimakasih kepada Bapak Asmadi Ismail dan Ibu Yulina Ibrahim serta adik-
adikku Fajar Indrawijaya, Febri Arianto dan Fimarsha Waldi Anugraha untuk
kesabarannya dan do’anya yang tak pernah henti pula untuk penyusun.
Utomo, Isep Deni Wahjudin dan flik family selaku rekan yang tak henti-
10. Chevrollet 1509 UV, terimakasih atas kesediaan untuk membawa alat kami.
11. Seluruh staf Tata Usaha dan Dosen ITENAS, terimakasih atas ilmu dan
12. Seluruh rekan seperjuangan di Teknik Mesin ITENAS angkatan 2000 yang tak
iii
pengalaman penyusun. Atas segala saran dan kritik yang sifatnya membangun
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
halaman
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK .................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
v
2.5 Reaktor-reaktor Penghasil Gas dari Sekam .................................. 13
vi
3.4.2.5 Burner .............................................................. 56
Abu ................................................................................. 56
BA B IV PERHITUNGAN
vii
4.2.2 Perhitungan Transmisi Daya ........................................... 74
BAB V KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.7 Gambar Skema Tungku Sekam Satu Pembakar CPU ............ 16
Gambar 2.8 Model 1 Tungku Gas Sekam Prototype IDD/TLUD CPU ...... 18
Gambar 2.9 Model 2 Tungku Gas Sekam Prototype IDD/TLUD CPU ...... 19
Gambar 2.10 The CPU Cross Flow Rice Husk Gasifier Stove .................... 20
Gambar 3.2 Sub Fungsi Reaktor Gasifikasi Sekam Sistem Kontinu .......... 41
Gambar 3.6A Gambar Skema Prinsip Kerja dari Reaktor Gasifikasi Sekam 49
ix
Gambar 3.7A Tabung Reaktor (Gasifier Reactor) ....................................... 52
x
Gambar 4.4 Transmisi Sabuk-V dan Puli .................................................. 77
Gambar 4.12 Roda Gigi Kerucut Istimewa Roda Gigi “Miter” ................... 100
Gambar 4.13 Gaya yang terjadi pada Roda Gigi Kerucut ........................... 106
Gambar 4.14 Dimensi Roda Gigi Kerucut dengan Poros dan tumpuannya... 107
xi
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 2.2 Nilai Kalor Pembakaran dan Harga Per Satuan Energi dari
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
tumbuhan yang ada di darat maupun di laut. Kayu merupakan sumber biomassa
seiring dengan menipisnya cadangan hutan, oleh karena itu penggunaan kayu
sebagai sumber biomassa sudah tidak bisa lagi dikatakan murah dan ramah
lingkungan.
Sumber biomassa selain kayu adalah sekam atau kulit padi. Sekam sendiri
merupakan limbah yang dihasilkan dari proses pasca panen, dengan nilai
pembakaran kalor rendah (LHV, Lower Heating Value) yang relatif tinggi yaitu
sebesar 14.150 KJ/Kg. Hal ini dapat dijadikan alasan untuk mengganti kayu dan
produksi padi yang melimpah yaitu sekitar 52 juta ton pertahun. Jumlah total
sekam yang dapat dihasilkan sekitar 15.6 juta ton pertahun, 30% dari total
produksi padi.
1
bahan bakar gas LPG, solar dan minyak tanah yang harganya terus naik seiring
tidak dapat dikatakan ekonomis lagi. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu
menggunakan bahan bakar murah atau dengan bahan bakar biomassa yang
sifatnya dapat diperbaharui (renewable). Dalam pembuatan tugas akhir ini, kami
bakar biomassa yaitu kulit padi (sekam) dengan memanfaatkan gas dari hasil
pembakaran kulit padi tersebut yang diharapkan dapat berguna dalam dunia
industri.
pasak, roda gigi, puli, sabuk dan bantalan yang mendukung mekanisme
tersebut.
2
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah merancang reaktor gasifikasi
kontinu menggunakan bahan bakar kulit padi (sekam). Sistem yang digunakan
mudah terbakar yang dihasilkan ketika sekam dibakar, seperti karbon monoksida
blower yang mengisap dari bawah unggun sedangkan sekam baru ditumpuk
secara kontinu diatas unggun. Abu hasil pembakaran akan turun keluar langsung
Masalah yang ada dalam tugas akhir ini diselesaikan dengan pendekatan
empiris dengan memanfaatkan hasil penelitian yang releven, studi lapangan dan
Adapun bentuk penyajian laporan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
laporan.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
padi, jenis-jenis reaktor gasifikasi yang sudah ada dan dasar teori
gasifikasi sekam.
BAB IV PERHITUNGAN
transmisi sabuk-v, kopling cakar dan roda gigi kerucut serta analisis
gaya
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tumbuhan yang ada di muka bumi. Biomassa merupakan energi potensial karena
sifatnya yang terbaharui (renewable) dibandingkan dengan bahan bakar fosil yang
harus menunggu jutaan tahun agar dapat diproses sebagai bahan bakar untuk bisa
digunakan.
sebagai berikut :
1. Pengeringan
dilakukan dengan proses mekanik dan termal atau ditempatkan di udara terbuka.
Untuk kadar air lebih dari 50% dilakukan proses pengeringan secara mekanik
yaitu dengan menggunakan metode sentrifugal dan dipres. Untuk kadar air
2. Pembentukan
Biomassa dicetak dengan berbagai bentuk dan ukuran, hal ini biasanya
dilakukan pada kayu mengingat dimensinya yang besar sehingga mudah dibawa
5
atau dipindahkan. Selain itu kayu yang dibentuk chips dapat lebih efisien apabila
3. Briquetting
contohnya pada sekam padi (rice husk), serbuk gergaji (sawdust) dan kulit dari
biji kopi (coffee husk) yang bertujuan untuk meningkatkan penanganan dan
karakteristik pembakaran. Serbuk dari padi, kopi dan gergaji tadi dibentuk
proses penguraian (pyrolysis) biomassa padat ke dalam bentuk cair atau gas
1. Terbaharui (renewable).
sebelum digunakan.
4. Menghasilkan kadar SO2 dan NOX yang rendah bila dibandingkan dengan
6
6. Murah, biasanya merupakan hasil sampingan atau limbah dari pertanian.
dalam beberapa tahun terakhir menurut Biro Pusat Statistik dapat dilihat pada
Sekam padi sebagai biomassa digunakan sebagai bahan bakar untuk proses
dapat dikonversikan lagi menjadi bentuk energi lain baik dalam skala kecil
ataupun medium. Untuk skala besar dan medium tungku atau ruang bakar sudah
Nilai kalor pembakaran (LHV, Lower Heating Value) yang dimiliki oleh
sekam tadi relatif kecil jika dibandingkan dengan bahan bakar lainnya, tetapi
karena pertimbangan ekonomi dalam hal ini harganya yang sangat murah, maka
7
sekam padi layak diperhitungkan untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi.
Berikut ini tabel yang berisi tentang nilai kalor pembakaran dan harga jual sekam
Tabel 2.2 Nilai Kalor Pembakaran dan Harga Per Satuan Energi
dari Berbagai Bahan Bakar dan Energi Listrik (7)
Keterangan :
Pada tabel 2.1 dapat dilihat bahwa perkiraan total produksi padi pada
tahun 2006 sebesar lebih kurang 55 juta ton, dan apabila diambil rata-rata
rendemen untuk satu kuintal padi bisa menghasilkan 70 kg beras atau sekitar 70%
maka sekam padi yang diperoleh lebih kurang 15,6 juta ton, dikalikan dengan
8
nilai kalor pembakaran 14.150 kJ/kg maka selama satu tahun bisa dihasilkan
energi sebesar 220,74 × 10E6 MJ atau setara dengan daya 6,99 MW. Melihat
pengering atau uuntuk memasak tetapi dapat dikonversikan ke dalam bentuk lain
Sifat yang khas dari sekam padi adalah mengeluarkan asap yang perih di
mata dan bau yang menyengat pada saat dibakar, selain itu karakteristik lain dari
sekam padi adalah susah terbakar. Tidak seperti kayu, sekam padi membutuhkan
waktu pembakaran yang lama sampai bara api yang dihasilkan menjadi stabil.
menggumpal (agglomerat), ini terjadi karena pada saat dibakar sekam padi
mengeluarkan tar yang cukup banyak. Keluarnya tar yang cukup banyak dapat
dicegah dengan perbandingan bahan bakar (sekam padi) dan udara yang tepat.
Selain sifat-sifat yang disebutkan tadi, sekam padi juga memiliki sifat
abrasif karena kandungan silika yang cukup tinggi. Sifat-sifat sekam tadi bisa
9
Tabel 2.3 Sifat-sifat Sekam Padi Sebagai Bahan Bakar (7)
C 0.37
H 4,71 %
N 0,36 %
1. Dibakar langsung dalam timbunan, cara ini banyak digunakan oleh pengrajin
dengan penggunaan.
oleh blower ke ruang pengering atau bisa digunakan untuk keperluan dapur,
4. Dengan proses pembakaran fluidized pada proses ini sekam padi dibuat
10
2.4 Jenis Penggasifikasi Sekam
penggasifikasian kulit padi. Kedua tipe ini adalah penggasifikasi padat dan
cairan. Untuk tungku gas sekam, tipe penggasifikasi fixed-bed lebih cocok
tipe down (menurun) draft dan cross draft (menyilang) dapat di presentasikan
seperti dibawah ini, yang telah ditemukan untuk lebih mengefektifkan sekam.
Pada tipe ini (Gambar 2.1A), gas mengalir ke bawah mengantarkan asap
berkelanjutan
yang ada di atas reaktor. Bahan bakar tak bergerak dan area sisa nyala api
proses penggasifikasian.
Air
Gas
11
Gambar 2.1B Inverted DownDraft Type Gasifier is Top-Lit with UpDraft (7)
Pada jenis ini (Gambar 2.2), arah gas menyilang kolom bahan bakar
secara tegak lurus dengan arah area pembakaran. Pada jenis reaktor ini
bakar dan pengeluaran abu yang sedang dilakukan. Asap yang ditimbulkan dari
jenis reaktor ini tidak terlihat. Bagaimanapun, hal ini dapat dipisahkan dengan
merubah metode pembakaran bahan bakar dan penyediaan sebuah tempat untuk
12
2.4.3 Penggasifikasi Sekam Jenis Up-Draft
Dalam jenis ini (Gambar 2.3), api pertama ada di bawah, gas panas
bergerak ke atas selanjutnya keluar secara menyebar, selama bahan bakar terus
turun, akan tersedia ruang. Apabila jenis ini bekerja kurang baik dengan sekam,
keadaan kurang baik ini disebabkan produksi asap yang terlalu banyak selama
operasi berlangsung. Tungku sekam untuk jenis ini harus di desain dengan
Tungku ini (Gambar 2.4) telah dikembangkan pada tahun 1986 selama
program kerjasama DA-IRRI untuk peralatan pertanian kecil di Philipina oleh Dr.
Robert Stickney, Engr. Vic Piamonte, dan Penulis. Tungku mengadopsi tipe down
draft dengan tungku pembakaran ganda dan pembakaran dari bawah. Gas hasil
13
Selama proses, udara diisap dari reaktor dan ditiupkan ke pembakar
pembakar.
bahan bakar sekam. Tungku dioperasikan dengan tempat pertama lapisan arang
dibutuhkan untuk pembakaran bahan bakar. Ketika semua bahan bakar terbakar
terisi penuh. Hasil uji menunjukan bahwa gas yang mudah terbakar berwarna
14
dalam tungku ini hanya memerlukan kurang dari 5 menit. Gambar skema tungku
Tungku ini (Gambar 2.6) telah dikembangkan pada tahun 1989 di CPU
dengan double core dimana pembakaran bahan bakar dimulai dari bawah reaktor.
15
Reaktor gasifikasi ini, seperti ditunjukkan skema dalam Gambar 2.7
pembakar. Sekam dibakar dalam reaktor dimulai dari bawah dan daerah
Bahan bakar sekam diberikan terus menerus ke dalam reaktor sampai daerah
pembakaran menjangkau paling atas bagian dari bahan bakar. Prinsip kerja
tungku ini adalah tipe Down-draft dimana udara dilewatkan sepanjang kolom
udara dan gas dari reaktor. Jenis tungku ini mengambil pembakar jenis LPG
untuk memudahkan pembuatan. Jumlah gas dalam tungku diatur oleh alat yaitu
sebuah katup. Sebuah cerobong asap juga telah disediakan untuk tungku untuk
Gambar 2.7 Gambar Skema Tungku Sekam Satu Pembakar CPU (7)
16
Hasil dari uji prestasi pada jenis tungku ini menunjukan bahwa tungku
beroperasi untuk waktu total dari 0.98 sampai 1,25 jam per beban. Jumlah
konsumsi bahan bakar per beban adalah 1,96 sampai 2,72 kg menghasilkan dari
0,53 sampai 1,04 arang. Uji mendidihkan dan memasak menunjukan bahwa 1,2
sampai 4,0 liter air dapat dididihkan ditungku dalam 10 sampai 34 menit, dan 0,7
Model-model dari tungku ini (Gambar 2.8 & 2.9) adalah model prototype
yang diperkenalkan yaitu tungku IDD/T-LUD. Tungku ini sama sekali berbeda
dalam 15 cm dan tinggi 25 cm. Ruang abu tepat dibawah reaktor. Kipas dipasang
dalam pintu ruang abu, dan saklar untuk menghidupkan dan mematikan dilakukan
dengan menggunakan saklar putar. Tungku dapat memuat 600 gram sekam per
dibutuhkan sebelum semua bahan bakar sekam dihabiskan berkisar dari 15 sampai
20 menit, tergantung pada jumlah udara yang disediakan oleh kipas untuk reaktor
selama memasak. Setelah semua sekam dibakar, jumlah arang dan abu yang
17
Gambar 2.8 Model 1 Tungku Gas Sekam Prototype IDD/TLUD CPU (7)
Perhitungan daya keluaran tungku berkisar dari 0,237 sampai 0,269 kW.
Laju konsumsi bahan bakar berkisar dari 0,33 sampai 0,43 kg sekam per menit.
Waktu yang dibutuhkan untuk daerah pembakaran sampai berjalan dari atas
sampai bawah reaktor berkisar dari 1,74 sampai 2,27 cm per menit. Efisiensi
Uji mendidihkan juga menunjukan bahwa satu liter air, dengan temperatur
awal 32 °C, mendidih sampai 100 °C dalam 9,0 sampai 9,5 menit. Selama
pengujian, tidak ada asap dan abu-abu beterbangan yang terlihat keluar dari
tungku.
18
Gambar 2.9 Model 2 Tungku Gas Sekam Prototype IDD/TLUD CPU (7)
Tungku ini (Gambar 2.10) telah dicontoh setelah tungku penghasil gas
kayu AIT. Tungku ini telah dirancang sebagai percobaan untuk penggasifikasi
cara vertikal sedangkan udara bergerak masuk lapisan membakar sekam dengan
cara horizontal. Pembakar, yang mana ditempatkan di atas satu sisi tungku,
Asap keluaran terlihat jelas dalam tungku jenis ini. Water seal dibuat
diatas ruang pembakaran dan dibawah ruang abu untuk menjaga gas hasil
19
tungku membutuhkan 2 kg sekam per beban. Waktu operasi per beban berkisar
dari 37 sampai 47 menit. Satu liter air dapat dididihkan ditungku dalam 8 sampai
11 menit.
Gambar 2.10 The CPU Cross Flow Rice Husk Gasifier Stove (7)
dikembangkan oleh U. Tin Win, dibawah bimbingan Prof D. Grov dari Institut
Teknologi Indian dan oleh Dr. Graeme R. Quick. Tungku membakar sekam
langsung dengan pemberian udara lewat terus menerus pada tungku yang penuh
langsung dalam daerah pembakaran penghasil gas pada bagian bawah tungku.
Sebuah engsel penutup dipasang untuk mengeluarkan abu bila perlu. Udara
20
sekunder dilewatkan terus menerus ke empat daerah tungku. Tungku dapat juga
daun-daun dan biomass segar, dan sekam. Masalah seringnya penyumbatan abu
dalam tungku dapat dikurangi dan asap yang dikeluarkan dapat diabaikan dan
21
2.6 Teori Pembakaran
pokok yang berlainan yang disebut hasil (products). Oksidasi yang terjadi secara
kontinyu pada bahan bakar menghasilkan pelepasan energi sebagai hasil dari
pembakaran.
karbon (C) yang terkandung dalam bahan bakar diubah menjadi karbondioksida
(CO2) dan semua hidrogen diubah menjadi air (H2O). Jika salah satu tidak
dibutuhkan. Komposisi yang terkandung pada udara kering dapat dilihat dari
Fraksi
Komponen
Mol (%)
Nitrogen 78.08
Oksigen 20.95
Argon 0.93
Karbondioksida 0.03
22
Unsur lain yang dapat terbakar adalah sulfur (S). Kontribusi dari sulfur
tidak banyak dalam hal pelepasan energi, tetapi dapat menyebabkan masalah
polusi dan korosi yang signifikan. Nilai 3,76 yang menyertai nitrogen (N2)
bebas diasumsikan sebagai campuran dari oksigen (O2) dan 3,76 nitrogen (N2)
yang inert.
Dua parameter yang sering digunakan untuk menentukan jumlah dari bahan
bakar dan udara pada proses pembakaran adalah perbandingan udara bahan bakar
Air Fuel Ratio (AFR) atau sebaliknya Fuel Air Ratio (FAR).
dalam suatu reaksi jumlah bahan bakar. AFR dapat ditulis dalam basis mol
(AF)mass = (AF)molar M air
M fuel
Hasil dari pembakaran akan terdapat karbondioksida, air dan nitrogen yang
menyertai oksigen (3,76 N2) dan nitrogen yang terdapat dalam bahan bakar. Pada
23
Untuk pembakaran sempurna metana (CH4) dapat dilihat pada reaksi di
bawah ini:
CH 4 + a (O 2 + 3,76 N 2 ) → bCO 2 + cH 2 O + dN 2
Dengan menggunakan prinsip kekekalan massa sebelum dan sesudah reaksi untuk
Pembakaran adalah hasil dari reaksi kimia yang kontinyu dan rumit yang
hasilnya bergantung pada banyak faktor. Sebagai contoh, ketika bahan bakar
dibakar dalam silinder pada internal combustion engine, tekanan dan temperatur
ruang bakar, adalah faktor lain yang sangat mempengaruhi proses pembakaran.
Dalam keadaan normal, jumlah pasokan udara dapat lebih besar atau
kurang dari jumlah teoritik. Sebagai contoh, 150 % udara teoritik berarti asupan
udara aktual adalah 1,5 kali dari jumlah udara teoritik atau sama dengan 50 %
udara berlebih (excess air) dan 80 % dari udara teoritik sama dengan 20 %
kekurangan udara.
komposisi produk dan juga terhadap jumlah panas yang dilepaskan selama reaksi
campuran bahan bakar udara yaitu rasio ekuivalen FAR (Fuel Air Equivalent
Ratio, φ ).
φ=
(F/A )actual dan kebalikannya : =
(A/F)actual
(F/A )stoichiometric (A/F)stoichiometric
24
Jika nilainya lebih besar dari 1, campuran yang mengalami proses
25
BAB III
PERANCANGAN
yang sedang dihadapi. Pada tugas akhir ini dilakukan perancangan yang bertujuan
untuk memperoleh reaktor gasifikasi sekam yang memiliki sistem kontinyu dan
mudah perawatannya.
perancangan yang sedang kita lakukan, sehingga dapat diketahui masalah yang
sebenarnya yang sedang dihadapi. Untuk itu perlu dibuat suatu daftar persyaratan
benda yang akan dirancang. Data merupakan sarana terciptanya sebuah analisis
yang baik.
Salah satu cara untuk mencapai tujuan yang tepat yaitu dengan
apa keinginan konsumen dilihat dari beberapa aspek yang mereka inginkan,
berdasarkan tingkat kepentingan yang mereka inginkan dan tindakan apa yang
26
produk yang sudah ada di pasaran. Didalam House of Quality ini perancang
the Task) yaitu menghimpun keinginan konsumen tentang produk yang akan
Pada penjabaran tugas ini akan dijelaskan beberapa tahapan yang harus
1. Pemilik perusahaan
Pihak ini dipilih sebagai salah satu konsumen karena mereka sangat
berpengaruh dalam menentukan produk yang akan digunakan. Mereka harus tahu
apakah produk yang akan dirancang mampu bekerja sesuai dengan yang
diharapkan, hemat energi, awet, murah atau justru sebaliknya. Oleh karena itu
sangatlah penting untuk mengetahui permintaan apa saja yang mereka inginkan.
27
2. Operator
Pihak ini dipilih sebagai salah satu konsumen karena merekalah yang
mengetahui mengenai karakter material yang akan diproses di lapangan dan yang
akan menggunakan produk yang kita rancang. Oleh karena itu sangatlah penting
3. Teknisi
Pihak ini dipilih sebagai salah satu konsumen karena merekalah yang akan
merawat dan memperbaiki produk yang kita rancang bila terjadi kerusakan. Oleh
karena sangatlah penting untuk mengetahui permintaan apa saja yang mereka
inginkan.
inginkan?
yang diinginkan oleh konsumen terpilih mengenai reaktor gasifikasi sekam sistem
kontinyu yang akan dirancang. Metoda yang digunakan adalah metoda survey
yang dilakukan meliputi tanya jawab dan membuat kuesioner yang diajukan
Keterangan : P = Penting
TP = Tidak penting
28
Tabel 3.1 Hasil Kuesioner Pendahuluan
Pemilik
Operator Teknisi
NO ATRIBUT Perusahaan
P TP P TP P TP
1 Bersifat kontinuitas P P P
2 Mempunyai bentuk dan ukuran
yang memudahkan dalam P P P
pengoperasian
6 Mudah dibersihkan P P P
7 Mudah dalam perawatan P P P
8 Aman dalam pengoperasian P P P
9 Mempunyai umur yang panjang P P P
10 Mudah pemindahan dan
penempatan (praktis)
P P P
29
Tabel 3.2 Daftar Permintaan Konsumen
NO DAFTAR PERMINTAAN
1 Bersifat kontinuitas
30
Tabel 3.3 Hasil Kuesioner Tingkat Kepentingan
NILAI
NO DAFTAR PERMINTAAN
Pemilik
Operator Teknisi
Perusahaan
1 Bersifat kontinuitas 13 14 11
Dari pembobotan di atas dapat kita pelajari sebagai berikut, misal tingkat
dan memberi nilai 7 untuk “mudah dalam perawatan”, artinya adalah bahwa
dibanding kemudahan dalam perawatan pada reaktor gasifikasi sekam yang akan
dirancang.
31
Tahap 4 : Mengidentifikasi dan mengevaluasi permintaan : Seberapa puaskah
konsumen sekarang?
dengan cara membuat kuesioner yang diajukan. Kuesioner yang dimaksud adalah
gasifikasi sekam yang telah ada dengan daftar permintaan yang ada, dimana
terhadap sistem tersebut, sehingga konsumen merasa puas. Pada tahap ini juga
sebuah keputusan tentang keinginan konsumen dapat kita penuhi dengan cara
memberikan keputusan arah perbaikan secara logika hal-hal apa saja yang
nilai yang sesuai pada tempat yang disediakan terhadap masing-masing sistem
32
1. Konsep non kontinyu ( Simbol = ¡ )
NILAI KONSEP
NO ATRIBUT
¡ o
1 Bersifat kontinuitas 1 5
dipenuhi?
33
Berikut ini hasil tahap pembuatan spesifikasi teknik :
SPESIFIKASI ARAH
NO ATRIBUT SATUAN
TEKNIK KEMAJUAN
Tahap 6 : Menentukan target secara teknik : Berapa nilai yang cocok secara
teknik
34
Berikut adalah target yang ditentukan oleh penulis mengenai reaktor
perancangan, produk tidak akan diterima jika tidak memenuhi demand. Harapan
memungkinkan.
35
Tabel 3.7 Kriteria Perancangan
36
Dari tabel tersebut diatas maka penulis dapat menyimpulkan kriteria
bahan yang mudah didapat diproses, dirakit dan diperbaiki dengan mudah”
butir spesifikasi teknis produk. Pada evaluasi produk dipilih satu atau beberapa
konsep produk terbaik saja untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi produk,
produk.
Untuk merancang sebuah alat atau produk kita akan selalu dihadapkan
perancangan yang merupakan suatu batasan bagi perancang agar tidak terjadi over
design.
1. Fungsi
37
2. Tuntutan tetap
3. Tuntutan minim
Tuntutan yang mutlak harus dipenuhi, tetapi apabila tuntutan ini dilebihkan
4. Tuntutan umum
5. Keinginan
Tidak mutlak harus dipenuhi, tetapi bila dipenuhi akan memberikan nilai
tambah.
6. Termin
38
- Konstruksi Menggunakan sistem pembakaran Sistem mekanisme
dari bawah keatas dengan hisapan pengeluaran abu dilakukan
blower yang akan membawa gas agar sekam yang terbakar
yang mudah terbakar jika bereaksi dan menjadi abu dapat
dengan O2 di udara terbuka dan dikeluarkan dan bahan
sistem pembuangan abu digerakan bakar sekam baru dapat
oleh rangkaian mekanisme motor ditambahkan kembali
listrik sebagai penggerak sehingga reaktor bersifat
kontinyu
4. Keinginan
Nilai ekonomi Dalam pengoperasian lebih
ekonomis
hubungan antara input dan output. Input dan output berupa aliran material, energi
atau sinyal. Apabila fungsi secara keseluruhan terlalu rumit, maka cara yang bisa
39
3.3.2.1 Fungsi Keseluruhan
pengertian bahwa rancangan suatu masalah dapat diibaratkan suatu fungsi yang
terdiri dari adanya suatu hubungan antara komponen input dan komponen output.
Hubungan input dan output dalam mekanisme rancangan yang akan dibuat
dapat berupa fungsi-fungsi keseluruhan sistem dan dibuatnya sub fungsi struktur
kontinyu dibentuk setelah kita mengetahui apa tugas yang dibuat dan spesifikasi
40
3.3.2.2 Pembuatan Sub Fungsi
dimana yang merupakan fungsi utama dari semua bagian yang ada dalam struktur
fungsi keseluruhan. Dari sana baru kita dapat membuat beberapa sub fungsi yang
sistem kedalam bentuk yang lebih kecil agar semua komponen sistem dapat
terlihat dalam bentuk satuan kerja yang lengkap. Pembagian fungsi utama
kedalam beberapa sub fungsi dapat juga dikatakan sebagai suatu penjelasan
melakukan aktivitasnya.
hasil pembakaran yang dilakukan oleh blower sentrifugal dapat dilihat pada
gambar berikut :
41
1. Struktur Fungsi Rancangan 1
Udara ditiupkan oleh blower dari atas tabung reaktor bersama dengan
pemasukan kembali bahan bakar sekam baru pada satu saluran masukan yang
sama. Gas hasil pembakaran sekam akan keluar melalui celah yang telah tersedia
melewati burner, dengan adanya reaksi dengan O2 di udara maka gas tersebut
42
2. Struktur Fungsi Rancangan 2
Udara ditiupkan oleh blower dari atas tabung reaktor bersama dengan
pemasukan kembali bahan bakar sekam baru tetapi dengan saluran masukan yang
berbeda. Gas hasil pembakaran sekam akan keluar melalui celah yang telah
tersedia melewati burner, dengan adanya reaksi dengan O2 di udara maka gas
43
3. Struktur Fungsi Rancangan 3
Gas hasil pembakaran dihisap oleh blower dari celah yang telah tersedia
melewati cyclone yang akan membuang abu yang memungkinkan terisap blower.
Lalu gas diteruskan pada burner, dengan adanya reaksi dengan O2 di udara maka
Sub fungsi – sub fungsi utama untuk menjalankan fungsi keseluruhan yang
44
kerucut yang menggerakan kipas penyapu dan saluran keluaran screw
melewati cyclone ke burner lalu api kebiru-biruan akan keluar bila diberikan
Pada tahap ini variasi konsep yang ada diseleksi terlebih dahulu sebelum
tahap ini memggunakan kriteria yang baku dan bersifat umum. Jadi pada
45
Tabel 3.9 Seleksi Variasi Konsep
Kriteria
KPS Keputusan Catatan
A B C D E F G
1 + + + + – + + +
2 + + + + – + + +
3 + + + + + + + +
Keterangan:
+ = Ya ? = Kurang Informasi
G = Informasi memadai
operator) untuk variasi konsep pertama dan kedua bernilai negatif (–) yaitu tidak,
hal tersebut dikarenakan pada variasi konsep perancangan ke-1 dan ke-2 arah
kebawah pada celah saluran gas. Hal tersebut akan memungkinkan terjadinya
tekanan gas bakar yang tinggi karena volume celah gas yang kecil sebelum keluar
46
pada burner, jika penggasifikasi-an sekam berjalan terus-menerus maka tekanan
gas bakar dalam celah reaktor akan semakin tinggi pula, ini sangat berbahaya bagi
Dari hasil seleksi variasi konsep yang dijabarkan pada tabel 3.9
seleksi variasi perancangan dan lebih lanjut dapat diselesaikan pada proses
perancangan selanjutnya.
Dalam perancangan suatu alat tahap pertama yang harus dilakukan adalah
memahami dan mempelajari fungsi serta cara kerja reaktor gasifikasi sekam juga
komponen pendukung yang akan dipakai guna memenuhi kebutuhan, agar alat
fungsi yang dimaksud sesuai dengan kasusnya dan komponen pendukung lainnya
dihasilkan dari bahan bakar sekam karena terbakarnya sekam dengan jumlah
udara terbatas. Sekam yang dibakar cukup untuk mengubah bahan bakar menjadi
47
arang dan tersedianya oksigen di udara dan gas-gas lain yang dihasilkan selama
proses reaksi dengan karbon dalam arang pada temperatur cukup tinggi akan
menghasilkan karbon monoksida (CO), hidrogen (H2), dan metana (CH4) yang
mudah terbakar. Gas-gas lain, seperti karbon dioksida (CO2) dan uap air (H2O)
yang tidak mudah terbakar, juga dihasilkan selama proses perubahan bahan bakar
sekam menjadi gas-gas yang mudah terbakar dengan menggunakan jumlah udara
dibakar di dalam reaktor dengan cara ditumpuk setelah sekam yang berada di
bawah terbakar. Bahan bakar dinyalakan dari bawah reaktor dengan terlebih
terbakar dibawah dan tertimbun oleh penambahan sekam, maka mulailah blower
dinyalakan sehingga gas pembakaran sekam turun kebawah dan laju pembakaran
sekamnya naik ke atas merambat pada tumpukan sekam yang berada di atasnya.
Pembakaran lapisan sekam atau daerah pembakaran, gerakan naik reaktor pada
kecepatan 1-2 cm/menit, tergantung pada jumlah udara yang diberikan oleh kipas
blower. Lebih banyak udara yang dihirup/ditarik dari sekam, semakin cepat
naik, sekam terbakar di dalam reaktor membentuk arang atau karbon. Karbon ini
beraksi dengan udara yang dihisap/dihirup oleh kipas blower ke luar reaktor dan
diubah menjadi gas-gas lain sehingga menghasilkan gas-gas yang mudah terbakar.
48
Gambar 3.6A Gambar Skema Prinsip Kerja dari Reaktor Gasifikasi Sekam Sistem Kontinu
Gas-gas yang mudah terbakar yang keluar dari reaktor, terlebih dahulu
demikian menghasilkan nyala api berwarna biru. Jumlah nyala api yang
49
dikeluarkan oleh tungku diatur menggunakan katup yang dapat mengatur besar
Setelah nyala api biru keluar dari burner dan sekam mulai terbakar ke atas,
maka kipas penyapu digerakkan untuk menurunkan abu sekam yang telah terbakar
dan selanjutnya abu tersebut akan ditampung pada ruang penampungan yang
membuat abu sekam yang menumpuk terbawa menuju lubang pengeluaran yang
akhirnya dapat dikeluarkan oleh mekanisme screw conveyor. Setelah abu sekam
keluar dari reaktor dan ruang penampungan abu mulailah dilakukan pengisian
bahan bakar sekam baru yang dimasukkan dan ditumpukkan kembali pada reaktor
secara kontinyu sehingga laju aliran keluaran abu seimbang dengan laju aliran
pemasukan bahan bakar sekam baru. Hal tersebut dilakukan secara terus menerus
selama nyala api biru yang dihasilkan dari gas pembakaran sekam dimanfaatkan
50
3.4.2 Instalasi Reaktor Gasifikasi Kontinu
17
18
1 16
5
2
6
7
11
12 8
13 9
14 10
15
Keterangan :
51
3.4.2.1 Tabung Reaktor Atas
Tabung reaktor ini berfungsi untuk membakar bahan bakar sekam dan
menghasilkan gas karbon monoksida (CO), hidrogen (H2), dan metana (CH4) yang
mudah terbakar. Gas-gas lain, seperti karbon dioksida (CO2) dan uap air (H2O)
yang tidak mudah terbakar, juga dihasilkan selama proses perubahan bahan bakar
sekam menjadi gas-gas yang mudah terbakar dengan menggunakan jumlah udara
d1 = 390 mm = 39 cm
t1 = 390 mm = 39 cm
d2 = 300 mm = 30 cm
t1 = 120 mm = 12 cm
V1
V2
52
π × d 2 × t π × 39 2 × 39
V1 = = = 46565,4 cm 3 = 0,0465 m 3 = 46,5 liter
4 4
π × d1 × t 2 π × 39 2 × 12
2
4 4
π × ( d 1 − d 2 ) × t π × (39 2 − 30 2 ) × 12
2 2
4 4
V2 = V 2 − V2 = 14,32 − 5,82 = 8,5 liter
' ''
Jika massa jenis sekam, ρ sekam 100 kg/m3, maka massa sekam yang dibutuhkan
untuk volume 55 × 10-3 m3 adalah:
kg
m = ρ × v = 100 3
× 55 × 10 −3 m 3 = 5,5 kg
m
Maka volume tabung reaktor adalah 5,5 kg sekam.
penampungan sekam yang telah terbakar dan masuk pada penampungan ini
dengan bantuan kipas penyapu yang berputar. Ruang penampungan ini dibuat
miring dan terdapat lubang pada ujung kemiringannya, hal tersebut dimaksudkan
agar abu sekam dapat turun dan keluar melalui lubang tersebut dengan dibantu
oleh mekanisme screw conveyor yang terdapat dibawah lubang keluaran tersebut.
53
Gambar 3.8B Dimensi Ruang Penampungan Abu Sekam (Tabung Reaktor Bawah)
dan pengaruh putaran digunakan untuk memisahkan campuran fluida dan padatan.
Suatu aliran udara kecepatan putar tinggi yang terbentuk dalam suatu
wadah silinder atau kerucut dinamakan sebuah siklon. Aliran-aliran udara pola
spiral, dimulai pada bagian atas (sisi akhir) dari siklon dan berakhir pada bagian
bawah (batas) akhir sebelum keluar siklon dalam aliran lurus sampai pusat siklon
dan keluar di atas. Partikel-partikel yang lebih besar (tebal) dalam putaran aliran
udara lebih lamban mengalir melengkung sulit dari aliran udara dan mencapai
dinding luar, jatuh kemudian ke bagian bawah siklon yang mana partikel ini dapat
terbuang.
54
Gambar 3.9 Siklon (Cyclone)
3.4.2.4 Blower
Blower berfungsi untuk menghisap gas dari hasil pembakaran sekam pada
reaktor diantaranya gas yang mudah terbakar yaitu karbon monoksida (CO),
hidrogen (H2), dan metana (CH4) juga gas lain yang tidak mudah terbakar, seperti
karbon dioksida (CO2) dan uap air (H2O), kemudian gas tersebut dialirkan pada
burner dan jika diberikan api maka gas tersebut akan terbakar menjadi api biru.
55
3.4.2.5 Burner
pengeluaran abu sekam pada reaktor gasifikasi ini adalah rangkaian beberapa
reaktor gasifikasi sekam dengan sistem kontinyu yaitu dari segi input masuknya
sekam pada tabung reaktor hingga pengaturan penurunan abu dan pengeluarannya
sistem mekanik untuk pengeluaran abu sekam yang ditempatkan pada sebuah
56
Gambar 3.12 Penempatan Rancangan Reaktor Gasifikasi Sekam Sistem Kontinyu
57
Gambar 3.13 Mekanisme Penggerak Pengeluaran Abu Sekam
Motor listrik adalah mesin yang merubah tenaga listrik kedalam tenaga
mekanik, prinsip kerjanya adalah apabila suatu penghantar yang membawa arus
listrik di dalam suatu medan magnet, maka akan timbul gaya mekanik.
58
Kontruksinya tidak ada dasar perbedaan antara motor listrik untuk jenis
DC dan AC.
kipas penyapu dan screw conveyor sebagai mekanisme pengeluaran abu adalah ¼
Hp atau setara dengan 0,75 kW, dengan putaran sebesar 1440 rpm.
3.4.3.2 Reduser
atau pentransmisi daya. Pada reduser ini putaran atau daya yang diteruskan
didalam sebuah reduser terdapat sistem transmisi roda gigi yang mampu
mereduksi putaran menjadi berlainan arahnya dengan arah input putaran yang
diberikan. Dengan adanya sistem transmisi roda gigi didalam sebuah reduser
maka reduser tidak hanya mampu meneruskan putaran tetapi juga dapat
sangat diperlukan untuk mereduksi putaran dari motor listrik yang sebelumnya
59
reduser yang digunakan pada perancangan sistem mekanisme pengeluaran abu
sekam pada reaktor gasifikasi ini adalah sebesar 1:30 perbandingan tersebut
dipilih untuk mendapatkan torsi dan putaran yang sesuai untuk penurunan abu
Sampai saat ini transmisi roda gigi merupakan jenis transmisi yang paling
banyak digunakan, disesuaikan dengan segala dudukan gandar, daya, jumlah gigi,
dan rasio transmisi, ukuran transmisi juga beratnya. Keuntungan dari transmisi
60
3.4.3.3 Transmisi Sabuk dan Puli
pergerakan dengan beberapa poros sabuk dengan satu sabuk, pada kedua-duanya
Pada perancangan digunakan dua puli yang dihubungkan oleh belt tipe A
Poros merupakan salah satu elemen mesin yang terpenting dari setiap
61
Dengan geometri yang berbentuk silinder secara umum poros berfungsi
sebagai berikut :
1) Penumpu beban
2) Penerus daya
3) Pengubah gerakan
Dalam perancangan ini poros yang digunakan yaitu dalam dua buah arah sumbu
(horizontal dan vertikal) yang berfungsi sebagai alat untuk mentransmisikan daya
• Poros Horizontal
62
• Poros Vertikal
Roda Gigi Kerucut, Screw Conveyor, Bantalan (pillow blok) dan Kopling Cakar
63
3.4.3.5 Roda Gigi Kerucut
64
BAB IV
PERHITUNGAN
menentukan beberapa asumsi yang relefan untuk mendapatkan nilai akhir yang
memasak air dan beberapa jenis bahan makanan sebagai acuan untuk
menentukan ukuran yang cocok juga nilai daya keluaran yang diinginkan untuk
sebuah tabung reaktor gasifikasi sekam akan mengacu pada perhitungan ini.
sekam tersebut dapat ditentukan berdasarkan pada jumlah makanan yang dimasak
atau air yang dididihkan. Berbagai energi panas spesifik secara bersamaan dapat
65
Tabel 4.1 Kebutuhan Energi untuk Memasak Makanan dan untuk Mendidihkan Air
menggunakan rumus :
M f × Es
Qn = .............................................................................. (4.1)
T
dimana :
Mf × Es 1kg × 79,3Kcal/kg
Qn = = = 317,2 Kcal/jam ........... (4.2)
T 15menit × (1jam / 60 menit)
dalam faktor bahan bakar sekam yang masuk ke tabung reaktor. Laju konsumsi
66
Qn
FCR = .......................................................................... (4.3)
HVf × ξ g
dimana :
Contoh Perhitungan : Berapa jumlah bahan bakar yang dibutuhkan per jam
untuk reaktor gas sekam, yang digunakan untuk memasak beras dalam contoh
Qn 317,2 Kcal/jam
FCR = = = 0,62 kg sekam/jam ............. (4.4)
HVf × ξ g 3000 Kcal/kg × 0,17
section silinder dimana sekam dapat terbakar. Diameter adalah fungsi dari jumlah
bahan bakar yang dihabiskan per satuan waktu (FCR) dibagi dengan specific
gasification rate (SGR) dari sekam, yang terjadi dalam kisaran dari 110 sampai
210 kg/m2.jam atau 56 sampai 130 seperti nampak oleh hasil beberapa pengujian
pada tungku gas sekam. Seperti ditunjukkan dibawah, diameter reaktor dapat
67
dimana :
Contoh Perhitungan : Untuk tungku gas sekam dengan kebutuhan laju konsumsi
bahan bakar 2 kg/jam, hitung diameter reaktor bahan bakar gunakan specific
Mengenai jarak total dari atas sampai bawah reaktor. Tentukan bagaimana
panjang tungku akan dioperasikan pada beban penuh bahan bakar. Dasarnya,
tinggi reaktor suatu fungsi dari jumlah variabel-variabel seperti waktu yang
Specific Gasification Rate (SGR), dan massa jenis sekam ( rh). Seperti
SGR × T
H= .................................................................................... (4.7)
rh
dimana :
68
Contoh Perhitungan : Jika diinginkan waktu operasi untuk gasifikasi diatas
adalah 1 jam, ambil massa jenis sekam 100 kg/m3 untuk penggasifikasian, tinggi
reaktor didapat,
dalam reaktor. Waktu total ini termasuk waktu untuk menyalakan bahan bakar
dan waktu untuk menghasilkan gas, ditambah waktu untuk pembakaran sempurna
semua bahan bakar dalam reaktor. Massa jenis sekam ( rh), volume reaktor (Vr),
dan laju konsumsi bahan bakar (FCR) adalah faktor-faktor yang digunakan dalam
menentukan waktu total habisnya bahan bakar sekam dalam reaktor. Seperti
× Vr
T= rh
..................................................................................... (4.9)
FCR
dimana :
tinggi reaktor 1,2 m dioperasikan pada laju konsumsi bahan bakar 2,5 kg/jam.
69
× Vr 100kg/m 3 × /4 × (0,2m)2 × 1,2m
T= rh
= = 1,5jam ......................... (4.10)
FCR 2,5kg/jam
Mengenai laju aliran udara yang dibutuhkan gasifikasi sekam. Laju udara
ini sangat penting dalam menentukan ukuran kipas atau blower yang dibutuhkan
untuk reaktor dalam gasifikasi sekam. Seperti ditunjukkan, laju aliran udara dapat
ditentukan dengan mudah menggunakan laju konsumsi bahan bakar sekam (FCR),
udara stoichiometric sekam (SA), dan recommended equivalence ratio (e) untuk
gasifikasi sekam 0,3 sampai 0,4. Seperti ditunjukkan, ini dapat dihitung
menggunakan rumus:
× FCR × SA
AFR = ........................................................................ (4.11)
a
dimana :
Contoh Perhitungan : laju konsumsi bahan bakar yang dibutuhkan untuk tungku
70
4.1.7 Kecepatan Udara Superficial
berpengaruh besar gasifikasi. Diameter reaktor (D) dan laju aliran udara (AFR)
4AFR
Vs = ...................................................................................... (4.13)
D2
dimana :
Contoh Perhitungan : Untuk tungku dalam contoh diatas dengan dihitung laju
aliran udara 2,7 m3/jam dan diameter reaktor 20 cm, kecepatan gas superficial
menjadi.
Mengenai jumlah tahanan yang didesak oleh bahan bakar dan oleh arang
dalam reaktor selama gasifikasi. Tahanan ini penting untuk menentukan apakah
kipas atau blower yang dibutuhkan untuk reaktor. Ketebalan kolom bahan bakar
(Tf) dan tahanan spesifik sekam (Sr), yang mana dapat ditentukan dalam Gambar
39, akan memberikan cukup informasi untuk tahanan total yang dibutuhkan untuk
71
kipas atau blower. Seperti ditunjukkan, tahanan total ini dapat dihitung
menggunakan rumus:
R f = Tf × S r .................................................................................. (4.15)
dimana :
velocity of 2.38 cm/sec will have a specific pressure resistance of 0.5 cm water
per m depth of fuel (Lihat Gambar 39). Karena itu, the calculated resistance
Setelah kulit padi (sekam) terbakar pada tabung ruang bakar dan menjadi
bara dengan cara dibakar manual, lalu tabung ruang bakar diisi oleh sekam sampai
penuh bersamaan dengan dinyalakannya blower yang mengisap gas yang terbakar.
Blower dipasang pada cyclone dan gas yang diisap blower akan keluar melewati
burner yang berfungsi untuk mereaksikan gas hasil pembakaran menjadi api dan
Sementara itu kipas penyapu yang berada dibawah ruang bakar pun mulai
digerakkan, pergerakan tersebut diberikan oleh motor listrik. Putaran motor listrik
72
direduksi oleh puli, daya motor ditransmisikan oleh sabuk-V ke puli. Berikut
Kipas Penyapu
Bosh
Poros Vertikal
Pillow Blok
Gigi Kerucut Vertikal
Kupling Cakar
Screw Conveyor
Reduser
Puli 2 Puli 1
pengeluaran abu sekam ini yaitu motor listrik dengan daya sebesar ¼ HP dan
putaran sebesar 1410 rpm. Untuk akhirnya dapat menghasilkan putaran sebesar
10 rpm pada putaran kipas penyapu, maka putaran dari motor listrik tersebut harus
transmisi sabuk-V saja, hal tersebut dikarenakan perbandingan putaran yang dapat
yang berbeda pula yaitu mentransmisikan ke arah vertikal dari arah putaran
73
horizontal maka digunakan pula roda gigi kerucut yang tersedia dengan
perhitungan di atas maka motor listrik dengan daya ¼ HP dan putaran sebesar
1410 rpm dapat digunakan pada mekanisme pengeluaran abu sekam ini.
kipas penyapu dan saluran pembuangan abu sekam (screw conveyor) terlebih
dahulu akan ditransmisikan melalui puli 1, sabuk-V, puli 2, reduser, kopling, gigi
sebagai berikut :
Motor Kipas
Puli 1 Penyapu
Listrik
Puli 2 Reduser
Dari skema susunan sistem reduksi putaran diatas maka berikut ini akan
dijelaskan perhitungan dari perbandingan diameter dan putaran puli, input putaran
pada reduser juga perhitungan putaran akhir pada arah vertikal dengan
74
Motor Listrik dengan putaran (n1) = 1410 rpm , daya (P) = ¼ HP,
diameter puli 1 (d1) = 50 mm. Asumsi untuk putaran yang akan diberikan pada
maka di perhitungkan besarnya yaitu (n2) = 600 rpm maka dapat di ketahui pula
n1 1410 rpm
= ; Perbandingan diameter puli d 1 : d 2
d1 50 mm
n1 d 1410 rpm × 50 mm
= 2 ⇔ d2 = = 116 mm
n2 d1 600
sebesar 600 rpm menjadi 20 rpm yaitu untuk menggerakkan screw conveyor
transmisi roda gigi kerucut yang memiliki perbandingan reduksi 1 : 2 maka besar
putaran dari arah horizontal yang direduksi ke arah vertikal yaitu ke arah putaran
kipas penyapu dapat berubah menjadi 10 rpm sesuai dengan yang diinginkan.
75
Kipas Penyapu
n4 = 10 rpm
Bosh
Poros Vertikal
Screw Conveyor
Reduser 1 : 30 n3 = 20 rpm
Input = n2 = 600 rpm
Output = n3 = 20 rpm
Puli 2 Puli 1
d2 = 116 mm d1 = 50 mm
n2 = 600 rpm n1 = 1410 rpm
membawa tarikan yang besar (Gambar 4.3). Sabuk-V dibelitkan dikeliling alur
puli yang berbentuk V pula. Bagian sabuk yang sedang membelit pada puli ini
76
Gaya gesekan juga akan bertambah karena pengaruh bentuk baji yang akan
menghasilkan transmisi daya yang besar pada tegangan yang relatif rendah. Hal
ini merupakan salah satu keunggulan sabuk-V dibandingkan dengan sabuk rata.
Reducer
Motor Listrik
Sabuk-V
Puli 2
Puli 1
Daya (P) = ¼ HP = 0,1865 kW, putaran pada poros motor listrik (n1) = 1410
rpm, diameter poros motor listrik (d p = d1) = 14 mm, putaran pada poros input
reduser (n2) = 600 rpm, dan diameter poros reduser (Dp = d 2) = 22 mm.
77
Dari data tersebut, dapat ditentukan harga-harga sebagai berikut
P = ¼ HP = 0,1865 kW
n1 1410 rpm
i = = = 2,35
n2 600 rpm
uantuk jenis variasi beban sangat ringan (sampai 7,5 kW) dan dengan asumsi
jumlah jam kerja tiap hari 3-5 jam maka dipilih faktor koreksi fc = 1.
4. Momen Rencana
Pd
Tp1 = 9,74 × 10 5 × = 128,83 kg.mm
n motor
Pd
Tp2 = 9,74 × 10 5 × = 302,75 kg.mm
n reduser
78
Dengan : dk1 = Diameter kepala puli penggerak = 59 mm
h 11
d p1 = d k1 − 2 × = 59 − 2 × = 50 mm
2 2
h 11
Dp1 = Dk 2 − 2 × = 125 − 2 × = 116 mm
2 2
π × d p × n1 π × 50 mm × 1410 rpm
v = = = 3,7 m/s
60 × 1000 60 × 1000
Pergerakan
Puli CW
57 ( D p − d p )
= 180o − = 167,46o
C
180° −
= = 6,27°
2
8. Gaya tangensial efektif Fe (kg)
d
T = Fe ×
2
P 0,1865 kW
T = 9,74 × 10 5 × d = 9,74 × 10 5 × = 128,83 kg.mm
n1 1410 rpm
79
maka :
dp
T = Fe ×
2
T 128,83 kg.mm
Fe = = = 5,1532 kg
dp / 2 25 mm
π 1 C
L = 2C + (d p + D p ) + (D p − d p ) 2 − (D p − d p ) 2
2 2 4C
π 1
L = 2C + (d p + D p ) + (D p − d p ) 2
2 4C
π 1
L = 2 (300) + (50 + 116) + (116 − 50) 2
2 4 (300)
L = 864,38 mm
b = 2L − ( Dp + d p )
b = 2 ( 864,38 mm ) − ( 116 mm + 50 mm ) = 1207,26 mm
b + b2 − 8 ( Dp − dp )2
C = = 300 mm
8
80
11. Kapasitas daya transmisi dari satu sabuk Po (kW)
Pd 0,1865
N = = = 1,0281 ≈ 1 buah
Po × K θ 0,187 × 0,97
∆Ci = 20 mm , ∆Ct = 25 mm
Transmisi sabuk dan puli pada mekanisme penggerak pengeluaran abu ini,
aliran daya terjadi pada motor listrik menuju reduser. Pada motor listrik maupun
daya oleh sabuk tersebut, dimensi poros diukur secara langsung yaitu dimensi dari
dimensi reduser dengan diameter (dR) = 22 mm dan panjang (lR) = 55 mm. Untuk
menghitung gaya batang poros tersebut, keduanya dihitung dengan asumsi poros
motor listrik maupun reduser adalah dijepit pada ujungnya sehingga analis gaya-
paling utama yang harus dilakukan adalah penentuan sumbu, sumbu pada gambar
tiga dimensi biasanya dalam tiga arah yaitu x, y dan z ketiga sumbu tersebut
81
dijadikan sebagai acuan dalam perhitungan sehingga dapat lebih memudahkan
untuk menentukan arah dari beberapa gaya yang terjadi pada poros tersebut.
+y
+ y’
+ x’
+z +x
+y
+ y’
+x
+z +y
+ y’
+x
+z
+ x’
82
+y
+ y’
+x
+ y + y’
+x
+ x’
+ y’
+ y’
+ x’
+ y’
83
Untuk Puli Penggerak (Puli 1) Untuk Puli yang Digerakkan (Puli 2)
F1 = 15,16 kg (sisi kencang) F1 = 10,01 kg (sisi kencang)
F2 = 10,01 kg (sisi kendor) F2 = 15,16 kg (sisi kendor)
= 6,27 o = 6,27o
+ y’ ΣFx' = 0
Sisi Kendor − F1x' − F2x' + Fp1x' = 0
F2 F2y’ Fp1x' = F1x' + F2x'
F2x’ Fp1y’ Fp1x' = 15,069 kg + 9,95 kg
Fp1x’ Fp1x' = 25,019 kg
+ x’
F1x’ ΣFy' = 0
F2y' + Fp1y' − F1y' = 0
F1 F1y’ Fp1y' = F1y' − F2y'
Sisi Kencang Fp1y' = 1,656 kg − 1,093 kg
Fp1y' = 0,563 kg
84
DBB Puli yang Digerakkan (Puli 2)
ΣFx' = 0
+ y’ − Fp2x' + F1x' + F2x' = 0
Sisi Kencang
F1y’
F1x’ Fp2x' = F1x' + F2x'
F1 Fp2x' = 9,95 kg + 15,069 kg
Fp2x' = 25,019 kg
Fp2x’
+ x’
Fp2y’ ΣFy' = 0
F2
− F1y' − Fp2y' + F2y' = 0
F2x’ Fp2y' = F2y' − F1y'
F2y’
Sisi Kendor
Fp2y' = 1,656 kg − 1,093 kg
– y’
Fp2y' = 0,563 kg
Motor Listrik
dM = 14
B A
lM = 48
85
Dengan menganggap tumpuan dititik A adalah sebagai tumpuan jepit, maka gaya-
+z B +
Fp1y’ x
MAy
+
y RAy
TA
Fp1x’ RAz
TB = A RAx MAx
B
+
z Fp1y’ +
x + ΣM A (x) = 0
− M Ax + Fp1y' (48 mm) = 0
M Ax = Fp1y' ( 48 mm)
+ M Ax = 0,563 kg × 48 mm
y
M Ax = 27,024 kg.mm
Tx
+ ΣM A (y) = 0
TB = − M Ay + Fp1x' (48 mm) = 0
B
+ + M Ay = Fp1x' ( 48 mm)
T
z x M Ay = 25,019 kg × 48 mm
TB = TA MAz
Tx M Ay = 1200,912 kg.mm
TB =
(+)
(+) 0
+ ΣM A (z) = 0
M Bz − M Az = 0
z 48 M Bz = M Az atau
Diagram TB = TA = 128,83 kg.mm
86
+y
a. Bidang y–z
1 RAy
+ ΣM A = 0
MAx
+z − M Ax + Fp1y' (48 mm) = 0
B A
M Ax = Fp1y' (48 mm)
RAz
M Ax = 0,563 kg × 48 mm
Fp1y’ M Ax = 27,024 kg.mm
Z = 48 mm
+ ΣFy = 0
Fp1y' − R Ay = 0
Potongan 1 ( 0 < z < 48)mm Fp1y' = R Ay = 0,563 kg
+y
V RAy + ΣF = 0
z
MV MAx R Az = 0
+z N
A
MV
+z
48 0
(–)
–27,024 kg.mm
+ ΣM z = 0 + ΣFy = 0
− M Ax + R Ay (z) + M V = 0 − R Ay + V = 0
M V = − M Ax + R Ay (z) V = R Ay = 0,563 kg
M V = − 27,024 kg.mm + 0,563 kg (z)
+ ΣF = 0
z
untuk N = 0
z=0 → M V = − 27,024 kg.mm
z = 48 → MV = 0
87
b. Bidang x–z
+x
+ ΣM A = 0
RAx
1 − M Ay + Fp1x' (48 mm) = 0
MAy
M Ay = Fp1x' (48 mm)
+z
B A M Ay = 25,019 kg × 48 mm
RAz
M Ay = 1200,912 kg.mm
Fp1x’ + ΣFx = 0
z = 48 mm
Fp1x' − R Ax = 0
Fp1x' = R Ax = 25,019 kg
Potongan 1 ( 0 < z < 48)
+x + ΣF = 0
z
V RAx R Az = 0
MH MAy
+z N
A
MH
+z
48 0
(–)
–1200,912 kg.mm
+ Mz = 0 + ΣFx = 0
− M Ay + R Ax (z) + M H = 0 − R Ax + V = 0
M H = − M Ay + R Ax (z) V = R Ax = 25,019 kg
M H = − 1200,912 kg.mm + 25,019 kg (z)
+ ΣF = 0
z
untuk N = 0
z=0 → M H = − 1200,912 kg.mm
z = 48 → MH = 0
88
Diagram momen resultan maksimum poros motor listrik
+y
+y
MAy
RAy
TA
Fp1x’ RAz
A RAx MAx
TB
+z B +x
+x
Fp1y’
MH
–1200,912 kg.mm
0
(–)
(–) +x
48
+z
–27,024 kg.mm
+x
MResultan Maksimum MV
M Resultan Maksimum = MV + MH
2 2
89
Jika dipilih bahan poros adalah S40C dengan kekuatan tarik σB = 55 kg/mm2,
Sf1 = 6,0 dan Sf2 = 2,0 (dengan pengaruh massa dan baja paduan), Km = 2,0
Diameter poros :
1/ 3
5,1
ds ≥ × ( K m ⋅ M ) 2 + ( K t ⋅ T ) 2
a
ds ≥ 13,89 mm = 14 mm
Diketahui diameter poros (dR) dari reduser adalah 22 mm dan panjang (lR)
Reduser
dM = 22
B A
lM = 55
Dengan menganggap tumpuan dititik A adalah sebagai tumpuan jepit, maka gaya-
gaya pada poros dapat digambarkan sebagai berikut :
90
Gaya pada poros reduser
+y
Fp2x’
A
+z
TB B +x
Fp2y’
MAy
+y
MAx RAy
TA
Fp2x’ RAz
A RAx
+z
TB B
Fp2y’ +x + ΣM A (x) = 0
M Ax − Fp2y' (55 mm) = 0
M Ax = Fp2y' (55 mm)
+y M Ax = 0,563 kg × 55 mm
M Ax = 30,965 kg.mm
Tx
+ ΣM A (y) = 0
TB = MBz M Ay − Fp2x' (55 mm) = 0
+z B M Ay = Fp2x' (55 mm)
+x T
M Ay = 25,019 kg × 55 mm
TA = MAz
Tx M Ay = 1376,045 kg.mm
TB = MBz
(+)
(+) 0 + ΣM A (z) = 0
M Bz − M Az = 0
z 48 M Bz = M Az atau
Diagram Torsi TB = TA = 302,75 kg.mm
91
a. Bidang y–z
Fp2y’ 1 +y
+ ΣM A = 0
M Ax − Fp2y' (55 mm) = 0
+z
B A M Ax = Fp2y' (55 mm)
RAz
MAx M Ax = 0,563 kg × 55 mm
RAy M Ax = 30,965 kg.mm
z = 55 mm
+ ΣFy = 0
− Fp2y' + R Ay = 0
Potongan 1 ( 0 ≤ z ≤ 55) mm Fp2y' = R Ay = 0,563 kg
+y
V
+ ΣF = 0
MV z
+ N R Az = 0
A
MAx
z RAy
MV
+z
55 0
(–)
– 30,965 kg.mm
+ ΣM z = 0 + ΣFy = 0
M Ax − R Ay (z) + M V = 0 R Ay + V = 0
M V = − M Ax + R Ay (z) R Ay = − V
M V = − 30,965 + 0,563 (z) V = − 0,563 kg
untuk + ΣFz = 0
z=0 → M V = − 30,965 kg.mm N = 0
z = 55 → MV = 0
92
b. Bidang x– z
+x ΣM A = 0
Fp2x’ 1 M Ay − Fp2x' (55 mm) = 0
M Ay = Fp2x' (55 mm)
+z M Ay = 25,019 kg × 55 mm
B A
RAz M Ay = 1376,045 kg.mm
MAy
RAx
+ ΣFx = 0
z = 55 mm − Fp2x' + R Ax = 0
Fp2x' = R Ax = 25,019 kg
Potongan 1 ( 0 ≤ z ≤ 55) mm + ΣF = 0
z
+x
V R Az = 0
MH
+z N
A
MAy
z
RAx
MH
+z
55 0
(–)
– 1376,045 kg.mm
+ Mz = 0 + Fy = 0
M Ay − R Ax (z) + M H = 0 R Ax + V = 0
M H = − M Ay + R Ax (z) V = − R Ax
M H = − 1376,045 + 25,019 (z) V = − 25,019 kg.mm
untuk
+ Fz = 0
z=0 → M H = − 1376,045 kg.mm N = 0
z = 55 → MH = 0
93
Diagram momen resultan maksimum poros reduser
+y
MAy
RAy
TA
Fp2x’ RAz
A RAx MAx
TB
+z B
+x
Fp2y’
MH
– 1376,0 kg.mm
0
(–)
(–) +x
+z 48
– 30,965 kg.mm
+x
MResult Maksimum MV
M Resultan Maksimum = MV + MH
2 2
94
Jika dipilih bahan poros adalah S40C dengan kekuatan tarik σB = 55 kg/mm2,
Sf1 = 6,0 dan Sf2 = 2,0 (dengan pengaruh massa dan baja paduan), Km = 2,0
55 kg/mm 2
= B
= = 4,58 kg/mm 2
( Sf 1 × Sf 2 ) ( 6,0 × 2,0 )
a
Diameter poros :
1/ 3
5,1
ds ≥ × ( Km ⋅ M ) + ( Kt ⋅ T )
2 2
⇔ d s ≥ 14,59 mm = 15 mm
a
Konstruksi kopling ini adalah jenis yang paling sederhana diantara kopling
tak tetap lainnya. Kopling cakar persegi dapat meneruskan momen dalam dua
Bagian yang
menyambung pada
poros horizontal
Bagian yang
menyambung pada
poros reduser
95
Gambar 4.10 Dimensi Kopling Cakar
1
P = HP ≈ 0,1865 kW
4
2. – Dengan menganggap kadar karbon poros baja liat sebesar 0,20 % karbon.
T = 9131,25 kg.mm
96
4. – Faktor koreksi momen puntir Kt = 2,5
– Faktor lenturan Cb = 1
– Diameter poros
1/ 3
5,1
d s = ⋅ K t ⋅ Cb ⋅ T = 33,97 mm ≈ 34 mm
τ a
σB 45 kg / mm 2
τa = = = 0,9 kg / mm 2
Sf1 × Sf 2 ( 10 × 5 )
D2 = 2 d s + 25 = 2 . 34 + 25 = 93 mm
h = 0,5 ds + 8 = 0,5 . 34 + 8 = 25 mm
D1 + D 2 50,8 mm + 93 mm
rm = = = 35,95 mm
4 4
T 9131,25 kg.mm
Ft = = = 253,9 kg
rm 35,95 mm
97
9. Tegangan geser cakar (kg/mm3)
8 Ft 8 253,9 kg
τ = ⋅ = ⋅ = 0,1065 kg / mm 2
π ( D2 − D12 )
2
π (93 − 50,8 2 ) mm
2
1 ( D2 − D1 ) π ( D1 + D2 )
2
Z = ⋅ ⋅ = 11214,21 mm 3
6 2 4n
Ft × h 253,9 kg × 25 mm
σb = = = 0,189 kg / mm 2
n×Z 3 × 11214,21 mm 3
a =
B
2
+ 4τ 2
=
( 0,189 2 + 4 × 0,10652 ) = 0,142 kg/mm 2
2 2
Roda gigi yang termasuk dasar adalah roda gigi dengan poros sejajar, dan
dari jenis ini yang paling dasar adalah roda gigi lurus. Namun, bila diinginkan
transmisi untuk putaran tinggi, daya besar dan bunyi kecil antara dua poros
sejajar, pada umumnya roda gigi lurus kurang dapat memenuhi syarat tersebut.
Dalam hal demikian perlu dipergunakan roda gigi miring. Teori tentang roda gigi
miring, pada dasarnya sama dengan teori roda gigi lurus, yang ditetapkan pada
98
Sepasang roda gigi kerucut yang saling berkait dapat diwakili oleh dua
bidang kerucut dengan titik puncak yang berimpit dan saling menggelinding tanpa
slip. Kedua bidang kerucut ini disebut “kerucut jarak bagi”. Besarnya sudut
Roda gigi kerucut yang alur giginya lurus dan menuju ke puncak kerucut
dinamakan roda gigi kerucut lurus. Dalam gambar berikut dijelaskan nama
Sumbu poros roda gigi kerucut biasanya berpotongan dengan sudut 90º.
Bentuk khusus dari roda gigi kerucut berupa ”roda gigi miter” yang mempunyai
sudut kerucut jarak bagi sebesar 45º, seperti terlihat dalam gambar berikut.
99
Gambar 4.12 Roda Gigi Kerucut Istimewa Roda Gigi “Miter”
roda gigi kerucut lurus digunakan sebagai transmisi putaran arah horizontal untuk
sebagai berikut :
– Perbandingan reduksi i = 2
– Sisi kerucut R = 28 mm
2. Faktor koreksi fc = 1
100
– Diameter lingkaran jarak bagi ujung luar d1 , d 2 (mm)
5. – Modul m (mm)
d1 25,04 mm
m = = = 1,38 mm
z1 18
– Sudut tekan o = 20º (gambar 6.37 ; Sularso)
6. – Jumlah gigi z1 = 18 , z2 = 36
– Perbandingan gigi i = 2
Co = 0 (dianggap nol)
x 2 = - x1 = - 0,345
101
11. – Tinggi kepala h k1 , hk2 (mm)
h k1 -1 1,85 mm
θ k 1 = tan -1 = tan = 3,78º
R 28 mm
h k2 -1 0,9 mm
θ k 2 = tan -1 = tan = 1,84º
R 28 mm
– Sudut kaki θf 1 , θf 2 ( º )
h f1
= tan -1
1,15 mm
θ f 1 = tan -1 = 2,35º
R 28 mm
hf2
= tan -1
2,1 mm
θ f 2 = tan -1 = 4,29º
R 28 mm
102
13. – Diameter lingkaran kepala dk1 , dk2 (mm)
= 24,21 mm
= 11,75 mm
s1 = 2,51 mm
s1 = 1,82 mm
14. Bahan roda gigi σB1 , σB2 (kg/mm2), Perlakuan panas, Tegangan lentur yang
diizinkan σa1 , σa2 (kg/mm2) dan Kekerasan permukaan gigi HB1 , HB2
§ σB1 = 80 kg/mm2
§ σb1 = 39 kg/mm2
Kekerasan Permukaan :
§ HRC = 55
103
– Roda Gigi Vertikal (Roda gigi yang digerakkan) :
Bahan S 45 C dengan :
§ σB2 = 70 kg/mm2
§ σb2 = 20 kg/mm2
Kekerasan Permukaan :
§ HRC = 30
– Faktor ukuran Ks
4m
K s = ⇒ m ≥ 1,58
= 1,38 ≥ 1,58
2,24
4 1,38
Ks = = 0,143
2,24
16. Beban lentur yang diizinkan per satuan lebar pada penampang rata-rata F’b1 ,
F’b2 (kg/mm)
σ a1 × m × K v × J 1 22,7 × 1,38 × 0,82 × 0,185
F ' b1 = = = 26,58 kg/mm
Ko × Ks × Km 1,25 × 0,143 × 1
σ a2 × m × K v × J 2 14,4 × 1,38 × 0,82 × 0,230
F 'b 2 = = = 16,86 kg/mm
Ko × Ks × Km 1,25 × 0,143 × 1
17. – Harga terkecil dari antara tegangan kontak yang diizinkan σc = 102 kg/mm2
104
– Faktor dinamis Cv = 0,82
18. Beban permukaan yang diizinkan per satuan lebar pada penampang rata-rata
F’H (kg/mm)
d1 Cv × I 25,04 0,82 × 0,07
F' H = σ c × × = (102) 2 × ×
2
Cp
2
Co × Cm × Cf 5506 1,25 × 1 × 1
F' H = 2,168 kg/mm
19. Harga terkecil dari antara F’b1 , F’b2 , F’H , F’min (kg/mm)
b R
≤ 10 ≤ 3
m b
27,52 28
≤ 10 ≤ 3
1,38 31
19,94 ≥ 10 (tidak aman) 0,9 ≤ 3 (aman)
105
4.2.3 Analisis Gaya
selanjutnya adalah menganalisis gaya yang terjadi pada roda gigi kerucut tersebut
melibatkan pula poros dan tumpuan (bearing). Gaya yang terjadi pada roda gigi
Sebelum melakukan analisis gaya, dimensi dari roda gigi kerucut beserta
106
Gambar 4.14 Dimensi Roda Gigi Kerucut dengan Poros dan Tumpuannya
–x A’
A B
C D
+z E
–y +x
mengasumsikan poros ABCD antara lain pada titik A yaitu kopling cakar sebagai
tumpuan engsel, titik B adalah roda gigi kerucut dengan gaya tangensial (Ft), gaya
107
aksial (Fa) dan gaya radial (Fr), titik C yaitu pillow blok sebagai tumpuan rol dan
titik E adalah bagian bebas yang menyambung pada screw conveyor. Berikut
+y
A B
C D
+z +x
Fr
Fa
Ft
C D
B
+x
N 0,1865 kW
TA = k × = 9,74 ⋅ 10 5 × = 9082,55 kg.mm
n 20 rpm
karena : TA = TB + TD
maka diasumsikan untuk TB (torsi pada roda gigi kerucut) dan TD (torsi pada
108
TB = 80% TA (asumsi untuk menggerakkan poros vertikal, kipas penyapu)
+y TB = Ft × rav
Fr TB 7266,04 kg.mm
Ft = = = 454,13 kg
rav 16 mm
F
40
rav γ = tan -1 = 28,39 o
74
Ft Φ = 20 o (standar untuk roda gigi kerucut)
Fa
Gaya Radial :
Fr = Ft tan Φ cos γ
Fr = 454,13 kg × tan 20 × cos 28,39
+x
Fr = 145,41 kg
+z
Gaya Aksial :
Fa = Ft tan Φ sin γ
Fa = 454,13 kg × tan 20 × sin 28,39
Fa = 78,59 kg
109
+y Fr
RAz Fa
RAx A Ft
rav = 16 mm RCz
TA B
C
RAy D TD
+z
RCy +x
Fr
Fa
Ft
MBz
Ft’ M Bz = Fa × rav
TB = MBx M Bz = 78,59 kg × 16 mm
Fa’
M Bz = 1257,44 kg.mm
+y
Fr’
RAz MBz
Fr
RAx A
RCz
TA B Fa
Ft C
RAy TB = MBx D TD
+z
RCy +x
T (kg.mm)
(+)
(+)
(+)
110
a. Bidang x-y
+y 1 2 3
Fr = 145,41 kg
RAx +x
B C D
A
MBz = 1257,44 kg.mm
RAy RCy
53,26 mm 146,52 mm 31,65 mm
+ Σ MA = 0 + Σ Fy = 0
− M Bz + Fr (53,26 mm) − R Cy (199,78mm) = 0 R Ay − Fr + R Cy = 0
Fr (53,26 mm) − M Bz R Ay = Fr − R Cy
R Cy =
199,78 mm R Ay = 145,41kg − 32,47 kg
145,41kg × (53,26 mm) − 1257,44 kg.mm
R Cy = R Ay = 112,94 kg
199,78 mm
R Cy = 32,47 kg + ΣF = 0
x
R Ax = 0
+y + Mx = 0
Mx R Ay (x) − M x = 0
RAx N +x
M x = R Ay (x)
A untuk :
RAy x V x = 0 → Mx = 0
x = 53,26 mm → M x = 6014,12 kg.mm
+ Σ Fy = 0 + ΣF = 0
x
V = R Ay = 112,92 kg N = R Ax = 0
111
Potongan 2 (53,26 x 199,78 mm)
+y
Fr
Mx
RAx N +x
B
A
MBz (x – 53,26 mm)
V
RAy
x
+ Σ Fy = 0
+ Σ Mx = 0 R Ay − Fr − V = 0
R Ay (x) − M Bz − Fr (x − 53,26 mm) − M x = 0 V = R Ay − Fr
M x = R Ay (x) − M Bz − Fr (x − 53,26 mm) V = 112,92 − 145,41
M x = 112,92 (x) − 1257,44 − 145,41(x − 53,26) V = − 32,49 kg
untuk :
x = 53,26 mm → M x = 4756,68kg.mm + ΣF = 0
x
+y Fr (x – 199,78 mm)
Mx
RAx N +x
B C
A
MBz (x – 53,26 mm) V
RAy RCy
x
+ Σ Mx = 0
R Ay (x) − M Bz − Fr (x − 53,26 mm) + R Cy (x − 199,78 mm) − M x = 0
M x = R Ay (x) − M Bz − Fr (x − 53,26 mm) + R Cy (x − 199,78 mm)
M x = 112,92 (x) − 1257,44 − 145,41(x − 53,26) + 32,47 (x − 199,78)
untuk :
x = 199,78 mm → M x = − 3,76 kg.mm
x = 231,43 mm → M x = 0 + Σ Fy = 0
V = R Ay − Fr + R Cy
+ ΣF = 0
x V = 112,92 − 145,41 + 32,47
R Ax = N = 0 V = 0
112
Diagram Momen Lentur Bidang x-y
+y
Fr = 145,41 kg
RAx +x
B C D
A
MBz = 1257,44 kg.mm
MV (kg.mm)
6014,12
4756,68
(+)
199,78 231,43
x (mm)
0 53,26 (–)
– 3,76
113
b. Bidang x-z
+z 1 2 3
Ft = 454,13 kg
+x
B C D
A
RAz RCz
53,26 mm 146,52 mm 31,65 mm
+ Σ MA = 0 + Σ Fz = 0
Ft (53,26 mm) − R Cz (199,78 mm) = 0 R Az − Ft + R Cz = 0
Ft (53,26 mm) R Az = Ft − R Cz
R Cz =
199,78 mm R Az = 454,13 kg − 121,07 kg
R Cz =
454,13 kg (53,26 mm) R Az = 333,06 kg
199,78 mm
R Cz = 121,07 kg
+z + Mx = 0
Mx R Az (x) − M x = 0
N +x M x = R Az (x)
A untuk :
x V x = 0 → Mx = 0
RAz
x = 53,26 mm → M x = 17738,78 kg.mm
+ Σ Fz = 0 + ΣF = 0
x
V = R Az = 333,06 kg N = 0
114
Potongan 2 (53,26 x 199,78 mm)
+z
Ft
Mx
N +x
B
A
(x – 53,26 mm)
V
RAz
x
+ Σ Fz = 0
+ Σ Mx = 0 R Az − Ft − V = 0
R Az (x) − Ft (x − 53,26 mm) − M x = 0 V = R Az − Ft
M x = R Az (x) − Ft (x − 53,26 mm) V = 333,06 − 454,13
M x = 333,06 (x) − 454,13(x − 53,26) V = − 121,07 kg
untuk :
x = 53,26 mm → M x = 17738,78kg.mm + Σ Fx = 0
x = 199,78 mm → M x = 0 N =0
+z Ft (x – 199,78 mm)
Mx
N +x
B C
A
(x – 53,26 mm) V
RAz RCz
x
+ Σ Mx = 0
R Az (x) − Ft (x − 53,26 mm) + R Cz (x − 199,78 mm) − M x = 0
M x = R Az (x) − Ft (x − 53,26 mm) + R Cz (x − 199,78 mm)
M x = 333,06 (x) − 454,13(x − 53,26) + 121,07 (x − 199,78)
untuk :
x = 199,78 mm → M x = 0
x = 231,43 mm → M x = 0 + Σ Fz = 0
V = R Az − Ft + R Cz
+ ΣF = 0 V = 333,06 − 454,13 + 121,07
x
N = 0 V = 0
115
Diagram Momen Lentur Bidang x-z
+z
Ft = 454,13 kg
+x
B C D
A
MH (kg.mm)
17738,78
(+)
x (mm)
0 53,26 199,78 231,43
116
Gambar Diagram Momenntur Resultan (MResultan Maksimum)
117
Dari gambar diagram momen lentur bidang x-y dan bidang x-z maka
diperoleh harga maksimum dari kedua bidang tersebut yang terletak pada titik
kg/mm2 , maka :
Sf 1 Keterangan
6,0 Untuk bahan S-C dengan pengaruh massa dan baja paduan
Sf 2 Keterangan
Kt Keterangan
1,0 jika beban dikenakan secara halus
1,0 – 1,5 jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukkan
jika terjadi beban dikenakan dengan kejutan
1,5 – 3,0
atau tumbukkan besar
118
Tegangan geser yang diizinkan :
72 kg/mm 2
= B
= = 9,23 kg/mm 2
(Sf1 × Sf 2 ) (6,0 × 1,3)
a
Diameter Poros :
1
5,1
3
d s ≥ × (K m ⋅ M Resultan ) + (K t ⋅ TMaksimum )
2 2
a
1
5,1 3
d s ≥ ×
2
(2,0 ⋅ 18730,56 kg.mm) + (1,0 ⋅ 9082,55 kg.mm)
2 2
9,23 kg/mm
d s ≥ 27,72 mm = 28 mm
119
4.2.3.2 Analisis Gaya pada Poros Vertikal
mengasumsikan poros EFGH antara lain pada titik E yaitu roda gigi kerucut
dengan gaya tangensial (Ft), gaya aksial (Fa) dan gaya radial (Fr), titik F adalah
pillow blok 1 sebagai tumpuan engsel, titik G yaitu pillow blok 2 sebagai tumpuan
rol dan titik H adalah kipas penyapu sebagai tumpuan jepit. Berikut adalah
+y +y
rav
H Fr
+x
Ft
F
+z
Fa
+z
+x
G Gaya Radial :
Fr = Ft tan Φ cos Γ
Fr = 454,13 kg × tan 20 × cos 61,61
F Fr = 78,59 kg
Gaya Aksial :
E Fa = Ft tan Φ sin Γ
+x
+z Fa = 454,13 kg × tan 20 × sin 61,61
Fa = 145,41 kg
120
+y
TE = M Ey = Ft × rav
TE = 454,13 kg × 29,6 mm
+x
H TE = 13442,25 kg.mm
+z
M Ez = Fa × rav
M Ez = 145,41 kg × 29,6 mm
M Ez = 4304,14 kg.mm
+y
G
TH
RHy MHz
MHx RHz
RHx
F
H +x
Ft
+z
Fa
E
Fr
G
RGx
RGz
RFy
MEz F RFx
Ft
F a’ RFz
Fr
Fr’
Fr Ft
Ft’ E
Fa +x
E
MEz Fa
MEy = TE
+z TE
121
Untuk memudahkan perhitungan semua gaya reaksi tumpuan dan diagram momen
lentur pada gambar poros vertikal ini, arah sumbu y positif diambil ke bawah,
karena pada titik H sebagai acuan yaitu tumpuan jepit, seperti gambar di bawah
ini.
+ Σ My = 0
TE − TH = 0
TH = TE = 13442,25kg.mm
TH
RHy Diagram Torsi
MHz
MHx RHz
RHx
H
+x
+z
T (kg.mm)
(+)
G RGx
RGz
RFy
F
RFx
(+)
RFz
Fr Ft
(+)
+x
E
MEz Fa
+z TE
y (mm)
+y
122
a. Bidang y-z
+z +z
H H
595,72 mm
G G RGz
116,42 mm
RFy
F F RFz
66,76 mm
Ft = 454,13 kg Ft = 454,13 kg
E E
Fa = 145,41 kg Fa = 145,41 kg
+y +y
+z
H
RFy RFy
RFz RFz
F
zF1 zF2 zF3
Ft Ft
E
Fa Fa
+y I II III IV
Karena pada komponen I, arah gayanya adalah aksial maka defleksi lentur = 0
123
(# ) z G = 0
z G = z G1 + z G2 + z G3
dimana :
R Gz ⋅ L3 R Fz ⋅ y 2 Ft ⋅ y 2
z G1 = − ; z G2 = − ⋅ (3L − y) ; z G3 = ⋅ (3L − y)
3 EI 6 EI 6 EI
maka :
R Gz ⋅ L3 R ⋅ y2 F ⋅ y2
− − Fz ⋅ (3L − y) + t ⋅ (3L − y) = 0
3 EI 6 EI 6 EI
L3 y2 y2
R Gz + R Fz (3L − y) = Ft (3L − y)
3 6 6
R Gz ⋅ (70470164,91) + R Fz ⋅ (137314141,46) = 454,13 ⋅ (157515703,36)
454,13 kg ⋅ (157515703,36 mm) − R Fz ⋅ (137314141,46 mm)
R Gz =
70470164,91 mm
R Gz = 1015,08 kg − 1,95 R Fz LLLLLLLLL (1)
(# # ) z F = 0
z F = z F1 + z F2 + z F3
dimana :
R Gz ⋅ a 3 R Fz ⋅ y 2
z F1 = − ⋅ (3L − a) ; z G2 = − ⋅ (3L − y)
6 EI 6 EI
F ⋅ x2
z G3 = t ⋅ (3L − y)
6 EI
maka :
R Gz ⋅ a 3 R ⋅ y2 F ⋅ y2
− ⋅ (3L − a) − Fz ⋅ (3L − y) + t ⋅ (3L − y) = 0
6 EI 6 EI 6 EI
a3 y2 y2
R Gz (3L − a) + R Fz (3L − y) = Ft (3L − y)
6 6 6
R Gz ⋅ (104748242,61) + R Fz ⋅ (137314141,46) = 454,13 ⋅ (157515703,36)
454,13 kg ⋅ (157515703,36 mm) − R Gz ⋅ (104748242,61 mm)
R Fz =
137314141,46 mm
R Fz = 520,94 kg − 0,76 R Gz LLLLLLLLL (2)
124
Substitusi kan persamaan (2) ke (1) :
R Gz = 1015,08 kg − 1,95 ⋅ (520,94 kg − 0,76 R Gz )
R Gz = 1015,08 kg − 1015,83 kg + 1,48 R Gz
R Gz − 1,48 R Gz = 1015,08 kg − 1015,83 kg
− 0,48 R Gz = − 0,83 kg
R Gz = 1,56 kg
RHy
RHz
H +z Asumsi :
MHx
RHy = 0, Karena tidak ada bagian yang bisa
menahan dalam arah sumbu y.
595,72 mm
+ Σ Fy = 0
RGz = 1,56 kg
Fa − R Fy + R Hy = 0
R Fy = Fa + R Hy
R Fy = 145,41kg + 0
G R Fy = 145,41kg
116,42 mm
RFy
+
ΣFz = 0
R Hz − R Gz − R Fz + Ft = 0
R Hz = R Gz + R Fz − Ft
Ft = 454,13 kg
RFz = 519,75 kg
F
66,76 mm
125
MHx = 17342,23 kg.mm Potongan 1 (0 y 595,72) mm
RHz
+z
H +z H
RHz = 67,18 kg
MHx
+ Σ Fz = 0
R Hz − V = 0
595,72 mm
y
V = R Hz
RGz = 1,56 kg
V = 67,18 kg
1 V
+ Σ Fy = 0
My
RFy = 145,41 kg
G N = 0
116,42 mm
N
+y
2
My = 0
Ft = 454,13 kg
+
RFz = 519,75 kg
F
66,76 mm
− M Hx + R Hz (y) − M y = 0
3 M y = − M Hx + R Hz (y)
E
M y = − 17342,23 kg.mm + 67,18 kg (y)
untuk :
Fa = 145,41 kg
y = 0 → M y = − 17342,23 kg.mm
+y
y = 595,72 mm → M y = 22678,24 kg.mm
RHz +z + Σ My = 0
H
MHx − M Hx + R Hz (y) − R Gz (y − 595,72 mm) − M y = 0
M y = − M Hx + R Hz (y) − R Gz (y − 595,72 mm)
M y = − 17342,23+ 67,18 (y) − 1,56 (y − 595,72)
untuk :
y
y = 595,72 mm → M y = 22678,24kg.mm
G RGz
y = 712,14 mm → M y = 30317,72 kg.mm
( y – 595,72 mm)
+ ΣF = 0 + Σ Fy = 0
z
R Hz − R Gz − V = 0 N = 0
V = R Hz − R Gz
V
V = 67,18 kg − 1,56 kg
My
V = 65,62 kg
N
+y
126
Potongan 3 (712,14 y 778,9) mm
RHz +z
H
MHx
+ ΣF = 0
z
R Hz − R Gz − R Fz − V = 0
V = R Hz − R Gz − R Fz
V = 67,18 kg − 1,56 kg − 519,75 kg
y
G RGz V = − 454,13 kg
( y – 595,72 mm)
RFy + Σ Fy = 0
RFz − N − R Fy = 0
( y – 712,14 mm)
F N = − R Fy = 145,41kg
N = − 145,41kg
V
My
N
+y
+ Σ My = 0
127
RHz = 67,18 kg
Ft = 454,13 kg
RFy = 145,41 kg
+y
F
E
H
G
RFz = 519,75 kg RGz = 1,56 kg
66,76 mm 116,42 mm 595,72 mm
MHx = 17342,23 kg.mm
Fa = 145,41 kg
+z
Diagram Momen Lentur Bidang y-z
– 17342,23
128
(–)
y (mm) 778,90 712,14 595,72 0
(+)
22678,24
30317,72
My (kg.mm)
b. Bidang y-x
+x +x
H H
595,72 mm
G G RGx
116,42 mm
RFx
F F RFx
66,76 mm
Fr = 78,59 kg Ft = 78,59 kg
E E
+y +y
+x
H
RFx RFx
F
xF1 xF2 xF3
Fr Fr
E
Fa
+y I II III
129
(# ) x G = 0
x G = x G1 + x G2 + x G3
dimana :
R Gx ⋅ L3 R Fx ⋅ y 2 Fr ⋅ y 2
x G1 = − ; x G2 = − ⋅ (3L − y) ; x G3 = ⋅ (3L − y)
3 EI 6 EI 6 EI
maka :
R Gx ⋅ L3 R ⋅ y2 F ⋅ y2
− − Fx ⋅ (3L − y) + r ⋅ (3L − y) = 0
3 EI 6 EI 6 EI
L3 y2 y2
R Gx + R Fx (3L − y) = Fr (3L − y)
3 6 6
R Gx ⋅ (70470164,91) + R Fz ⋅ (137314141,46) = 78,59 ⋅ (157515703,36)
78,59 ⋅ (157515703,36 mm) − R Fx ⋅ (137314141,46 mm)
R Gx =
70470164,91 mm
R Gx = 175,67 kg − 1,95 R Fx LLLLLLLLL (1)
(# # ) x F = 0
x F = x F1 + x F2 + x F3
dimana :
R Gx ⋅ a 3 R Fx ⋅ y 2
x F1 = − ⋅ (3L − a) ; y G2 = − ⋅ (3L − y)
6 EI 6 EI
F ⋅ y2
x G3 = r ⋅ (3L − y)
6 EI
maka :
R Gx ⋅ a 3 R ⋅ y2 F ⋅ y2
− ⋅ (3L − a) − Fx ⋅ (3L − y) + r ⋅ (3L − y) = 0
6 EI 6 EI 6 EI
a3 y2 y2
R Gx (3L − a) + R Fx (3L − y) = Fr (3L − y)
6 6 6
R Gx ⋅ (104748242,61) + R Fx ⋅ (137314141,46) = 78,59 ⋅ (157515703,36)
78,59 ⋅ (157515703,36 mm) − R Gx ⋅ (104748242,61 mm)
R Fx =
137314141,46 mm
R Fx = 90,15 kg − 0,76 R Gx LLLLLLLLL (2)
130
Substitusi kan persamaan (2) ke (1) :
R Gx = 175,67 kg − 1,95 ⋅ (90,15 kg − 0,76 R Gx )
R Gx = 175,67 kg − 175,79 kg + 1,48 R Gx
R Gx − 1,48 R Gx = 175,67 kg − 175,79 kg
− 0,48 R Gx = − 0,12 kg
R Gx = 0,25 kg
+
RHx ΣFx = 0
H MHz +x R Hx − R Gx − R Fx + Fr = 0
R Hx = R Gx + R Fx − Fr
R Hx = 0,25 kg + 89,96 kg − 78,59 kg
595,72 mm
R Hx = 11,62 kg
RGx = 0,25 kg
+ Σ ME = 0
M Hz + R Hx (778,9) − R Gx (183,18) − R Fx (66,76) = 0
M Hz = − R Hx (778,9) + R Gx (183,18) + R Fx (66,76)
G M Hz = − 11,62 (778,9) + 0,25 (183,18) + 89,96 (66,76)
116,42 mm
M Hz = − 2999,29 kg.mm
M Hz = 2999,29 kg.mm
RFx = 89,96 kg
Fr = 78,59 kg
F
66,76 mm
+y
131
MHz = 2999,29 kg.mm Potongan 1 (0 y 595,72) mm
RHx
+x
H +x H
RHx = 11,62 kg
MHz
+ ΣF = 0
x
R Hx − V = 0
595,72 mm
y
V = R Hx
RGx = 0,25 kg V = 11,62 kg
1 V
+ Σ Fy = 0
My
G N = 0
116,42 mm
N
+y
2
My = 0
RFx = 89,96 kg
+
Fr = 78,59 kg
F
66,76 mm
− M Hz + R Hx (y) − M y = 0
3 M y = − M Hx + R Hx (y)
E
M y = − 2999,29 kg.mm + 11,62 kg (y)
MEz = 4304,14 kg.mm untuk :
y = 0 → M y = − 2999,29 kg.mm
+y
y = 595,72 mm → M y = 3922,98 kg.mm
RHx +x + Σ My = 0
H
MHz − M Hz + R Hx (y) − R Gx (y − 595,72 mm) − M y = 0
M y = − M Hz + R Hx (y) − R Gx (y − 595,72 mm)
M y = − 2999,29+ 11,62 (y) − 0,25 (y − 595,72)
untuk :
y
y = 595,72 mm → M y = 3922,98kg.mm
G RGx
y = 712,14 mm → M y = 5304,90 kg.mm
( y – 595,72 mm)
+ ΣF = 0 + Σ Fy = 0
x
R Hx − R Gx − V = 0 N = 0
V V = R Hx − R Gx
My V = 11,62 kg − 0,25 kg
N V = 11,37 kg
+y
132
Potongan 3 (712,14 y 778,9) mm
RHx +x
H
MHz
+ ΣF = 0
z
R Hx − R Gx − R Fx − V = 0
V = R Hx − R Gx − R Fx
V = 11,62 kg − 0,25 kg − 89,96 kg
y
G RGx V = − 78,59 kg
( y – 595,72 mm)
+ Σ Fy = 0
RFx − N − R Fy = 0
( y – 712,14 mm)
N = 0
F
V
My
N
+y
+ Σ My = 0
133
RHx = 11,62 kg
Fr = 78,59 kg
+y
F
E
H
G
RFx = 89,96 kg RGx = 0,25 kg
66,76 mm 116,42 mm 595,72 mm
+x
Diagram Momen Lentur Bidang y-x
– 2999,29
134
(–)
y (mm) 778,90 712,14 595,72 0
(+)
3922,98
5304,90
My (kg.mm)
Gambar Diagram Momen Lentur Resultan (MResultan Maksimum)
135
Dari gambar diagram momen lentur bidang y-z dan bidang y-x maka
diperoleh harga maksimum dari kedua bidang tersebut yang terletak pada titik
kg/mm2 , maka :
Sf 1 Keterangan
6,0 Untuk bahan S-C dengan pengaruh massa dan baja paduan
Sf 2 Keterangan
Kt Keterangan
1,0 jika beban dikenakan secara halus
1,0 – 1,5 jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukkan
jika terjadi beban dikenakan dengan kejutan
1,5 – 3,0
atau tumbukkan besar
136
Tegangan geser yang diizinkan :
72 kg/mm 2
= B
= = 9,23 kg/mm 2
(Sf1 × Sf 2 ) (6,0 × 1,3)
a
Diameter poros :
1
5,1
3
d s ≥ × (K m ⋅ M Resultan ) + (K t ⋅ TMaksimum )
2 2
a
1
3
5,1
d s ≥ ×
2
(2,0 ⋅ 30778,34 kg.mm) + (1,0 ⋅ 13442,25 kg.mm)
2 2
9,23 kg/mm
d s ≥ 32,65 mm = 33 mm
137
4.2.4 Perhitungan Bantalan
A B
C D
+z +x
+y
RAz MBz
Fr
RAx A
TA RCz
B Fa
C
RAy Ft TB = MBx D TD
+z
RCy +x
Pada poros horizontal atau poros penggerak ini, terdapat satu buah
Karena pada bantalan poros horizontal beban ringan maka bantalan yang
digunakan adalah bantalan bola jenis terbuka dengan nomor bantalan 6006 dengan
diameter poros 27,72 mm 30 mm, maka pada tabel bantalan bola, didapat :
138
C = Kapasitas nominal dinamis spesifik = 1030 kg
Fr = R C = R Cz + R Cy
2 2
maka Fr = RC = 125,35 kg
Pr = X ⋅ Fr + Y ⋅ Fa = 1 × 125,35 kg + 0 = 125,35 kg
2. Faktor kecepatan ( fn )
3. Faktor umur ( fh )
C 1030
f h = f n . = 1,19 . = 9,78 ≈ 10
Pr 125,35
Lh 500000
t = = = 267,09 tahun
12 × 26 × 6 1872
139
4.2.4.2 Bantalan pada Poros Vertikal
+y TH
RHy MHz
H
+x MHx RHz
RHx
H
+x
+z
G RGx
RGz
RFy
G F
RFx
RFz
F
Fr Ft
+x
E
E
+x MEz Fa
+z
+z TE
+y
Pada poros vertikal atau poros yang digerakkan ini, terdapat dua buah
140
A. Untuk Bantalan F
Pada bantalan F terdapat gaya reaksi dalam dua arah yaitu radial dan aksial
sebagai berikut :
Karena pada bantalan poros vertikal juga beban ringan maka bantalan
yang digunakan adalah bantalan bola jenis terbuka dengan nomor bantalan
6007 dengan diameter poros 32,65 mm 35 mm, maka pada tabel bantalan
bola, didapat :
Fr = R F = R Fx + R Fz
2 2
Fr = R F = (89,96 kg) 2
+ (519,75 kg) 2
= 527,48 kg
maka : Fr = RF = 527,48 kg
141
2. Faktor kecepatan ( fn )
1/ 3 1/ 3
33,3 33,3
fn = = = 1,49
n 10
3. Faktor umur ( fh )
C 1250
f h = f n . = 1,49 . = 2,77 ≈ 3
Pr 672,89
Lh 13500
t = = = 7,21 tahun
12 × 26 × 6 1872
B. Untuk Bantalan G
Pada bantalan G hanya terdapat gaya reaksi dalam arah radial saja yaitu gaya
bantalan yang digunakan adalah bantalan bola jenis terbuka dengan nomor
142
Gaya reaksi bantalan arah radial (Fr)
Fr = R G = + R Gz
2 2
R Gx
Fr = R G = (0,25 kg) 2
+ (1,56 kg) 2
= 1,58 kg
dipilih Fr = 1,58 kg
Pr = X ⋅ Fr + Y ⋅ Fa = 1 × 1,58 kg + 0 = 1,58 kg
2. Faktor kecepatan ( fn )
1/ 3 1/ 3
33,3 33,3
fn = = = 1,49
n 10
3. Faktor umur ( fh )
C 1250
f h = f n . = 1,49 . = 1178,79 ≈ 1179
r
P 1,58
Lh 8,19 × 1011
t = = = 4,38 × 10 8 tahun
12 × 26 × 6 1872
yang terdapat pada poros yang vertikal, hal ini dikarenakan beban yang diberikan
143
pada bantalan ini cukup besar yaitu diantaranya beban aksial (berat poros, berat
roda gigi kerucut, dan kipas penyapu) dan beban radial (gaya radial dari roda gigi
Bantalan Umur
Pasak pada puli 1 yaitu pasak yang menghubungkan antara poros motor
listrik dengan puli 1, dimana diketahui diameter poros motor listrik (d s) = 13,89
mm 14 mm dan momen rencana dari poros motor listrik (T) = 128,83 kg.mm,
T 128,83 kg.mm
F = = = 18,4 kg
( ds / 2 ) ( 14 mm / 2 )
2. Ukuran pasak
Karena diameter poros (ds = 14 mm), pada tabel ukuran pasak dan alur pasak
144
• Lebar pasak (b) = 5 mm
dimana :
Sfk1 = Faktor keamanan pada pasak dengan harga pada umumnya diambil 6.
Sfk2 = Faktor keamanan pada pasak dengan dikenakan beban secara tiba-tiba
4. Panjang pasak
a. Panjang pasak akibat tegangan geser yang diizinkan (τka)
F F 18,4 kg
≥ ; l1 = = = 1,20 mm
b ⋅ l1 ka ⋅ b 3,06 kg/mm 2 × 5 mm
ka
F 18,4 kg
= = = 0,736 kg/mm 2
b⋅l 5 mm × 5 mm
k
145
b. Panjang pasak akibat tekanan permukaan (P)
F
Pa ≥
l2 ⋅ ( t 1 atau t 2 )
F 18,4 kg
l2 = = = 0,77 mm
Pa ⋅ t1 8 kg/mm 2 × 3 mm
F 18,4 kg
P = = = 7,97 mm
l ⋅ ( t 1 atau t 2 ) 0,77 mm × 3 mm
poros, sebagai perbandingan untuk ukuran pasak yang baik yaitu apabila :
b b 5
diantara 0,25 − 0,35 = = 0,35 ; Baik
ds ds 14
Maka :
lk lk 10,5
diantara 0,75 − 1,5 = = 0,75 ; Baik
ds ds 14
Pasak pada puli 2 yaitu pasak yang menghubungkan antara poros reduser
146
dan momen rencana dari poros motor listrik (T) = 302,75 kg.mm, maka
T 302,75 kg.mm
F = = = 40,37 kg
( ds / 2 ) ( 15 mm / 2 )
2. Ukuran pasak
Karena diameter poros (ds = 15 mm), pada tabel ukuran pasak dan alur pasak
55 kg/mm 2
= B
= = 3,06 kg/mm 2
Sf k 1 × Sf k 2 6×3
ka
dimana :
Sfk1 = Faktor keamanan pada pasak dengan harga pada umumnya diambil 6.
Sfk2 = Faktor keamanan pada pasak dengan dikenakan beban secara tiba-tiba
4. Panjang pasak
F F 40,37 kg
≥ ; l1 = = = 2,64 mm
b ⋅ l1 ka ⋅ b 3,06 kg/mm 2 × 5 mm
ka
147
Maka tegangan geser yang ditimbulkan pada pasak (τk)
F 40,37 kg
= = = 1,615 kg/mm 2
b ⋅l 5 mm × 5 mm
k
F
Pa ≥
l2 ⋅ ( t1 atau t 2 )
F 40,37 kg
l2 = = = 1,68 mm
Pa ⋅ t1 8 kg/mm 2 × 3 mm
poros, sebagai perbandingan untuk ukuran pasak yang baik yaitu apabila :
b b 5
diantara 0,25 − 0,35 = = 0,33 ; Baik
ds Maka : ds 15
lk lk 11,25
diantara 0,75 − 1,5 = = 0,75 ; Baik
ds ds 15
148
BAB V
5.1 Kesimpulan
penggerak pengeluaran abu sekam pada reaktor gasifikasi sekam sistem kontinu
yang dirancang ini dapat bekerja dengan baik sesuai dengan putaran keluaran
untuk putaran kipas penyapu dan 20 rpm untuk putaran screw conveyor.
149
i ii iii
4 Koping
• Jenis Kopling cakar
• Diameter
- Diameter dalam cakar D1 = 50,8 mm
- Diameter luar cakar D2 = 93 mm
• Tinggi cakar h = 25 mm
5 Roda gigi kerucut
• Diameter lingkaran jarak bagi d1 = 25,04 mm
ujung luar d2 = 50,09 mm
• Kecepatan keliling v = 0,026 m/s
• Gaya tangensial Ft = 731,65 kg
• Jumlah gigi z1 = 18 , z2 = 36
• Kelonggaran puncak Ck = 0,25 mm
• Kedalaman gigi penuh H = 3,01 mm
• Diameter lingkaran kepala dk1 = 28,34 mm
dk2 = 50,89 mm
• Roda Gigi Horizontal :
à Bahan SNC 21
à Kekuatan tarik σB1 = 80 kg/mm
2
150
i ii iii
6 Poros
• Poros Horizontal :
à Putaran n1 = 20 rpm
à Torsi Maksimum T = 9028,55 kg.mm
à Bahan Poros S55C-D
à Kekuatan Tarik σB = 72 kg/mm
2
151
5.2 Saran
1. Pemilihan daya dan putaran motor listrik hendaknya disesuaikan dengan daya
sekam terutama dalam penentuan jenis transmisi dan bearing pada pillow blok
keamanannya.
152
DAFTAR PUSTAKA
2. Meriam, J. L., 1996. MEKANIKA STATIKA. Alih bahasa oleh Tony Mulia,
7. Belonio, Alexis T, 2005, Rice Husk Gas Stove Handbook, Philippines: Central
Philippine University.
Bandung: ITENAS.
Jakarta: Erlangga.
10. http://en.wikipedia.org/wiki
2. Rangka
3. Kipas Penyapu, Saringan Abu dan Poros Vertikal
4. Poros Horisontal
5. Motor Listrik
6. Reducer
9. Pillow Block
17
18
1 16
5
2
6
7
11
12 8
13 9
14 10
15
Keterangan :
melanjutkan ke SMU Negeri 6 Cimahi Bandung. Pada tahun 2000 memulai karir