Anda di halaman 1dari 22

USULAN KEGIATAN KERJA LAPANGAN

SEMESTER II TAHUN AKADEMIK 2009/2010

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kakao merupakan komoditas perkebunan yang cukup penting dalam perekonomian
Indonesia. Tidak hanya untuk devisa negara namun kakao dibudidayakan untuk penyediaan
lapangan kerja dan sumber pendapatan sebagian penduduk Indonesia. Selain itu kakao
merupakan komoditas yang sangat potensial sebagai produk ekspor impor. Di seluruh dunia,
kakao digunakan sebagai bahan baku berbagai produk makanan dan kosmetik. Hal ini
merupakan peluang bagi Indonesia untuk menembus pasar internasional mengingat kakao
dapat tumbuh baik di Indonesia.
Kakao merupakan komoditas unggulan nasional dan daerah, komoditas ekspor non
migas yang berfungsi ganda yaitu sebagai sumber devisa negara dan menunjang pendapatan
asli daerah (PAD). Hal ini cukup mendasar karena harga kakao internasional saat ini cukup
tinggi dan momentum yang baik untuk dimanfaatkan petani atau pelaku usaha (masyarakat
agribisnis). Selama selang waktu 20 tahun terakhir produksi kakao di Indonesia meningkat
pesat. Luas pertanaman kakao di Indonesia tahun 1998 telah mencapai 570.000 ha, dengan
lebih dari 50 % luas areal tersebut terdapat di pulau Sulawesi. Luas areal tanaman kakao di
Sulawesi Tengah pada tahun 2001 mencapai 83.732 ha yang terdiri dari 4.689 ha perkebunan
besar dan 79.043 ha perkebunan rakyat, dengan rata-rata produksi 1,41 ton/ha (BPS Sulteng,
2002).
Namun pada saat ini produktivitas kakao di Indonesia masih tergolong rendah yaitu
sekitar 630kg/ha/tahun. Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) dan usia tanaman kakao yang
sudah tua menyebabkan produksi dan kualitas kakao Indonesia rendah. Untuk mengatasi hal
itu dibutuhkan solusi cepat untuk mengatasi persoalan kakao nasional. Fakta di lapangan
menyebutkan bahwa umumnya bahan tanam yang digunakan petani bukan berasal dari jenis
unggul dan lebih dari 95% masih berupa benih biji. Hal ini menyebabkan produksi kakao
nasional masih sulit diangkat melebihi 1 ton per hektar.
Dari hal itulah maka perlu diadakan kegiatan pemuliaan tanaman terhadap tanaman
kakao, untuk mendapatkan varietas-varietas yang unggul dengan sifat yang diinginkan. Sifat-

1
sifat tersebut dapat meliputi produksi kakao yang tinggi kemudian tahan hama dan penyakit
baik kakao lindak maupun mulia.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia adalah lembaga non profit yang
memperoleh mandat untuk melakukan penelitian dan pengembangan komoditas kopi dan
kakao secara nasional serta sebagai penyedia data dan informasi yang berhubungan dengan
kopi dan kakao, sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.
786/Kpts/Org/9/1981 tanggal 20 Oktober 1981. Oleh karena itu, pada praktek kerja lapangan
di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia ini penulis ingin mengambil tema pemuliaan
tanaman kakao (Theobroma cacao L.) di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia,
Jember, Jawa Timur.

B. Tujuan Umum Pelaksanaan Kerja Lapangan


a. Melatih mahasiswa agar terampil dan berpengalaman di dalam kegiatan pertanian
yang sesuai dengan bidangnya, khususnya tentang pemuliaan tanaman kakao.
b. Mendapatkan pengetahuan, wawasan dan ketrampilan khususnya dalam bidang
pertanian, terutama tentang pemuliaan tanaman kakao.
c. Melibatkan mahasiswa secara langsung agar dapat mengetahui berbagai persoalan
yang timbul dalam praktik pertanian dan menemukan solusinya, khususnya tentang
pemuliaan tanaman kakao.
d. Memberikan gambaran kepada mahasiswa tentang hubungan antara teori dan aplikasi
di lapangan serta faktor-faktor yang mempengaruhi di antara keduanya.
e. Memberikan gambaran dunia kerja kepada mahasiswa sehingga mahasiswa sudah
mempunyai persiapan untuk terjun dalam dunia kerja dan lingkungan masyarakat.

C. Tujuan Khusus Pelaksanaan Kerja Lapangan


a. Mengetahui dan mempelajari secara langsung pemuliaan tanaman kakao (Theobroma
cacao L.) secara lengkap di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember,
Jawa Timur.
b. Mengetahui dan mempelajari secara khusus mengenai pemuliaan tanaman kakao
(Theobroma cacao L.) di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember, Jawa
Timur.

2
D. Kegunaan Kerja Lapangan
1. Memenuhi persyaratan kurikulum program strata satu (S1) di Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada.
2. Memperoleh pengetahuan dan wawasan yang luas tentang pemuliaan tanaman kakao
(Theobroma cacao L.) di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember, Jawa
Timur.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran tanaman kakao

Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam dapat


mencapai ketinggian 10m. Namun kakao yang dibudidayakan tidak lebih dari 5m dengan
tajuk menyamping yang meluas, karena dilakukan pemangkasan selama perawatan
tanaman budidaya. Bunga kakao tumbuh langsung dari batang (cauliflorous). Bunga
sempurna berukuran kecil (diameter maksimum 3cm), tunggal, namun nampak terangkai
karena sering sejumlah bunga muncul dari satu titik tunas. Kakao secara umum adalah
tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki sistem inkompatibilitas-sendiri. Bunga siap
diserbuki dalam jangka waktu beberapa hari.Walaupun demikian, beberapa varietas kakao
mampu melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan jenis komoditi dengan nilai
jual yang lebih tinggi. Penyerbukan bunga dilakukan oleh serangga (terutama lalat kecil
(midge) Forcipomyia, semut bersayap, aphid, dan beberapa lebah Trigona) yang biasanya
terjadi pada malam hari (Anonim, 2010). Pada bunga kakao sering terjadi
inkompatibilitas yang menyebabkan tanaman tersebut harus menyerbuk silang karena
penyerbukan sendiri sulit terjadi. Kompatibilitas pada kakao dapat terjadi namun hal
tersebut jarang terjadi. Inkompatibilitas pada kakao dapat dimanfaatkan untuk
mendapatkan varietas hibrida.

Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam budidaya kakao antara lain hama
penggerek buah kakao, layu pentil, kualitas biji yang rendah dan regenerasi embrio
melalui kultur jaringan. Usaha perbanyakan kakao melalui kultur jaringan untuk
memperoleh tanaman klonal telah dilakukan namun masih menemui banyak kendala.
Berbagai macam eksplan seperti kelopak bunga, staminode dan daun telah diuji namun
belum berhasil dengan baik. Kendala yang sering dijumpai antara lain inisiasi kalus dan
embryogenesis. Terbentuknya senyawa fenolik teroksidasi dan lendir yang sangat cepat,
menghambat proses diferensiasi. Demikian juga reprodusibilitas prosedur dan kondisi
regenerasi tergolong sangat rendah (Tahardi & Mardiana, 1995, cit. Triastanto et. al.,
2006). Permasalahan yang muncul dalam budidaya kakao sebagian seperti masalah
produktivitas dan kualitas yang rendah, dan kurang tahan akan hama dan penyakit

4
solusinya adalah membudidayakan varietas kakao yang unggul hasil dari pemuliaan
tanaman.

Penelitian pemuliaan kakao di Indonesia dimulai pada tahun 1912 yang dipelopori
oleh van Hall dengan metode seleksi pohon induk di perkebunan Djati Roenggo pada
populasi hibrid Trinitario, dan di perkebunan Getas pada populasi Forastero. Seleksi Djati
Roenggo dilakukan pada populsi tanaman berumur 10-20 tahun dengan parameter daya
hasil, kualitas hasil, serta ketahanannya terhadap serangan penggerek buah kakao,
Helopeltis dan penyakit busuk buah. Kemudian dari seleksi tersebut diperoleh 24 seri
klon DR, diantaranya klon DR1, DR2 dan DR38 yang sampai sekarang tetap menjadi
klon andalah kakao mulia Indonesia dan di dunia dikenal dengan nama Java Criollo
(Langsa dan Ruruk, 2007).

Marita et. al.,(2001) melaporkan bahwa beberapa kakao yang berasal dari daerah
Amazon bagian atas memiliki sifat toleran terhadap penyakit witches broom yaitu SCA 6,
SCA 12, C SUL 3, C SUL 4, C SUL 7 dan CCN 10. Kakao yang mampu mempunyai sifat
yang toleran berkisar 67%, sehingga untuk masa mendatang kakao yang berasal dari
daerah sekitar daerah koleksi SCA dan C SUL akan difokuskan untuk penelitian
selanjutnya untuk kakao tahan penyakit. Dari segi pemuliaan pencapaian populasi
tanaman yang memiliki sifat tahan terhadap penyakit sangatlah penting.

Prospek dalam pemuliaan untuk masa kini dan masa mendatang yaitu merakit
tanaman artifisial yang memiliki gen baru. Hal tersebut dapat dicapai dengan
memanfaatkan teknologi DNA rekombinan dan dengn teknologi secara in vitro (van der
Have, 1979).

B. Pemuliaan Kakao
Arah strategi pemuliaan ketahanan tanaman kakao terutama tertuju pada penggunaan
metode seleksi, mengingat tanaman kakao berdaur hidup panjang sehingga kurang
memungkinkan metode persilangan berulang dapat diterapkan secara efisien dalam
program pemuliaan. Sifat tanaman kakao yang menyerbuk silang merupakan potensi alam
yang bermanfaat bagi program pemuliaan. Persilangan antar tanaman kakao akan
melibatkan tetua yang bukan galur murni 9non-homozygous). Sehingga pada generasi

5
turunannya akan bermunculan segregan-segregan dalam keanekaragaman yang tinggi
(wood,1979 cit susilo et al, 2002).
Faktor genetik dan lingkungan berimbang berpengaruh terhadap ketahanan tanaman
terhadap P. Palmivora. Sehingga kerentanan tanaman menjadi maksimum jika kondisi
lingkungannya memberikan dukungan optimum bagi pertumbuhan P. Palmivora. Luas
bercak merupakan tolak ukur ketahanan atau kerentanan tanaman kakao terhadap
serangan P. Palmivora. Seleksi akan kurang efktif jika lingkungan tidak mendukung
secara maksimum. P. Palmivora tumbuh optimum pada musim hujan dengan kelembaban
udara yang tinggi.
Daya gabung umum memberikan pengaruh lebih dominan daripada daya gabung
khusus. Klon-klon yang memiliki pengaruh daya gabung umum tidak nyata terhadap sifat
kerentanan VSD. Sebaliknya pengaruh daya gabung umum tidak nyata menghasilkan
turunan yang tahan terhadap VSD pewarisan sifat rentan VSD pada kakao dikendalikan
oleh gen-gen bertindak aditif (Susilo et. al., 2001)
Menurut Suhendi et. al (2000) pengaruh tetua betina tampak berbeda secara nyata
antar klon, namun sebaliknya pengaruh tetua jantan tidak berbeda nyata antar klon kecuali
klon KEE2. Sedangkan menurut Cope 1969 peran gamet jantan maupun betina pada
tanaman kakao sama besarnya shingga tidak akan terjadi perbedaan kompatibilitas pada
persilangan resiprokalnya.
Klon yang bersifat kompatibel menyerbuk sendiri diduga memiliki alel sterilitas
heterozygot dan klon-klon yang tidak kompatibel menyerbuk sendiri diduga alel
sterilitasnya homozygote. Klon-klon yang bersifat tidak kompatibel menyerbuk sendiri
berpotensi untuk digunakan sebagai tetua betina dalam pembuatan varietas hibrida.
Klon-klon yang memiliki alel sterilitas dengan tingkat dominansi sama tidak akan
saling kompatibel melakukan persilangang, dan kompatibilitas akan terjadi antar kon
yang tingkat dominansi alel sterilitasnya berbeda (Bartley dan Cope 1972, Pueseglove
1969) Klon KEE, TSH 858 dan Sca 12 sifat kompatibilitas persilangan ya umu, sehingga
dapat dikombinasikan dari kesembilan klon yang diuji.

6
BAB III
METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Lapangan


Praktek kerja lapangan akan dilaksanakan selama satu bulan (1 Juli sampai dengan
31 Juli 2010). Kegiatan kerja lapangan akan dilaksanakan di Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia, Jember, Jawa Timur.

B. Metodologi Pelaksanaan Kerja Lapangan


Pelaksanaan kegiatan kerja lapangan ini menggunakan metode sebagai berikut:
1. Metode Langsung
- Wawancara, yaitu metode pengumpulan data dan informasi dengan mengajukan
pertanyaan kepada petugas dan pihak terkait dengan kegiatan kerja lapangan.
- Observasi atau pengamatan, yaitu metode pengumpulan data secara langsung di
lapangan.
- Dokumentasi dengan mengambil foto-foto di tempat kerja lapangan.
- Praktek langsung pada beberapa kegiatan pemuliaan tanaman kakao.
2. Metode Tidak langsung
a. Studi pustaka, yaitu pengumpulan data dengan
membaca pustaka mengenai pemuliaan tanaman kakao.
b. Pengumpulan data sekunder yang tersedia di Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember, Jawa Timur.

C. Ruang Lingkup Masalah


1. Sejarah berdirinya Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember, Jawa Timur.
2. Struktur organisasi dan pengelolaan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia,
Jember, Jawa Timur.
3. Keadaan fisik dan operasional Kebun yang dimiliki oleh Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia meliputi:

a. Lokasi Penelitian, topografi, serta keadaan iklim


1. Tinggi tempat
2. Temperatur
3. Curah hujan

7
b. Koleksi klon kakao
c. Teknis operasional pengelolaan
4. Kegiatan Pemuliaan
a. Persiapan tetua
b. Teknis pelaksanaan pemuliaan
c. Standar yang digunakan untuk mengevaluasi klon
d. Evaluasi klon yang dihasilkan
e. Cara perbanyakan untuk klon yang unggul
f. Pemeliharaan klon
5. Sarana dan prasarana pemuliaan yang dimiliki.
6. Permasalahan mengenai pemuliaan kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia, Jember, Jawa Timur.
7. Data kegiatan pemuliaan yang pernah dilakukan beserta hasilnya
8. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan, terutama masalah khusus yang terjadi dalam
pemuliaan tanaman kakao.

BAB IV
HASIL KEGIATAN

A. KEADAAN UMUM PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO


INDONESIA
1. Sejarah Berdirinya Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia

8
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI) didirikan pada tanggal 1 Januari
1911 dengan nama Besoekisch Proefstation. Sejak didirikan pada tahun 1911, Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia berkantor di Jalan Panglima Besar Sudirman No. 90
Jember, namun mulai tahun 1987 seluruh kegiatan/operasional dipindahkan ke kantor baru
yang berlokasi di Jalan Perkebunan Renteng, desa Nogosari, kecamatan Rambipuji,
kabupaten Jember yang berjarak ± 20 km arah barat daya dari kota Jember.
PPKKI merupakan lembaga penelitian tanaman perkebunan yang mempunyai mandat
untuk melaksanakan penelitian dan pengembangan komoditas Kopi dan Kakao secara
nasional, sesuai SK Menteri Pertanian No. 786/Kpts/Org/9/1981, tanggal 9 September 1981.
Sebagai salah satu lembaga penelitian tanaman perkebunan, Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia secara fungsional berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Departemen Pertanian Republik Indonesia, sedangkan secara struktural
merupakan salah satu unit kerja Lembaga Riset Perkebunan Indonesia – Asosiasi Penelitian
Perkebunan Indonesia (LRPI-APPI). Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia merupakan
salah satu lembaga penelitian yang telah terakreditasi oleh Komisi Nasional Akreditasi
Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP), sesuai sertifikat KNAPPP No.
006/Kp/KA-KNAPPPP/I/2008.

2. Struktur Organisasi, Tugas Pokok, serta Visi dan Misi


Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao dipimpin oleh seorang Direktur, dibantu oleh empat
pejabat lapis dua, yang masing-masing membantu tugas direktur dalam bidang penelitian,
bidang usaha, bidang industri rintisan, serta biro umum dan Sumber Daya Manusia (SDM).
Susunan pimpinan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia pada saat ini adalah sebagai
berikut:
1. Direktur : Teguh Wahyudi, Ir., M.Eng, Dr.
2. Kepala Bidang Penelitian : Soetanto Abdoellah, Ir., SU., Dr.
3. Kepala Bidang Usaha : Suryo Wardani, Ir., MP.
4. Kepala Biro Umum : Agus Budi Santoso, Ir., MM.
5. Manajer Industri Rintisan : Cahya Ismayadi, Ir., MSc.
Untuk pelaksanaan tugas penelitian, para peneliti dikelompokkan dalam Kelompok
Peneliti yang diketuai oleh Ketua Kelompok Peneliti (Kakelti) dan di dalam melaksanakan
tugasnya dikoordinasi oleh Kepala Bidang Penelitian. Selanjutnya dalam melaksanakan
tugas, kepala bidang, kepala biro dan manager dibantu oleh kepala urusan. Bidang Penelitian

9
meliputi Urusan Perencanaan dan Pelaporan, Urusan Kerjasama Penelitian, Urusan
Informasi dan Pelatihan, Urusan KP Kaliwining, Urusan KP Sumber Asin, serta Urusan KP
Andungsari. Bidang Usaha meliputi Urusan Produksi Bahan Tanam dan Urusan Pemasaran.
Bidang Industri Rintisan meliputi Asisten Manajer Industri Hilir dan Asisten Manajer
Industri Hulu. Biro Umum dan SDM meliputi Urusan Rumah Tangga, Urusan Akuntansi
dan Keuangan, Sekretariat Pimpinan/Tata Usaha, dan Satuan Pengawasan Intern. Struktur
organisasi PPKKI dapat dilihat pada Gambar 1.
PPKKI mempunyai tiga tugas pokok yaitu melakukan penelitian untuk mendapatkan
varietas/klon unggul baru dan paket teknologi di bidang budidaya dan pengolahan hasil kopi
dan kakao, melakukan kegiatan pelayanan kepada petani/pekebun kopi dan kakao di seluruh
wilayah Indonesia guna memecahkan masalah dan mempercepat alih teknologi, serta
membina kemampuan di bidang sumber daya manusia, sarana dan prasarana untuk
mendukung kegiatan penelitian dan pelayanan.
Visi PPKKI adalah menjadi lembaga penelitian yang handal dan produktif dalam
menciptakan dan mengembangkan teknologi yang terkait dengan perkebunan kopi dan
kakao. Misi PPKKI yaitu menjadi pelopor kemajuan industri kopi dan kakao, menjadi mitra
pelaku usaha dengan pemerintah dalam mengembangkan inovasi teknologi baru, serta
menjadi pusat informasi dan pengembangan sumber daya manusia dalam meningkatkan daya
saing.

10
Direktur
Dr. Teguh Wahyudi

Manajer Kepala Bidang Kepala Bidang Kepala Biro Umum


Industri Rintisan Usaha Penelitian dan SDM
Ir. Cahya Ismayadi, MSc. Ir. Suryo Wardani, MP. Dr. Soetanto Abdoellah Ir. Agus Budi Santoso, MM.

Kepala Asisten Asisten Kepala Kepala Kepala Urusan Kepala Urusan Kepala Urusan Kepala Kakelti Tanah dan Air Kepala Kepala Kepala
Urusan Manajer Manajer Urusan Urusan KP Kaliwining Informasi dan Perencanaan Urusan Dr. John Bako Baon Urusan Urusan Urusan
Industri Industri Produksi dan Pemasaran Ir. Nurkholis Pelatihan dan Pelaporan Kerjasama Keuangan Rumah Personalia
SPI
Hilir Hulu Pembibitan Penelitian dan Tangga
Ir. Sahali, MM Ir. Sudarsianto Kepala Urusan Ir. Kakelti Bioteknologi dan Pasca Panen
Mujiyantoro Akuntansi
Ir. Sugiar Ir. Suhartono Ir. Heri Ir. Purmiati Astuti Ir. Hendro
KP Sumber Asin Ningsih Winarno, MP Dr. Sri Mulato Moch. Wowok Endah Sri
Ir. Sobadi Djaelani Harkiyanto Rahayu,SE

Kepala Urusan Kakelti Produksi


KP Andungsari Ir. Sri Sukamto, MP.
Ir. Agus Saryono

Gambar 1. Struktur Organisasi PPKKI

11
3. Sumber Daya Manusia dan Infrastruktur di Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
Pada saat ini PPKKI didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berjumlah 279 orang. Komposisi SDM sampai dengan bulan Desember 2009
berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 1., sedangkan komposisi
peneliti berdasar bidang keahliaan dan jabatan fungsionalnya dapat dilihat pada
Tabel 2. dan Tabel 3.

Tabel 1. Komposisi SDM berdasarkan Tingkat Pendidikan sampai dengan Desember


2009
Tingkat Unit Kerja Jumlah
Pendidikan Penelitian Pelayanan Administrasi Keb. Percob.
S3 7 - 2 - 9
S2 15 - 3 - 18
S1 16 5 5 9 35
SO 8 - 5 - 13
SLTA 30 3 23 12 68
SLTP 8 - 11 3 22
SD/Lainnya 16 1 39 58 114
Jumlah 100 9 88 78 279
Sumber: Profil PPKKI 2009

Tabel 2. Komposisi Peneliti berdasarkan Bidang Keahlian sampai dengan Desember


2009
Kelompok/Bidang S3 S2 S1 S0 Jumlah
Pra Panen
- Pemuliaan 2 1 3 - 6
- Agronomi 1 3 4 - 8
- Perlindungan Tanaman - 3 1 - 4
- Tanah & Pemupukan 3 2 - - 5
- Bioteknologi - 2 3 - 5
Pasca Panen 3 1 3 - 7
Jumlah 9 12 14 - 35
Sumber: Profil PPKKI 2009

Tabel 3. Komposisi Peneliti berdasarkan Jabatan Fungsional sampai dengan


Desember 2009
Kelompok/Bidang S3 S2 S1 S0 Jumlah
Peneliti Utama 7 4 - - 11
Peneliti Madya 2 7 2 - 11
Peneliti Muda - 1 - - 1

12
Peneliti Pertama - - 5 - 5
Non Klas - - 7 - 7
Jumlah 9 12 14 - 35
Sumber: Profil PPKKI 2009

Selain didukung oleh SDM yang ada, kegiatan penelitian, pelayanan, dan
usaha yang dilakukan oleh PPKKI didukung pula oleh infrastruktur yang memadai
seperti laboratorium dan rumah kaca. Laboratorium dan rumah kaca yang dimiliki
oleh PPKKI antara lain dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Laboratorium dan Rumah Kaca di PPKKI

No. Uraian Luas/ Jumlah Lokasi


1. Lab. Agronomi 300 m2 Kaliwining
2. Lab. Teknologi Benih dan Fisiologi 325 m2 Kaliwining
3. Lab. Pemuliaan 272 m2 Kaliwining
4. Lab. Nematoda 94 m2 Kaliwining
5. Lab. Hama 188 m2 Kaliwining
6. Lab. Penyakit 157 m2 Kaliwining
7. Lab. Gulma 149 m2 Kaliwining
8. Lab. Fisika Tanah 348 m2 Kaliwining
9. Lab. Kultur Jaringan (SE) 1.968 m2 Jember
10. Lab. Pasca Panen 2 unit Jember dan Kaliwining
11. Green house 3 unit Kaliwining
12. Lath house 1 unit Kaliwining
Sumber: Profil PPKKI 2009

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia memiliki tiga Kebun Percobaan
(KP) yaitu KP Kaliwining, KP Sumber Asin, dan KP Andungsari. KP Kaliwining
terletak di Desa Nogosari, Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember. Topografi KP
Kaliwining datar berupa dataran rendah dengan ketinggian (altitude) 45 m di atas
permukaan laut (m dpl) dengan suhu maksimum rata-rata 33 °C, suhu minimum rata-
rata 21,6°C, kelembaban relatif rata-rata 87%, dan evaporasi rata-rata 3,75 mm. Jenis
tanah di KP Kaliwining berupa latosol dan regosol dengan tekstur top soil clay loam
dan sub soilnya clay. Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, KP Kaliwining
termasuk tipe curah hujan D dengan curah hujan rata-rata 1.957 mm/tahun, bulan
kering rata-rata 4,3 bulan/tahun, dan bulan basah rata-rata 6,5 bulan/tahun. KP
Kaliwining memiliki luas 172,1474 ha. Lokasi KP Kaliwining ini sama dengan

13
lokasi kantor pusat kegiatan/operasional PPKKI. Di KP Kaliwining terdapat
bangunan kantor, laboratorium, rumah dinas, dan kebun percobaan/penelitian/pem-
bibitan/bedengan kopi, kakao, dan tanaman kayu-kayuan. Selain kebun yang terletak
di Kecamatan Rambipuji, ada pula tiga kebun lain di Kabupaten Jember yang
pengelolaannya bersama dengan KP Kaliwining yaitu kebun yang terletak di Desa
Sukowiryo, Kecamatan Jelbuk (+ 180 m dpl), kebun di Desa Wirolegi, Kecamatan
Pakusari (+ 89 m dpl), serta kebun di Desa Jember Lor, Kecamatan Patrang (+ 89 m
dpl).
Kebun Percobaan yang kedua adalah KP Sumber Asin. KP Sumber Asin
terletak di Kecamatan Manjing Wetan, Turen, Malang dengan ketinggian tempat
(altitude) 550-650 m di atas permukaan laut. KP Sumber Asin memiliki luas
104,1700 ha. Di KP Sumber Asin terdapat bangunan kantor, rumah dinas, gudang,
pabrik, serta kebun percobaan dan penelitian kopi dan kakao.
Kebun Percobaan yang ketiga adalah KP Andungsari yang terletak di Desa
Kupang, Kecamatan Pakem, Kabupaten Bondowoso dengan ketinggian tempat
(altitude) 1100-1460 m di atas permukaan laut. KP Andungsari memiliki luas
106,5140 ha. Di KP Andungsari terdapat bangunan kantor, rumah dinas, gudang,
pabrik, kebun percobaan dan penelitian kopi arabika, serta koleksi kopi arabika dan
lamtoro.

4. Klon-Klon Unggul Kakao di Pusat Penelitian Kopi


dan Kakao Indonesia
Klon-klon kakao yang ada di kebun percobaan milik PPKKI antara lain DR 1,
DR 2, DR 38, DRC 16 (kakao mulia); GC 7, ICS 3, ICS 60, TSH 858, UIT 1, RCC
70, RCC 71, RCC 72, RCC 73 (kakao lindak); KW 118, KW 109 (kakao mulia,
toleran terhadap P. palmivora dan Helopeltis); KW 38, KW 40 (kakao lindak, toleran
terhadap P. palmivora dan Helopeltis); KEE 2 (toleran terhadap VSD); serta KW 215
(toleran terhadap PBK). Klon-klon tersebut merupakan klon-klon unggul yang
dianjurkan sebagai bahan tanam kakao. Selain itu, klon-klon yang digunakan sebagai
bahan persilangan adalah klon DR, ICS, TSH, dan UIT yang memiliki biji besar
dengan klon Sca 6 atau Sca 12 yang memiliki biji kecil tetapi tahan terhadap
penyakit utama kakao seperti penyakit busuk buah Phytophthora palmivora.

14
B. KEGIATAN PEMULIAAN TANAMAN KAKAO (Theobroma
cacao L.) DI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA
Kegiatan pemuliaan tanaman kakao yang ada di Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao merupakan kegiatan-kegiatan penelitian yang merupakan tugas PPKKI untuk
melakukan penelitian guna mendapatkan varietas/klon unggul baru dan paket
teknologi di bidang budidaya kakao. Pemuliaan tanaman kakao merupakan usaha
yang harus dilakukan untuk memperoleh bahan tanam yang unggul. Pemuliaan
tanaman kakao meliputi rangkaian kegiatan seperti mempersiapkan koleksi plasma
nutfah, melakukan pengujian klon, menyilangkan antarklon, dan melakukan
pengujian hasil silangan klon.

Koleksi plasma nutfah

Pengujian klon

Entres klon unggul


Klon unggul

Persilangan antarklon
(menghasilkan hibrida F1)

Benih hibrida F1
Hibrida F1 unggul

Pengujian hibrida

Seleksi individu pohon unggul

Individu pohon terpilih

Gambar 2. Rangkaian kegiatan pemuliaan tanaman


Sumber: Iswanto dan Winarno, 1992 cit. Wahyudi, 2008

Kegiatan pemuliaan yang diikuti selama bulan juli yaitu pengujian kualitas biji
kakao, mengkarakterisasi daun dan bunga pada kakao hibrida, pengambilan entres

15
untuk kakao KW 516, KW 604 dan KW 617, pengamatan pembuahan pada klon
unggul harapan kakao dari uji multi lokasi, melakukan pengamatan metaxenia pada
kakao kemudian pengamatan pembuahan, mengikuti kenal kebun bersama
mahasiswa Kerja Lapangan yang lain dan pengamatan VSD pada kakao uji
multilokasi hibrida asal malaysia dan pengamatan hasil sambungan terhadap
beberapa varietas kakao.

1. Pengujian kualitas biji kakao


Tempat : KP Kaliwining
Pendamping : Indah Anita Sari, SP dan Sukarmin
Uraian kegiatan :
Pengujian kualitas biji kakao dilakukan pada tanggal 5 Juli 2010. Pengujian
kualitas biji ini sangat penting dilakukan dengan mengambil sampel dari biji
kakao yang sudah kering. Lalu dari sampel tersebut seluruh benih di timbang
kemudian di catat beratnya lalu di pisahkan antara biji yang baik dan biji kepeng
setelah itu msing-masing biji baik biji baik maupun biji kepeng ditimbang
kemudian di hitung masing-masing biji baik yang kepeng maupun yang biji baik.

2. Karakterisasi daun dan bunga pada kakao hibrida


Tempat : KP Kaliwining
Pendamping : Dr. Agung Wahyu Susilo, Indah Anita Sari, SP dan Sukarmin
Uraian kegiatan :
Dilaksanakan pada tanggal 5 juli 2010 yaitu pengkarakterisasi bunga dan
daun. Parameter yang perlu diamati yaitu panjang tangkai bunga, antosianin pada
tangkai, petala, sepala, dan staminode, kemudian staminode membuka, menutup
atau lurus. Kemudian karakterisasi pada flush yang diperhatikan adalah warna
dari flush tersebut ada berbagai macam warna yang digunakan untuk
mengklasifikasi warna flush yaitu kecoklatan, kuning, coklat kekuningan, merah,
merah tua, coklat, merah cerah, merah muda, kuning kemerahan, kemerahan,
merah kecoklatan, kemerahan, coklat cerah, coklat tua, dan coklat kemerahan.
Kemudian juga dilakukan karakterisasi terhadap daun muda yaitu warna kuning,
coklat, kecoklatan merah kecoklatan, hijau, coklat kemerahan, coklat tua dan

16
kehijauan. Tidak hanya itu saja pengkarakterisasian juga pada parameter bentuk
daun yaitu elips, oblong, lancet lalu untuk ujung daun terdiri dari merunding
pendek dan meruncing panjang, sedangakan parameter terakhir yang diamati
adalah permukaan daun yaitu datar, agak bergelombang dan bergelombang.
Sebagai contoh:
HKW 1: KWN blok III perlakuan 1 tanaman no 1

Tangkai bunga Sedang

Antosianin tangkai +1

Staminode Lurus

Antosianin petala +1

Antosianin sepala +1

Antosianin staminode +1

Warna flush Merah

Warna daun muda Merah kecoklatan

Bentuk daun Elips

Ujung daun Meruncing pendek

Permukaan daun Agak bergelombang

3. Pengambilan entres
Tempat : KP Kaliwining
Pendamping : Sukarmin
Uraian kegiatan :
Kakao KW 516, KW 604 dan KW 617 diambil entresnya untuk selanjutnya
dikirim ke tempat tujuan untuk uji multilokasi. Pengambilan entres dilakukan di
kebun entres dan sebagian di kebun produksi. Entres diambil dari cabang-cabang
plagiotrop yaitu cabang yang tumbuh ke arah horizontal. Kemudian diambil
cabang-cabang plagiotrop tersebut dipotong sepanjang 15-45cm, cabang-cabang
yang telahdipotong kemudian dihilangkan daunnya. Pada saat ini kakao di KP

17
Kaliwining banyak yang terserang VSD termasuk kakao KW 516, KW 604. Dari
kedua jenis kakao tersebut kakao KW 516 yang paling parah terkena serangan
VSD hampir seluruh tanaman KW 516 di KP Kaliwining terserang VSD. Ciri-ciri
dari batang kakao yang terserang VSD adalah daun yang menguning kemudian
jika batang dipotong, pada penampang melintang batang terdapat bercak atau
noktah coklat. Kemudian jika cabang yang sudah terkena VSD digunakan sebagai
entres maka walaupun disambung dengan batang bawah tetapi tidak dapat
bertahan lama dan kurang lebih satu minggu sambungan akan mati. Setelah
batang diambil maka kemudian di bawa ke ruang pengemasan.
Cara pengemasan entres yaitu batang yang masih sangat panjang dipotong
disesuaikan dengan ukuran kardus, lalu ujung-ujung entres bekas potongan (yang
telah dilukai) di tutup dengan lapisan parafin, lappisan ini sangat berfungsi agar
entres tidak rusak, setelah itu dibungkus dengan koran dan plastik yang telah
diberi .... sebagai penjaga kelembaban entres selama pengiriman.

4. Pengamatan pembuahan pada uji multilokasi klonal


Tempat : KP Kaliwining
Pendamping : Indah Anita Sari, SP dan Sukarmin
Uraian kegiatan :
Uji multi lokasi klonal yang dilaksanakan di KP Kaliwining dilakkan dengan
RCBD 4 blok dengan masing-masing blok ada 20 perlakuan dan dalam setiap
perlakuan digunakan 12 tanaman dan 5 tanaman terpilih yang baik yang
digunakan sebagai sampel.
Pengamatan pembuahan dilakukan secara rutin setiap bulan untuk
mengetahui potensi produksi suatu klon kakao. Pengamatan pembuahan dilakukan
dengan menghitung jumlah buah kecil, buah sedang, buah besar, serta buah yang
busuk. Buah yang termasuk buah kecil adalah buah dengan ukuran panjang < 5
cm. Buah yang termasuk buah sedang mempunyai ukuran panjang >5-10 cm.
Buah yang termasuk buah besar yaitu buah dengan ukuran panjang >10 cm. Buah
yang busuk adalah buah baik itu buah yang kecil, sedang, dan besar namun tidak
mampu tumbuh lebih besar lagi dan warnanya menghitam.

18
5. Pengamatan metaxenia pada buah kakao
Tempat : KP Kaliwining
Pendamping : Indah Anita Sari, SP.
Uraian kegiatan :
Buah hasil persilangan di buka kemudian dipisahkan antara biji yang baik
dan biji kepeng stelah dipisahkan biji kepeng dihitung lalu dibuang dan biji yang
baik yang masih ber-pulp di timbang, setelah itu biji tersebut dihilangkan pulpnya
menggunakan serbuk gergaji namun tidak sampai kulit ari pembungkus biji hilang
lalu ditimbang dan diukur volumenya. Kemudian pada volume terentu dihitung
jumlah biji kakao tersebut. Langkah terakhir biji dikupas kulit arinya dan
direndam dalam air untuk di semai esok harinya.

6. Pengamatan VSD pada uji multilokasi hirbida kakao


asal Malaysia
Tempat : Kaliputih, Banyuwangi
Pendamping : Indah Anita Sari, SP dan Sukarmin
Uraian Kegiatan :
Arah strategi pemuliaan ketahanan tanaman kakao terutama tertuju pada
penggunaan metode seleksi, mengingat tanaman kakao berdaur hidup panjang
sehingga kurang memungkinkan metode persilangan berulang dapat diterapkan
secara efisien dalam program pemuliaan (wood,1979 cit susilo et al, 2002). Dalam
hal ini ketahanan kakao terhadap VSD sangatlah penting. penyakit VSD (vacular-
streak dieback) disebabkan oleh jamur Oncobasidium theobromae Talbot &
Keane (Keane, 2000; Pawirosoemardjo & Purwantara, 1992; Lambert, 2002).
Oncobasidium theobromae merupakan patogen yang tidak biasa (Keane, 2000).
Jamur ini didiskripsikan oleh Talbot dan Keane pada tahun 1971 di Papua Nugini
sebagai genus bari dari famili Ceratobasidiaceae, ordo Tulasnelalles,
Basidiomycotina (Wahyudi, et al., 2008).
Gejala serangan VSD sangat spesifik, awalnya satu atau dua daun pada
flush kedua atau ketiga di belakang titik tumbuh mengalami khlorosis, terjadi
bercak-bercak hijau kecil yang berbatas tegas, yang tersebar pada latar belakang
yang berwarna kuning. Daun yang sakit akan gugur beberapa hari setelah

19
menguning (Halimah & Sri Sukamto, 2001). Setelah daun-daun gugur, tunas-
tunas lateral berkembang dari ketiak-ketiak daun. Daun-daun muda yang belum
mengeras pada ranting yang sakit akan mempunyai gambaran yang berpola daun
oak (becorak seperti bulu) karena matinya jaringan di antara tuang-tulang lateral.
Penyakit VSD akan menyebabkan matinya ranting, dan jika tidak ada hambatan
penyebab penyakit akan meluas ke cabang dan dapat menyebabkan atinya pohon.
Pegamatan atau skoring VSD dilakukan dengan melakukan pengamatan
pada semua individu hasil persilangan. Pedoman skoring VSD yang tepat
dilapangan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel Skor Gejala VSD

S Serangan Gejala
kor

0 Sehat 0% terinfeksi (0% infected)


(Healthy)

1 Sangat ringan <5% daun terinfeksi


(Very light)

2 Ringan (Light) 5-10% dan terinfeksi,


klorosis/nekrosis, belum ada daun
gugur, sudah ada pembengkakakn
lentisel

3 Sedang 10-25% daun terinfeksi,


( Moderat) klorosis, nekrosis, sudah ada daun
yang gugur dan terjadi pembengkakan
lentisel

4 Agak berat 25-50% daun terinfeksi,


(Moderately heavy) klorosis, nekrosis daun gugur dan
lentisel membengkak

5 Berat (Heavy) 50-75% daun terinfeksi,


klorosis, nekrosis, daun gugur,
lentisel membengkak, terdapat badan

20
buah

6 Sangat berat >75% daun terinfeksi, klorosis,


(Very heavy) nekrosis, daun gugur, lentisel
membengkak, terdapat badan buah,
terdapat ranting mati/kering

7. Pengamatan seleksi batang atas beberapa klon unggul


di Indonesia melalui teknik sambung pucuk
Tempat : KP Kaliwining
Pendamping : Indah Anita Sari, SP dan Sukarmin
Uraian kegiatan :
Penelitian ini menggunakan RCBD dengan 4 blok dan 15 perlakuan. Pada
penelitian kali ini digunakan 4 batang bawah dari 4 klon yang berbeda dan
digunakan 15 jenis batang atas yang berasal dari 15 klon yang berbeda. Parameter
yang diamati yaitu diameter batang atas, diameter batang bawah, diameter
pertautan, panjang batang atas hingga tunas tertinggi, jumlah tunas di atas batang
atas dan jumlah daun per tunas. Dari penelitian tersebut bertujuan untuk
mendapatkan kombinasi antara batang atas dan batang bawah yang terbaik untuk
disambung.

8. Persiapan batang bawah untuk teknik sambung pucuk

21
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Kakao. <http://id.wikipedia.org/wiki/kakao> Diakses tanggal 6 Maret


2010.

Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah. 2002. Sulawesi Tengah Dalam Angka 2001.
BPS Sulawesi Tengah, Palu,

Langsa, Yakop dan B. Ruruk. 2007. Kakao Nasional. Balai Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Sulawesi
Tengah.

Marita, J.M., J Nien Huis, J.L Pires and W. Maitken. 2001. Analysis of genetic
diversity in Theobroma cacao with emphasis on witches’ broom disease
resistance. Crop Science 41 : 1305-1316

Suhendi, Dedi, Agung Wahyu Susilo dan Surip Mawardi. 2000. Kompatibilitas
persilangan beberapa klon kakao (Theobroma cacao L.). Pelita Perkebunan
16: 85-91

Susilo, Agung Wahyu, Dedi Suhendi dan Surip Mawardi. 2001. Daya gabung sifat
ketahanan terhadap penyakit vascular-streak dieback beberapa klon kakao.
Pelita Perkebunan 7 : 97-104

Triastanto, O.F, M. Jusuf dan D. Santoso. 2006. Identifikasi homolog Tc AGL-15


untuk penanda embryogenesis tanaman kakao melalui pendekatan
bioinformatika. Menara Perkebunan 74 : 53-62.

Van der Have, D. J. 2001. Plant Breeding Perspectives. Centre for Agricultural
Publishing and Documntation. Wageningen, Netherland.

22

Anda mungkin juga menyukai