Anda di halaman 1dari 18

PENDAHULUAN

Tujuan dari metalurgi fisik adalah untuk menemukan sifat-sifat

dari logam dan paduannya dari karakteristik fisik sehingga diperoleh

komposisi, teknik manufaktur dan perlakuan yang terbaik untuk memperoleh

sifat-sifat yang diinginkan.

Atom dalam ilmu bahan dianggap sebagai satuan dasar dari struktur

intern bahan. Beberapa konsep dasar tentang atom telah dikenal seperti,

nomor atom, massa atom dan hubungannya dengan table periodic. Bohr

memberikan model atom yang sederhana yang menggambarkan struktur atom.

Dia mengasumsikan bahwa elektron bergerak mengelilingi inti dalam lintasan

yang tetap yang disebut orbit. Tiap elektron hanya dapat memiliki sebuah

keadaan energi. Muatan dari elektron adalah negatif. Apabila elektron

melompat dari level energi tinggi ke rendah akan melepaskan radiasi

sebaliknya apabila melompat dari level energi rendah ke tinggi akan

mengabsorpsi energy radiasi. Menurut Planck, energy E memiliki nilai :

E = nhv

Bila suatu atom melepaskan electron, atom tersebut berubah menjadi Ion

positip (Kation) (Positip karena jumlah proton > dari jumlah electron) demikian

sebaliknya bila menerima electron menjadi Ion negative (anion). Elektron,

yang terdapat dalam atom tunduk pada pengaturan yang ketat disebabkan

electron mempunyai karakteristik gelombang tegak tersendiri didalam

mengitari inti atom Pada atom tunggal, electron memiliki tingkat energi yang

spesifik atau disebut orbital .

susunan Atomik dalam material dapat dibedakan melalui konsep tatanan.

(Konsep tatanan merupakan usaha untuk mengklasifikasikan material, apakah

berbentuk kristalin atau non kristalin ataukah campuran keduanya.)


Apabila ditinjau dari konsep tatanan maka susunan atom-atom dalam material

dibagi dalam dua bentuk tatanan yaitu teratur/terpola (arrangement) atau

acak/tidak teratur (disarrangement). Untuk tatanan yang teratur pada

material dikenal dengan jenis material kristalin.


PEMBAHASAN

I. JENIS - JENIS BAHAN TEKNIK

Terdapat 4 golongan besar material teknik :

1. Logam

2. Polimer

3. Keramik

4. Komposit

A. Logam

Defenisi :

Unsur-unsur yang mempunyai sifat kuat, liat, keras, mengkilat dan

penghantar listrik serta panas yang baik

Pengertian khusus :

Suatu unsur dapat dikatakan logam bila memiliki sifat-sifat sebagai

berikut

1. Kemampuan memberikan elektron dan membentuk ion

2. Memiliki Struktur kristal

3. Bahan dengan konduktifitas listrik dan panas yang tinggi

4. Kemampuan mengalami perubahan plastik

5. Sifat berkilau dan memantulkan cahaya

Ekstraksi Bijih Logam

Dalam pembekuan logam dari pencairannya saat Ekstraksi, diawali

oleh proses pengintian (terbentuknya inti sel satuan dari atom-atom)

yang biasanya membentuk dendrit (pohon pinus kecil), lalu disusul

pertumbuhan inti sel ke segala arah sesuai bentuk awal inti sel

(cubic, hexagonal, tetragonal dan lain-lain) dan pertumbuhan ini akan


terhenti, bila telah bersentuhan dengan pertumbuhan inti sel

disekitarnya dan batas pertumbuhan ini disebut batas butir.

Bentuk ukuran butir dari struktur logam ini, memberikan

karakteristik sifat mekanik yang berbeda, dimana bentuk ukuran

butir halus dan kasar memberikan sifat mekanik yang berbeda

pula.

Besar kecilnya ukuran butir logam ditentukan 2 hal yang sangat

penting, yaitu pengintian dan pertumbuhan inti sel bila pengintian

lebih cepat dari pertumbuhannya akan menghasilkan butir-butir

halus, sebaliknya pertumbuhan inti sel lebih cepat dengan pengitian

akan menghasilkan butir-butir kasar.

Butir halus menghasilkan sifat mekanik lebih baik daripada struktur

dengan butir-butir kasar.

Besi dan Baja

Penomoran menurut AISI-SAE

Awalan AISI :

B – Acid Bessemer karbon steel

C – Basic Open Hearth karbon steel

CB – Salah satu dari B dan C menurut kehendak pembuatnya

D – Acid Open Hearth Karbon steel

E – Electric Furnace Karbon steel

Dari logam hasil ekstraksi (logam murni) dikembangkan menjadi logam

paduan, yaitu penggabungan 2 unsur atau lebih dan menghasilkan

sifat-sifat logam, sebab penggabungan unsur ini dapat berupa logam

dengan logam, ataupun logam dengan bukan logam (metalloid) contoh

baja, logam dengan bukan logam (Fe dan Karbon).


Dalam paduan ini akan tercipta larutan padat dan senyawa logam.

Untuk larutan padat sangat dipengaruhi oleh ukuran Atom dari

unsur terlarut dan pelarut dalam menghasilkan larutan padat

intransitisi dan subsitusi.

Sedang senyawa logam adalah senyawa yang tidak mengikuti aturan

valensi sebagaimana pada senyawa kimia lainnya tetapi tergantung

pada perbandingan yang tetap dan ini menghasilkan sifat mekanik

yang keras tetapi cukup getas.

B. Polimer

Sifat-sifat umum bahan polimer :

 Mampu cetak baik,

 Produk yang ringan dan kuat.

 Dapat bersifat isolasi listrik yang baik (pada umummya polimer)

tetapi dapat bersifat konduktif listrik bila dicampur dengan

butiran karbon serbuk logam dan lain-lain.

 Ketahanan air, zat kimia, yang baik

 Produk-produk dengan sifat yang berbeda dapat dibuat,

tergantung pada cara pembuatannya, seperti dengan

mencampur zat pengisi pemplastis dan lain-lain.

 Polimer umumnya lebih murah daripada logam dan keramik

 Kurang tahan terhadap panas, dibanding logam dan keramik

 Kekerasan permukaan kurang dibanding logam dan keramik.

 Kurang tahan terhadap pelarut

 Mudah termuati listrik secara elektrostatik

 Beberapa bahan polimer bersifat tahan abrasi dan mempunyai

koefisien gesek kecil.


Sifat-sifat khas bahan polimer :

 Massa jenis rendah, memungkinkan volume yang sama dihasilkan

bahan lebih ringan dan lebih kuat. Polietilen massa jenisnya

lebih ringan dari air sehingga beberapa produk dapat dibuat

mengapung dalam air

 Sifat viskoelastik, yaitu perpanjangan tidak selalu berbanding

lurus dengan beban yang diberikan dan pada penurunan beban

sebagian kecil regangannya hilang kembali, dan sebagian tinggal

mengakibatkan tidak kembali kepanjang asal.

 Kekuatan Tarik, hubungan tegangan regangan pada tarikan

memberikan nilai yang cukup berubah tergantung pada laju

regangan, temperatur, lembaban dan seterusnya

C.Komposit

Defenisi :

Komposit adalah polimer yang diperkuat serat atau kombinasi antara

2 atau lebih dari 3 bahan yang memiliki sejumlah sifat yang tidak

dimiliki oleh masing-masing komponennya

Pengertian khusus :

Bahan ini dibentuk dari resin sebagai matriks yang diperkuat serat,

seperti serat gelas, karbon, asbes, wisker dan lain-lain.

Untuk bahan matriks hampir dari semua jenis resin baik termoset

seperti poliester, epoksi fenol dan seterusnya

C. Keramik

Defenisi :
Keramik adalah bahan padat anorganik yang bukan logam, dan bahan

keramik adalah bahan dasar penyusun kerak bumi yaitu SiO 2, AL2O3,

CaO, MgO, K2O, Na2O dan seterusnya.

Sifat-Sifat Keramik

Sifat mekanik keramik keras, kuat dan stabil pada temperatur tinggi,

tetapi getas dan mudah patah seperti proselin, keramik cina dan

gelas, kekuatan tarik keramik berkisar 70 s/d 2000 MN/m2, modulus

yang berkisar 72 s/d 460 GN/m2.

II. SIFAT-SIFAT BAHAN TEKNIK

Sifat material menggambarkan perilaku material yang berasal dari

struktur intern dari material, sifat tersebut dapat berubah-ubah oleh

sebab-sebab tertentu seperti perubahan temperature, tekanan,

deformasi, kondisi lingkungan, cahaya, suara dsb

Pengelompokan Sifat Bahan

Sifat-sifat material meliputi :

 Sifat Fisis : berhubungan dengan parameter-parameter fisik seperti

dimensi, berat, densitas, jumlah mol dsb.

 Sifat Kimia : berhubungan dengan parameter kimia seperti lingkungan

alkalinitas (PH: basa, asam), ketahanan korosi dsb.

 Sifat Listrik : berhubungan dengan kemampuan atau daya hantar

listrik suatu bahan.

 Sifat termal : Berhubungan dengan kemampuan menghantar dan

menyimpan panas dari suatu bahan

 Sifat Magnetik : Berhubungan dengan perilaku magnetic bahan dalam

lingkungan dengan medan magnet.

 Sifat Optik : Perilaku bahan terhadap sinar/cahaya


 Sifat Akustik : perilaku bahan terhadap gelombang suara.

 Sifat Mekanik : Perlaku bahan terhadap gaya-gaya mekanik

 Sifat Teknik : Kemampuan bahan dalam mengalami proses-proses

pembentukan, penyambungan dan permesinan.

 Sifat Estetik : Berhubungan dengan aspek tampilan dan tekstur bahan

untuk keperluan seni dan estetika.

Sifat Mekanik

 Sifat mekanik adalah salah satu sifat yang paling penting dan

memegang peranan dalam aspek keteknikan. Sifat mekanik bahan

menggambarkan perilaku bahan terhadap pembebanan mekanik, baik

pembebanan statik, dinamik, tarik, tekan, geser, bending,puntir, impak,

dsb.

 Sifat mekanik dari suatu bahan dapat diketahui melalui pengujian

mekanik

Sifat-mekanik yang penting :

1. Kekuatan

2. Kekerasan

3. Ketangguhan

4. Keuletan

5. Ketahanan lelah (fatik)

6. Deformasi elastik dan plastik

7. Kekuatan luluh (titik luluh)

8. Tegangan

9. Regangan

10. Modulus Elastis


III. PENGUJIAN IMPAK

Untuk melihat sifat bahan terhadap beban tiba-tiba, dilakukan

pengujian impak, dan gejala patah getas pada logam banyak dijumpai

bila logam dibebani secara tiba-tiba berupa pukulan. Gejala ini dapat

disebabkan oleh 3 hal yaitu :

1. Konsentrasi tegangan karena ada takikan

2. Kecepatan regangan yang tinggi

3. Temperatur rendaH.

Impact Test (IT) adalah suatu pengujian yang dilakukan untuk

mengetahui seberapa besar ketangguhan material terhadap beban kejut atau

tumbukan.

. Ilustrasi skematis pengujian impak dengan benda uji Charpy

Suatu logam dapat mengalami perpatahan apabila diberi beban secara

tiba-tiba, ketangguhan itu sendiri didefinisikan sebagai ukuran energi

yang diserap oleh bahan sampai terjadinya perpatahan.

Metode Pengujian Impact Test

A. Metode Charpy (USA)


Merupakan cara pengujian dimana specimen dipasang secara

horizontal dengan kedua ujungnya berada pada tumpuan, sedangkan

takikan pada specimen diletakkan di tengah-tengah dengan arah

pembebanan tepat diatas takikan.

Keuntungan :
P
 Hasil pengujian lebih akurat

 Pengerjaannya lebih mudah dipahami dan dilakukan

 Harga alat lebih murah

Kerugian :

 Hanya dapat dipasang pada posisi horizontal

 Spesimen dapat bergeser dari tumpuannya karena tidak dicekam

 Pengujian hanya dapat dilakukan pada specimen yang kecil

B. Metode Izood (Inggris)

Merupakan cara dimana specimen berada pada posisi vertical pada

tumpuan dengan salah satu ujungnya dicekam dengan arah takikan

pada arah gaya tumbukan. Tumbukan pada specimen dilakukan tidak

tepat pada pusat takikan melainkan pada posisi agak diatas dari

takikan seperti yang tertera pada gambar sbb


P
Keuntungan

 Spesimen tidak mudah bergeser karena dicekam pada salah satu

ujungnya.

 Dapat menggunakan specimen dengan ukuran yang lebih besar.

Kerugian :

 Biaya pengujian yang lebih mahal

 Pembebanan yang dilakukan hanya pada satu ujungnya, sehingga

hasil yang diperoleh kurang baik.

IV. PENGUJIAN KETANGGUHAN

Hal-hal yang mempengaruhi ketangguhan bahan

1. Bentuk takikan

Bentuk takikan amat berpengaruh pada ketangguahan suatu

material, karena adanya perbedaan distribusi dan konsentrasi

tegangan pada masing-masing takikan tersebut yang

mengakibatkan energi impact yang dimilikinya berbeda-beda pula.

Berikut ini adalah urutan energi impact yang dimiliki oleh suatu

bahan berdasarkan bentuk takikannya.

 Takikan segitiga
Memiliki energi impact yang paling kecil, sehingga paling mudah

patah. Hal ini disebabkan karena distribusi tegangan hanya

terkonsentrasi pada satu titik saja, yaitu pada ujung takikan.

p
 Takikan segi empat

Memiliki energi yang lebih besar pada takikan segi tifga karena

tegangan terdistribusi pada 2 titik pada sudutnya.

P P
 Takikan Setengah lingkaran

Memiliki energi impact yang terbesar karena distribusi

tegangan tersebar pada setiap sisinya, sehingga tidak mudah

patah.

P P
P P
2. Beban

Semakin besar beban yang diberikan , maka energi impact semakin

kecil yang dibutuhkan untuk mematahkan specimen, dan

demikianpun sebaliknya. Hal ini diakibatkan karena suatu material

akan lebih mudah patah apabila dibebani oleh gaya yang sangat

besar.
3. Temperatur

Semakin tinggi temperature dari specimen, maka ketangguhannya

semakin tinggi dalam menerima beban secara tiba-tiba,

demikinanpun sebaliknya, dengan temperature yang lebih rendah.

Namun temperature memiliki batas tertentu dimana ketangguhan

akan berkurang dengan sendirinya.

Grafik S_N

Gaya yang dapat dibebankan pada bahan selama pembebanan siklus

jauh lebih rendah daripada beban static. Kekuatan tarik dapat

dijadikan pedoman desain untuk konstruksi yang mengalami beban

static. Jumlah siklus N yang dapat dipikul oleh logam akan turun

dengan naiknya tegangan S(seperti gambar). Gambar diatas

merupakan kurva S-N yang lazim diperoleh untuk perpatahn fatik

baja. Untuk desain N  ∞ tegangan perlu dibatasi, yaitu dibawah

batas ketahanan (endurance limited) kurva tersebut.

Jika suatu material diberikan siklus perpatahan sebesar 10 3 maka

tegangan patah dari suaru material tersebut sebesar 700 MPa.

Sedangkan jika suatu material diberikan siklus perpatahan yang lebih

besar, misalnya sebesar 105 maka nilai tegangan material tersebut

akan semakin bertambah kecil yaitu 400 MPa. Sehingga dari kondisi

di atas dapat disimpulkan bahwa siklus perpatahan suatu material (S)

berbanding terbalik dengan tegangan patah yang dimiliki oleh

material tersebut.
V. HARDNESS TEST

Hardness test ( pengujian kekerasan) adalah satu dari sekian

banyak pengujian yang dipakai,karena dapat dilaksanakan pada benda uji

yang kecil tanpa kesukaran mengenai spesifikasi.

Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik dari

suatu material. Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya

untuk material yang dalam penggunaannya akan mengalami pergesekan

(frictional force) dan dinilai dari ukuran sifat mekanis material yang

diperoleh dari DEFORMASI PLASTIS (deformasi yang dibverikan dan

setelah dilepaskan,tidak kembali ke bentuk semula akibat indentasi oleh

suatu benda sebagai alat uji.

Kekerasan juga didefinisikan sebagai kemampuan suatu material

untuk menahan beban identasi atau penetrasi (penekanan). Didunia teknik

umummya pengujian kekerasan menggunakan 4 macam metode pengujian

kekerasan yaitu :

1. Brinnel (HB/BHN)

2. Rockwell (HR/RHN)

3. Vikers (HV/VHN)

4. Micro Hardness (namun jarang dipakai-red)

A. Pengujian Brinnel

Kekerasan dilakukan dengan memakai bola baja yang diperkeras

(hardened steel ball) dengan beban dan waktu indentasi tertentu,

sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 2.1. Hasil penekanan adalah

jejak berbentuk lingkaran bulat, yang harus dihitung diameternya di

bawah mikroskop khusus pengukur jejak.

Prosedur standar pengujian mensyaratkan bola baja dengan diameter

10 mm dan beban 3000 kg untuk pengujian logam-logam ferrous, atau

500 kg untuk logam-logam non-ferrous. Untuk logam-logam ferrous,


waktu indentasi biasanya sekitar 10 detik sementara untuk logam-

logam non-ferrous sekitar 30 detik. Walaupun demikian pengaturan

beban dan waktu indentasi untuk setiap material dapat pula ditentukan

oleh karakteristik alat penguji. Nilai kekerasan suatu material yang

dinotasikan dengan ‘HB’ tanpa tambahan angka di belakangnya

menyatakan kondisi pengujian standar dengan indentor bola baja 10

mm, beban 3000 kg selama waktu 1—15 detik. Untuk kondisi yang lain,

nilai kekerasan HB diikuti angka-angka yang menyatakan kondisi

pengujian. Contoh: 75 HB 10/500/30 menyatakan nilai kekerasan

Brinell sebesar 75 dihasilkan oleh suatu pengujian dengan indentor 10

mm, pembebanan 500 kg selama 30 detik.

Gbr 2.Hasil indentasi Brinell berupa jejak berbentuk lingkaran dengan

ukuran diameter dalam skala mm

Kekerasan brinnel dihitung dari perbandingan antara gaya penekanan

(F) dan luas segmen desakan bola (A). Perhitungan ini sangat

menjengkelkan karena dalam prakteknya HB dicari dalam tabel. Diameter

bola penekanan yang dipakai biasanya 10 mm.dengan lama penekanan untuk

logam dengan kekokohan tinggi selama 15 detik. Biasanya besar gaya

penekanan untuk penugujian logam sebesar 100 N.


Dimana :

HB : Nilai kekerasan menurut Brinnel

F : gaya desakan bola penekan (N)

A : Luas dari Ruang bekas penekanan bola (mm2)

Kerugian dari Metode Beinnel :

 Tidak mungkin mengukur bahan yang keras,hanya mampu mengukur

efektif kekerasan bahan hingga 4300 HB.

 Tidak bisa digunakan untuk mengukur kekerasan bahan yang kecil.

Keuntungan Metode Beinnel :

 Dengan bekas penekanan yang besar,kekerasana rata-rata bahan yang

tidak homogen dapat ditentukan,seperti besi tuang.

B. Metode vickers (VHN dan HV)

Pada pengujian kekerasan Vickers suatu benda penekanan,

dengan bentuk piramida lurus dengan alas bujur sangkar dan dengan

sudut pucak 136 derajat,ditekan kedalam bahan dengan gaya F

tertentu selama waktu tertentu . kekerasan fikers dapat diperoleh

denagan mebagi gaya penekana luas bekas pekanan pada permukaan

bahan.

Panjang diagonal diukur dengan skala pada mikroskop pengujur jejak.

Nilai kekerasan suatu material diberikan oleh:


Dimana d adalah panjang diagonal rata-rata dari jejak berbentuk bujur

sangkar

Keuntungan Pengukuran Kekerasan Menurut Vickers :

 Dengan benda penekanan yang sama kekerasa dapat ditentukan tidak

saja untuk bahan lunak akan tetapi untuk bahan keras.

 Hasil pengukuran kekerasanlebih teliti

 Kekerasan benda kerja yang tipis dapat diukur dengna memiliki gaya

yang kecil

Kerugian Pengukuran kekerasan Menurut Vickers :

 Dengan bekas tekanan yang kecil kekerasan rata-rata bahan yang

tidak homogen tidak dapat ditentukan,misalnya besi tuang’

 Penentuan kekerasan membutuhkan bayaj waktu.

C. Metode Rockwell

Berbeda dengan metode Brinell dan Vickers dimana kekerasan suatu

bahan dinilai dari diameter/diagonal jejak yang dihasilkan maka

metode Rockwell merupakan uji kekerasan dengan pembacaan langsung

(direct-reading). Metode ini banyak dipakai dalam industry karena

pertimbangan praktis.

MATERIAL TEKNIK
NAMA : MUHAMMAD SANDI ARIF
NIM : D 221 09 012
KELAS : A

Jurusan Mesin Fakultas Teknik


Universitas Hasanuddin
Makassar
2010

Anda mungkin juga menyukai