Pupuk selalu dicari para petani di setiap musim tanam, dan harganya terus
meningkat. Pemupukan yang tidak tepat dosis, waktu, dan caranya menyebabkan
tanaman tidak tumbuh optimal, baik karena tanaman kekurangan unsur hara maupun
karena kelebihan pupuk. Pemupukan yang berlebihan menyebabkan kecenderungan
terjadinya ketidakseimbangan unsur hara dalam tanah, kerusakan sifat tanah, dan
pencemaran lingkungan. Dalam hal ini perlu pengetahuan tentang bahan pupuk,
bagaimana teknik aplikasi pupuk, cara menghitung kebutuhan pupuk, efisiensi
pemupukan, dan penentuan rekomendasi pemupukan.
http ://sumarsih07. Wordpress.com/2008/11/05/pupuk dan pemupukan/
Pupuk Organik dan Pupuk Anorganik (Pupuk Kimia)
Akhir-akhir ini, kebutuhan akan penggunaan pupuk kimia untuk lahan
pertanian semakin meningkat. Sementara pupuk organik (kompos) mulai
ditinggalkan. Sebelum diperkenalkannya pupuk kimia ini kepada masyarakat,
kompos telah menjadi kebutuhan dan incaran petani untuk meningkatkan produksi
pertaniannya. Kini para petani lebih menyukai pupuk kimia dibandingkan kompos.
Mereka beralasan pupuk kimia mempunyai kandungan unsur hara yang baik dan
dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Sedangkan kompos, menurut
mereka, tidak mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Bahkan
beberapa petani menggunakan pupuk kimia secara berlebihan.
Diakui, pada pemakaian pertama pupuk kimia pada lahan pertanian memang
kuantitas produksi meningkat drastis, lebih banyak dari pada penggunaan pupuk
kompos. Seiring dengan berjalannya waktu, apa yang selama ini dikhawatirkan
muncul, produksi pertanianpun menurun. Namun, petanipun tak juga sadar, malah
semakin menambah kuantitas pupuk kimia yang digunakan, dengan harapan produksi
kembali stabil. Tahun berganti tahun, harapan para petani akan meningkatnya
produksi mereka tak kunjung datang, kuantitas produksi malah semakin menurun.
Memang benar, pupuk kimia mengandung unsur hara dan nutrisi lebih banyak
dibandingkan kompos. Namun hanya sebatas itu. Pupuk kimia terbukti tidak mampu
memperbaiki kondisi tanah. Sedangkan kompos, meskipun mengandung unsur hara
yang lebih sedikit dari pada pupuk kimia, namun dapat memperbaiki kondisi tanah
dan menjaga fungsi tanah agar unsur hara yang terkandung dalam tanah lebih mudah
diserap oleh tanaman.
Pada dasarnya, penggunaan pupuk kimia tidak menjadi masalah serius jika
digunakan seimbang dengan kompos. Yang perlu menjadi cacatan kita adalah tidak
menggunakan pupuk kimia secara berlebihan. Hal ini dikarenakan pupuk kimia dapat
mencemari dan merusak lingkungan (tanah) jika digunakan berlebihan. Dibandingkan
kompos, pupuk kimia sangat sulit diserap oleh tanaman, sulit diuraikan air, dan dapat
meracuni produk yang dihasilkan oleh tanaman.
Hasil penelitian menunjukkan pupuk kimia mengandung radikal bebas dan
berbahaya bagi manusia karena dapat mengendap didalam buah yang dihasilkan.
Sebagian pupuk kimia yang tidak diserap oleh tanaman juga akan menumpuk ditanah
dan tidak dapat diuraikan oleh air. Kondisi seperti ini menjadikan tanah tidak
produtif. Akibatnya mikroorganisme yang bertugas menggemburkan tanah tidak akan
beraktivitas ditanah tersebut.
Mikroorganisme yang ada didalam tanah lebih menyukai kompos
dibandingkan pupuk kimia. Kondisi kompos yang alami memudahkan
mikroorganisme didalam tanah untuk berkembang dan beraktivitas. Hasil penelitian
juga mengungkapkan kompos mampu menetralkan pH tanah. Tanaman lebih mudah
menyerap unsur hara pada kondisi pH tanah yang netral (pH=7). Kondisi seperti ini
tidak mampu dilakukan dengan penggunaan pupuk kimia semata.
Pupuk Daun dan Pupuk Akar
Pada awal pemunculan pupuk daun, dikatakan penyerapan unsur hara
dilakukan melalui stomata daun. Tapi hal ini kemudian diralat, karena ternyata
stomata hanya bisa dilalui gas. Kemudian berkembang isu lain, penyerapan dilakukan
melalui permukaan daun (sel epidermis dan kultikula), yang bentuknya seperti
tenunan. Faktanya, kebanyakan permukaan daun tanaman diselimuti oleh lapisan
minyak, lilin, dan bahkan ditumbuhi bulu-bulu halus. Keadaan yang tentunya akan
menjadi faktor penghambat masuknya unsur hara melalui daun.
Memang daun, atau bahkan batang tanaman dapat menyerap unsur hara,
namun demikian akar tetap saja lebih efektip dan efisien dalam menyerap unsur hara.
Dalam beberapa kasus, memang unsur hara seperti K, dan Ca gampang masuk ke
jaringan tanaman malalui daun dan bahkan batang tanaman. Tapi bukan berarti semua
unsur hara lebih gampang diserap tanaman melalui bagian tanaman di luar akar.
Kapan pupuk daun dapat digunakan ? Bila penggunaan pupuk akar sulit
diaplikasikan, misal pada tanaman epifit, seperti kebanyakan tanaman anggrek. Hal
ini menjawab pertanyaan mengapa pupuk daun sangat populer dan banyak digunakan
di kalangan pecinta anggrek. Tanaman yang baru saja mengalami pruning akar,
pemindahan pot, atau kondisi-kondisi dimana untuk sementara waktu akar sulit
berlaku sebagaimana mestinya, pupuk daun akan sangat membntu dan bermanfaat.
Fakta lain, pertanian hidroponik lebih dipilih orang tentunya bukan hanya
karena alasan menghemat tempat, tapi juga keyakinan pemberian nutrisi tanaman
yang lebih terkontrol, efektip, dan efisien melalui akar. Atau mungkin ada ide sistem
tanam dalam pot kecil-kecil tetapi hanya diberikan pupuk melalui daun. Dijamin
kerugian yang akan dituai.
Pupuk Slow Release
Jenis pupuk ini juga merupakan ide dagang yang cemerlang dari produsen
pupuk. Dikatakan pupuk slow release merupakan pupuk kimia yang sifatnya mirip
dengan pupuk organik. Diserap tanaman sesuai dengan kebutuhan, hingga tidak
mencemari lingkungan. Faktanya, tanaman tidak bisa merasakan kenyang kemudian
berhenti makan. Sepanjang banyak tersedia unsur hara, sepanjang itu pula tanaman
akan menyerap sebanyak yang tersedia. Fakta ini kemudian melahirkan istilah luxury
consumption. Sepanjang tidak mengganggu kestabilan kimia larutan tanah, tanaman
akan menyerap unsur hara yang disediakan tanah. Hasilnya dijadikan cadangan
makanan dan untuk memperbanyak diri.
http ://www. Kebonkembang.com//serba-serbi-rubrik-44/178.html
TANAMAN JAGUNG