Anda di halaman 1dari 6

Nama : Shota Prasetia

NIM : 023.07.0086

JUST IN TIME

Just In Time (JIT) adalah suatu sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan kualitas, menekan
biaya, dan mencapai waktu penyerahan seefisien mungkin dengan menghapus seluruh jenis
pemborosan yang terdapat dalam proses produksi sehingga perusahaan mampu menyerahkan
produknya (baik barang maupun jasa) sesuai kehendak konsumen tepat waktu. Untuk mencapai sasaran
dari sistem ini, perusahaan memproduksi hanya sebanyak jumlah yang dibutuhkan/diminta konsumen
dan pada saat dibutuhkan sehingga dapat mengurangi biaya pemeliharaan maupun menekan
kemungkinan kerusakan atau kerugian akibat menimbun barang.

Sistem ini dirintis oleh Toyota Motor Corporation dan dikenal juga dengan Sistem Produksi Toyota, yang
kemudian dikenal juga dengan istilah Sistem Produksi Ramping (Lean Production System) dan sistem
kanban

Dalam pengertian luas, JIT adalah suatu filosofi tepat waktu yang memusatkan pada aktivitas yang
diperlukan oleh segmen-segmen internal lainnya dalam suatu organisasi.

JIT mempunyai empat aspek pokok sebagai berikut:

1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus di eliminasi.Aktivitas
yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang tidak perlu,misalnya persediaan sedapat mungkin
nol.

2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi.Sehingga produk rusak dan
cacat sedapat mungkin nol,tidak memerlukan waktu dan biaya untuk pengerjaan kembali produk cacat,
dan kepuasan pembeli dapat meningkat.

3. Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (Continuous Improvement)dalam


meningkatkan efisiensi kegiatan.

4. Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman terhadap aktivitas


yang bernilai tambah.

Dalam system Just In Time (JIT), aliran kerja dikendalikan oleh operasi berikut , dimana setiap stasiun
kerja (work station) menarik output dari stasiun kerja sebelumnya sesuai dengan kebutuhan.
Berdasarkan kenyataan ini, sering kali JIT disebut sebagai Pull System (system tarik).

Dalam Sistem Dorong, yang merupakan sistem yang umum digunakan oleh industri manufaktur,
perpindahan material dan pembuatan produk dilakukan dengan cara mendorong material dari satu
proses ke proses berikutnya dengan dimulai dari proses paling awal menuju ke proses paling akhir.
Sekali beroperasi, maka pekerjaan akan mengalir terus dari satu proses ke proses berikutnya tanpa
mempertimbangkan bagaimana dan apa yang akan terjadi pada proses paling akhir.

Sistem Tarik adalah suatu sistem pengendalian produksi dimana proses paling akhir dijadikan sebagai
titik awal produksi. Dengan demikian rencana produksi yang dikehendaki, dengan jumlah dan tanggal
yang telah ditentukan, diberikan kepada proses paling akhir. Dalam Sistem Tarik, proses sesudah akan
meminta atau menarik material dari proses sebelum dengan berdasarkan pada kebutuhan aktual dari
proses sesudah. Dalam hal ini proses sebelum tidak boleh memproduksi dan mendorong atau
memberikan komponen kepada proses sesudah sebelum ada permintaan dari proses sesudah. Dengan
cara ini rencana proses produksi akan berjalan dari departemen produksi akhir ke departemen produksi
paling awal.

JIT Dibandingkan dengan Pemanufakturan Tradisional.


Pemanufakturan JIT adalah sistem tarikan permintaan (Demand-Pull). Tujuan pemanufakturan
JIT adalah memproduksi produk hanya jika produk tersebut dibutuhkan dan hanya sebesar jumlah
permintaan pembeli (pelanggan). Beberapa perbedaan pemanufakturan JIT dengan Tradisional meliputi:

a. Persediaan Rendah
b. Sel-sel Pemanufakturan dan Tenaga Kerja Interdisipliner
c. Filosofi TQC (Total Quality Control)

JIT dan Ketertelusuran Biaya Overhead


Dalam lingkungan JIT, beberapa aktivitas overhead yang tadinya digunakan bersama untuk lebih
dari satu lini produk sekarang dapat ditelusuri secara langsung ke satu produk tunggal. Manufaktur yang
berbentuk sel-sel, tanaga kerja yang terinterdisipliner, dan aktivitas jasa yang terdesentralisasi adalah
karakteristik utama JIT.

JIT TRADISIONAL

Sistem Pull-through Sistem Push-through

Persediaan tidak signifikan Persediaan signifikan

Sel-sel pemanufakturan Berstruktur departemen

Tenaga kerja terinterdisipliner Tenaga kerja terspesialisasi

Pengendalian mutu (TQC) Level mutu akseptabel (AQL)

Dsentralisasi jasa Sentralisasi jasa

Keakuratan Penentuan Biaya Produk dan JIT


Salah satu konsekuensi dari penurunan biaya tidak langsung dan kenaikan biaya langsung adalah
meningkatkan keakuratan penentuan biaya (Harga Pokok Produk).
Pemanufakturan JIT, dengan mengurangi kelompok biaya tidak langsung dan mengubah sebagian besar
dari biaya tersebut menjadi biaya langsung maupun sebaliknya, dapat menurunkan kebutuhan
penaksiran yang sulit.

JIT dan Alokasi Biaya Pusat Jasa


Dalam manufaktur tradisional, sentralisasi pusat-pusat jasa memberikan dukungan pada
berbagai departemen produksi. Dalam lingkungan JIT, banyak jasa didesentralisasikan.Hal ini dicapai
dengan membebankan pekerja dengan keahlian khusus secara langsung ke lini produk dan melatih
tenaga kerja langsung yang ada dalam sel-sel untuk melaksanakan aktivitas jasa yang semula dilakukan
oleh tenaga kerja tidak langsung.

Pengaruh JIT pada Biaya Tenaga Kerja Langsung


Sebagai perusahaan yang menerapkan JIT dan otomatisasi, biaya tenaga kerja langsung
tradisional dikurangi secara signifikan.Oleh sebab itu ada dua akibat:
1. Persentasi biaya tenaga kerja langsung dibandingkan total biaya produksi menjadi berkurang
2. Biaya tenaga kerja langsung berubah dari biaya variabel menjadi biaya tetap.

Pengaruh JIT pada Penilaian Persediaan


Salah satu masalah pertama akuntansi yang dapat dihilangkan dengan penggunaan
pemanufakturan JIT adalah kebutuhan untuk menentukan biaya produk dalam rangka penilaian
persediaan. Jika terdapat persediaan, maka persediaan tersebut harus dinilai, dan penilaiannya
mengikuti aturan-aturan tertentu untuk tujuan pelaporan keuangan. Dalam JIT diusahakan persediaan
nol (atau paling tidak pada tingkat yang tidak signifikan), sehingga penilaian persediaan menjadi tidak
relevan untuk tujuan pelaporan keuangan.Dalam JIT, keberadaan penentuan harga pokok produk hanya
untuk memuaskan tujuan manajerial. Manajer memerlukan informasi biaya produk yang akurat untuk
membuat berbagai keputusan misalnya: (a) penetapan harga jual berdasar cost-plus, (b) analisis trend
biaya, (c) analisis profitabilitas lini produk, (d) perbandingan dengan biaya para pesaing, (e) keputusan
membeli atau membuat sendiri, dsb.

Pengaruh JIT pada Harga Pokok Pesanan


Dalam penerapan JIT untuk penentuan order pesanan, pertama, perusahaan harus memisahkan
bisnis yang sifatnya berulang-ulang dari pesanan khusus.Selanjutnya, sel-sel pemanufakturan dapat
dibentuk untuk bisnis berulang-ulang.
Dengan mereorganisasi tata letak pemanufakturan, pesanan tidak membutuhkan perhatian
yang besar dalam mengelompokkan harga pokok produksi. Hal ini karena biaya dapat dikelompokkan
pada level selular. lagi pula, karena ukuran lot sekarang lebih sangat kecil,maka tidak praktis untuk
menyusun kartu harga pokok pesanan untuk setiap pesanan. Maka lingkungan pesanan akan
menggunakan sifat sistem harga pokok proses.

Penentuan Harga Pokok Proses dan JIT


Dalam metode proses, perhitungan biaya per unit akan menjadi lebih rumit karena adanya
persediaan barang dalam proses. Dengan menggunakan JIT, diusahakan persediaan nol, sehingga
penghitungan unit ekuivalen tidak terlalu dibutuhkan, dan tidak perlu menghitung biaya dari periode
sebelumnya. JIT secara signifikan mengarah pada penyederhanaan.
Manajemen Proyek

Proyek merupakan gabungan seperti sumber daya manusia, material, machine dan
modal/biaya dalam suatu wadah organisasi sementara untuk mencapai tujuan dalam sasaran
dan tujuan. Sifat dari suatu proyek adalah bersifat sementara dan dalam kurun waktu yang
dibatasi. Suatu proyek biasanya terjadi karena suatu keperluan yang mendesak karena tuntutan
pengembangan dari suatu lokasi tertentu.

Jenis proyek dalam buku ini dikelompokkan berdasarkan komponen kegiatan utama dan hasil
akhirnya, yaitu :

1. Proyek konstruksi. Hasilnya berupa pembangunan jembatan, gedung, jalan raya, dsb.
2. Proyek Industri Manufaktur. Kegiatannya mulai dari merancang hingga terciptanya
suatu produk baru.
3. Proyek Penelitian dan Pengembangan . Melakukan penelitian dan pengembangan
hingga tercuptanya sebuah produk tertentu dengan tujuan untuk memperbaiki atau
meningkatkan suatu produk, pelayanan atau suatu metode tertentu.
4. Proyek Padat modal. Suatu proyek yang memerlukan modal yang besar. Misalnya
pembebasan tanah, pembelian dan pengadaan suatu barang, pembangunan suatu
fasilitas produksi dsb.
5. Proyek Pengembangan Produk Baru. Merupakan gabungan dari proyek penelitian dan
pengembangan dengan proyek padat modal.
6. Proyek Pelayanan Manajemen. Berhubungan dengan fasilitas nonfisik atau jasa dari
perusahaan. Misalnya pengembangan sistem informasi perusahaan, Peningkatan
produktivitas dari karyawan, dsb.
7. Proyek Infrastruktur. Penyediaan kebutuhan masyarakat luas dalam hal prasarana
transportasi, Waduk, pembangkit listrik, instalasi telekomunikasi dan penyediaan
sumber air minum.

Definisi dari manajemen proyek yaitu penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan ketrampilan,
cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang
telah ditentukan agar mendapatkan hasil yang optimal dalam hal kinerja, waktu, mutu dan
keselamatan kerja. Dalam manajemen proyek, perlunya pengelolaan yang baik dan terarah
karena suatu proyek memiliki keterbatasan sehingga tujuan akhir dari suatu proyek bisa
tercapai. Yang perlu dikelola dalam area manajemen proyek yaitu biaya, mutu, waktu,
kesehatan dan keselamatan kerja, sumberdaya, lingkungan, resiko dan sistem informasi.

Ada tiga garis besar yang dibahas dalam buku ini untuk menciptakan berlangsungnya sebuah
proyek, yaitu :

1. Perencanaan

Untuk mencapai tujuan, sebuah proyek perlu suatu perencanaan yang matang. Yaitu
dengan meletakkan dasar tujuan dan sasaran dari suatu proyek sekaligus menyiapkan
segala program teknis dan administrasi agar dapat diimplementasikan.Tujuannya agar
memenuhi persyaratan spesifikasi yang ditentukan dalam batasan waktu, mutu, biaya
dan keselamatan kerja. Perencanaan proyek dilakukan dengan cara studi kelayakan,
rekayasa nilai, perencanaan area manajemen proyek (biaya, mutu, waktu, kesehatan
dan keselamatan kerja, sumberdaya, lingkungan, resiko dan sistem informasi.).

2. Penjadwalan

Merupakan implementasi dari perencanaan yang dapat memberikan informasi tentang


jadwal rencana dan kemajuan proyek yang meliputi sumber daya (biaya, tenaga kerja,
peralatan, material), durasi  dan progres waktu untuk menyelesaikan proyek.
Penjadwalan proyek mengikuti perkembangan proyek dengan berbagai
permasalahannya. Proses monitoring dan updating selalu dilakukan untuk mendapatkan
penjadwalan yang realistis agar sesuai dengan tujuan proyek. Ada beberapa metode
untuk mengelola penjadwalan proyek, yaitu Kurva S (hanumm Curve), Barchart,
Penjadwalan Linear (diagram Vektor), Network Planning dan waktu dan durasi kegiatan.
Bila terjadi penyimpangan terhadap rencana semula, maka dilakukan evaluasi dan
tindakan koreksi agar proyek tetap berada dijalur yang diinginkan.

3. Pengendalian Proyek

Pengendalian mempengaruhi hasil akhir suatu proyek. Tujuan utama dari utamanya
yaitu meminimalisasi segala penyimpangan yang dapat terjadi selama berlangsungnya
proyek. Tujuan dari pengendalian proyek yaitu optimasi kinerja biaya, waktu , mutu dan
keselamatan kerja harus memiliki kriteria sebagai tolak ukur. Kegiatan yang dilakukan
dalam proses pengendalian yaitu berupa pengawasan, pemeriksaan, koreksi yang
dilakukan selama proses implementasi.
Perencanaan Agregat

Strategi perencanaan dalam tahapan Perencanaan dan Pengendalian Produksi yang bermuara pada
perencanaan kapasitas yang optimal. Proses agregasi (aggregation) ialah pengelompokan beberapa
jenis item menjadi product family. Proses disagregasi (disaggregation) adalah proses derivasi product
family menjadi item

 Unit agregat yang biasa digunakan dalam proses agregasi :


o Jam kerja buruh, mesin atau resource lainnya.
o Waktu standar.
o Harga jual, Ongkos produksi.
o Satuan agregat dummy (pseudo product).
Aggregat Planning.
Tujuan AP ialah membangkitkan (generate) top level production plans.
Basis AP adalah hasil ramalan dan target produksi. Target produksi ditentukan oleh top level business
plan yang memperhatikan kapasitas & kapabilitas perusahaan. Peran AP adalah sebagai interface antara
perusahaan/ sistem manufaktur dan pasar produknya. Analisis dilakukan dalam kelompok produk
(product family) dengan unit agregat. Melibatkan pemilihan strategi manufaktur.

Disaggregat Planning

Disagregasi dilakukan untuk menyusun jadwal induk produksi (MPS – Master Production Schedule)
Setelah diketahui jadwal produksi agregatnya.
Metode disagregasi
 Persentase.
 Bitran dan Hax.
 Hax dan Meal.

Anda mungkin juga menyukai