BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kakao merupakan komoditas perkebunan yang cukup penting dalam perekonomian
Indonesia. Tidak hanya untuk devisa negara namun kakao dibudidayakan untuk penyediaan
lapangan kerja dan sumber pendapatan sebagian penduduk Indonesia. Selain itu kakao
merupakan komoditas yang sangat potensial sebagai produk ekspor impor. Di seluruh dunia,
kakao digunakan sebagai bahan baku berbagai produk makanan dan kosmetik. Hal ini
merupakan peluang bagi Indonesia untuk menembus pasar internasional mengingat kakao
dapat tumbuh baik di Indonesia.
Kakao merupakan komoditas unggulan nasional dan daerah, komoditas ekspor non
migas yang berfungsi ganda yaitu sebagai sumber devisa negara dan menunjang pendapatan
asli daerah (PAD). Hal ini cukup mendasar karena harga kakao internasional saat ini cukup
tinggi dan momentum yang baik untuk dimanfaatkan petani atau pelaku usaha (masyarakat
agribisnis). Selama selang waktu 20 tahun terakhir produksi kakao di Indonesia meningkat
pesat. Luas pertanaman kakao di Indonesia tahun 1998 telah mencapai 570.000 ha, dengan
lebih dari 50 % luas areal tersebut terdapat di pulau Sulawesi. Luas areal tanaman kakao di
Sulawesi Tengah pada tahun 2001 mencapai 83.732 ha yang terdiri dari 4.689 ha perkebunan
besar dan 79.043 ha perkebunan rakyat, dengan rata-rata produksi 1,41 ton/ha (BPS Sulteng,
2002).
Namun pada saat ini produktivitas kakao di Indonesia masih tergolong rendah yaitu
sekitar 630kg/ha/tahun. Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) dan usia tanaman kakao yang
sudah tua menyebabkan produksi dan kualitas kakao Indonesia rendah. Untuk mengatasi hal
itu dibutuhkan solusi cepat untuk mengatasi persoalan kakao nasional. Fakta di lapangan
menyebutkan bahwa umumnya bahan tanam yang digunakan petani bukan berasal dari jenis
unggul dan lebih dari 95% masih berupa benih biji. Hal ini menyebabkan produksi kakao
nasional masih sulit diangkat melebihi 1 ton per hektar.
Dari hal itulah maka perlu diadakan kegiatan pemuliaan tanaman terhadap tanaman
kakao, untuk mendapatkan varietas-varietas yang unggul dengan sifat yang diinginkan. Sifat-
1
sifat tersebut dapat meliputi produksi kakao yang tinggi kemudian tahan hama dan penyakit
baik kakao lindak maupun mulia.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia adalah lembaga non profit yang
memperoleh mandat untuk melakukan penelitian dan pengembangan komoditas kopi dan
kakao secara nasional serta sebagai penyedia data dan informasi yang berhubungan dengan
kopi dan kakao, sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.
786/Kpts/Org/9/1981 tanggal 20 Oktober 1981. Oleh karena itu, pada praktek kerja lapangan
di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia ini penulis ingin mengambil tema pemuliaan
tanaman kakao (Theobroma cacao L.) di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia,
Jember, Jawa Timur.
2
D. Kegunaan Kerja Lapangan
1. Memenuhi persyaratan kurikulum program strata satu (S1) di Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada.
2. Memperoleh pengetahuan dan wawasan yang luas tentang pemuliaan tanaman kakao
(Theobroma cacao L.) di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember, Jawa
Timur.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam budidaya kakao antara lain hama
penggerek buah kakao, layu pentil, kualitas biji yang rendah dan regenerasi embrio
melalui kultur jaringan. Usaha perbanyakan kakao melalui kultur jaringan untuk
memperoleh tanaman klonal telah dilakukan namun masih menemui banyak kendala.
Berbagai macam eksplan seperti kelopak bunga, staminode dan daun telah diuji namun
belum berhasil dengan baik. Kendala yang sering dijumpai antara lain inisiasi kalus dan
embryogenesis. Terbentuknya senyawa fenolik teroksidasi dan lendir yang sangat cepat,
menghambat proses diferensiasi. Demikian juga reprodusibilitas prosedur dan kondisi
regenerasi tergolong sangat rendah (Tahardi & Mardiana, 1995, cit. Triastanto et. al.,
2006). Permasalahan yang muncul dalam budidaya kakao sebagian seperti masalah
produktivitas dan kualitas yang rendah, dan kurang tahan akan hama dan penyakit
4
solusinya adalah membudidayakan varietas kakao yang unggul hasil dari pemuliaan
tanaman.
Penelitian pemuliaan kakao di Indonesia dimulai pada tahun 1912 yang dipelopori
oleh van Hall dengan metode seleksi pohon induk di perkebunan Djati Roenggo pada
populasi hibrid Trinitario, dan di perkebunan Getas pada populasi Forastero. Seleksi Djati
Roenggo dilakukan pada populsi tanaman berumur 10-20 tahun dengan parameter daya
hasil, kualitas hasil, serta ketahanannya terhadap serangan penggerek buah kakao,
Helopeltis dan penyakit busuk buah. Kemudian dari seleksi tersebut diperoleh 24 seri
klon DR, diantaranya klon DR1, DR2 dan DR38 yang sampai sekarang tetap menjadi
klon andalah kakao mulia Indonesia dan di dunia dikenal dengan nama Java Criollo
(Langsa dan Ruruk, 2007).
Marita et. al.,(2001) melaporkan bahwa beberapa kakao yang berasal dari daerah
Amazon bagian atas memiliki sifat toleran terhadap penyakit witches broom yaitu SCA 6,
SCA 12, C SUL 3, C SUL 4, C SUL 7 dan CCN 10. Kakao yang mampu mempunyai sifat
yang toleran berkisar 67%, sehingga untuk masa mendatang kakao yang berasal dari
daerah sekitar daerah koleksi SCA dan C SUL akan difokuskan untuk penelitian
selanjutnya untuk kakao tahan penyakit. Dari segi pemuliaan pencapaian populasi
tanaman yang memiliki sifat tahan terhadap penyakit sangatlah penting.
Prospek dalam pemuliaan untuk masa kini dan masa mendatang yaitu merakit
tanaman artifisial yang memiliki gen baru. Hal tersebut dapat dicapai dengan
memanfaatkan teknologi DNA rekombinan dan dengn teknologi secara in vitro (van der
Have, 1979).
B. Pemuliaan Kakao
Arah strategi pemuliaan ketahanan tanaman kakao terutama tertuju pada penggunaan
metode seleksi, mengingat tanaman kakao berdaur hidup panjang sehingga kurang
memungkinkan metode persilangan berulang dapat diterapkan secara efisien dalam
program pemuliaan. Sifat tanaman kakao yang menyerbuk silang merupakan potensi alam
yang bermanfaat bagi program pemuliaan. Persilangan antar tanaman kakao akan
melibatkan tetua yang bukan galur murni 9non-homozygous). Sehingga pada generasi
5
turunannya akan bermunculan segregan-segregan dalam keanekaragaman yang tinggi
(wood,1979 cit susilo et al, 2002).
Faktor genetik dan lingkungan berimbang berpengaruh terhadap ketahanan tanaman
terhadap P. Palmivora. Sehingga kerentanan tanaman menjadi maksimum jika kondisi
lingkungannya memberikan dukungan optimum bagi pertumbuhan P. Palmivora. Luas
bercak merupakan tolak ukur ketahanan atau kerentanan tanaman kakao terhadap
serangan P. Palmivora. Seleksi akan kurang efktif jika lingkungan tidak mendukung
secara maksimum. P. Palmivora tumbuh optimum pada musim hujan dengan kelembaban
udara yang tinggi.
Daya gabung umum memberikan pengaruh lebih dominan daripada daya gabung
khusus. Klon-klon yang memiliki pengaruh daya gabung umum tidak nyata terhadap sifat
kerentanan VSD. Sebaliknya pengaruh daya gabung umum tidak nyata menghasilkan
turunan yang tahan terhadap VSD pewarisan sifat rentan VSD pada kakao dikendalikan
oleh gen-gen bertindak aditif (Susilo et. al., 2001)
Menurut Suhendi et. al (2000) pengaruh tetua betina tampak berbeda secara nyata
antar klon, namun sebaliknya pengaruh tetua jantan tidak berbeda nyata antar klon kecuali
klon KEE2. Sedangkan menurut Cope 1969 peran gamet jantan maupun betina pada
tanaman kakao sama besarnya shingga tidak akan terjadi perbedaan kompatibilitas pada
persilangan resiprokalnya.
Klon yang bersifat kompatibel menyerbuk sendiri diduga memiliki alel sterilitas
heterozygot dan klon-klon yang tidak kompatibel menyerbuk sendiri diduga alel
sterilitasnya homozygote. Klon-klon yang bersifat tidak kompatibel menyerbuk sendiri
berpotensi untuk digunakan sebagai tetua betina dalam pembuatan varietas hibrida.
Klon-klon yang memiliki alel sterilitas dengan tingkat dominansi sama tidak akan
saling kompatibel melakukan persilangang, dan kompatibilitas akan terjadi antar kon
yang tingkat dominansi alel sterilitasnya berbeda (Bartley dan Cope 1972, Pueseglove
1969) Klon KEE, TSH 858 dan Sca 12 sifat kompatibilitas persilangan ya umu, sehingga
dapat dikombinasikan dari kesembilan klon yang diuji.
6
BAB III
METODOLOGI
7
b. Koleksi klon kakao
c. Teknis operasional pengelolaan
4. Kegiatan Pemuliaan
a. Persiapan tetua
b. Teknis pelaksanaan pemuliaan
c. Standar yang digunakan untuk mengevaluasi klon
d. Evaluasi klon yang dihasilkan
e. Cara perbanyakan untuk klon yang unggul
f. Pemeliharaan klon
5. Sarana dan prasarana pemuliaan yang dimiliki.
6. Permasalahan mengenai pemuliaan kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia, Jember, Jawa Timur.
7. Data kegiatan pemuliaan yang pernah dilakukan beserta hasilnya
8. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan, terutama masalah khusus yang terjadi dalam
pemuliaan tanaman kakao.
BAB IV
HASIL KEGIATAN
8
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI) didirikan pada tanggal 1 Januari
1911 dengan nama Besoekisch Proefstation. Sejak didirikan pada tahun 1911, Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia berkantor di Jalan Panglima Besar Sudirman No. 90
Jember, namun mulai tahun 1987 seluruh kegiatan/operasional dipindahkan ke kantor baru
yang berlokasi di Jalan Perkebunan Renteng, desa Nogosari, kecamatan Rambipuji,
kabupaten Jember yang berjarak ± 20 km arah barat daya dari kota Jember.
PPKKI merupakan lembaga penelitian tanaman perkebunan yang mempunyai mandat
untuk melaksanakan penelitian dan pengembangan komoditas Kopi dan Kakao secara
nasional, sesuai SK Menteri Pertanian No. 786/Kpts/Org/9/1981, tanggal 9 September 1981.
Sebagai salah satu lembaga penelitian tanaman perkebunan, Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia secara fungsional berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Departemen Pertanian Republik Indonesia, sedangkan secara struktural
merupakan salah satu unit kerja Lembaga Riset Perkebunan Indonesia – Asosiasi Penelitian
Perkebunan Indonesia (LRPI-APPI). Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia merupakan
salah satu lembaga penelitian yang telah terakreditasi oleh Komisi Nasional Akreditasi
Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP), sesuai sertifikat KNAPPP No.
006/Kp/KA-KNAPPPP/I/2008.
9
meliputi Urusan Perencanaan dan Pelaporan, Urusan Kerjasama Penelitian, Urusan
Informasi dan Pelatihan, Urusan KP Kaliwining, Urusan KP Sumber Asin, serta Urusan KP
Andungsari. Bidang Usaha meliputi Urusan Produksi Bahan Tanam dan Urusan Pemasaran.
Bidang Industri Rintisan meliputi Asisten Manajer Industri Hilir dan Asisten Manajer
Industri Hulu. Biro Umum dan SDM meliputi Urusan Rumah Tangga, Urusan Akuntansi
dan Keuangan, Sekretariat Pimpinan/Tata Usaha, dan Satuan Pengawasan Intern. Struktur
organisasi PPKKI dapat dilihat pada Gambar 1.
PPKKI mempunyai tiga tugas pokok yaitu melakukan penelitian untuk mendapatkan
varietas/klon unggul baru dan paket teknologi di bidang budidaya dan pengolahan hasil kopi
dan kakao, melakukan kegiatan pelayanan kepada petani/pekebun kopi dan kakao di seluruh
wilayah Indonesia guna memecahkan masalah dan mempercepat alih teknologi, serta
membina kemampuan di bidang sumber daya manusia, sarana dan prasarana untuk
mendukung kegiatan penelitian dan pelayanan.
Visi PPKKI adalah menjadi lembaga penelitian yang handal dan produktif dalam
menciptakan dan mengembangkan teknologi yang terkait dengan perkebunan kopi dan
kakao. Misi PPKKI yaitu menjadi pelopor kemajuan industri kopi dan kakao, menjadi mitra
pelaku usaha dengan pemerintah dalam mengembangkan inovasi teknologi baru, serta
menjadi pusat informasi dan pengembangan sumber daya manusia dalam meningkatkan daya
saing.
10
Direktur
Dr. Teguh Wahyudi
Kepala Asisten Asisten Kepala Kepala Kepala Urusan Kepala Urusan Kepala Urusan Kepala Kakelti Tanah dan Air Kepala Kepala Kepala
Urusan Manajer Manajer Urusan Urusan KP Kaliwining Informasi dan Perencanaan Urusan Dr. John Bako Baon Urusan Urusan Urusan
Industri Industri Produksi dan Pemasaran Ir. Nurkholis Pelatihan dan Pelaporan Kerjasama Keuangan Rumah Personalia
SPI
Hilir Hulu Pembibitan Penelitian dan Tangga
Ir. Sahali, MM Ir. Sudarsianto Kepala Urusan Ir. Kakelti Bioteknologi dan Pasca Panen
Mujiyantoro Akuntansi
Ir. Sugiar Ir. Suhartono Ir. Heri Ir. Purmiati Astuti Ir. Hendro
KP Sumber Asin Ningsih Winarno, MP Dr. Sri Mulato Moch. Wowok Endah Sri
Ir. Sobadi Djaelani Harkiyanto Rahayu,SE
11
3. Sumber Daya Manusia dan Infrastruktur di Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
Pada saat ini PPKKI didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berjumlah 279 orang. Komposisi SDM sampai dengan bulan Desember 2009
berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 1., sedangkan komposisi
peneliti berdasar bidang keahliaan dan jabatan fungsionalnya dapat dilihat pada
Tabel 2. dan Tabel 3.
12
Peneliti Pertama - - 5 - 5
Non Klas - - 7 - 7
Jumlah 9 12 14 - 35
Sumber: Profil PPKKI 2009
Selain didukung oleh SDM yang ada, kegiatan penelitian, pelayanan, dan
usaha yang dilakukan oleh PPKKI didukung pula oleh infrastruktur yang memadai
seperti laboratorium dan rumah kaca. Laboratorium dan rumah kaca yang dimiliki
oleh PPKKI antara lain dapat dilihat pada Tabel 4.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia memiliki tiga Kebun Percobaan
(KP) yaitu KP Kaliwining, KP Sumber Asin, dan KP Andungsari. KP Kaliwining
terletak di Desa Nogosari, Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember. Topografi KP
Kaliwining datar berupa dataran rendah dengan ketinggian (altitude) 45 m di atas
permukaan laut (m dpl) dengan suhu maksimum rata-rata 33 °C, suhu minimum rata-
rata 21,6°C, kelembaban relatif rata-rata 87%, dan evaporasi rata-rata 3,75 mm. Jenis
tanah di KP Kaliwining berupa latosol dan regosol dengan tekstur top soil clay loam
dan sub soilnya clay. Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, KP Kaliwining
termasuk tipe curah hujan D dengan curah hujan rata-rata 1.957 mm/tahun, bulan
kering rata-rata 4,3 bulan/tahun, dan bulan basah rata-rata 6,5 bulan/tahun. KP
Kaliwining memiliki luas 172,1474 ha. Lokasi KP Kaliwining ini sama dengan
13
lokasi kantor pusat kegiatan/operasional PPKKI. Di KP Kaliwining terdapat
bangunan kantor, laboratorium, rumah dinas, dan kebun percobaan/penelitian/pem-
bibitan/bedengan kopi, kakao, dan tanaman kayu-kayuan. Selain kebun yang terletak
di Kecamatan Rambipuji, ada pula tiga kebun lain di Kabupaten Jember yang
pengelolaannya bersama dengan KP Kaliwining yaitu kebun yang terletak di Desa
Sukowiryo, Kecamatan Jelbuk (+ 180 m dpl), kebun di Desa Wirolegi, Kecamatan
Pakusari (+ 89 m dpl), serta kebun di Desa Jember Lor, Kecamatan Patrang (+ 89 m
dpl).
Kebun Percobaan yang kedua adalah KP Sumber Asin. KP Sumber Asin
terletak di Kecamatan Manjing Wetan, Turen, Malang dengan ketinggian tempat
(altitude) 550-650 m di atas permukaan laut. KP Sumber Asin memiliki luas
104,1700 ha. Di KP Sumber Asin terdapat bangunan kantor, rumah dinas, gudang,
pabrik, serta kebun percobaan dan penelitian kopi dan kakao.
Kebun Percobaan yang ketiga adalah KP Andungsari yang terletak di Desa
Kupang, Kecamatan Pakem, Kabupaten Bondowoso dengan ketinggian tempat
(altitude) 1100-1460 m di atas permukaan laut. KP Andungsari memiliki luas
106,5140 ha. Di KP Andungsari terdapat bangunan kantor, rumah dinas, gudang,
pabrik, kebun percobaan dan penelitian kopi arabika, serta koleksi kopi arabika dan
lamtoro.
14
B. KEGIATAN PEMULIAAN TANAMAN KAKAO (Theobroma
cacao L.) DI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA
Kegiatan pemuliaan tanaman kakao yang ada di Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao merupakan kegiatan-kegiatan penelitian yang merupakan tugas PPKKI untuk
melakukan penelitian guna mendapatkan varietas/klon unggul baru dan paket
teknologi di bidang budidaya kakao. Pemuliaan tanaman kakao merupakan usaha
yang harus dilakukan untuk memperoleh bahan tanam yang unggul. Pemuliaan
tanaman kakao meliputi rangkaian kegiatan seperti mempersiapkan koleksi plasma
nutfah, melakukan pengujian klon, menyilangkan antarklon, dan melakukan
pengujian hasil silangan klon.
Pengujian klon
Persilangan antarklon
(menghasilkan hibrida F1)
Benih hibrida F1
Hibrida F1 unggul
Pengujian hibrida
Kegiatan pemuliaan yang diikuti selama bulan juli yaitu pengujian kualitas biji
kakao, mengkarakterisasi daun dan bunga pada kakao hibrida, pengambilan entres
15
untuk kakao KW 516, KW 604 dan KW 617, pengamatan pembuahan pada klon
unggul harapan kakao dari uji multi lokasi, melakukan pengamatan metaxenia pada
kakao kemudian pengamatan pembuahan, mengikuti kenal kebun bersama
mahasiswa Kerja Lapangan yang lain dan pengamatan VSD pada kakao uji
multilokasi hibrida asal malaysia dan pengamatan hasil sambungan terhadap
beberapa varietas kakao.
16
kehijauan. Tidak hanya itu saja pengkarakterisasian juga pada parameter bentuk
daun yaitu elips, oblong, lancet lalu untuk ujung daun terdiri dari merunding
pendek dan meruncing panjang, sedangakan parameter terakhir yang diamati
adalah permukaan daun yaitu datar, agak bergelombang dan bergelombang.
Sebagai contoh:
HKW 1: KWN blok III perlakuan 1 tanaman no 1
Antosianin tangkai +1
Staminode Lurus
Antosianin petala +1
Antosianin sepala +1
Antosianin staminode +1
3. Pengambilan entres
Tempat : KP Kaliwining
Pendamping : Sukarmin
Uraian kegiatan :
Kakao KW 516, KW 604 dan KW 617 diambil entresnya untuk selanjutnya
dikirim ke tempat tujuan untuk uji multilokasi. Pengambilan entres dilakukan di
kebun entres dan sebagian di kebun produksi. Entres diambil dari cabang-cabang
plagiotrop yaitu cabang yang tumbuh ke arah horizontal. Kemudian diambil
cabang-cabang plagiotrop tersebut dipotong sepanjang 15-45cm, cabang-cabang
yang telahdipotong kemudian dihilangkan daunnya. Pada saat ini kakao di KP
17
Kaliwining banyak yang terserang VSD termasuk kakao KW 516, KW 604. Dari
kedua jenis kakao tersebut kakao KW 516 yang paling parah terkena serangan
VSD hampir seluruh tanaman KW 516 di KP Kaliwining terserang VSD. Ciri-ciri
dari batang kakao yang terserang VSD adalah daun yang menguning kemudian
jika batang dipotong, pada penampang melintang batang terdapat bercak atau
noktah coklat. Kemudian jika cabang yang sudah terkena VSD digunakan sebagai
entres maka walaupun disambung dengan batang bawah tetapi tidak dapat
bertahan lama dan kurang lebih satu minggu sambungan akan mati. Setelah
batang diambil maka kemudian di bawa ke ruang pengemasan.
Cara pengemasan entres yaitu batang yang masih sangat panjang dipotong
disesuaikan dengan ukuran kardus, lalu ujung-ujung entres bekas potongan (yang
telah dilukai) di tutup dengan lapisan parafin, lappisan ini sangat berfungsi agar
entres tidak rusak, setelah itu dibungkus dengan koran dan plastik yang telah
diberi .... sebagai penjaga kelembaban entres selama pengiriman.
18
5. Pengamatan metaxenia pada buah kakao
Tempat : KP Kaliwining
Pendamping : Indah Anita Sari, SP.
Uraian kegiatan :
Buah hasil persilangan di buka kemudian dipisahkan antara biji yang baik
dan biji kepeng stelah dipisahkan biji kepeng dihitung lalu dibuang dan biji yang
baik yang masih ber-pulp di timbang, setelah itu biji tersebut dihilangkan pulpnya
menggunakan serbuk gergaji namun tidak sampai kulit ari pembungkus biji hilang
lalu ditimbang dan diukur volumenya. Kemudian pada volume terentu dihitung
jumlah biji kakao tersebut. Langkah terakhir biji dikupas kulit arinya dan
direndam dalam air untuk di semai esok harinya.
19
menguning (Halimah & Sri Sukamto, 2001). Setelah daun-daun gugur, tunas-
tunas lateral berkembang dari ketiak-ketiak daun. Daun-daun muda yang belum
mengeras pada ranting yang sakit akan mempunyai gambaran yang berpola daun
oak (becorak seperti bulu) karena matinya jaringan di antara tuang-tulang lateral.
Penyakit VSD akan menyebabkan matinya ranting, dan jika tidak ada hambatan
penyebab penyakit akan meluas ke cabang dan dapat menyebabkan atinya pohon.
Pegamatan atau skoring VSD dilakukan dengan melakukan pengamatan
pada semua individu hasil persilangan. Pedoman skoring VSD yang tepat
dilapangan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel Skor Gejala VSD
S Serangan Gejala
kor
20
buah
21
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah. 2002. Sulawesi Tengah Dalam Angka 2001.
BPS Sulawesi Tengah, Palu,
Langsa, Yakop dan B. Ruruk. 2007. Kakao Nasional. Balai Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Sulawesi
Tengah.
Marita, J.M., J Nien Huis, J.L Pires and W. Maitken. 2001. Analysis of genetic
diversity in Theobroma cacao with emphasis on witches’ broom disease
resistance. Crop Science 41 : 1305-1316
Suhendi, Dedi, Agung Wahyu Susilo dan Surip Mawardi. 2000. Kompatibilitas
persilangan beberapa klon kakao (Theobroma cacao L.). Pelita Perkebunan
16: 85-91
Susilo, Agung Wahyu, Dedi Suhendi dan Surip Mawardi. 2001. Daya gabung sifat
ketahanan terhadap penyakit vascular-streak dieback beberapa klon kakao.
Pelita Perkebunan 7 : 97-104
Van der Have, D. J. 2001. Plant Breeding Perspectives. Centre for Agricultural
Publishing and Documntation. Wageningen, Netherland.
22